Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

(1)

SKRIPSI

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2013

OLEH

ANGGIE MAULIDA LUBIS 110503025

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 dan 2013” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2015 Yang Membuat Pernyataan,

( Anggie Maulida Lubis ) NIM. 110503025


(3)

iii

ABSTRAK

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL, DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing secara simultan maupun secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur nyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013. Jenis penelitian ini adalah kausal, yang menggunakan data populasi dari 145 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan diperoleh perusahaan yang lulus kriteria sebanyak 83 perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, semua variabel independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan secara parsial hanya Corporate Social Responsibility yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel lain yakni kepemilikan institusional dan kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kata Kunci : Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, nilai perusahaan.


(4)

iv ABSTRACT

EFFECT OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, AND FOREIGN OWNERSHIP TO FIRM VALUE OF REGISTERED MANUFACTURING COMPANY IN INDONESIAN STOCK

EXCHANGE YEAR 2011 AND 2013

This research aim is to understanding the effects of Corporate Social Responsibility, institutional ownership, and foreign ownership to firm value of registered manufacturing company in Indonesian Stock Exchange on 2011 and 2013 partially and simultaneously. This is a causal research, which taken from 145 registered manufacturing companies as the population. Samples of this research are taken using purposive sampling method, and there are 83 companies who passes the criteria.

Research shows that simultaneously all independent variables are affecting positive and significantly to firm value, while partially, Corporate Social Responsibility is affecting positive and significantly to firm value, and others variables that are institutional ownership and foreign ownership are not affecting significantly to firm value.

Keywords : Corporate Social Responsibility, institutional ownership, foreign ownership, firm value.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013” ini guna melengkapi tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, yang nantinya dapat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran, dukungan, motivasi, serta doa dari berbagai pihak, terutama dari kedua orangtua

Ayahanda Burhanuddin Lubis dan Ibunda Nurhayati Abbas yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, nasehat, serta doanya kepada penulis, semoga penulis dapat menjadi anak yang dibanggakan. Kemudian kepada kedua kakak penulis, Yuni Shandy Lubis dan Indah Octasari Lubis yang selalu memberikan doa serta dukungannya kepada penulis.

Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(6)

vi 2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua

Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja`far, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris S-1 Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dr. Rina Br. Bukit, S.E, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing pada

penulisan skripsi.

5. Kepada Rifqi Muhammad Arfan Sitompul serta sahabat-sahabat penulis yakni Ulfa, Astri, Wiwik, Rafika, Debby, Uly, Rati, dan juga Eni, Putri, dan Risa yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, doa, bantuan, dan juga kebahagiaan kepada penulis.

Dengan bantuan yang penulis dapatkan akhirnya dengan menyerahkan diri dan senantiasa memohon petunjuk serta perlindungan dari Allah SWT semoga amalan dan perbuatan baik tersebut mendapat imbalan yang baik pula.

Medan, Juni 2015 Penulis

(Anggie Maulida Lubis) NIM. 110503025


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Teori Keagenan ... 10

2.1.2 Teori Stakeholder ... 11

2.1.3 Teori Legitimasi ... 12

2.1.4 Teori Institusional ... 13

2.1.5 Nilai Perusahaan (Firm Value) ... 15

2.1.6 Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) ... 16

2.1.7 Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership).. 21

2.1.8 Kepemilikan Asing (Foreign Ownership) ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual ... 29

2.4 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ... 32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.2.1 Populasi ... 32

3.2.2 Sampel ... 32

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4 Operasional Variabel ... 33

3.4.1 Variabel Dependen ... 34


(8)

viii

3.5 Metode Analisis Data ... 39

3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 40

3.5.1.1 Uji Normalitas ... 40

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas ... 41

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 41

3.5.1.4 Uji Autokorelasi ... 42

3.5.2 Uji Regresi Linear Berganda ... 43

3.6. Pengujian Hipotesis ... 43

3.6.1 Uji Statistik F ... 44

3.6.2 Uji Statistik t ... 44

3.6.3 Uji Koefisien Determinasi ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.1 Statistik Deskriptif ... 46

4.1.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum Transformasi ... 47

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 47

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ... 50

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 51

4.1.2.4 Uji Autokorelasi ... 51

4.1.3 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi ... 52

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 47

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 55

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 55

4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... 56

4.1.4 Uji Regresi Linear Berganda ... 57

4.2 Pengujian Hipotesis ... 58

4.2.1 Uji Statistik F ... 58

4.2.2 Uji Statistik t ... 59

4.2.3 Uji Koefisien Determinasi ... 60

4.3 Pembahasan ... 61

4.3.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan ... ..61

4.3.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan ... ..62

4.3.3 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Nilai Perusahaan ... .. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64


(9)

ix 5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN ... 71


(10)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 27

3.1 Sampel Penelitian ... 33

3.2 Operasional Variabel ... 38

3.3 Uji Autokorelasi ... 42

4.1 Statistik Deskriptif ... 46

4.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorv-Smirnov Sebelum Transformasi ... 49

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi ... 50

4.4 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Sebelum Transformasi . 51 4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorv-Smirnov Setelah Transformasi ... 54

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi ... 55

4.7 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Setelah Transformasi ... 56

4.8 Hasil Uji Regresi Berganda ... 57

4.9 Hasil Uji F ... 58

4.10 Hasil Uji t ... 59


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 27

4.1 Grafik Histogram Sebelum Transformasi ... 48

4.2 Normal P-P Plot Sebelum Transformasi ... 49

4.3 Grafik Scatterplot Sebelum Transformasi ... 51

4.4 Grafik Histogram Setelah Transformasi ... 53

4.5 Normal P-P Plot Setelah Transformasi ... 54


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 71

2 Populasi dan Sampel ... 73

3 Data Penelitian ... 77

4 Hasil Pengolahan Data 2011 dan 2013 ... 82

5 Hasil Pengolahan Data 2011 ... 77


(13)

iii

ABSTRAK

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL, DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing secara simultan maupun secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur nyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013. Jenis penelitian ini adalah kausal, yang menggunakan data populasi dari 145 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan diperoleh perusahaan yang lulus kriteria sebanyak 83 perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, semua variabel independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan secara parsial hanya Corporate Social Responsibility yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel lain yakni kepemilikan institusional dan kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kata Kunci : Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, nilai perusahaan.


(14)

iv ABSTRACT

EFFECT OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, AND FOREIGN OWNERSHIP TO FIRM VALUE OF REGISTERED MANUFACTURING COMPANY IN INDONESIAN STOCK

EXCHANGE YEAR 2011 AND 2013

This research aim is to understanding the effects of Corporate Social Responsibility, institutional ownership, and foreign ownership to firm value of registered manufacturing company in Indonesian Stock Exchange on 2011 and 2013 partially and simultaneously. This is a causal research, which taken from 145 registered manufacturing companies as the population. Samples of this research are taken using purposive sampling method, and there are 83 companies who passes the criteria.

Research shows that simultaneously all independent variables are affecting positive and significantly to firm value, while partially, Corporate Social Responsibility is affecting positive and significantly to firm value, and others variables that are institutional ownership and foreign ownership are not affecting significantly to firm value.

Keywords : Corporate Social Responsibility, institutional ownership, foreign ownership, firm value.


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman, sektor perindustrian di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak industri baru bermunculan dan perusahaan-perusahaan besar mulai meluaskan jaringannya di Indonesia. Untuk sektor industri, Indonesia memang mempunyai kawasan yang strategis dan sangat mendukung karena terkenal dengan murahnya biaya tenaga kerja, dataran yang luas, dan sumber daya alam melimpah sehingga membuat banyak perusahaan mempunyai kesempatan besar untuk mendapatkan banyak keuntungan dan laba yang maksimal. Namun, semakin banyak kompetitor bisnis yang muncul mengakibatkan terjadinya dinamika bisnis berubah-ubah yang menyebabkan banyak perusahaan membutuhkan tambahan pendanaan untuk lebih mengembangkan usahanya agar mampu bertahan. Sumber pendanaan tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan go public dan investasi.

Go public merupakan salah satu cara yang dirasakan lebih efisien dalam memperoleh sumber dana, karena tidak mudah untuk menarik dana melalui investasi mengingat adanya perbedaan karakteristik para investor dalam menilai sebuah investasi. Banyak hal yang harus diketahui investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi karena keputusan investasi pada saham perusahaan go public memiliki resiko yang relatif tinggi. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi karena angka-angka


(16)

2 pada laporan keuangan mampu mencerminkan kinerja suatu perusahaan. Oleh sebab itu, laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal dan dari laporan keuangan tersebut investor mengetahui nilai dari suatu perusahaan yang tercermin dari harga saham yang diperdagangkan. Pada pasar modal yang efisien, harga saham mencerminkan semua informasi yang relevan dari suatu perusahaan dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi baru.

Sebuah perusahaan didirikan dengan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Susanti, 2010). Meningkatkan nilai perusahaan merupakan tujuan jangka panjang perusahaan. Untuk memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka panjang, manajer dituntut untuk membuat keputusan yang mempertimbangkan semua stakeholder, di mana manajer akan dinilai kinerjanya berdasarkan keberhasilannya mencapai tujuan (Ramadhani dan Hadiprajitno, 2012).


(17)

3 Sebagian perusahaan hanya berfokus untuk meningkatkan profitabilitas. Kontribusi mereka terhadap masyarakat hanya sebatas lapangan pekerjaan dan menciptakan barang serta jasa. Oleh karena itu, timbul lah kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya, tetapi seiring berjalannya waktu, sudah ada kesadaran banyak perusahaan untuk mengembangkan apa yang disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR).

Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) yang sering dianggap inti dari etika bisnis ini adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomi kepada para pemegang saham (shareholder), tetapi juga kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder), termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga competitor (Nurlela dan Islahuddin, 2008).

Kesadaran akan penerapan Corporate Social Responsibility menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk atau barang yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan aspek-aspek sosial. Dan juga selain memberikan keuntungan bagi pemegang saham, suatu perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap pihak lain seperti pemerintah, konsumen, dan masyarakat.

Nurlela dan Islahuddin (2008) juga berpendapat bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi financial saja, tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu sosial


(18)

4 dan juga lingkungan. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar di berbagai tempat dan waktu, muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidupnya.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai regulasi terkait lingkungan diantaranya, UU No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup dan berbagai peraturan pelaksanaannya. Pasal 6 ayat 2 UU No.23 tahun 1997 ini yang berbunyi ”Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib memberikan informasi yang benar dan akurat tentang pengelolaan lingkungan hidup”. Untuk melengkapi pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) membentuk Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) sebagai bentuk pengawasan sekaligus upaya transparansi dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan melalui No.Kep-BU/BL/2006 yang mulai berlaku sejak tanggal 7 Desember 2006 juga mewajibkan laporan keuangan tahunan perusahaan sekurang-kurangnya memuat uraian tentang aktivitas dan biaya yang dikeluarkan terkait tanggung jawab sosial perusahaan terhadap mayarakat dan lingkungan. Berdasarkan PSAK No.1 tahun 2004 (revisi 1998) paragraf sembilan secara eksplisit telah menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial dan lingkungan perusahaan. Walaupun demikian, item-item pengungkapan dan bagaimana pengungkapannya belum diatur secara terperinci (Anggraini, 2011).


(19)

5 Anggraini (2011) juga menyatakan bahwa kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan juga diatur oleh Undang- Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-Undang tersebut menjadi landasan bahwa pengungkapan pertanggungjawaban sosial merupakan mandatory disclosure untuk setiap perusahaan di Indonesia bukan lagi voluntary disclosure.

Rustiarini (2010) menyatakan bahwa perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan informasi Corporate Social Responsibility sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham.

Naik turunnya nilai perusahaan dipengaruhi pula oleh struktur kepemilikan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan adalah konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration) dan kepemilikan perusahaan oleh manajemen (ownership management). Pemilik perusahaan dari pihak luar berbeda dengan manajer karena kecil kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam kegiatan perusahaan sehari-hari (Rejeki, 2007).

Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham pada akhir tahun yang dimiliki oleh suatu lembaga, seperti bank, asuransi, atau institusi lain (Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional memiliki peran penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Kepemilikan institusional akan mengurangi konflik keagenan karena dalam aktivitas perusahaan, pihak manajemen akan


(20)

6 diawasi atau dikontrol pihak institusi, sehingga akan meminimalkan kecurangan dalam manajemen.

Kepemilikan asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di indonesia. Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan multinasional. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap lebih peduli terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, karena negara di Eropa dan Amerika merupakan negara-negara yang sangat memperhatikan isu-isu sosial; seperti pelanggaran hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan isu lingkungan seperti, efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air (Sinaga, 2012).

Shleifer dan Vishny (1986) menyatakan bahwa pemegang saham terbesar mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan. Menurut Sheifer dan Vishny dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar seperti institutional investors akan dapat memonitor tim manajemen secara efektif, dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover, dengan demikian, tingkat kepemilikan institusional yang tinggi dari persentase saham yang dimiliki oleh institutional investor akan menyebabkan tingkat monitor lebih efektif (Grief dan Zychowicz, 1994).

Permanasari (2010) menguji pengaruh kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan


(21)

7 institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dian dan Lidyah (2014) yang menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

Penelitian yang berkenaan dengan Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan nilai perusahaan menarik untuk diteliti kembali, mengingat penelitian sebelumnya memberikan hasil yang berbeda-beda. Terdapat persamaan variabel dalam penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yakni Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan nilai perusahaan. Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel kepemilikan manajerial yang diganti dengan variabel kepemilikan asing.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing pada laporan tahunan dalam ruang lingkup industri manufaktur dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 dan 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing mempengaruhi nilai perusahaan secara


(22)

8 simultan maupun secara parsial dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing terhadap nilai perusahaan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013 serta digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, pokok permasalahan dan tujuan penelitian maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, perusahaan, investor, akademis dan peneliti selanjutnya.

a. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran mengenai Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing serta nilai perusahaan.

b. Bagi perusahaan, sebagai bahan manajemen perusahaan untuk memperlihatkan sejauh mana kinerja dan operasional perusahaan.

c. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi, dan juga untuk menilai kinerja dan operasional perusahaan.

d. Bagi akademis, sebagai masukan dan tambahan pengetahuan di bidang akuntansi manajemen, khususnya mengenai mengenai Corporate


(23)

9 Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing serta nilai perusahaan.

e. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sifatnya sejenis serta memberikan wawasan yang relatif luas mengenai Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing serta nilai perusahaan.


(24)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan

Dengan terpisahnya pemilik perusahaan pada perusahaan go public yang diwakili oleh dewan komisaris (principal) dengan orang yang mengelola perusahaan yaitu manajemen (agent), akan terjadi gap atau konflik kepentingan. Hal tersebut terjadi karena manajer tidak akan mau bekerja untuk kepentingan pemilik perusahaan jika tidak selaras dengan kepentingan mereka. Hubungan keagenan timbul pada saat seorang atau lebih individu yang disebut sebagai principal menggaji individu lain yang disebut sebagai agent untuk memberikan jasa kepadanya, kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Lubis dan Putra, 2012:11).

Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Prinsipal atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan perusahaan terhadap pihak manajemen. Manajer sebagai pihak yang diberi wewenang atas kegiatan perusahaan dan berkewajiban menyediakan laporan keuangan akan cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya dan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik sebagai wujud dari tanggung atas pengelolaan perusahaan, namun informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya sehingga hal ini memacu terjadinya konflik keagenan. Dalam kondisi yang demikian, ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Putri dan Nasir, 2006).


(25)

11

2.1.2 Teori Stakeholder

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).

Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Kemampuan tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara untuk memuaskan keinginan stakeholder(Sinaga, 2012).

Stakeholder akan mempengaruhi pelaksanaan dan pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Penganut active posture akan melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial sesuai dengan permintaan stakeholder inti (stakeholder yang paling mempengaruhi perusahaan). Penganut passive posture akan melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial secara adil untuk semua stakeholder. Sehingga mungkin akan ditemui adanya beda fokus dalam pelaksanaan dari masing perusahaan sesuai pandangan masing-masing perusahaan (Anggraini, 2011).


(26)

12

2.1.3 Teori Legitimasi

Ghozali dan Chariri (2007) mengungkapkan definisi teori legitimasi sebagai suatu kondisi atau status yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya. Ketika suatu perbedaan yang nyata atau potensial, ada antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi perusahaan. Dengan melakukan pengungkapan sosial, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.

Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat atau sumber potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup. Tanggung jawab sosial perusahaan, baik teori legitimasi maupun teori stakeholder, telah menjelaskan mengenai apa yang menyebabkan perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dimana perusahaan itu menjalankan kegiatannya.

Pada dasarnya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Dilihat dari satu sisi, tujuan ini memiliki maksud yang baik. Namun penjelasan teori atas pengungkapan sosial ini menunjukkan bahwa terdapat banyak motivasi yang bertitik tolak dari kepentingan manajer ataupun perusahaan. Bahwa tujuan akhir dari adanya pengungkapan sosial perusahaan adalah tidak lain untuk menunjang tujuan utama


(27)

13 perusahaan dalam usaha mendapatkan profit maksimum. Lebih jauh lagi, legitimasi ini akan meningkatkan reputasi perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut (Rawi, 2008).

2.1.4 Teori Institusional

Ide pokok teori institusional adalah bahwa organisasi dibentuk oleh lingkungan institusional yang mengitarinya (Gudono, 2009). Menurut teori institusional, perilaku organisasi atau keputusan yang diambil organisasi dipengaruhi oleh institusi di luar organisasi. DiMaggio dan Powell (1983) mengatakan bahwa, organisasi akan berupaya untuk menyesuaikan diri atau isomorphic (sama dalam tampilan tetapi berbeda didalamnya) akibat tekanan dari luar jika ingin bertahan hidup. Menurut Meyer dan Rowan (1977), banyak posisi, kebijakan, program, dan prosedur organisasi modern dipengaruhi oleh opini publik, pandangan konstituen, dan pengetahuan melalui sistem pendidikan, prestis sosial, hukum, dan pengadilan.

Zahra (2013) mengungkapkan bahwa ada tiga proses bagaimana organisasi menyesuaikan diri. Pertama, coersive isomorphism yaitu proses penyesuaian menuju kesamaan dengan “pemaksaan”. Tekanan datang dari pengaruh politik dan masalah legitimasi. Misalnya, tekanan muncul karena peraturan pemerintah yang memiliki sanksi bagi yang melanggarnya. Begitu pula dalam sebuah perusahaan milik negara atau BUMN. BUMN yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh negara mendapatkan tekanan untuk meningkatkan prestis sosial. BUMN secara tidak langsung diharuskan memberikan pelayanan yang maksimal karena berada di bawah pengawasan pemerintah. Pemerintah sebagai pihak yang


(28)

14 kompeten dalam urusan negara dianggap lebih mampu mengawasi jalannya suatu usaha yang nantinya akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat juga. Dengan adanya paksaan dan tekanan, pemerintah memberikan perhatian lebih kepada BUMN maupun BUMD yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam proses menyesuaikan diri ini, ketika perusahaan milik negara (BUMN) berhadapan dengan perusahan lain (BUMD) yang mungkin lebih berkuasa, pemerintah selaku pemegang saham terbesar BUMN bisa jadi merasa berada dalam tekanan publik, sehingga pihak pemerintah akan berupaya lebih birokratis agar memenuhi tuntutan masyarakat. Dimana hal ini lebih mengarah kepada prestis sosial/ memunculkan citra positif bagi BUMN dan juga pemerintah itu sendiri. Namun, jika BUMN tidak berhasil meningkatkan prestis, maka citra pemerintah akan dinilai buruk di mata masyarakat.

Kedua, mimetic isomorphism yaitu proses di mana organisasi meniru organisasi lain yang berhasil dalam satu bidang, meskipun organisasi peniru tidak tahu persis mengapa mereka meniru, bukan karena dorongan supaya lebih efisien. Menurut DiMagio dan Powell (1983), biasanya proses peniruan ini muncul di lingkungan yang tidak pasti. Sebagai contoh, manajemen perusahaan Jepang banyak ditiru oleh perusahaan dari negara lainnya karena dianggap berhasil.

Ketiga, normative isomorphism sering diasosiasikan dengan profesionalisasi dan menangkap tekanan normatif yang muncul di bidang tertentu. Norma atau sesuatu yang tepat bagi organisasi berasal dari pendidikan formal dan sosialisasi pengetahuan formal itu di bidang tertentu yang menyokong dan


(29)

15 menyebarkan kepercayaan normatif itu. Ketika profesionalisme meningkat maka meningkat juga tekanan normatif itu.

2.1.5 Nilai Perusahaan (Firm Value)

Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Wahidawati, 2002). Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan terbuka yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi mengindikasikan nilai perusahaan yang tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga prospek perusahaan di masa depan (Hardiyanti, 2012).

Menurut Kurlelasari (2013) “Nilai Perusahaan didasarkan atas arus kas operasinya. Nilai perusahaan berarti nilai jual perusahaan atau nilai tambah bagi pemegang saham”. Dengan demikian ketika ingin memaksimumkan nilai perusahaan, berarti manajemen perlu memproyeksi arus kas perusahaan agar selalu sehat dari waktu ke waktu. Hal ini berarti nilai perusahaan dapat dilihat dari kesehatan arus kas operasionalnya dan harga yang pantas dibayar oleh pembeli apabila perusahaan dijual.

Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor


(30)

16 arena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer maupun komisaris.

Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di masa lampau dan prospeknya di masa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Kim dkk (1993) menuturkan bahwa rasio Q dapat dipakai untuk menilai monopoli perusahaan dan struktur pasar, dan juga untuk menilai kesempatan akuisisi. Rasio Tobin’s Q ini disebut sebagai salah satu alternatif jenis rasio yang menggunakan pendekatan harga pasar dengan nilai buku perusahaan (PBV ratio) seperti yang dikemukakan oleh Damodaran (1996: 334). Perbedaan yang jelas antara rasio Q dengan rasio PBV adalah rasio Q mendeskripsikan seluruh perusahaan (total hutang ditambah modal), bukan hanya dari sisi ekuitas saja seperti menghitung PBV (Pohan, 2005).

2.1.6 Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan)

Menurut The World Business Council for Sustainable Develpoment (WBCSD), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefenisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.


(31)

17 Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility

(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stockholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Saputri, 2011).

Selain itu, menurut Ha’ashi (dalam Daft, 2007:213), Corporate Social Responsibility adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri.

Perkembangan CSR secara konseptual menurut Nurlela dan Islahuddin (2008) mulai dibahas sejak tahun 1980-an yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Maraknya fenomena take over antar korporasi yang kerap dipicu oleh keterampilan rekayasa financial.

2. Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global. 3. Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara-negara

berkembang sehingga semakin dituntutnya untuk memperhatikan hak azasi manusia, kondisi sosial, dan perlakuan yang adil.

4. Globalisasi dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah menyebabkan tumbuhnya LSM yang memusatkan perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekhawatiran akan punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil.


(32)

18 5. Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merk dan reputasi

perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.

Serta menurut Deegan (2002), alasan yang mendorong praktek pengungkapan Corporate Social Responsibility antara lain:

1. Mematuhi peraturan yang ada dalam Undang-undang 2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi

3. Mematuhi pelaporan dan proses akuntabilitas 4. Mematuhi persyaratan peminjaman

5. Mematuhi harapan masyarakat

6. Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan 7. Mengelola kelompok stakeholder tertentu

8. Menarik dana investasi

9. Mematuhi persyaratan industri

10. Memenangkan penghargaan pelaporan

Agustine (2014) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility merupakan suatu pengembangan konsep yang dikemukan oleh John Elkington pada tahun 1997, yaitu “The Triple Bottom Line”. Dalam konsep tersebut dinyatakan bahwa agar perusahaan dapat mempertahankan keberlangsungannya maka perlu memperhatikan 3P, yaitu tidak hanya profit, namun juga mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) serta ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).

Menurut Supriatna (2013), terdapat 4 prinsip yang harus dipegang dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility, yakni:


(33)

19 1. Kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti perusahaan akan terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi, program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan. Corporate Social Responsibility berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat diprediksi.

2. Corporate Social Responsibility merupakan program jangka panjang. Perusahaan harus menyadari bahwa sebuah bisnis dapat tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari lingkungan disekitarnya, karena itu, Corporate Social Responsibility yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat dan bukanlah aktivitas sesaat untuk mendongkrak popularitas atau mengejar profit. 3. Corporate Social Responsibility akan berdampak positif kepada

masyarakat, baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan Corporate Social Responsibility harus peduli dan mempertimbangkan sampai ke dampaknya.

4. Dana yang diambil untuk Corporate Social Responsibility tidak dimasukkan ke dalam cost structure perusahaan sebagaimana budget untuk marketing yang pada akhirnya akan ditransformasikan ke harga jual produk. “Corporate Social Responsibility yang benar tidak membebani konsumen”.

Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu perusahaan dan masyarakat. Dari sisi perusahaan, citranya harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara itu, dari sisi masyarakat, harus ada peningkatan kualitas


(34)

20 hidup, karenanya, penting bagi perusahaan melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan program Corporate Social Responsibility, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Metode yang sering dipergunakan dalam menilai Corporate Social Responsibility adalah metode konten analisis laporan tahunan perusahaan atau check list (Anggraini, 2011). Permanasari (2010) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam wacana Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial adalah:

1. Kemasyarakatan

Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

2. Ketenagakerjaan

Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliput rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi, dan lainnya.

3. Produk dan Konsumen

Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya.

4. Lingkungan hidup

Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan


(35)

21 perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam.

2.1.7 Kepemilikan Institusional (InstitutionalOwnership)

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan institusi lainnya. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Oleh karena menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen lebih kuat dibandingkan dengan pemegang saham lain (Kartika, 2013).

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.

Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat


(36)

22 menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut penelitian Wening (2009) semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.

Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain:

1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.

2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

2.1.8 Kepemilikan Asing (Foreign Ownership)

Kepemilikan asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan asing merupakan pihak yang dianggap peduli terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti diketahui, negara-negara di Eropa sangat memperhatikan isu sosial misalnya hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan lingkungan.Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap Corporate Social Responsibility.

Isu kepemilikan perusahaan lokal oleh perusahaan asing bukanlah hal yang baru lagi di dunia bisnis. Mekanisme pemantauan kepemilikan saham oleh pemegang saham asing adalah melalui merger atau dengan cara pengendalian terhadap pengambilan keputusan melalui votting power dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mempekerjakan atau menunjuk seseorang untuk mewakilinya di dalam dewan komisaris, serta


(37)

23 membuat mekanisme pengawasan lain seperti pembentukan komite audit yang bertujuan untuk memastikan bahwa manajemen bekerja berdasarkan kepentingan para shareholders (Siregar dan Utama, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Wien Ika Permanasari (2010) menguji pengaruh kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan Corporate Social Responsibility. Sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan nilai Tobin’s Q. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008. Sebanyak 68 perusahaan non keuangan digunakan sebagai sampel. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah variabel Corporate Social Responsibility. Sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi nilai perusahaan adalah kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional.

2. Fachrur Dian dan Rika Lidyah (2014) menguji pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini yang


(38)

24 menjadi variabel independen adalah Corporate Social Responsibility, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan nilai Tobin’s Q. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Sebanyak 11 perusahaan tambang batu bara digunakan sebagai sampel. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, begitu juga kepemilikan manajerial yang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel kepemilikan institusional mempengaruhi nilai perusahaan.

3. Komang Fridagustina Adnantara (2013) menguji pengaruh struktur kepemilikan saham dan Corporate Social Responsibility pada nilai perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dan Corporate Social Responsibility. Sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan nilai Tobin’s Q. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Sebanyak 47 perusahaan manufaktur digunakan sebagai sampel. Analisis metode penelitian ini


(39)

25 menggunakan metode analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan publik berpengaruh positif pada Corporate Social Responsibility, dan Corporate Social Responsibility terbukti memiliki pengaruh positif pada nilai perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa secara langsung struktur kepemilikan tidak berpengaruh pada nilai perusahaan, namun melalui Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional dan kepemilikan publik berpengaruh tidak langsung pada nilai perusahaan.

4. Rika Nurlela dan Islahuddin (2008) menguji pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan prosentase kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility dan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Serta terdapat variabel moderating yaitu adalah prosentase kepemilikan manajemen dan tipe industri. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan nilai Tobin’s Q. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2005. Sebanyak 41 perusahaan non keuangan digunakan sebagai sampel. Analisis metode penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility, prosentase kepemilikan manajemen, serta interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen secara simultan bepengaruh


(40)

26 signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial hanya prosentase kepemilikan manajemen dan interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel lain yang terdapat dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

5. Meryaty (2011) menguji pengaruh Corporate Governance terhadap nilai perusahaan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Corporate Governance yang diproksikan ke dalam komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,, kepemilikan asing, dan kualitas auditor. Sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Sebanyak 18 perusahaan digunakan sebagai sampel. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial seluruh variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.


(41)

27

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti

Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Permanasari (2010) Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan (Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di BEI tahun 2007-2008) Variabel Independen: Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan Corporate Social Responsibility Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. 2 Dian dan

Lidyah (2014) Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Tambang Batu Bara yang Terdaftar di BEI (2010-2012) Variabel Independen: Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Corporate Social Responsibility dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.


(42)

28 3 Adnantara

(2013) Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan Corporate Social Responsibility pada Nilai Perusahaan (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2008-2010) Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Publik, dan Corporate Social Responsibility Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional dan kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility. Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 4 Nurlela dan

Islahuddin (2008) Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating Variabel Independen: Corporate Social Responsibility Variabel Moderating: Kepemilikan Manajemen, Tipe Industri Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, serta interaksi antara


(43)

29 (Perusahaan

Non Keuangan yang terdaftar di BEJ tahun 2005) Corporate Social Responsibility dan prosentase kepemilikan manajemen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 5 Meryaty

(2011) Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perbankan di BEI (2007-2009) Variabel Independen: Corporate Governance, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,, Kepemilikan Asing, dan Kualitas Auditor

Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Corporate Governance, komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,, kepemilikan asing, dan kualitas auditor tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap nilai perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari penelitian yang sedang diteliti.


(44)

30 H1

H2

H3

H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi (Sekaran, 2009: 135).

Dari kerangka konseptual, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

H1: Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan Corporate Social

Responsibility (X1)

Kepemilikan Asing (X3)

Kepemilikan Institusional

(X2)

Nilai Perusahaan (Y)


(45)

31 H2: Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan

H3: Kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

H4: Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan


(46)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

. Objek penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan nilai perusahaan pada laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 dan 2013.

3.2.1 Populasi

Menurut Sekaran (2006:121) populasi merupakan keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 dan 2013 yakni sebanyak 145 perusahaan.

3.2.2 Sampel

Sampel menurut Sekaran (2006:123) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, sejumlah, tapi tidak semua, elemen populasi akan membentuk sampel. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan.


(47)

33 Adapun kriteria sampel yang akan digunakan yaitu:

1. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan untuk tahun 2011 dan 2013. 2. Perusahaan mengungkapkan Corporate Social Responsibility dalam

laporan tahunan 2013.

3. Perusahaan memiliki kepemilikan institusional dalam struktur kepemilikan sahamnya untuk tahun 2013.

Dengan adanya kriteria diatas maka terdapat 83 perusahaan yang dijadikan sampel.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah Perusahaan

Perusahaan yang tergolong

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 dan 2013

145

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan untuk tahun 2011 dan 2013

(21)

Perusahaan yang tidak

mengungkapkan Corporate Social Responsibility

(7)

Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan institusional dalam struktur kepemilikan sahamnya


(48)

34 Jumlah perusahaan yang memenuhi

kriteria sampel 83

Sumber: Bursa Efek Indonesia (Maret 2015)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut Sekaran (2009:77), data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Sumber data yang digunakan adalah data-data laporan tahunan perusahaan manufaktur yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 dan 2013 melalui situs resminya

3.4 Operasional Variabel 3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti adalah memahami dan membuat variabel dependen, menjelaskan variabilitasnya, atau memprediksinya. Dengan kata lain, variabel dependen merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi (Sekaran, 2009:116).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur menggunakaan Tobin’s Q.

=

(���+�)


(49)

35 Keterangan:

Q = nilai perusahaan EMV = nilai pasar ekuitas

D = nilai buku dari total hutang EBV = nilai buku dari total aktiva

Equity Market Value (EMV) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Sedangkan Equity Book Value (EBV) diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan total kewajibannya.

3.4.2 Variabel Independen

Menurut Sekaran (2009:117) variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, entah secara positif atau pun negatif.

1. Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility atau pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bukan menjadi hal yang bersifat sukarela tetapi sudah menjadi kegiatan yang wajib dinyatakan dalam laporan tahunan. Semakin besar perusahaan maka semakin diwajibkan perusahaan tersebut untuk mengungkapkan kegiatan sosialmya. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dinyatakan dalam laporan tahunan untuk memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan tahunan dan kegiatan sosial yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang dialami perusahaan seperti kemungkinan terjadinya kesenjangan sosial atau kerusakan lingkungan (Kartika, 2013).


(50)

36 Pengukuran variabel CSR dalam penelitian ini menggunakan metode konten analisis. Daftar pengungkapan sosial yang digunakan adalah daftar item yang mengacu pada peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Permanasari (2010) dan juga Rika dan Islahuddin (2008) dengan empat tema yaitu kemasyarakatan, produk dan konsumen, ketenagakerjaan, serta lingkungan hidup. Adapun pengukurannya dengan menggunakan variabel dummy yaitu nilai 1 jika terdapat pengungkapan sesuai dengan item pada daftar pertanyaan dan nilai 0 jika tidak terdapat pengungkapan atau pengungkapan tidak sesuai dengan item pada daftar pertanyaan. Pengukuran kemudian dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui jumlah item yang diungkapkan perusahaan dengan jumlah semua item yang mungkin diungkapkan (Bambang Suripto, 1999), yang dinotasikan dalam rumus sebagai berikut:

Keterangan:

CSD : Corporate Social Disclosure

n : jumlah item yang diungkapkan perusahaan

k : jumlah semua item yang mungkin diungkapkan, k = 32 item

2. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan institusi lainnya. Kepemilikan institusional dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

���=�


(51)

37

3. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Kepemilikan asing dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

����������������=�����ℎ�������������ℎ�������

�������ℎ��������� �100%

������������������������=�����ℎ�������������ℎ���������������


(52)

38

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Definisi Formula Skala

Nilai Perusahaan (Y) Nilai yang menggambarkan pertumbuhan, kinerja, serta operasional perusahaan. � =(���+�)

(���+�) Rasio

Corporate Social

Responsibility (X1)

Mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stockholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum ��� =� � Rasio Kepemilikan Institusional (X2)

Kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti


(53)

39 yayasan, bank,

perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan institusi lainnya.

�����ℎ�������������ℎ���������������

�������ℎ��������� �100% Rasio

Kepemilikan Asing (X3)

Jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh

individu maupun lembaga

terhadap saham perusahaan di Indonesia

�����ℎ�������������ℎ�������

�������ℎ��������� �100% Rasio

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian asumsi klasik dan model persamaan regresi linier berganda (multiple linear regression).


(54)

40

3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.5.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus terdistibusi dengan normal. Model regresi yang baik adalah memiliki data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2009:110).

Untuk melihat normalitas dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk menguji normalitas data. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:


(55)

41 Ha : data residual tidak berdistribusi normal.

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2009:91), uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Ada tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai tolerance < 0,1 atau sama dengan nilai VIF>10, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Menurut Ghozali (2009:125) Model regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari


(56)

42 pola gambar Scatterplot. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

1. Titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol, 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah,

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,

4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3.5.1.4 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1. Jika terjadi autokorelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Menurut Ghozali (2009:99), autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:

Tabel 3.3 Uji Autokorelasi

Interval Kriteria

0 < dw < dl dw < 1,70 Ada autokorelasi dl < dw ≤ du 1,70 < dw < 1,79 Tanpa kesimpulan du < dw < 4-du 1,79 < dw < 2,20 Tidak ada autokorelasi 4-du ≤ dw ≤ 4-dl 2,20 < dw < 2,30 Tanpa kesimpulan

dw > 4-dl dw > 2,30 Ada autokorelasi


(57)

43 Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah autokorelasi.

3.5.2 Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda adalah teknik statistik untuk menaksir varians dalam variabel terikat dengan meregresi variabel bebas terhadapnya. Analisis regresi berganda dilakukan untuk menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat yang berskala interval (Sekaran, 2006:299).

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda (multiple linear regression), karena terdiri dari satu variabel dependen dan beberapa variabel independen. Persamaan dirumuskan sebagai berikut :

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Keterangan:

Y = Nilai Perusahaan a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X1 = Corporate Social Responsibility

X2 = Kepemilikan Institusional

X3 = Kepemilikan Asing

e = Error

3.6 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji statistik F, uji statistik t, dan uji koefisien determinasi.


(58)

44

3.6.1 Uji Statistik F

Pengujian hipotesis distribusi F pada model regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

H0 diterima (Ha ditolak) bila Fhitung ≤ Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai

signifikansinya apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat, H0 ditolak (Ha diterima) bila Fhitung> Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai

signifikansinya apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ha diterima bila thitung> ttabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya

apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

3.6.2 Uji Statistik t

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Tujuan dari uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual. Rumusan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H0 diterima bila ttabel > thitung, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya

apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.


(59)

45

3.6.3 Uji Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinan dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinan. Koefisien determinan (R2) merupakan besaran non negatif dan besarnya koefisien determinasi adalah (� ≤ ��≤ � ). Jika koefisien determinan bernilai 0, maka tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya jika koefisien determinan bernilai 1, maka ada keterikatan sempurna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Uji Determinasi, untuk melihat besarnya kontribusi pengaruh variabel bebas dan variabel terikat dapat dihitung dengan rumus:


(60)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Statistik Deskriptif

Pada bagian ini akan digambarkan data dari masing-masing variabel yang telah diolah dilihat berdasarkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen yang terdiri dari Corporate Social Responsibility (X1), Kepemilikan Institusional (X2), Kepemilikan Asing (X3), dan variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q (Y). Hasil pengujian statistik deskriptif dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CSR 166 .000 .810 .41620 .177752

IO 166 .000 98.180 42.39964 27.430215

FO 166 .000 96.320 28.11307 27.735629

Q 166 -.080 10.460 1.55886 1.401402

Valid N (listwise) 166

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Berdasarkan pengujian statistik dekriptif yang tersaji pada Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa:

1. Rata-rata CSR adalah 0.41620, dengan standar deviasi 0.177752, nilai maksimum 0.810 dan nilai minimum 0. Maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar diantara nilai maksimum dan minimum.


(61)

47 2. Rata-rata Kepemilikan Institusional (IO) adalah 42.39964, dengan

standar deviasi 27.430215, nilai maksimum 98.180 dan nilai minimum 0. Maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar diantara nilai maksimum dan minimum.

3. Rata-rata Kepemilikan Asing (FO) adalah 28.11307, dengan standar deviasi 27.735629, nilai maksimum 96.320 dan nilai minimum 0. Maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar diantara nilai maksimum dan minimum.

4. Rata-rata Nilai Perusahaan (Q) adalah 1.55886, dengan standar deviasi 1.401402, nilai maksimum 10.460 dan nilai minimum 0.08. Maka dapat diindikasikan bahwa data bervariatif dan menyebar diantara nilai maksimum dan minimum.

4.1.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum Transformasi

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.

4.1.2.1 Uji Normalitas

Untuk menguji data penelitian ini berdistribusi normal atau tidak, maka digunakanlah analisis grafik pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.


(62)

48

Gambar 4.1

Grafik Histogram Sebelum Transformasi Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Gambar diatas menunjukkan bahwa data penelitian tidak normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan pola distirbusi yang menceng (skewness) ke kiri.


(63)

49

Gambar 4.2

Normal P-Plot Sebelum Transformasi Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Hasil yang terlihat pada Gambar 4.2 diatas juga menunjukkan bahwa data pada penelitian ini tidak normal, dimana titik-titik yang menyebar jauh dari garis diagonal.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Sebelum Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 166

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.36526176

Most Extreme Differences Absolute .221

Positive .221

Negative -.175

Kolmogorov-Smirnov Z 2.852

Asymp. Sig. (2-tailed) .000


(64)

50 Data yang tidak terdistribusi secara normal juga ditunjukkan oleh hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 4.2. Hasil pengujian memiliki nilai signifikansi 0 atau < 0,05, sehingga data secara positif dapat dikategorikan tidak normal.

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi dimana prasyarat dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada uji multikolinearitas ini dapat dilihat melalui nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .744 .531 1.399 .164

CSR .844 .604 .107 1.396 .165 .997 1.003

IO .011 .007 .206 1.573 .118 .342 2.925

FO .001 .007 .013 .097 .922 .341 2.930

a. Dependent Variable: Q

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui masing-masing nilai VIF berada dibawah 10 dan nilai Tolerance diatas 0.1, maka dapat dipastikan data dari variabel independen tidak terjadi multikolinearitas.


(65)

51

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ketidaksamaan nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan residualnya (SRESID). Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik Scatterplot yang ditunjukkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3

Grafik Scatterplot Sebelum Transformasi Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Titik-titik yang tersebar diatas maupun dibawah nilai 0 pada sumbu Y menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas pada penelitian ini.

4.1.2.4 Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan Durbin-Watson (DW test). Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.


(66)

52

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Sebelum Transformasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .226a .051 .033 1.377845 1.902

a. Predictors: (Constant), FO, CSR, IO b. Dependent Variable: Q

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan kriteria Durbin-Watson dimana 1.79 < 1.902 < 2.20 yang berarti tidak terjadi autokorelasi.

4.1.3 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi 4.1.3.1 Uji Normalitas

Setelah dilakukan transformasi logaritma pada variabel dependen, maka data dari penelitian ini menjadi normal. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar dibawah ini:


(67)

53

Gambar 4.4

Grafik Histogram Setelah Transformasi Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot.


(68)

54

Gambar 4.5

Normal P-Plot Setelah Transformasi Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data (titik) menyebar di sekitar dan mendekati garis diagonal.

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 165

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .60412201

Most Extreme Differences Absolute .117

Positive .117

Negative -.086

Kolmogorov-Smirnov Z 1.498

Asymp. Sig. (2-tailed) .022


(69)

55 Setelah dilakukan transformasi, hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov mengalami perubahan dengan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,022.

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas setelah transformasi menunjukkan hasil yang sama dengan pengujian sebelum transformasi yaitu tidak ada terjadinya multikolinearitas antara variabel dalam penelitian ini. Hasil pengujian ditampilkan dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.235 .235 -1.000 .319

CSR .614 .268 .174 2.291 .023 .997 1.003

IO .005 .003 .198 1.532 .128 .344 2.904

FO .000 .003 .007 .051 .959 .344 2.909

a. Dependent Variable: Ln_Q

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015) 4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Setelah transformasi, penyebaran titik-titik menjadi lebih luas baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi. Hasil pengujian ditampilkan pada Gambar 4.6.


(1)

100

Normal P-Plot Sebelum Transformasi


(2)

101

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Sebelum Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 101

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.37362636

Most Extreme Differences Absolute .237

Positive .237

Negative -.169

Kolmogorov-Smirnov Z 2.382

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .60307474

Most Extreme Differences Absolute .116

Positive .116

Negative -.083

Kolmogorov-Smirnov Z 1.158

Asymp. Sig. (2-tailed) .137

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

102

Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .730 .796 .918 .361

CSR 1.388 .886 .157 1.568 .120 .979 1.021

IO .005 .009 .099 .568 .572 .321 3.112

FO -.004 .009 -.077 -.444 .658 .322 3.106

a. Dependent Variable: Q

Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.366 .350 -1.047 .298

CSR .939 .389 .238 2.413 .018 .980 1.020

IO .003 .004 .128 .748 .457 .326 3.070

FO -.001 .004 -.048 -.279 .781 .326 3.068


(4)

103

Grafik Scatterplot Sebelum Transformasi


(5)

104

Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Sebelum Transformasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .228a .052 .023 1.394706 1.918

a. Predictors: (Constant), FO, CSR, IO b. Dependent Variable: Q

Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Setelah Transformasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .289a .083 .055 .61243 1.907

a. Predictors: (Constant), FO, CSR, IO b. Dependent Variable: Ln_Q

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -.366 .350 -1.047 .298

CSR .939 .389 .238 2.413 .018

IO .003 .004 .128 .748 .457

FO -.001 .004 -.048 -.279 .781


(6)

105

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.273 3 1.091 2.908 .039a

Residual 36.006 96 .375

Total 39.279 99

a. Predictors: (Constant), FO, CSR, IO b. Dependent Variable: Ln_Q

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -.366 .350 -1.047 .298

CSR .939 .389 .238 2.413 .018

IO .003 .004 .128 .748 .457

FO -.001 .004 -.048 -.279 .781

a. Dependent Variable: Ln_Q

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .289a .083 .055 .61243 1.907

a. Predictors: (Constant), FO, CSR, IO b. Dependent Variable: Ln_Q


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 1 32

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 5

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

0 0 9

ABSTRAK PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2013

0 0 12