Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Terhadap Pembentukan Citra Perusahaan.

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP PEMBENTUKAN CITRA
PERUSAHAAN

FIKRA SUFI HIJRISARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Program
Corporate Social Responsibility terhadap Pembentukan Citra Perusahaan adalah
benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Fikra Sufi Hijrisari
NIM I34110057

ABSTRAK
FIKRA SUFI HIJRISARI. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility
terhadap Pembentukan Citra Perusahaan. Dibimbing oleh SARWITITI
SARWOPRASODJO.
Program CSR “Air untuk Semua” merupakan program CSR dari PT Pertamina EP
Asset 3 Subang Field bekerja sama dengan LSM Habitat for Humanity Indonesia
yang berjalan sejak tahun 2012. Program tersebut ternyata memberikan persepsi bagi
masyarakat yang kemudian membentuk citra perusahaan di masyarakat. Program
tersebut diterapkan di Desa Pasirukem, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten
Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat partisipasi
masyarakat dalam program terhadap pembentukan citra perusahaan, menganalisis
pengaruh intensitas komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan citra perusahaan,
menganalisis pengaruh kualitas pekerja CSR terhadap pembentukan citra perusahaan
serta menganalisis dampak industrialisasi perusahaan terhadap pembentukan citra

perusahaan. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang
merupakan penerima Program CSR “Air untuk Semua”. Pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR “Air untuk
Semua” dan kualitas pekerja CSR berpengaruh terhadap pembentukan citra
perusahaan.
Kata kunci: pekerja CSR, pembentukan citra perusahaan, program CSR

ABSTRACT
FIKRA SUFI HIJRISARI. Influence of Corporate Social Responsibility Program of
the Corporate Image Formation. Supervised by SARWITITI SARWOPRASODJO.
CSR program "Water for All" is a CSR program of PT Pertamina EP 3 Subang Field
Asset cooperate with the NGO Habitat for Humanity Indonesia is running since
2012. The program turned out to give the perception to people who later formed a
company's image in the community. The program was implemented in the village
Pasirukem, District Cilamaya Kulon, Karawang. This study aimed to analyze the
effect of the level of community participation in the program on the establishment of
corporate image, analyze the influence of the intensity of interpersonal
communication towards the establishment of corporate image, analyze the impact of
CSR on the formation of workers' quality of corporate image and analyze the impact

of the industrialization of the company towards the establishment of corporate image.
The number of respondents in this study as many as 40 people who are recipients of
the CSR Program "Water for All". Processing and analysis of data using multiple
linear regression analysis. The results showed that the level of community
participation in the CSR program "Water for All" and the quality of CSR workers
affect the formation of the company's image.
Keywords: quality of CSR workers,the establishment of corporate image, CSR
program

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP PEMBENTUKAN CITRA
PERUSAHAAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat


DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi berjudul “Pengaruh Program Corporate Social Responsibility terhadap
Pembentukan Citra Perusahaan” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat
pelaksanaan penelitian pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain itu skripsi
ini juga disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap masyarakat pedesaan
serta sangat berguna dalam memperluas wawasan penulis dalam menganalisis
pengaruh program Corporate Social Responsibility suatu perusahaan dalam
membentuk citra perusahaan di mata masyarakat pedesaan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo MS selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan
memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini. Hormat dan
terimakasih kepada orang tua tercinta Bapak Muhamad Sugiono SE dan Ibu Raden
Nurkomalasari, adik tersayang Muhamad Miftah Rachman, Sabila Fisabilillahisari
dan Muhamad Maurice Bukhael yang selalu mendoakan dan senantiasa
melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis. Pihak CARE LPPM IPB, khususnya
Kurnia Bagus Ariyanto SPt, Rivano Tuwow SE, Iklimatul Maknun SPt, Bapak Adi
Firmansyah, Ibu Wulan dan Pak Suhadi. Masyarakat Desa Pasirukem, khususnya
empat puluh responden penerima program CSR dan beberapa informan dari PT
Pertamina EP Asset 3 Subang Field, LSM Habitat for Humanity Indonesia serta
beberapa masyarakat yang sudah bersedia merelakan sedikit waktu untuk
memberikan informasi yang bermanfaat untuk penulisan skripsi. Teman-teman dan
sahabat tercinta Aditya, Sheilla, Sifna, Elsa, Nindya, Ami, Eksa, Ala, Adella, Rere,
Sita, Mega, Citra, Miranti. Teman-teman bimbingan Aya, Habib, Febri dan Nita.
Keluarga GIC Venny, Kak Ica, Kak Citra, Kak Fika, Kak Mako dan Ayu. Keluarga
Jakarta Community khususnya JCO 48, Sahabat karib Dina Novitasari serta temanteman seperjuangan SKPM 48 atas semangat dan kebersamaan selama ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca dalam memahami lebih jauh tentang pembentukan citra perusahaan
melalui program CSR.
Bogor, Juli 2015

Fikra Sufi Hijrisari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan masalah
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan pustaka
Kerangka pemikiran
Hipotesis penelitian
Definisi operasional
PENDEKATAN LAPANG
Metode penelitian
Lokasi dan waktu
Teknik penentuan responden dan informan

Teknik pengumpulan data
Teknik pengolahan dan analisis data
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi geografi dan keadaan lingkungan
Kondisi demografi dan sosial budaya
Kondisi sarana dan prasarana
Program CSR Air untuk Semua PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field
bekerja sama dengan LSM Habitat for Humanity Indonesia
ANALISIS PENGARUH PROGRAM CSR TERHADAP
PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN
Pengaruh tingkat partisipasi dalam program CSR terhadap
pembentukan citra perusahaan
Pengaruh intensitas komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan
citra perusahaan
Pengaruh kualitas pekerja CSR terhadap pembentukan citra
perusahaan
Pengaruh dampak industrialisasi perusahaan terhadap pembentukan
citra perusahaan
PENUTUP
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
x
x
1
1
3
4
4
7
7
13
15
15
19
19

19
19
19
20
23
23
23
24
25
31
32
41
44
48
55
55
56
57
59
71


DAFTAR TABEL
1
2
3

4

5

6

7

8
9

10
11


12

13

Jumlah dan kondisi sarana pendidikan di Desa Pasirukem,
Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang tahun 2012
Jumlah dan kondisi sarana kesehatan di Desa Pasirukem,
Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang tahun 2012
Jumlah sarana air bersih (SAB) dan mandi cuci kakus (MCK) di
Desa Pasirukem, Desa Muktijaya, dan Desa Sukamulya,
Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang tahun 2012
Jumlah sarana air bersih (SAB) dan mandi cuci kakus (MCK)
dalam program perubahan di Desa Pasirukem, Desa Muktijaya,
dan Desa Sukamulya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten
Karawang tahun 2012
Nilai koefisien, nilai signifikansi, dan arah pengaruh variabel
pengaruh terhadap variabel terpengaruh berdasarkan hasil uji
statistik analisis regresi linier berganda
Sebaran total skor maksimum, skor minimum, rata-rata, dan
persentase tingkat partisipasi responden dalam program CSR
“Air untuk Semua”
Nilai koefisien, nilai signifikansi, dan arah pengaruh subvariabel
tingkat partisipasi responden terhadap pembentukan citra
perusahaan
Sebaran total skor maksimum, skor minimum, rata-rata, dan
persentase intensitas komunikasi antarpribadi pekerja CSR
Nilai koefisien, nilai signifikansi, dan arah pengaruh subvariabel
intensitas komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan citra
perusahaan
Sebaran total skor maksimum, skor minimum, rata-rata, dan
persentase persepsi responden terhadap kualitas pekerja CSR
Nilai koefisien, nilai signifikansi, dan arah pengaruh subvariabel
persepsi responden menurut kualitas pekerja CSR terhadap
pembentukan citra perusahaan
Sebaran total skor maksimum, skor minimum, rata-rata, dan
persentase persepsi responden terhadap dampak industrialisasi
perusahaan
Nilai koefisien, nilai signifikansi, dan arah pengaruh subvariabel
persepsi responden menurut dampak industrialisasi perusahaan
terhadap pembentukan citra perusahaan

24
24
28

29

31

33

39

41
43

44
47

49

53

DAFTAR GAMBAR
1
2

Gambar kerangka pemikiran
Denah Desa Pasirukem, Kecamatan Cilamaya Kulon,
Kabupaten Karawang

14
60

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
6

Denah Desa Pasirukem, Kecamatan Cilamaya Kulon,
Kabupaten Karawang
Daftar responden penelitian
Hasil uji Analisis Regresi Linier Berganda
Dokumentasi penelitian
Tematik catatan harian

60
61
62
65
66

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
faktor penting bagi perusahaan yang bergerak di bidang tambang dan minyak bumi
untuk membentukan citra perusahaan di masyarakat, terutama saat ini dimana
terjadi ketidakstabilan. Menurut data statistik dari BPS tahun 2013 dapat dilihat
bahwa terjadi kenaikan dan penurunan jumlah perusahaan di bidang tambang dan
minyak bumi pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013 berturut-turut 77,
73, 73, 70, 70, dan 65. Kenaikan dan penurunan tersebut menunjukkan terjadi
persaingan diantara masing-masing perusahaan untuk menjaga keberlanjutan dari
aktivitas usahanya. Persaingan tersebut secara tidak langsung menyebabkan
perusahaan untuk membuat suatu program yang mampu menarik perhatian publik,
terutama bagi perusahaan tambang dan minyak bumi yang aktivitas usahanya
berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar perusahaan. Selain persaingan
yang ditimbulkan, hadirnya perusahaan pun menimbulkan dampak baik sosial,
ekonomi, maupun dampak lingkungan. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka
dibutuhkan program yang berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar
perusahaan yang nantinya juga akan berdampak terhadap pembentukan citra
perusahaan. Program tersebut dapat dilaksanakan melalui penerapan Corporate
Social Responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab sosial
perusahaan yang saat ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam upaya
mewujudkan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development. Seiring
dengan berjalannya waktu, penerapan CSR mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Salah satu pendorongnya adalah perubahan paradigma dunia usaha untuk
tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi harus pula bersikap etis dan berperan
dalam penciptaan investasi sosial (Wibisono 2007). Peraturan perundang-undangan
di Indonesia yang mengatur tentang penerapan CSR diantaranya seperti UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), Undang-undang
No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU Penanaman Modal) serta
Peraturan Pelaksana No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan. Dengan adanya peraturan perundang-undangan tersebut maka
perusahaan di bidang tambang dan minyak bumi sudah diwajibkan untuk
menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) pada aktivitas usahanya.
Aktivitas dari usaha suatu perusahaan apabila diimbangi dengan
pelaksanaan CSR, diwujudkan melalui penerapan program CSR di masyarakat
seperti kegiatan karitatif, filantropis dan menyelenggarakan program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (community development)
(Wibisono 2007). Penerapan CSR tersebut secara tidak langsung menunjukkan
bahwa suatu perusahaan berupaya keras untuk membentuk citra perusahaan yang
baik di masyarakat.
Pembentukan citra perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai cara
sehingga diperlukan pekerja CSR yang mampu beradaptasi serta memiliki
kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat yang merupakan penerima dampak

2
secara langsung dari aktivitas perusahaan. Pekerja CSR tersebut harus memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik agar dapat diterima di masyarakat. Proses
komunikasi tersebut dapat berlangsung melalui intensitas komunikasi yang
dibentuk oleh pekerja CSR. Apabila intensitas komunikasi yang dijalankan oleh
pekerja CSR tersebut sesuai maka secara tidak langsung akan berdampak juga
terhadap pembentukan citra perusahaan.
Citra perusahaan dapat terbentuk dengan baik apabila persepsi yang
dihasilkan masyarakat sebagai publik pun juga baik terhadap perusahaan tersebut.
Citra perusahaan juga dapat terbentuk dari persepsi masyarakat atas program yang
diadakan oleh perusahaan kepada publik (Triwilopo 2013). Oleh karena itu,
dibutuhkan keselarasan antara kebutuhan masyarakat dengan program serta
aktivitas dari perusahaan.
PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field adalah perusahaan yang
menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, meliputi
eksplorasi dan eksploitasi. Di samping itu, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field
juga melaksanakan kegiatan usaha penunjang lain yang secara langsung maupun
tidak langsung mendukung bidang kegiatan usaha utama. Sebagai perusahaan yang
aktivitas usahanya berada pada lingkungan masyarakat sekitar, sudah menjadi
kewajiban bagi PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field untuk melaksanakan
Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR yang diterapkan oleh PT
Pertamina EP Asset 3 Subang Field berbasis dengan pengembangan masyarakat,
pendidikan, pengembangan potensi, serta melibatkan stakeholder baik internal
maupun eksternal. Penerapan program CSR pada perusahaan ini dilakukan oleh
Divisi CSR. Divisi CSR memiliki pekerja CSR yang bertugas untuk terjun langsung
ke masyarakat sekitar perusahaan sekaligus bertugas untuk membentuk citra
perusahaan. Pekerja CSR tersebut tidak hanya menerapkan program CSR
perusahaannya sendiri, namun seringkali juga bekerja sama dengan LSM ataupun
volunteer dari pihak luar atau eksternal perusahaan.1
Desa Pasirukem merupakan desa binaan dari PT Pertamina EP Asset 3
Subang Field. Desa ini merupakan salah satu desa yang menjadi objek penerapan
program CSR dari PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field. Desa ini terletak di
Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Program CSR
yang diterapkan pada desa ini diantaranya, Program Pengembangan Ternak Domba,
Program Air untuk Semua serta Program Pengembangan Energi melalui
Pembangunan Panel Surya. Penerapan program CSR yang menjadi pengamatan
dalam penelitian ini adalah Program CSR “Air untuk Semua” yang berlangsung
pada tahun 2012 hingga saat ini. Program tersebut dijalankan oleh perusahaan yang
bekerja sama dengan LSM Habitat for Humanity Indonesia dalam pelaksanaannya.
Pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Febriana
(2008) mengenai pengaruh program Corporate Social Responsibility terhadap
pembentukan citra perusahaan didapatkan hasil bahwa tingkat partisipasi
masyarakat dalam program berpengaruh terhadap pembentukan citra perusahaan.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Mukti (2011) menunjukkan bahwa
intensitas komunikasi pekerja CSR berpengaruh terhadap pembentukan citra
perusahaan dalam implementasi program. Penelitian lain yaitu, penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2012) menunjukkan bahwa sikap yang dibentuk oleh pekerja
1

Sumber: http://www.pertamina-ep.com/. Diakses pada 27 Januari 2015

3
CSR berpengaruh terhadap pembentukan citra perusahaan. Selanjutnya, penelitian
yang dilakukan oleh Faroid dan Murtadlo (2014) menunjukkan bahwa proses
komunikasi yang dibentuk oleh pekerja CSR menentukan citra perusahaan, serta
penelitian yang dilakukan oleh Sari, Fauzi, dan Sunarti (2014) menunjukkan bahwa
dampak dari kegiatan perusahaan serta keterbukaan dari pihak yang menerapkan
program berpengaruh terhadap pembentukan citra perusahaan. Berdasarkan
penelitian yang sudah ada tersebut, penulis berupaya untuk memberikan penilaian
juga kepada pekerja CSR yang merupakan pihak yang terjun langsung ke lapang.
Tidak mudah bagi seorang pekerja CSR untuk menerapkan program CSR
perusahaannya, karena tidak semua program yang dibawa oleh perusahaan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sehingga dibutuhkan suatu cara yang tepat agar
terbentuk keseimbangan antara program CSR yang dibawa dengan kebutuhan
masyarakat yang juga berdampak pada pembentukan citra perusahaan. Oleh karena
itu, peneliti dalam penelitian ini ingin menganalisis bagaimana pengaruh program
CSR yang diterapkan oleh pekerja CSR PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field
bekerja sama dengan LSM Habitat for Humanity Indonesia dalam membentuk citra
perusahaan di masyarakat.
Perumusan Masalah
Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Citra perusahaan bagi masyarakat dapat terbentuk secara baik (positif) maupun
buruk (negatif). Bagi perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan
minyak bumi yang sudah diwajibkan untuk menerapkan program CSR, citra
perusahaan dapat terbentuk melalui penerapan program CSR. Program CSR
yang diterapkan oleh suatu perusahaan tidak dapat terbentuk secara sepihak saja.
Perusahaan juga harus melibatkan masyarakat selaku penerima program dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga proses menikmati hasil karena
masyarakat merupakan penerima dampak langsung dari aktivitas perusahaan.
Hasil penelitian Febriana (2008) menjelaskan bahwa pembentukan citra
perusahaan dalam program CSR yang diterapkan oleh perusahaan dapat dilihat
dari partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan partisipasi. PT Pertamina EP
Asset 3 Subang Field melibatkan masyarakat dalam penerapan Program CSR
Air untuk Semua. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti dalam penelitian ini
berupaya untuk menganalisis bagaimana pengaruh tingkat partisipasi
penerima program terhadap pembentukan citra?
2. Selain melibatkan partisipasi masyarakat dalam program CSR yang diterapkan,
proses komunikasi merupakan hal yang penting dalam penerapan program.
Komunikasi antarpribadi yang dibangun oleh pekerja CSR dengan masyarakat
akan menimbulkan persepsi di masyarakat. Persepsi tersebut nantinya akan
membentuk citra positif atau negatif terhadap perusahaan. Menurut Mukti
(2011) dalam menerapkan program CSR dibutuhkan strategi untuk menerapkan
program tersebut, salah satunya melalui intensitas komunikasi yang dibentuk
oleh pekerja CSR dengan masyarakat dan stakeholder terkait. Oleh karena itu,
perlu dianalisis bagaimana pengaruh intensitas komunikasi antarpribadi
pekerja CSR terhadap pembentukan citra perusahaan?
3. Pekerja CSR merupakan komunikator yang membawa pesan berupa program
CSR kepada masyarakat yang merupakan komunikan. Sebagai seorang

4
komunikator, pekerja CSR haruslah memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dengan masyarakat serta menilai kebutuhan masyarakat. Hasil
penelitian Sari (2012) menjelaskan bahwa dalam menerapkan program CSR
dibutuhkan program yang sustainable atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
akuntanbilitas dan keterbukaan dari pekerja CSR dalam menerapkan program
CSR. Suranto (2011) menjelaskan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan
komunikator dalam berkomunikasi dengan komunikan atau yang dikenal dengan
penilaian kualitas pekerja CSR. Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis
bagaimana pengaruh kualitas pekerja CSR terhadap pembentukan citra
perusahaan?
4. Selain program CSR yang diterapkan oleh perusahaan, perkembangan industri
yang terjadi saat ini menyebabkan banyak perusahaan membuka aktivitas
usahanya hingga ke daerah pedesaan (Siska 2013). PT Pertamina EP Asset 3
Subang Field merupakan salah satu perusahaan yang melakukan aktivitas usaha
di wilayah pedesaan sehingga kehadiran perusahaan tersebut memberikan
dampak terhadap kehidupan masyarakat. Dampak tersebut berupa dampak
terhadap kehidupan sosial, ekonomi maupun terhadap lingkungan. Hasil
penelitian Sari, Fauzi, dan Sunarti (2014) menjelaskan bahwa dampak dari
industrialisasi perusahaan dapat menimbulkan persepsi terhadap perusahaan
tersebut, sehingga citra perusahaan dapat terbentuk di masyarakat. Sesuai
dengan hal tersebut maka perlu dianalisis bagaimana pengaruh dampak
industrialisasi perusahaan terhadap pembentukan citra perusahaan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh dari penerapan Program CSR “Air untuk Semua” terhadap pembentukan
citra perusahaan. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah:
1.
Menganalisis pengaruh tingkat partisipasi penerima program terhadap
pembentukan citra perusahaan
2.
Menganalisis pengaruh intensitas komunikasi antarpribadi pekerja CSR
terhadap pembentukan citra perusahaan
3.
Menganalisis pengaruh kualitas pekerja CSR terhadap pembentukan citra
perusahaan
4.
Menganalisis dampak industrialisasi perusahaan terhadap pembentukan citra
perusahaan
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi perusahaan, LSM,
akademisi, dan masyarakat pada umumya mengenai kajian pengaruh penerapan
program CSR terhadap pembentukan citra perusahaan. Secara spesifik dan
terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut:
1.
Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sekaligus bahan
evaluasi atas program CSR yang telah diterapkan oleh perusahaan sehingga

5

2.

3.

perusahaan mengetahui kelebihan serta kekurangan dari program yang telah
diterapkan sehingga dapat berguna juga untuk peningkatan citra perusahaan
Bagi LSM
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sekaligus bahan
evaluasi atas peran LSM sebagai pihak yang menjembatani antara perusahaan
dengan masyarakat
Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai maksud pelaksanaan
program CSR yang dijalankan oleh suatu perusahaan apakah sudah sesuai
dengan teori yang sudah ada serta memperkaya khasanah ilmu dalam kajian
CSR.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Corporate Social Responsibility (CSR)
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam
publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR atau tanggung
jawab sosial perusahaan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus
bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan
komunitas lokal dan masyarakat secara luas (Wibisono 2007). Terdapat teori CSR
yang menjadi landasan aktivitas CSR perusahaan yaitu teori Triple Bottom Line
yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya
“Cannibal with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”
Elkington mengembangkan konsep Triple Bottom Line dengan istilah economic
prosperity, environment quality, dan social justice. Elkington memberikan
pandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan keberlangsungan
hidup perusahaannya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan 3P. Selain
mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat
pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan turut berkontribusi aktif
dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono 2007).
Meskipun korporat memiliki kebebasan dalam melakukan aktivitas CSR
yang hendak dilakukannya, pada dasarnya interpretasi itu menurut Archie Carrol
seperti dikutip Rahman (2009) dapat dipilah dalam empat kategori tanggung jawab
sosial perusahaan, yaitu:
1) Tanggung jawab Ekonomi (Economics Responsibilities)
Tanggung jawab ekonomi dilakukan oleh perusahaan melalui mekanisme
pricing. Pricing, sebagai aktivitas ekonomi akan bersinergi dengan tanggung
jawab sosial jika didasari pada itikad untuk memberikan harga yang memihak
kepada konsumen. Artinya, harga yang diberikan merupakan representasi dari
kualitas dan nilai sebenarnya dari barang atau jasa yang ditawarkan. Proses
komunikasi melalui media iklan tidak bersifat menipu atau membohongi
konsumen. Hal tersebut merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh
guna mensinkronkan fungsi ekonomi dengan aktivitas tanggung jawab sosial.
2) Tanggung jawab Hukum (Legal Responsibilities)
Saat perusahaan memutuskan untuk menjalankan operasinya di wilayah tertentu
maka ia telah sepakat untuk melakukan kontrak sosial dengan segala aspek
norma dan hukum yang telah ada maupun yang akan muncul kemudian.
Tanggung jawab hukum oleh korporat merupakan kodifikasi sejumlah nilai dan
etika yang dicanangkan korporat terhadap seluruh pembuat dan pemilik hukum
yang terkait. Saat terjadi pelanggaran atas hukum yang telah berlaku, komunitas
telah menyediakan segala proses yang berkenaan dengan sanksi dari
pelanggaran tersebut, termasuk di dalamnya melalui kelompok penekan dan
media artikulasi kepentingan secara politis.
3) Tanggung jawab Etis (Ethical Responsibilities)
Tanggung jawab etis berimplikasi pada kewajiban korporat untuk menyesuaikan
segala aktivitasnya sesuai dengan norma sosial dan etika yang berlaku baik

8
secara formal maupun tidak. Tanggung jawab etis ini bertujuan untuk memenuhi
standar, norma, dan pengharapan dari stakeholder terhadap korporat seperti
kepekaan korporat dalam menjunjung kearifan dan adat lokal, pengenalan
terhadap kebiasaan, tempat sakral, opinion leader, kebudayaan, bahasa daerah,
kepercayaan dan tradisi menjadi sebuah kemutlakan guna menjalankan tanggung
jawab etis korporat. Perusahaan harus mampu berasimilasi dengan perubahan
yang terjadi di sekitarnya apabila terjadi perubahan nilai lokal dan sebagainya.
4) Tanggung jawab Filantropis (Philanthropic Responsibilities)
Tanggung jawab filantropis dilakukan tidak hanya dengan memberikan sejumlah
fasilitas dan sokongan dana, korporat juga disarankan untuk dapat memupuk
kemandirian komunitasnya. Tanggung jawab ini didasarkan pada itikad korporat
untuk berkontribusi pada perbaikan komunitas secara mikro maupun
makrososial. Tanggung jawab filantropis merupakan wujud konkret berupa
pembangunan fisik yang dilakukan korporat terhadap komunitas. Pengalokasian
sepuluh persen dari keuntungan untuk aktivitas filantropis tidak akan menjadi
pemicu kerugian melainkan mendorong pada pencapaian keuntungan jangka
panjang.
Selain merujuk pada empat kategori tanggung jawab sosial perusahaan, terdapat
dasar bagi perusahaan untuk menjalankan program CSR perusahaannya. Tanggung
jawab tersebut yaitu, tanggung jawab yang berdasarkan pada pemberdayaan
masyarakat agar tercipta kemandirian yang sesungguhnya sehingga program CSR
yang diterapkan tersebut dapat berkelanjutan (sustainable development). Payne
seperti dikutip Nasdian (2014) menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat
(empowerment) ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait
dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer
daya dari lingkungannya. Pandangan tersebut mengartikan bahwa pemberdayaan
secara konseptual pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, atau
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan
seperti yang dijelaskan tersebut secara tidak langsung harus diterapkan sebagai
dasar dalam pelaksanaan CSR suatu perusahaan agar perusahaan dapat membentuk
masyarakat yang mandiri dengan melibatkan mereka dalam setiap aktivitas maupun
program yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. Program CSR yang berbasis
pemberdayaan masyarakat akan terbentuk apabila pekerja CSR yang menerapkan
program CSR mampu menjadi CD Worker yang baik dan memahami dengan baik
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan pekerja CSR yang memiliki
kualitas pekerja yang baik.
Kualitas Pekerja CSR
Pekerja CSR akan memiliki kualitas yang baik terutama dalam
berkomunikasi dengan masyarakat selaku penerima program CSR apabila dapat
menerapkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keefektifan tersebut dapat
dilihat dari faktor-faktor keberhasilan komunikator dalam berkomunikasi.
Komunikator dalam hal ini adalah pekerja CSR. Dalam menerapkan program CSR,
komunikasi antarpribadi yang dibentuk antara pekerja CSR dengan penerima

9
program akan efektif apabila timbul pemahaman antara komunikator dan
komunikan. Komunikasi antarpribadi yang efektif berfungsi untuk: (1) Membentuk
dan
menjaga
hubungan
baik
antarindividu,
(2)
Menyampaikan
pengetahuan/informasi, (3) Mengubah sikap dan perilaku, (4) Pemecahan masalah
hubungan antarmanusia, (5) Membangun citra diri, dan (6) Jalan menuju sukses.
Jika komunikasi yang dibangun efektif, maka pekerja CSR akan menjadi seorang
komunikator yang handal, dapat menyampaikan pesan dengan cara yang sesuai
dengan keadaan komunikan (Suranto 2011). Hal tersebut juga sama dengan menjadi
seorang pekerja CSR yang baik. Pekerja CSR akan menjadi CD Worker yang
sesungguhnya apabila mampu menjadi komunikator yang handal dalam
menerapkan program CSR serta mampu menjembatani masyarakat dengan
perusahaan.
DeVito (2009) menjelaskan bahwa komunikasi antarpribadi yang efektif akan
memberikan manfaat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Bagi seorang
komunikator atau dalam hal ini yaitu pekerja CSR terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dari komunikasi yang dilakukan oleh seorang
komunikator yaitu:
a) Kredibilitas
Yaitu kewibawaan seorang komunikator di hadapan komunikan. Pesan yang
disampaikan oleh seorang komunikator yang kredibilitasnya tinggi akan lebih
banyak memberi pengaruh terhadap penerima pesan.
b) Daya tarik
Berupa daya tarik fisik dan non fisik. Adanya daya tarik ini mengundang simpati
penerima pesan.
c) Kemampuan intelektual
Merupakan tingkat kecakapan, kecerdasan, dan keahlian seorang komunikator.
Kemampuan intelektual itu diperlukan oleh seorang komunikator terutama
dalam hal mengalisis kondisi sehingga bisa mewujudkan cara komunikasi yang
sesuai.
d) Integritas
Merupakan keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari.
Komunikator yang memiliki keterpaduan, kesesuaian antara uacapan dan
tindakannya akan lebih disegani oleh komunikan.
e) Keterpercayaan
Kalau komunikator dipercaya oleh komunikan maka akan lebih mudah
menyampaikan pesan dan mempengaruhi sikap orang lain.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2012) yang berjudul
Implementasi Corporate Social Responsibility terhadap Sikap Komunitas pada
Program Perusahaan menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara sustainability,
accountability dan transparency pada implementasi program CSR terhadap
pembentukan citra perusahaan. Sustainability, accountability dan transparency
tersebut dapat terwujud apabila pekerja CSR mampu menerapkan prinsip
sustainability, accountability, dan transparency yang baik dalam menerapkan
program sehingga citra perusahaan yang terbentuk juga baik di masyarakat. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa program yang diterapkan sustainable,
pekerja CSR memiliki akuntabilitas serta menerapkan program secara transparan
dan terbuka. Prinsip yang diterapkan tersebut ternyata berpengaruh terhadap
pembentukan citra perusahaan.

10

Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Pekerja CSR dalam menerapkan program CSR perusahaan haruslah
mengenali lingkungan serta masyarakat sekitar perusahaan yang merupakan
penerima program. Suranto (2011) menjelaskan salah satu langkah yang mampu
untuk mengenali masyarakat tersebut adalah melalui komunikasi langsung dengan
penerima program atau komunikasi antarpribadi (interpersonal communication).
Sifat komunikasi ini adalah: (a) spontan dan informal; (b) saling menerima feedback
secara maksimal; (c) partisipan berperan fleksibel. Littlejohn (1999) memberikan
definisi komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi antar individu-individu.
Menurut Devito (2009) komunikasi antarpribadi adalah penyampaian pesan oleh
satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang,
dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik
segera.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mukti (2011) yang berjudul
Implementasi Strategi CSR pada PT Petrokimia Gresik menjelaskan tentang
mekanisme pelaksanaan dan evaluasi dari strategi penerapan program CSR yang
diterapkan oleh PT Petrokimia Gresik. Dalam penelitian tersebut program CSR
yang diterapkan dijalankan melalui strategi tatap muka langsung, namun
didapatkan hasil dimana perlu peningkatan dalam intensitas komunikasi dengan
masyarakat sekitar perusahaan, seperti melakukan kumpul dan diskusi dengan
masyarakat serta stakeholder yang ada di masyarakat sehingga perusahaan
dipandang baik dan memikirkan masyarakat sekitar dalam menerapkan program
CSR.
Konsep Partisipasi
Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan)
merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk
berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang
dilaksanakan. Partisipasi anggota masyarakat seperti yang diungkapkan oleh
Adisasmita (2006) adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan,
meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi)
program/proyek di dalam masyarakat. Hal yang paling mendasar dalam partisipasi
adalah kenyataan bahwa selama ini, partisipasi masyarakat “terbatas” pada
implementasi atau penerapan program. Masyarakat tidak dikembangkan dayanya
menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah
diambil “pihak luar”. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak
memiliki “kesadaran kritis”. Terhadap pengertian partisipasi di atas, terdapat
konsep yang baru dimana menumbuhkan daya kreatif dalam dirinya sendiri
sehingga menghasilkan pengertian partisipasi yang aktif dan kreatif atau seperti
yang dikemukakan oleh Paul (1987) seperti dikutip Adisasmita (2006) yaitu,
participation refers to an active process whereby beneficiaries influence the
direction and execution of development projects rather than merely receive a share
of project benefits. Partisipasi mengacu pada proses aktif dimana penerima
program/proyek juga ikut mempengaruhi arah dan pelaksanaan program/proyek
pembangunan dan bukan hanya menerima bagian atau keuntungan dari
program/proyek tersebut saja. Pengertian tersebut melihat keterlibatan masyarakat
mulai
dari
tahap
pengambilan
keputusan/perencanaan,
penerapan

11
keputusan/pelaksanaan, penikmatan hasil, dan evaluasi (Cohen and Uphoff, 1979)
seperti dikutip Nasdian (2014).
Terdapat beberapa tahapan partisipasi, Cohen dan Uphoff (1979) membagi
partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1.
Tahap pengambilan keputusan, merupakan tahapan yang diwujudkan dengan
keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat perencanaan program. Tahap ini
merupakan tahap awal atau perencanaan program.
2.
Tahap pelaksanaan, merupakan tahap dimana peserta program berpartisipasi
atau berkontribusi dalam bentuk sumbangan pemikiran, sumbangan materi,
dan bentuk tindakan lain sebagai anggota program.
3.
Tahap evaluasi, merupakan tahap dimana masyarakat berpartisipasi dengan
memberikan masukan atas program yang telah dilaksanakan demi perbaikan
pelaksanaan program selanjutnya.
4.
Tahap menikmati hasil, merupakan tahap yang dapat dijadikan indikator
keberhasilan partisipasi masyarakat yang dilihat dari tahap perencanaan dan
pelaksanaan program. Selain itu, dengan melihat masyarakat sebagai subjek
program, maka semakin besar manfaat yang dirasakan berarti program
tersebut tepat sasaran.
Dampak Industrialisasi Perusahaan
Hadir dan tumbuhnya industri di suatu wilayah merupakan hasil dari
kebijakan pembangunan, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Kebijakan pembangunan tersebut secara tidak langsung mendukung adanya
pembangunan industri yang salah satu tujuannya bertujuan untuk meningkatkan
keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Sesuai
dengan tujuan pembangunan industri tersebut maka secara tidak langsung hadirnya
industri di tengah kehidupan masyarakat juga memberikan dampak terhadap
kehidupan masyarakat sekitar perusahaan yang melakukan proses industri termasuk
juga industri pertambangan. Dampak tersebut salah satunya terlihat dalam bidang
ekonomi. Hal ini ditandai dengan perubahan yang terjadi pada mata pencaharian
penduduk dan perluasan lapangan pekerjaan. Perubahan, pergeseran maupun
perluasan mata pencaharian tersebut juga disebabkan oleh terbukanya kesempatan
kerja di perusahaan dan kesempatan usaha bagi penduduk (Siska 2013). Sunarjan
(1991) menyatakan bahwa kehadiran industri menyebabkan perubahan-perubahan
di bidang sosial-ekonomi seperti perubahan pemilikan dan pemanfaatan lahan,
perubahan profesi dan perubahan pendapatan penduduk.
Dampak lainnya juga terlihat pada industri pertambangan. Industri
pertambangan merupakan industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari
hasil pertambangan. Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan
pertambangan merupakan dampak yang terjadi pada lingkungan sekitar perusahaan
tambang tersebut. Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi mulai dari
eksplorasi, pemurnian, pengolahan, pengangkutannya serta kemudian penjualannya
tidak lepas dari berbagai bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran lingkungan
oleh bahan-bahan minyak yang berakibat kerusakan fauna dan flora, pencemaran
akibat penggunaan bahan kimia dan keluarnya gas-gas atau uap-uap ke udara pada
proses pemurnian dan pengolahan, pencemaran udara oleh pembakaran gas dan
sebagainya (Santoso 1999).

12
Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan
membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi,
terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha
di bidang non pertanian. Hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini
juga membuka peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Masyarakat di
sekitar pabrik dapat memanfaatkan peluang kerja yang terbuka dengan memasuki
bidang-bidang pekerjaan yang ditawarkan oleh pabrik, dalam hal ini adalah PT
Pertamina EP Asset 3 Subang Field dan para pemilik modal dapat memanfaatkan
berbagai peluang usaha untuk mengakomodasi kebutuhan pembangunan pabrik dan
kebutuhan para migran pekerja yang tinggal di sekitar kawasan industri seperti
menyediakan jasa pemondokan, transportasi ojek atau mendirikan toko dan warung
untuk memenuhi kebutuhan para pekerja pabrik. Perubahan lingkungan dan nilai
atau pandangan hidup masyarakat memengaruhi bentuk pencaharian nafkahnya,
pembangunan industri telah mendorong hal tersebut.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari, Fauzi, dan Sunarti
(2014) menunjukkan hasil dimana dampak dari aktivitas industri di pedesaan
menimbulkan pengaruh terhadap citra perusahaan di mata masyarakat. Dampak
tersebut dapat berupa dampak langsung dalam produksi, lingkungan, serta dampak
dalam bidang sosial-ekonomi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dampak
industrialisasi yang akan dianalisis dalam penelitian ini yaitu, terbukanya
kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field,
perubahan pemilikan dan pemanfaatan lahan, perubahan profesi, perubahan
pendapatan penduduk, peluang kerja di bidang non pertanian serta pencemaran
lingkungan.
Citra Perusahaan
Bagi perusahaan citra diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati
diri perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan didasari pada apa yang
mereka ketahui atau mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Citra
perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap hidup dan
meningkatkan kreativitasnya bahkan memberikan manfaat lebih bagi orang lain.
Citra yang dibentuk oleh masyarakat bisa terwujud secara baik (positif) maupun
buruk (negatif) (Khan 2013). Oleh karena itu, sangat diperlukan kepekaan dari
perusahaan untuk menentukan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Menurut Triwilopo (2013) citra perusahaan dapat didefinisikan juga sebagai
keseluruhan persepsi dari perusahaan yang mengadakan suatu program kepada
publik. Citra merupakan modal jangka panjang bagi instansi atau perusahaan, maka
lebih sulit mempertahankan citra daripada membangun citra karena ketika citra
sudah terbentuk, maka akan menimbulkan kompetisi sehingga bagi sebuah instansi
atau perusahaan, image atau citra yang baik sangat diperlukan. Meskipun demikian,
pengertian citra tidak dapat diukur secara matematis tetapi wujudnya dapat
dirasakan dari hasil penilaian baik dan buruk (Ruslan 2006).
Spector seperti dikutip Picton dan Broderick (2001) mengemukakan 6
faktor utama untuk mengukur citra perusahaan. Keenam faktor tersebut adalah:
a.
Dynamic: pioneering, attention-getting, goal oriented. Bahwa sebuah
perusahaan haruslah dinamis: pelopor, menarik perhatian, aktif dan
berorientasi pada tujuan

13
Cooperative: friendly, well-liked, eager to please good relations. Sebuah
perusahaan harus mampu bekerja sama: ramah, diskusi, membuat senang
orang lain dan memiliki hubungan baik dengan orang lain
c.
Business: wise, smart, persuade, well-organized. Perusahaan harus memiliki
karakter bisnis: bijak, cerdas, persuasif, terorganisir dengan baik
d.
Character: ethical, reputable, respectable. Sebuah perusahaan yang baik
harus memiliki karakter yang baik pula seperti: etis, reputasi baik dan
terhormat
e.
Successful: financial performance, self-confidence. Ciri yang dimiliki oleh
perusahaan adalah kinerja keuangan yang baik dan percaya diri
f.
Withdrawn: aloof, secretive, cautious. Perusahaan harus mampu menahan
diri: ketat, menjaga rahasia dan berhati-hati.
Citra perusahaan juga memiliki makna yaitu, proses pembentukan yang
terdiri dari beberapa tahapan. Pertama, obyek mengetahui (melihat atau mendengar)
upaya yang dilakukan perusahaan dalam membentuk citra perusahaan. Kedua,
memperhatikan upaya perusahaan tersebut. Ketiga, setelah adanya perhatian obyek
mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat,
terbentuknya citra perusahaan pada obyek kemudian tahap kelima, citra perusahaan
yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam hubungannya
dengan perusahaan. Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra
perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap
dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan
obyek sasaran. Sehingga dibutuhkan informasi yang lengkap untuk menghasilkan
citra yang sempurna (Jatmiko 2011). Oleh karena itu, untuk membentuk citra
perusahaan yang baik di mata masyarakat diperlukan usaha dan kerja keras dari
para
pekerja
CSR
dan
anggota
perusahaan
lainnya
dalam
mempertanggungjawabkan tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungan sekitar
perusahaan.
b.

Kerangka Pemikiran
Baik buruknya suatu perusahaan dapat dilihat dari citra perusahaan tersebut,
terutama bagi perusahaan yang melaksanakan aktivitas usahanya di sekitar tempat
tinggal masyarakat. Banyak hal yang mampu membentuk citra suatu perusahaan.
Seperti halnya dalam penelitian ini, Citra perusahaan merupakan hasil akhir dari
persepsi masyarakat terhadap sebuah perusahaan. Terdapat variabel yang
berpengaruh terhadap pembentukan citra perusahaan terkait dengan penerapan
program Corporate Social Responsibility (CSR). Pembentukan citra perusahaan
dapat dibentuk melalui tingkat partisipasi masyarakat dalam program, intensitas
komunikasi antarpribadi, kualitas pekerja CSR, dan dampak industrialisasi
perusahaan. Tingkat partisipasi dilihat dari keikutsertaan penerima program dalam
tahapan partisipasi, yaitu tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan,
pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil. Selanjutnya, tingkat partisipasi
tersebut berpengaruh terhadap pembentukan citra perusahaan. Pembentukan citra
perusahaan lainnya dibentuk oleh intensitas komunikasi antarpribadi dari pekerja
CSR. Selain itu, kualitas dari pekerja CSR dapat dilihat dari persepsi terhadap
kredibilitas pekerja, daya tarik pekerja, kemampuan intelektual, integritas, dan
keterpercayaan dilihat berpengaruh terhadap pembentukan citra perusahaan.

14
Dampak industrialisasi dilihat dari persepsi terhadap kesempatan kerja, perubahan
kepemilikan lahan, peluang kerja di bidang non-pertanian dan pencemaran
lingkungan juga berpengaruh terhadap citra perusahaan. Adapun kerangka analisis
dalam penelitian ini dapat terlihat pada Gambar 1 sebagai berikut.
Tingkat
Partisipasi
Masyarakat dalam Program
CSR Air untuk Semua
1.Tingkat partisipasi
perencanaan
2.Tingkat partisipasi
pelaksanaan
3.Tingkat partisipasi
evaluasi
4.Tingkat partisipasi
menikmati hasil

dalam
dalam
dalam
dalam

Intensitas komunikasi antar
pribadi
Kualitas Pekerja CSR

Pembentukan
Citra
Perusahaan

1.Persepsi terhadap kredibilitas
2. Persepsi terhadap daya tarik
3.Persepsi
terhadap
kemampuan intelektual
4. Persepsi terhadap integritas
5.Persepsi
terhadap
keterpercayaan

Dampak Industrialisasi PT
Pertamina EP Asset 3
Subang Field
1.Persepsi
terhadap
kesempatan kerja
2.Persepsi terhadap perubahan
kepemilikan lahan
3.Persepsi terhadap peluang
kerja di bidang non-pertanian
4.Persepsi
terhadap
pencemaran lingkungan

Keterangan:
:Mempengaruhi

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh penerapan
pogram CSR terhadap pembentukan citra
perusahaan

15
Hipotesis Penelitian

1.
2.
3.
4.

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
Diduga tingkat partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap pembentukan citra
perusahaan
Diduga intensitas komunikasi antarpribadi pekerja CSR berpengaruh terhadap
pembentukan citra perusahaan
Diduga kualitas pekerja CSR berpengaruh terhadap pembentukan citra
perusahaan
Diduga dampak industrialisasi berpengaruh terhadap pembentukan citra
perusahaan

Definisi Operasional
1.

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program CSR Air untuk
Semua
Skor penilaian responden tentang keterlibatannya sebagai anggota Program
CSR Air untuk Semua, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
(implementasi) program di dalam masyarakat dan dilihat dari tingkat partisipasi
dalam tahapan yang dilalui mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan,
evaluasi, serta menikmati hasil. Adapun tingkat partisipasi dalam tahapan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tingkat partisipasi dalam perencanaan, merupakan skor penilaian responden
tentang keterlibatannya dalam tahap awal atau perencanaan Program CSR Air
untuk Semua seperti kumpul untuk membahas progarm serta rapat perencanaan.
b. Tingkat partisipasi dalam pelaksanaan, merupakan skor penilaian responden
tentang keterlibatannya dalam tahap dimana peserta program berpartisipasi
atau berkontribusi dalam bentuk sumbangan pemikiran, sumbangan material,
dan bentuk tindakan lain sebagai anggota Program CSR Air untuk Semua.
c. Tingkat partisipasi dalam evaluasi, merupakan skor penilaian responden
tentang keterlibatannya dalam tahap dimana masyarakat berpartisipasi dengan
memberikan masukan, kritik dan saran atas Program CSR Air untuk Semua
yang telah dilaksanakan demi keberlanjutan program selanjutnya.
d. Tingkat partisipasi dalam menikmati hasil, merupakan skor penilaian
responden tentang keterlibatannya dalam tahap yang dijadikan indikator
keberhasilan partisipasi masyarakat dimana masyarakat mendapatakan
manfaat dari Program CSR Air untuk Semua yang telah dilaksanakan.
Total skor tingkat partisipasi masyarakat adalah penjumlahan skor dari variabel
tingkat partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil.
Total pertanyaan pada tingkat partisipasi adalah 20 pertanyaan, dengan masingmasing pertanyaan memiliki penetapan skor yakni:
Ya
: skor 2
Tidak : skor 1

16
2.

Intensitas Komunikasi Antarpribadi Pekerja CSR
Skor penilaian responden kepada pekerja CSR tentang banyaknya jumlah
pertemuan secara langsung dengan pekerja CSR dalam menerapkan Program CSR
Air untuk Semua melalui penyampaian pesan oleh pekerja CSR dan penerimaan
pesan oleh penerima Program CSR Air untuk Semua dengan berbagai dampaknya
dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik.
Total skor intensitas komunikasi antarpribadi adalah penjumlahan skor
variabel intensitas komunikasi antarpribadi dari pekerja CSR. Total pertanyaan
pada variabel intensitas komunikasi antarpribadi adalah 10 pertanyaan, dengan
masing-masing pertanyaan memiliki penetapan skor yakni:
Tidak pernah
: skor 1
Kadang-kadang
: skor 2
Sering
: skor 3
Selalu
: skor 4
3.

Kualitas Pekerja CSR
Skor penilaian responden tentang faktor-faktor yang menentukan keberhasilan
komunikator atau pekerja CSR dalam menerapkan komunikasi antarpribadi agar
menjadi efektif dimana komunikasi antarpribadi yang efektif akan memberikan
manfaat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, faktor tersebut terdiri dari:
a) Persepsi terhadap kredibilitas pekerja, merupakan skor penilaian responden
tentang pandangan mereka kepada pekerja CSR terhadap pembawaannya saat
menerapkan program apakah seorang pekerja CSR mampu menguas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

0 89 119

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1 58 93

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR)Internal dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT Darmasindo Intikaret Tebing Tinggi Sumatera Utara

18 141 162

Bentuk Program Corporate Social Responsibility Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal(Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

6 71 112

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Study Korelasional Mengenai Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility (Csr) Terhadap Citra Pt. Tirta Sibayakindo Di Mata Masyarakat Desa Doulu Dalam Dan Desa Doulu Pasar Kecamatan Berasta

1 79 137

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 38 84

Pengaruh Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014

0 19 112

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governace dan profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Industri yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 46 93

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 103

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72