Analisis Hukum Kegiatan CSR PT Tirta Investama

termasuk mangrove. Untuk bagian hilir, disesuaikan dengan daerah di sekitar DAS. Untuk masyarakat laut misalnya, dibuat program untuk melindungi daerah laut. Kegiatan CSR Aqua lainnya adalah program air bersih yang berjalan sejak 2007. Program ini bertujuan untuk menciptakan pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan. PT Tirta Investama selalu mengutamakan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di setiap program CSR yang dijalankan. Intinya adalah dengan bersama komunitas dan maju bersama. Saat ini, program ini dijalankan di 16 lokasi di seluruh Indonesia. Sekitar 21 proyek yang sudah selesai dan 10 lainnya masih berjalan.

C. Analisis Hukum Kegiatan CSR PT Tirta Investama

Kegiatan CSR yang dilakukan PT Tirta Investama semula merupakan tindakan suka rela dari perusahaan sebagai upaya perusahaan dalam membina hubungan baik dengan para stakeholder. Meskipun CSR yang dianut banyak negara pada prinsipnya hanya merupakan gerakan moral atau etika dalam berbisnis, namun komitmen berbagai kalangan untuk mendorong penerapan CSR oleh kalangan dunia usaha terus menguat. Sebagai buktinya, masalah CSR pernah dibahas pada pertemuan United Nations Global Compact di Jenewa pada tahun 2007 dengan tujuan untuk meminta korporasi menunjukkan tanggung jawab dan perilaku bisnis yang sehat dengan menyusun perilaku standar korporasi global Trans National CorporationsTNCs. Hal ini telah dipenuhi oleh PT. Tirta Investama PT Tirta Universitas Sumatera Utara Investama melalui kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan sebagaimana diuraikan tersebut di atas. CSR atau yang dalam UUPT dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PT Tirta Investama sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam, sebagaimana dimaksud Pasal 74 Ayat 1 UUPT. Penormaan CSR sebagai kewajiban PT Tirta Investama diperkuat oleh putusan Mahkamah Konstitusi MK yang menolak permohonan judicial review terhadap Pasal 74 UUPT. Mengingat putusan MINIMUM KHUSUS bersifat final dan tidak memungkinkan upaya hukum maka kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan berlaku untuk semua perseroan yang tunduk pada UUPT, termasuk bagi PT Tirta Investama. Pasal 74 Ayat 1 UUPT muncul dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap praktek-praktek perusahaan, khususnya perusahaan besar, yang tidak memperhatikan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Keprihatinan yang mendalam muncul atas praktek-praktek pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh perusahaan- perusahaan dengan mengedepankan aspek keuntungan profit, tanpa diimbangi dengan upaya memelihara lingkungan secara berkelanjutan. Sebagai salah satu perusahaan besar, PT Tirta Investama melalui berbagai kegiatan CSR yang telah dilakukan, PT Tirta Investama telah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut peka dan peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Secara substansial muatan materi CSR yang diatur dalam UUPT Pasal 74 adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan Pasal 74 ayat 1 UUPT. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan yang terdapat pada Pasal 74 UUPT terkesan seolah-olah hanya perusahaan yang bergerak dalam bidang sumber daya alam yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Namun jika dikaji lebih lanjut dengan membaca penjelasan Pasal 74 ayat 1 maka akan muncul penafsiran yang lebih luas terhadap subyek yang dikenai kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Penjelasan Pasal 74 ayat 1 UUPT menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Sedangkan yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Konsekuensi hukum dari pemberlakuan Pasal 74 Ayat 1 yaitu peletakan kewajiban melaksankan tanggung jawab sosial tidak hanya melekat pada perseroan yang core business di bidang sumber daya alam, melainkan juga menjadi kewajiban perseroan yang bisnis intinya bukan pada bidang sumber daya alam atau tidak secara langsung menggunakan sumber daya alam Universitas Sumatera Utara tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam. 2. Tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Penempatan anggaran tanggung jawab sosial perusahaan sebagai biaya perseroan dimaksudkan agar pelaksanaannya tidak membebani laba perusahaan yang dapat berimbas pada penurunan laba perusahaan atau bahkan kerugian bagi perusahaan. Artinya biaya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan pada akhir tahun buku harus diperhitungkan sebagai salah satu pengeluaran perseroan. Agar dapat diperhitungkan sebagai biaya pengurang penghasilan kena pajak PPKP, maka rencana kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang akan dilaksanakan dan anggaran yang dibutuhkan wajib dimuat dalam rencana kerja tahunan. Disamping itu dengan memperhatikan ketentuan pajak yang berlaku, biaya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan harus merupakan biaya yang dikeluarkan perseroan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Dengan demikian biaya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan tidak tergolong dalam philanthropy. 128 Selanjutnya UUPT menentukan bahwa besarnya anggaran pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dengan mempertimbangkan 128 Gunawan Widjaja, op.cit. hal. 97 Universitas Sumatera Utara kepatutan dan kewajaran. Artinya biaya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dari perseroan tersebut harus diatur besarannya sesuai dengan manfaat yang akan dituju dari kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan tersebut berdasarkan kemampuan perseroan dan resiko serta besarnya tanggung jawab yang harus ditanggung oleh perusahaan sesuai dengan kegiatan bisnisnya. Penentuan besaran anggaran pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan oleh perseroan harus pula memperhatikan tujuan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu sustainable perseroan, lingkungan dan sosial Sebagai kegiatan yang harus dianggarkan perseroan, maka UUPT juga mengharuskan laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial menjadi bagian yang harus dimuat dalam laporan tahunan perseroan, sebagaimana diatur dalam Pasal 68 Ayat 2 huruf c. Rumusan tersebut merupakan bentuk keseriusan pembentuk undang-undang memberlakukan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perseroan agar publik dapat mengetahui kontribusi perseroan untuk masyarakat dan lingkungan sekaligus mengawasi apakah tanggung jawab sosial dan lingkungan telah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. Pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan juga merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari Universitas Sumatera Utara sisi ekonomi dan politis. 129 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penerapan kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan membawa konsekuensi pengenaan sanksi hukum bagi yang mengabaikannya. Dalam hal ini Pasal 74 ayat 3 beserta penjelasannya menyebutkan bahwa sanksi tersebut adalah sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait. Sebagai perbandingan dalam Companies Act 2006, pemerintah Inggris mewajibkan perusahaan publik melaporkan secara terbuka kinerja sosial dan lingkungan, disamping kinerja usahanya. Masyarakat luas dapat mengakses laporan tersebut serta mengamati secara langsung kinerja perusahaan publik yang ada di Inggris. Berdasarkan uraian tentang muatan materi CSR yang diatur dalam UUPT Pasal 74 di atas, kegiatan-kegiatan CSR PT Tirta Investama telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dikarenakan kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan PT Tirta Investama telah memenuhi muatan materi CSR yang diatur dalam perundang-undangan, khususnya Undang-Undang Perseroan Terbatas. Baru diterbitkannya Peraturan Pemerintah mengenai Tanggung jawab sosial dan lingkungan tidak memnyebabkan CSR yang dilakukan PT Tirta Investama tidak sejalan dengan maksud UU Perseroan terbatas khususnya pasal 74. 129 Pertimbangan hukum Putusan MK Nomor 53PUU-VI2008 dalam perkara permohonan pengujian UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap UUD Tahun 1945. Universitas Sumatera Utara Dalam menjalankan CSR secara prinsip PT Tirta Investama menerapkan prinsip prinsip yang dikenal dengan Danone way Fundamental yaitu 5 Bidang dan 16 fundamen yaitu seperti dijelaskan dalam table berikut : Tabel : Danone way Fundamental Sumber Materi CSR PT PT Tirta Investama Berdasarkan konsep diatas , penerapan sosial responsibility PT Tirta Invesatama terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 5 bidang pokok diatas Hak asasi manusia, Hubungan Manusia, Lingkungan, Konsumen, tata Kelola dan Hubungan dengan pihak eksternal. Dengan demikian PT Tirta Investama tidak hanya memperhatikan bidang tertentu saja, misalnya seperti aspek lingkungan, maka perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosial. Misalnya suatu perusahaan sangat peduli terhadap isu lingkungan, namun perusahaan tersebut masih mengiklankan penerimaan pegawai dengan menyebutkan secara khusus kebutuhan pegawai sesuai dengan gender tertentu, maka sesuai dengan konsep Corporate Social Universitas Sumatera Utara Responsibility PT Tirta Investama , maka perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara utuh. Contoh lain, misalnya suatu perusahaan memberikan kepedulian terhadap pemasok perusahaan yang tergolong industri kecil dengan mengeluarkan kebijakan pembayaran transaksi yang lebih cepat kepada pemasok UKM. Secara logika produk atau jasa tertentu yang dihasilkan UKM pada skala ekonomi tertentu akan lebih efisien jika dilaksanakan oleh UKM. Namun UKM biasanya tidak memiliki arus kas yang kuat dan jaminan yang memadai dalam melakukan pinjaman ke bank, sehingga jika perusahaan membantu pemasok UKM tersebut, maka bisa dikatakan perusahaan tersebut telah melaksanakan bagian dari tanggung jawab sosialnya. Danone Way Fundamental merupakan kebijakan PT Tirta Investama dalam pelaksanaan CSR dan merupakan terjemahan dari ISO 26000:2010 yang merupakan Guidance on Social Responsibility . Memang, ISO 26000 tidak menyatakan dirinya sebagai petunjuk mengenai CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan. Alih-alih, dokumen tersebut meyakini bahwa seluruh jenis organisasi—organisasi masyarakat sipil, perusahaan dan pemerintah—dalam berbagai ukuran, memiliki tanggung jawab sosial yang pada dasarnya sama. Dokumen itu menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial sesungguhnya adalah tanggung jawab organisasi atas dampak dari keputusan dan tindakannya, sementara tujuannya sendiri adalah mencapai pembangunan berkelanjutan. 130 130 Jalal, Selamat Datang ISO 26000 , Bogor : Lingkar Studi CSR, 2010 hal 1 Universitas Sumatera Utara Yang juga disepakati adalah adanya prinsip-prinsip akuntabilitas, transparensi, perilaku etis, penghormatan kepada pemangku kepentingan, kepatuhan pada hukum, penghormatan kepada norma-norma internasional serta penghormatan terhadap HAM sebagai prinsip, artinya tidak ada perusahaan yang bisa dianggap ber- CSR kalau tidak memenuhi semuanya. Ketujuhnya tak bisa ditawar, dan pemenuhannya harus setiap waktu dan pada level optimum. Kalau sebagian besar perusahaan di Indonesia masih kerap menganggap bahwa CSR itu identik dengan donasi a atau pengembangan masyarakat, pembacaan atas ISO 26000 akan menyangkal itu. Di situ akan diketahui bahwa subjek inti tanggung jawab sosial itu sangat luas. Ia merentang mulai dari tata kelola perusahaan, HAM, ketenagakerjaan, lingkungan, praktik operasi yang adil, konsumen serta pelibatan dan pengembangan masyarakat. Seluruh subjek inti juga harus dipenuhi harapan-harapan yang ada di dalamnya. Hanya saja, pada tingkat isu-- persis satu tingkat di bawah subjek inti—perusahaan dapat memilih mana yang relevan baginya. Sebagai misal, dalam subjek inti lingkungan ada isu mengenai perubahan iklim, di mana di dalamnya terdapat berbagai hal terkait dengan mitigasi dan adaptasi. Mungkin mitigasi perubahan iklim—berupa penghematan energi, peningkatan efisiensi energi dan lainnya— bisa dilaksanakan oleh seluruh organisasi. Namun demikian, tindakan-tindakan terkait adaptasi dampak perubahan iklim tentu pertama-tama akan dilakukan oleh organisasi yang berada di wilayah yang rentan Universitas Sumatera Utara terhadap dampaknya. Tak perlu seluruh organisasi secara serempak melakukan tindakan adaptasi. Di Indonesia, pemetaan pemangku kepentingan tampaknya merupakan batu sandungan yang cukup serius. Kebanyakan perusahaan berasumsi mengetahui secara persis siapa saja pemangku kepentingannya.. Definisi yang klasik dan juga yang dipakai oleh ISO 26000 menyatakan bahwa pemangku kepentingan adalah pihak yang bias mempengaruhi dan atau terpengaruh oleh pencapaian tujuan organisasi. Sementara, kebanyakan perusahaan biasanya hanya mengenal pihak-pihak yang bisa berpengaruh terhadap bisnisnya. Padahal, sebagai dokumen yang mendefinisikan tanggung jawab social sebagai tanggung jawab atas dampak, sangatlah jelas ISO 26000 memberikan penekanan kepada mereka yang terkena dampak. Selanjutnya apabila ditinjau berdasarkan salah satu prinsip CSR yaitu “Triple Bottom Lines”, dimana perusahaan harus memperhatikan tiga unsur penting diantaranya: Profit Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang People Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia Planet Perusahaan peduli terhadap lingkungan hayati, maka Danone Way Fundamental merupakan kebijakan CSR yang telah memenuhi unsur unsur tersebut Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan hidup lingkungan hidup. Apabila diperhatikan pemaparan pada contoh- contoh kasus kegiatan CSR PT Tirta Investama di atas, dapat disimpulkan bahwa Universitas Sumatera Utara Aqua telah memenuhi ketiga unsur di dalam prinsip Triple Bottom Lines CSR karya Carrol tersebut. Selain konsep CSR di atas, terdapat konsep CSR yang dikembangkan oleh Archie B. Carrol yang disebut dengan piramida CSR. Hal ini CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom line, yaitu profit, people, dan plannet 3P: 131 1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, aik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efiisensi. baiya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Termasuk 131 Archie B Carrol., dalam Isa W dan Busyra A., Ibid., hal. 50. Universitas Sumatera Utara juga menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.; 2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholders penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat, terutama masyarakat sekitar, sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan 132 132 Yusuf Wibisono, Op. Cit., hal. 33. dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Selain itu perlu juga disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan pula tanggung jawab yang bersifat sosial. Dalam hal ini, bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang bersifat syarat perlu necessary condition, yang didasarkan atas pilihan sendiri, bukan karena “dipaksa” oleh aturan atau “tekanan” masyarakat dan datang dari niat baik yang tulus. Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini perusahaan perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Universitas Sumatera Utara Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya cost centre, melainkan sentra laba profit centre di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksitensi perusahaan. 133 3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hayati. Beberpa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan hidup lingkungan hidup, penyediaan sarana pengembangan pariwisata ekoturisme. Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika perusahaan ingin eksis dan akseptabel maka harus disertakan tanggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam kehidupan manusia. Semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup, seluruh peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan sebab akibat, di mana jika manusia merawat lingkungan, maka lingkungan pun akan memberikan manfaat kepada manusia. Sebaliknya, jika manusia merusaknya, maka manusia akan menerima akibatnya. Dengan kata lain, apa yang dilakukan manusia terhadap lingkungan tempat tinggalnya pada akhirnya akan kembali kepada manusia sesuai dengan apa yang telah dilakukan manusia. Apakah manusia akan menerima manfaat atau justru menderita kerugian, semuanya bergantung pada bagaimana manusia menjaga lingkungan. Namun sayangnya, sebagaian besar dari 133 Yusuf Wibisono, Op. Cit., hal. 35. Universitas Sumatera Utara manusia masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini antara lain disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung di dalamnya. Keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang wajar. Maka, manusia melihat banyak pelaku industri yang hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk melestarikan lingkungan. Padahal, 134 dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan mmemperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya. Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan konsep lingkungan. Di sinilah perlunya penerapan konsep triple bottom line aatu 3BL, yakni profit, people dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati” bisnis bukan hanya profit laba saja, tetapi juga people manusia dan planet lingkungan. 135 Jika dilihat dalam Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2012 tentang Tanggung jawab social dan lingkungan, maka pemerintah telah mensyaratkan perusahaan untuk membuat laporan tahunan mengenai CSR. Namun Peraturan Pemerintah ini tidak membuat rincian mengenai kriteria keberhasilan suatu program CSR, sehingga tidak ada acuan bagi perusahaan kedepannya untuk membuat suatu laporan yang mensyarakatkan telah dilaksanakannya CSR di suatu Perusahaan. 134 Ibid.,hal. 36. 135 Ibid.,hal. 37. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh PT Tirta Investama telah dirumuskan dalam suatu laporan tahunan yang berpedoman pada model laporan keberlanjutan yang di rumuskan dalam ISO 26000. PT Tirta Investama telah membuat laporan keberlanjutan yang menurut ISO 26000 merupakan laporan tahunan mengenai CSR yang telah baku. Pelaporan keberlanjutan punya banyak manfaat, antara lain meningkatnya transparansi perusahaan. Hal ini berarti adanya pelaksanaan tata kelola yang baik serta adanya niat mengubah kebijakan dan strategi perusahaan yang mengarah pada pelaksanaan bisnis yang berkelanjutan. Dengan adanya perubahan strategi bisnis, perusahaan dapat menciptakan hubungan yang lebih baik dengan para pemangku kepentingannya sehingga menguntungkan perusahaan untuk jangka panjang. Dari kegiatan CSR yang telah dilakukan oleh Aqua tersebut, dapat dikatakan bahwa Aqua cukup sukses dalam menjalankan program CSR-nya. Terbukti dari beberapa penghargaan yang telah diraih Aqua melalui program CSR yang telah dilaksanakan, yaitu: 136 Aqua mendapat penghargaan Gold pada KSN Kesetiakawanan Sosial Nasional Awards 2010 yang diselenggarakan oleh Kementrian Sosial dan CFCD Corporate For Community Development Program Program penanaman kembali hutan Gunung Klabat, Minahasa Utara dimana PT TIRTA INVESTAMA Sulawesi 136 “CSR Aqua”, http:andriafro.blogspot.com2012_01_01_archive.html. Diakses tanggal 23 April 2012. Universitas Sumatera Utara Utara mendapatkan penghargaan Wana Lestari dari Departemen Kehutanan Republik Indonesia. PT TIRTA INVESTAMA berhasil meraih penghargaan MDGs Millenium Development Goals dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Metro TV dalam kategori pelestarian lingkungan environmental sustainability atas program WASH water access, sanitation and hygiene. Kesuksesan program-program CSR yang dilakukan oleh Aqua tidak terlepas dari faktor kredibilitas perusahaan yang telah menjadi salah satu perusahaan penghasil air mineral terkemuka di Indonesia sehingga memiliki profit keuangan yang cukup besar. Dengan profit keuangan yang cukup besar tersebut, Aqua berani mengeluarkan anggaran untuk CSR hingga mencapai angka 12 Miliyar Rupiah per tahun. Tentunya Aqua menyadari bahwa produk yang mereka produksi adalah air mineral yang merupakan sumber daya alam, sehingga program CSR yang mereka buat sebagian besar berorientasi pada pelestarian alam. Dengan melestarikan alam, disamping mereka membantu masyarakat dan Negara dengan menciptakan lingkungan alam yang baik, tentunya program pelestarian alam tersebut dapat menjaga produksi air mineral yang baik pula. Mengingat air menieral merupakan komoditi yang mereka perjualkan. Selain melestarikan alam, Aqua juga mengadakan program-program CSR dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. Program tersebut dilakukan diseluruh golongan terkait baik itu di sekitar lingkungan pabrik, kemudian yang berskala nasional, maupun yang berskala internasional dengan mendukung Universitas Sumatera Utara program Millenium Development Goals MDGs yang dicanangkan oleh PBB guna memerangi kemiskinan dan kelaparan di berbagai belahan dunia. Di dalam menjalankan program-program CSR nya, Aqua pun bekerjasama dengan berbagai lapisan masyarakat, LSM, dan oraganisasi pemerintah sehingga proses pelaksanaan program CSR tersebut dapat terpantau oleh seluruh golongan. Tidak hanya sampai disitu, Aqua pun didalam melaksanakan program-program CSR nya selalu mengutamakan aspek yang berkelanjutan. Dimana setiap program CSR yang telah dilaksanakan dipantau perkembangan dan tingkat keberhasilannya, kemudian program tersebut dilakukan secara continue dan berkesinambungan sehingga tidak hanya sekedar membahagiakan masyarakat secara instant dan sekejap. Keseluruh hal tersebut menimbulkan pencitraan yang baik bagi Aqua selaku perusahaan air mineral terkemuka di Indonesia. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan CSR dalam perundang undangan di Indonesia secara filosofis diatur dalam Pembukaan UUD 1945 dan diderivasikan dalam pasal 33 UUD 1945. Selanjutnya CSR diatur -Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada Pasal 15 , UU No 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN pasal 2 ayat 1, dalam UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada pasal 74, dan terahir dalam PP No 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Pengaturan CSR diatas belum sempurna dalam menjawab keraguan Perseroan di Indonesia dalam menerapkan CSR. 2. PT Tirta Investama sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam telah melaksanaan kewajibannya sebagaimana dimaksud Pasal 74. PT Tirta Investama telah menganggarkan 10 milyar rupiah pada tahun 2009 dan meningkat sebesar 12 milyar pada tahun 2010 . Laporan Pelaksanaan CSR PT Tirta Investama telah disampaikan dalam Laporan Berkelanjutan tahun 2010 yang menjelaskan kegiatan CSR pada tahun anggaran tersebut . Universitas Sumatera Utara