Bentuk Program Corporate Social Responsibility Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal(Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

(1)

BENTUK PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BANK NAGARI DAN MANFAATNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT LOKAL

(Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

DISUSUN OLEH : NELA HARI ZONA

Nim. 090901015

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui, yang diajukan oleh:

Nama : Nela Hari Zona

NIM : 090901015

Departemen : Sosiologi

Judul : Bentuk Program Corporate Social Responsibility Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal

(Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

Medan, 13 Mei 2013

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen,

( Prof. Dr. Badaruddin, M.Si ) ( Dra. Lina Sudarwati, M.Si ) NIP. 196805251992031002 NIP. 196603181989032001

Dekan FISIP USU

( Prof. Dr. Badaruddin, M.Si )


(3)

ABSTRAK

Istilah Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu hal yang sering diperbincangkan di kalangan perusahaan. Hingga saat ini, banyak perusahaan yang semakin berlomba untuk melakukan kegiatan CSR sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitar lokasi usahanya. Pelaksanaan program CSR di Indonesia pun diarahkan agar dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat yaitu melalui program CSR yang mengupayakan pemberdayaan masyarakat. Namun, pelaksanaan program CSR di Indonesia masih beraneka ragam dikarenakan belum adanya standar yang mengatur secara nasional pelaksanaan program CSR di Indonesia.

Bank Nagari sebagai lembaga keuangan yang tumbuh dan berkomitmen untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat di Sumatera Barat, Kecamatan Pangkalan Koto Baru khususnya, diharapkan perannya untuk dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat Pangkalan. Diantaranya adalah melalui program CSR sebagai salah satu program yang muncul karena keberadaan dunia usaha untuk dapat bertanggung jawab terhadap masyarakat lokal dan lingkungan di sekitar lokasi usahanya, karena aktivitas bisnis perusahaan secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk program CSR Bank Nagari dan manfaatnya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal. Penelitian ini memaparkan mengenai program-program CSR yang dilaksanakan oleh Bank Nagari Cabang pangkalan untuk kemudian melihat manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat lokal dari pelaksanaan program tersebut. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan berbentuk filantropi (kedermawanan). Program tersebut tertuang ke dalam berbagai bentuk kegiatan kedermawanan yang dilakukan Bank Nagari sebagai bentuk kepeduliannya terhadap masyarakat lokal. Program tersebut adalah dibidang pendidikan, keagamaan, kebudayaan, seni dan olahraga, dan sosial. Program CSR Bank Nagari dapat memberikan manfaat bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal pada waktu ataupun kondisi tertentu dan pada saat program tersebut diselenggarakan oleh pihak Bank Nagari. Akan tetapi, program-program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan tidak memberikan manfaat jangka panjang bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal. Bank Nagari pada umumnya dan Bank Nagari Cabang Pangkalan pada khususnya, diharapkan agar dapat melaksanakan program CSR berbasis pemberdayaan masyarakat agar dampak dari program tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam jangka panjang.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbillalamin penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis telah mampu menyelesaikan skripsi dengan judul ”Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)” guna memperoleh gelar sarjana sosial di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tentu menemukan berbagai hambatan dan tantangan diantaranya dalam hal pembagian waktu untuk menyelesaikan proses penulisan skripsi dan waktu untuk merawat dan mengantar berobat almarhum Ibu kandung penulis yang sedang berjuang melawan penyakit kanker payudara ketika itu. Namun, berkat rahmat dari Allah SWT akhirnya penulis telah mampu menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.

Terimakasih dan limpahan do’a penulis persembahkan kepada almarhum Ibu dan almarhum Ayah tercinta yang selama ini telah memberikan limpahan kasih sayang yang sangat berharga kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Pak Badar selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan yang sangat berarti demi selesainya skripsi ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc. (C.T.M), Sp.A.(K.) selaku Rektor Universiatas Sumatera Utara.


(5)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang juga selaku dosen pembimbimng penulis.

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Jurusan Departemen Sosiologi beserta seluruh staf Departemen Sosiologi.

4. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si selaku Dosen Wali penulis.

5. Bapak/Ibu Dosen Pengajar di Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat.

6. Kepada Bank Nagari dan Bank Nagari Cabang Pangkalan pada khususnya yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian dan pengambilan data.

7. Teman-teman PKL Grup Bandar Khalipah : Mega, Ria, Ridho, Mai, Sauma, Dede, James, Michael, Bima, Mira, Putri, Irvin. Pelajaran yang sangat berharga penulis dapatkan bersama kalian ketika kita belajar di Universitas Kehidupan.

8. Teman-teman sejalan Fitria, Uni, Syahid, Bima dan seluruh rekan-rekan di UKMI As-Siyasah FISIP USU.

9. Kakak-kakak tercinta : Iyus, Yesi, Rina dan keponakan-keponakan yang lucu-lucu : Reka, Franky, Yuni, Marsya, Yenggi, dan Aziz. Terimakasih untuk semuanya, hanya kalianlah keluarga yang penulis miliki sebagai tempat untuk berlindung dan berbagi dikala suka dan duka.


(6)

10.Teman-teman seperjuangan Sosiologi angkatan 2009, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Perjuangan dan kenangan kita bersama akan selalu menjadi memori indah dan pelajaran yang tak terlupakan.

11.Rekan-rekan mahasiswa Departemen Sosiologi serta seluruh rekan-rekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Mudah-mudahan jasa-jasa semuanya yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi pahala yang berharga dan menuai hasil dari apa yang telah diberikan. Semoga kebaikan akan selalu bersama dengan kita semua, amin.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan bagi pembaca sekalian. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2013

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. v

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang Masalah………..  1 

1.2. Rumusan Masalah………... 8 

1.3. Tujuan Penelitian……….  8 

1.4. Manfaat Penelitian………... 9 

1.5. Defenisi Konsep………..  9 

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 11

2.1. Munculnya Konsep CSR………. 11

2.2. Manfaat Program Corporate Social Responsibility……… 13

2.3. Implementasi Program CSR di Indonesia……… 14

2.4. Bentuk-Bentuk Program CSR di Indonesia………. 16

2.5. Potret program CSR Perbankan di Indonesia……….. 18

2.6. Paradigma Pembangunan Partisipatif dan Bottom Up……… 20

2.7. Analisis Sosiologis Terhadap Model Pembangunan di Indonesia.. 21


(8)

2.9. CSR dan Pemberdayaan Masyarakat………... 25

2.10. Konsep-Konsep Terkait CSR………. 27

BAB III METODE PENELITIAN……….. 31

3.1. Jenis Penelitian……… 31

3.2. Lokasi Penelitian………. 31

3.3. Unit Analisis dan Informan……… 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data………. 33

3.5. Interpretasi dan Analisis Data………. 34

3.6. Jadwal Kegiatan……….. 35

3.7. Keterbatasan Penelitian………... 36

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN……. 37

4.1. Gambaran Umum Bank Nagari………... 37

4.2. Gambaran Umum Bank Nagari Cabang Pangkalan……… 40

4.3. Gambaran Umum Nagari Pangkalan……….. 42

4.4. Bentuk Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan…………. 46

4.5. Manfaat Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan Bagi- Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal……….. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 91

5.1. Kesimpulan……….. 91


(9)

DAFTAR PUSTAKA……… 94 LAMPIRAN……… 97


(10)

ABSTRAK

Istilah Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu hal yang sering diperbincangkan di kalangan perusahaan. Hingga saat ini, banyak perusahaan yang semakin berlomba untuk melakukan kegiatan CSR sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitar lokasi usahanya. Pelaksanaan program CSR di Indonesia pun diarahkan agar dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat yaitu melalui program CSR yang mengupayakan pemberdayaan masyarakat. Namun, pelaksanaan program CSR di Indonesia masih beraneka ragam dikarenakan belum adanya standar yang mengatur secara nasional pelaksanaan program CSR di Indonesia.

Bank Nagari sebagai lembaga keuangan yang tumbuh dan berkomitmen untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat di Sumatera Barat, Kecamatan Pangkalan Koto Baru khususnya, diharapkan perannya untuk dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat Pangkalan. Diantaranya adalah melalui program CSR sebagai salah satu program yang muncul karena keberadaan dunia usaha untuk dapat bertanggung jawab terhadap masyarakat lokal dan lingkungan di sekitar lokasi usahanya, karena aktivitas bisnis perusahaan secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk program CSR Bank Nagari dan manfaatnya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal. Penelitian ini memaparkan mengenai program-program CSR yang dilaksanakan oleh Bank Nagari Cabang pangkalan untuk kemudian melihat manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat lokal dari pelaksanaan program tersebut. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan berbentuk filantropi (kedermawanan). Program tersebut tertuang ke dalam berbagai bentuk kegiatan kedermawanan yang dilakukan Bank Nagari sebagai bentuk kepeduliannya terhadap masyarakat lokal. Program tersebut adalah dibidang pendidikan, keagamaan, kebudayaan, seni dan olahraga, dan sosial. Program CSR Bank Nagari dapat memberikan manfaat bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal pada waktu ataupun kondisi tertentu dan pada saat program tersebut diselenggarakan oleh pihak Bank Nagari. Akan tetapi, program-program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan tidak memberikan manfaat jangka panjang bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal. Bank Nagari pada umumnya dan Bank Nagari Cabang Pangkalan pada khususnya, diharapkan agar dapat melaksanakan program CSR berbasis pemberdayaan masyarakat agar dampak dari program tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam jangka panjang.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan dan eksistensi suatu perusahaan, tidak terlepas dari adanya peran dan kontribusi para pemangku kepentingan (stakeholders). Masyarakat lokal adalah satu diantara beberapa pemangku kepentingan dalam suatu perusahaan. Lokasi tempat berdiri dan beroperasinya suatu perusahaan, terdapat masyarakat disekitarnya yang terkena dampak dari aktivitas bisnis tersebut, baik dampak positif maupun dampak negatif. Untuk itu perusahaan perlu memberikan kepedulian terhadap masyarakat di sekitar lokasi usahanya. Kepedulian perusahaan tersebut tertuang dalam suatu program yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan.

Bagi perusahaan yang konsisten menerapkan CSR dalam aktivitasnya, dalam jangka panjang akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk kepercayaan dari

stakeholders-nya. Menurut Azheri (2011), fakta menunjukkan adanya korelasi positif antara perusahaan yang menerapkan CSR dalam aktivitas usahanya dengan apresiasi masyarakat. Oleh karena itu, penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai “cost” semata-mata, melainkan sebagai investasi jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.

Pemerintah sebagai regulator telah memasukkan substansial pengaturan CSR yang tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan diantaranya adalah Undang-Undang Penanaman Modal (UU PM), Undang-Undang Perseroan Terbatas


(12)

(UU PT), Undang-Undang Mineral dan Batu Bara (UU Minerba), dan yang terbaru adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Undang-Undang Penanaman Modal (UU PM) dalam Pasal 15 huruf b menyatakan bahwa “setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Sementara huruf d UU PM menyatakan bahwa “setiap penanam modal berkewajiban menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanam modal”. Dengan ditegaskannya tanggung jawab sosial perusahaan sebagai kewajiban penanam modal, maka pasal 15 UU PM telah meletakkan landasan yuridis perubahan paradigma sifat CSR dari sukarela (voluntary) menjadi keharusan (mandatory).

Bagi perusahaan yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 UU PM yang menyatakan :

1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa :

a) Peringatan tertulis;

b) Pembatasan kegiatan usaha;

c) Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau d) Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(13)

3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penjelasan Pasal 15 huruf b UU PM menyatakan bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat”.

Meskipun CSR telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, namun dalam implementasinya CSR di Indonesia masih bersifat multitafsir dalam artian pelaksanaannya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain sesuai dengan pemahaman dan kebutuhan perusahaan bersangkutan terhadap CSR. Sehingga, program-program CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan memiliki dampak yang berbeda pula, terutama bagi masyarakat lokal sekitar perusahaan.

Hal ini disebabkan karena letak kelemahan pengaturan CSR yang ada sekarang ini adalah tidak dikembangkan secara sistematis, rasional, dan tidak ada sinkronisasi antara ketentuan peraturan perundang-undangan, serta tidak adanya standarisasi/acuan dalam melaksanakan program CSR, sehingga wajar jika implementasi CSR di Indonesia beraneka ragam. Disamping itu, terdapat perdebatan dari berbagai kalangan asosiasi pengusaha mengenai penerapan CSR sehingga implementasi CSR di Indonesia belum terlaksana secara menyeluruh.

Terlepas dari perdebatan mengenai pengaturan CSR, jika dipahami nilai-nilai substansial dari program CSR tersebut, maka setiap perusahaan baik milik Negara


(14)

maupun milik swasta dengan penuh kesadaran akan menganggap CSR sebagai salah satu kewajiban perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap setiap stakeholder-nya (para shareholder, karyawan (buruh), pelanggan, komunitas lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM)). Hal ini berkaitan dengan ketentuan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa “…bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Bagi perusahaan yang memahami CSR sebagai suatu kewajiban, maka CSR mempunyai arti yang sangat strategis bagi perusahaan diantaranya :

1. Sebagai strategi untuk menjamin keberlangsungan perusahaan; 2. Sebagai strategi untuk meningkatkan citra perusahaan;

3. Sebagai sarana untuk menjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan lingkungan;

4. Sebagai wujud kegiatan kepedulian perusahaan kepada masyarakat; 5. Sebagai bentuk implementasi nilai-nilai perusahaan;

6. Sebagai wujud kepatuhan pada hukum; dan

7. Sebagai wujud dari program untuk menjadikan masyarakat lebih mandiri (Azheri, 2011: 212-213).

PT Bank Nagari Tbk adalah lembaga perekonomian yang merupakan bank pembangunan daerah Sumatera Barat yang berkomitmen sebagai bank yang paling dekat dengan masyarakat dan melayani semua lapisan masyarakat, serta berkontribusi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat di


(15)

Sumatera Barat. Hal ini diperkuat oleh adanya hubungan yang terintegrasi antara Pemerintah Daerah (PEMDA), Bank Nagari, dan masyarakat. Seperti terlihat pada ilustrasi berikut :

PEMDA

Bank Nagari Masyarakat

Ketiga elemen tersebut memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat karena saling pengaruh mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Bank Nagari dimiliki oleh PEMDA, sementara PEMDA terbentuk karena adanya masyarakat sehingga PEMDA memiliki masyarakat. Bank Nagari sebagai agent of development, terbentuk karena adanya keinginan dari PEMDA untuk medorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah, korporasi, dan masyarakat dalam pembangunan menurut Mudiarta (20011) disebut sebagai hubungan tripartit.

Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Perkebunan Kecamatan Pangkalan Koto Baru (Pangkalan Koto Baru Dalam Angka Tahun 2011), Kenagarian Pangkalan memiliki luas areal produktif perkebunan karet 974 Ha dan luas areal produktif perkebunan gambir 630 Ha, dari total luas wilayah Nagari Pangkalan 12.430 Ha. Jika dilihat besarnya luas lahan perkebunan karet dan perkebunan gambir di Nagari Pangkalan, maka hal ini mengindikasikan bahwa perkebunan karet dan perkebunan gambir adalah sumber mata pencarian utama masyarakatnya. Hal ini juga bisa dilihat dari persentase mata pencarian penduduk dari seluruh wilayah di


(16)

Kecamatan Pangkalan Koto Baru yaitu, petani gambir dan karet (85 %), pedagang dan restoran (10 %), sopir dan jasa serta buruh lainnya (5 %).

Luasnya lahan perkebunan tersebut, tidak menjamin tingkat kesejahteraan yang memadai bagi seluruh masyarakatnya. Karena pendapatan masyarakat juga ditentukan oleh harga pasar karet dan gambir yang cenderung tidak stabil. Jika harga karet ataupun gambir lagi bersahabat dengan para petani (karet 10.000-17.000/kg dan gambir 13.000-18.000/kg), maka perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat pun meningkat serta kondisi sosial yang kondusif. Namun jika terjadi sebaliknya (harga karet dibawah 9.000/kg dan harga gambir dibawah 10.000/kg), maka perekonomian masyarakat Pangkalan pun akan melemah dan diiringi oleh serangkaian kerusakan sosial karena himpitan beban ekonomi seperti pencurian yang menyebabkan tidak kondusifnya situasi sosial masyarakat.

Masyarakat di Kenagarian Pangkalan yang bermata pencarian utama sebagai petani karet dan petani gambir, memiliki pola ketergantungan terhadap kedua mata pencarian utama tersebut. Pola ketergantungan tersebut tentu berdampak negatif bagi kelangsungan hidup masyarakat setempat dan menyebabkan kondisi perekonomian masyarakat Pangkalan tidak stabil. Sehingga kondisi ekonomi masyarakat yang tidak stabil rentan akan gejolak-gejolak sosial.

Untuk mengeluarkan masyarakat dari jerat ketergantungan terhadap satu bidang mata pencarian, maka diperlukan suatu upaya untuk memberdayakan masyarakat melalui potensi-potensi yang dimilikinya. Upaya pemberdayaan


(17)

masyarakat ini misalnya dapat dilakukan oleh pemerintah, badan usaha, LSM maupun oleh pihak-pihak lainnya.

PT Bank Nagari Tbk yang beroperasi di Nagari Pangkalan, keberadaannya adalah untuk menggerakkan perekonomian masyarakat agar tercipta kondisi kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Perusahaan ini menuai keuntungan yang berasal dari masyarakat lokal di wilayah kerja perusahaan tersebut, sehingga diperlukan adanya feedback dari perusahaan kepada masyarakat.

Untuk itu, Bank Nagari sebagai lembaga keuangan yang tumbuh dan berkomitmen untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat di Sumatera Barat, Kecamatan Pangkalan Koto Baru khususnya, diharapkan perannya untuk dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat Pangkalan. Diantaranya adalah melalui program CSR sebagai salah satu program yang muncul karena keberadaan dunia usaha untuk dapat bertanggung jawab terhadap masyarakat lokal dan lingkungan disekitar lokasi usahanya, karena aktivitas bisnis perusahaan secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal.

Bank yang kini juga tengah dipersiapkan sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) regional champion atau bank terkemuka di wilayahnya tersebut, dalam kegiatan operasionalnya memang tidak melupakan masyarakatnya. Program

Corporate Social Responsibility (CSR), juga terus dijalankan seperti di bidang pendidikan, sosial, agama, kesehatan, dan lingkungan.

Dengan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui program CSR yang pada dasarnya dilandasi oleh prinsip pengembangan komunitas


(18)

(community development), Bank Nagari bersama-sama dengan PEMDA dapat semakin memantapkan tekatnya untuk mensejahterakan masyarakat melalui pelaksanaan program-program CSR. Mengingat pentingnya nilai-nilai substansial dari program CSR, maka menjadi suatu persoalan yang menarik untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai bentuk program CSR Bank Nagari dan manfaatnya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dilatar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana bentuk program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Nagari dan manfaatnya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal” ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Nagari dan manfaatnya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa khususnya bagi mahasiswa Sosiologi serta dapat memberikan kontribusi bagi ilmu sosial, masyarakat, dan pemerintah serta diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, terutama Sosiologi Ekonomi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah khususnya yang berhubungan dengan masalah tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak Bank Nagari dalam menyusun rencana strategik perusahaan, khususnya yang terkait dengan program CSR.

1.5. Definisi Konsep

Konsep-konsep yang digunakan dan sesuai dengan konteks penelitian ini adalah :

1. Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) adalah komitmen perusahaan atau dunia usaha untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan


(20)

tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Untung, 2008:1).

2. Manfaat CSR adalah hasil yang ditimbulkan dari pelaksanaan program CSR Bank Nagari.

3. Sosial ekonomi adalah kondisi kehidupan masyarakat lokal secara sosial ekonomi setelah merasakan manfaat dari pelaksanaan program CSR Bank Nagari.

4. Masyarakat lokal dalam konteks penelitian ini adalah masyarakat di Nagari Pangkalan yang merasakan manfaat dari pelaksanaan program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan.

5. Pemberdayaan masyarakat (community development) adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja untuk mengarahkan masyarakat mencapai kondisi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih baik. Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah aktualisasi dari tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih bermakna dari sekedar aktivitas kedermawanan (charity) maupun dimensi tanggung jawab sosial lainnya. 6. Nagari adalah kesatuan-kesatuan tempat tinggal masyarakat di Sumatera

Barat. Desa oleh masyarakat di Sumatera Barat biasa disebut dengan Nagari.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Munculnya Konsep CSR

Di dalam banyak literatur, banyak yang sepakat bahwa karya Horward R. Bowen yang berjudul Social Responsibilities of the Businessman yang terbit pada tahun 1953 merupakan tonggak sejarah CSR Modern. Sejak penerbitan buku Bowen ini, memberikan pengaruh yang besar terhadap buku-buku CSR yang terbit sesudahnya sehingga banyak yang sepakat untuk menyebut Bowen sebagai Bapak CSR.

Selanjutnya pada tahun 1960, banyak usaha yang dilakukan untuk memberikan formalisasi definisi CSR dan salah satu akademisi yang dikenal pada masa itu adalah Keith Davis. Davis menegaskan adanya tanggung jawab sosial perusahaan di luar tanggung jawab ekonomi semata.

Tahun 1971, Committee for Economic Development (CED) menerbitkan

Social Responsibilities of Business Corporations. Penerbitan yang dapat dianggap sebagai code of conduct bisnis tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usaha memiliki tujuan dasar untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat.

Tahun 1987, Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui World Commission on Environment and Development (WCED) menerbitkan laporan yang berjudul Our Common Future. Laporan tersebut menjadikan isu-isu lingkungan sebagai agenda politik yang pada akhirnya bertujuan mendorong pengambilan kebijakan


(22)

pembangunan yang lebih sensitif pada isu-isu lingkungan. Laporan ini menjadi dasar kerja sama multilateral dalam rangka melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pengenalan konsep sustainable development memberi dampak besar kepada perkembangan konsep CSR selanjutnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep CSR di era tahun 1990-an sampai saat ini ialah diperkenalkannya konsep sustainable development yang mendorong munculnya

sustainability report dengan menggunakan metode triple bottom line.

Perkembangan CSR saat ini juga dipengaruhi oleh perubahaan orientasi CSR dari suatu kegiatan bersifat sukarela untuk memenuhi kewajiban perusahaan yang tidak memiliki kaitan dengan strategi dan pencapaian tujuan jangka panjang, menjadi suatu kegiatan strategis yang memiliki keterkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan dalam jangka panjang.

(http://csrjatim.org/v3/data/sejarah-csr.pdf, diakses 03 agustus 2012, pukul 14.00 WIB).

Perkembangan pelaksanaan CSR untuk konteks Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda. Pertama pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara sukarela artinya pelaksanaan CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan. Kedua, pelaksanaan CSR bukan lagi merupakan praktik bisnis secara sukarela, melainkan pelaksanaannya sudah diatur oleh undang-undang dan peraturan pemerintah (Situmorang, 2011:33).


(23)

2.2. Manfaat Program Corporate Social Responsibility

Tanggung jawab sosial tidak lepas dari keberadaan perusahaan yang tidak akan pernah melepaskan diri dari lingkungan sekitarnya, baik lingkungan sosial masyarakat lokal maupun lingkungan alam. Rusaknya kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan alam dapat dipastikan akan mengganggu bahkan menghentikan proses perusahaan, dan pada akhirnya akan menggagalkan maksimalisasi nilai keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.

Melalui CSR perusahaan akan dapat membangun reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan charity atau sumbangan sosial. CSR harus dijalankan diatas suatu program dengan memperhatikan kebutuhan dan keberlanjutan program dalam jangka panjang. Sementara sumbangan sosial lebih bersifat sesaat dan berdampak sementara, sehingga diibaratkan hanya sebagai pelipur lara.

Adapun manfaat penerapan CSR yang dilaksanakan dengan berlandaskan pada nilai-nilai etis yaitu :

1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan CSR secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari aktivitas yang dijalankan. Program CSR akan mendongkrak citra perusahaan.

2. CSR dapat sebagai pelindung dan membantu meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Jika perusahaan sedang mendapatkan kabar


(24)

yang tidak baik atau bahkan perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat akan lebih mudah memaafkannya.

3. Bila reputasi perusahaan baik, maka akan berdampak positif terhadap karyawan yang bekerja didalamnya. Kebanggaan akan menghasilkan loyalitas, sehingga akan termotivasi untuk bekerja lebih keras dan akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas perusahaan.

4. Program CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholders-nya (Susanto, 2009:15).

2.3. Implementasi Program CSR di Indonesia

Implementasi CSR yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan sangat bergantung kepada misi, budaya, lingkungan dan profil risiko, serta kondisi operasional masing-masing perusahaan. Banyak perusahaan yang telah melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pelanggan, karyawan, komunitas, dan lingkungan sekitar, yang merupakan titik awal yang sangat baik menuju pendekatan CSR yang lebih luas.

Salah satu contoh bentuk program CSR di Indonesia adalah oleh PT Unilever Indonesia Tbk. PT Unilever Indonesia membentuk Yayasan Unilever Indonesia Peduli (UPF) sebagai langkah penting perwujudan komitmen tanggung jawab sosial perusahaan.


(25)

Sementara, bentuk program CSR Bank HSBC lebih terfokus pada bidang pendidikan, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. Beberapa diantara program CSR yang dilakukannya adalah :

1. HSBC Kita Piknik di Udara

Yaitu mengundang 250 orang anak kurang mampu dari 16 sekolah dan yayasan untuk mengikuti acara lomba menggambar di dalam pesawat yang lagi mengudara. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan inspirasi bagi cita-cita mereka;

2. Mendekatkan Diri Dengan Alam

Pada tahun 2004 HSBC bergabung dengan Conservation International

dalam proyek lingkungan hidup senilai USD 19.800 yang disebut HSBC Kita-Penjelajah Alam;

3. Mewarnai Dunia

Program HSBC Kita “Warnai Dunia” adalah bagian dari program mengajar sukarela. Bersama dengan para guru dan murid, program Warnai Dunia telah mengubah wajah perpustakaan sekolah, fasilitas olahraga, dan UKS menjadi lebih bersih dan cerah;

4. Membawa Indonesia ke Pentas Dunia

HSBC juga memiliki komitmen yang tinggi dalam mendukung usaha kecil dan menengah Indonesia melalui proyek ‘Made in Indonesia’ (Hardianto, 2011:272-274).


(26)

2.4. Bentuk-Bentuk Program CSR di Indonesia

Bentuk-bentuk program CSR yang dilaksanakan di Indonesia masih beraneka ragam, sesuai dengan motif dan tujuan perusahaan yang bersangkutan untuk melakukan program tersebut. Menurut Gunawan (2008), program CSR di Indonesia memiliki tiga bentuk yaitu :

1. CSR Berbasis Karikatif (Charity)

Program karikatif (charity) biasanya menjadi pijakan awal bagi sebuah perusahaan untuk melakukan program CSR. Program karikatif diwujudkan dengan memberikan bantuan yang diinginkan oleh masyarakat.

Program karikatif umumnya berwujud hibah sosial yang dilaksanakan untuk tujuan jangka pendek dan penyelesaian masalah sesaat saja. Program ini diatur oleh kepanitiaan kecil dan fokus pada orang-orang miskin. Motivasi program karikatif berkisar pada agama, tradisi, dan adat. Untuk program pemerintah yang masuk kategori karikatif (charity) adalah pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Program karikatif biasa disebut program pemadam kebakaran saja. Saat masyarakat marah, melakukan demonstrasi, dan menutup akses jalan perusahaan. Lalu perusahaan yang panik serta merta memberikan sembako, membangun infrastuktur, memberi beasiswa tapi tanpa tahapan yang sesuai dengan metodologi. Bisa ditebak, program itu tidak akan berbekas di masyarakat. Semakin banyak program yang diberikan, semakin rajin demonstrasi dilakukan.


(27)

2. CSR Berbasis Kedermawanan (Philanthropy)

Dalam dunia CSR, program kedermawanan (philanthropy) merupakan bentuk CSR yang didasari oleh kesadaran norma etika dan hukum universal akan perlunya redistribusi kekayaan. Program ini terencana dengan baik dibuktikan dengan terbentuknya yayasan independen yang menjadi agen perusahaan untuk melaksanakan program CSR filantropinya.

Bill Gates mantan CEO Microsoft Corp dengan istrinya, Gates telah mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation, sebuah yayasan sosial filantropi. Di Indonesia sendiri, program filantropi telah banyak dilaksanakan. Salah satunya adalah Sampoerna Foundation (SF).

Selain dua yayasan di atas, masih banyak yayasan lain yang telah melaksanakan program Filantropi yang tidak bisa disebutkan satu per satu dalam tulisan ini. Mereka telah melaksanakan hal mulia yakni menebarkan cinta, memberikan sebagian kekayaan mereka untuk menolong sesama. Sifatnya yang lebih universal membuat program ini mempunyai efek yang lebih baik daripada program karikatif. Untuk program pemerintah yang masuk kategori Filantropi (philanthropy)

adalah Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA).

3. CSR Berbentuk Pemberdayaan Masyarakat (Community Development)

Salah satu implementasi tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) adalah melalui corporate citizenship. Corporate citizenship

merupakan suatu cara pandang perusahaan dalam bersikap dan berperilaku ketika berhadapan dengan pihak lain, misalnya pelanggan, pemasok, masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.


(28)

Good Corporate Citizenship (GCC) juga terkait dengan masalah pembangunan masyarakat, perlindungan dan pelestarian lingkungan. Selain itu, GCC bertujuan memberikan akses dalam pemberdayaan masyarakat (Community Development) dan terkait langsung dengan proses usaha perusahaan maupun upaya memajukan dunia pendidikan.

Community Development (CD) merupakan komponen utama dari Corporate Citizenship. Corporate Citizenship secara terminologi diartikan sebagai perusahaan warga. Hal ini mengandung makna, jika program community development

dilaksanakan oleh perusahaan dengan sebaik-baiknya, maka akan terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat di sekitarnya.

Untuk program pemerintah yang masuk kategori Pemberdayaan Masyarakat

(community development) adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri).

2.5. Potret Program CSRPerbankan di Indonesia

Realisasi program Corporate Social Responsibility (CSR) sektor perbankan dalam advertorial/korporatorial atau laporan tahunan di berbagai media termasuk

website sejumlah bank nasional maupun asing, didapati kecenderungan kesamaan pilihan bidang program. Program-program tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bidang pendidikan (beasiswa, renovasi fisik bangunan sekolah, bantuan buku perpustakaan);

2. Bidang kesehatan (pengobatan massal, pembangunan/renovasi gedung puskesmas);


(29)

3. Bidang ekonomi (bantuan modal, kegiatan ekonomi produktif, mediasi ke akses permodalan);

4. Bidang sosial-keagamaan (pembangunan sarana ibadah, khitanan massal); 5. Bantuan bencana (bantuan obat dan makanan, upaya evakuasi hingga

pembangunan kembali rumah dan infrastruktur yang rusak).

Jika realisasi kebijakan/program CSR dimaknai sebagai kegiatan filantropi, empati sosial, bersedekah, memberikan sebagian keuntungan usaha atau kecenderungan lain yang senada, maka contoh-contoh program CSR di atas akan dinilai tepat.

CSR lebih dari sekadar filantropi. Konsep itu juga lebih dari sekadar pengungkapan empati sosial. Pelaksanaan CSR mempersyaratkan kesadaran penuh bahwa setiap kegiatan pemanfaatan/pengubahan sumberdaya (alam) termasuk energi menjadi output tertentu dalam rangka bisnis selalu berada dalam interaksi konstan dan terus menerus dengan lingkungan sosial dan fisik di sekitarnya. Kesadaran ini juga menjelaskan bahwa seluruh proses kegiatan bisnis, atau apapun dalam derajat yang bervariasi sesuai skala kegiatannya akan selalu berdampak baik positif maupun negatif. Karena itulah wujud output kebijakan/program CSR harus berkait dengan upaya memaksimumkan dampak positif dan meminimumkan dampak negatif dari suatu kegiatan (bisnis) tertentu.

Dengan dasar pemaknaan realisasi CSR seperti di atas, maka sudah seharusnya seluruh program CSR yang akan direalisasi oleh suatu institusi perbankan, harus memiliki dasar alasan dalam menentukan program yang akan dipakai sebagai program CSR mereka. Dasar alasan inilah yang menjadi pokok


(30)

pertimbangan untuk mengambil keputusan tentang bentuk program-program CSR yang akan direalisasikan. Pokok pertimbangan ini juga dapat digunakan sebagai indikator tepat atau tidaknya suatu program dilihat dari kacamata praksis CSR yang mumpuni/substansial.

(http://www.csrindonesia.com/data/articles/20080208100131-a.pdf, diakses 03 Agustus 2012, pukul 14.30 WIB).

2.6. Paradigma Pembangunan Partisipatif dan Bottom Up

Paradigma pembangunan partisipatif merupakan pembangunan yang dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses pembangunan mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi. Sedangkan paradigma pembangunan bottom up pada hakikatnya adalah perencanaan pembangunan yang dibuat oleh pemerintah ditingkat yang paling bawah/mikro sebagai kebalikan dari paradigma pembangunan top down.

Namun dalam realisasinya di Indonesia paradigma pembangunan bottom up

cenderung diserangkaikan atau disamakan dengan paradigma pembangunan partisipatif. Tulisan ini juga akan merangkaikan kedua paradigma tersebut sebagai pembangunan yang mengutamakan masyarakat dari seluruh rangkaian prosesnya. Masyarakat memiliki peran sentral dari seluruh program-program pembangunan paradigma ini.

Menurut Fardiah (2005), apabila masyarakat dilibatkan dalam keseluruhan proses pelaksanaan program pembangunan, yaitu dari mulai kajian masalah/kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan


(31)

evaluasi program yang dikembangkan, akan menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat, rasa memiliki warga masyarakat terhadap program pembangunan lebih tinggi, keterampilan dan analisis-analisis program pembangunan dipindahkan ke masyarakat. Dengan demikian, di masa yang akan datang ketergantungan masyarakat terhadap pihak “luar” dalam perumusan program pembangunan secara bertahap akan bisa berkurang, sehingga diharapkan program yang dikembangkan akan berkelanjutan.

Untuk memungkinkan terlaksananya pendekatan dari bawah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi permasalahan, perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diperlukan untuk mengubah masyarakat agar lebih mampu mengkaji masalah/kebutuhannya sendiri, mencari jalan keluar untuk memperbaiki keadaannya serta mengambangkan potensi dan keterampilan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Fardiah, 2005:96).

2.7. Analisis Soiologis Terhadap Model Pembangunan di Indonesia

Jika diamati proses pembangunan di Indonesia, secara keseluruhan masih terjadi ketimpangan disana sini. Hal ini bisa dilihat dari masih banyaknya penduduk miskin yang secara sosial, ekonomi, dan budaya belum mencapai kehidupan yang baik. Kondisi ini sangat memprihatinkan ditengah gencarnya roda pembangunan untuk mencapai target yang tertuang dalam rencana-rencana pembangunan, namun secara nyata hasilnya masih jauh dari apa yang diharapkan.


(32)

Pemerintah sebagai regulator yang bertindak sebagai pengambil kebijakan sangat diharapkan perannya dalam upaya mensejahterakan masyarakat di seluruh lapisan. Pemerintah seharusnya bersikap profesional dalam mengambil kebijakan, dan tidak hanya berpihak kepada para pemilik modal.

Jika diamati peran pemerintah dalam proses pembangunan, sepertinya pemerintah lebih berpihak kepada kaum pemilik modal baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Hal ini bisa dilihat dari kasus PT Freeport Indonesia yang beroperasi di wilayah Papua, perusahaan milik Amerika ini mengeruk kekayaan alam Indonesia tanpa memperhatikan kondisi kesejahteraan masyarakat disekitar wilayah perusahaannya. Namun, pemerintah tidak berdaya dalam menghadapi persoalan ini.

Jalannya proses pembangunan sangat ditentukan oleh jalannya seluruh struktur dalam suatu Negara secara terintegrasi. Menurut Soiolog Smelser dalam Suwarsono (1991), kurangnya koordinasi dari berbagai struktur ini akan mengakibatkan kerusuhan sosial. Kekacauan ini dapat berupa agitasi politik damai sampai pada kerusuhan dengan kekerasan, atau bahkan terjadi perang gerilya dan revolusi sosial. Ini terjadi karena adanya sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam proses diferensiasi struktural. Untuk itu masyarakat harus dilibatkan perannya dalam proses pembangunan.

Pembangunan memang tidak seutuhnya menjadi tanggung jawab dari pemerintah saja, namun dunia usaha ataupun korporat dan masyarakat umum pun memiliki peran yang sentral dalam proses pembangunan. Korporat dalam hal ini memiliki andil dalam kontribusinya kepada Negara dan masyarakat. Namun tidak jarang perilaku bisnis korporat yang merugikan masyarakat disekitar wilayah


(33)

perusahaannya. Untuk itu kerja sama antara pemerintah/Negara, masyarakat dan dunia usaha maupun LSM sangat diperlukan demi tercapainya tujuan pembangunan.

Badaruddin (2008) menggagas “Model Kerja Kolaborasi” antara berbagai pihak. “Model Kerja Kolaborasi” ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada satu pihak pun yang sanggup secara sendirian menjalankan fungsi yang sangat kompleks dalam upaya pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat khususnya masyarakat miskin. Model ini juga sangat relevan dengan tuntutan global bagi perusahaan (korporasi) untuk menjalankan GCG (Good Corporate Governance), dengan melibatkan berbagai stakeholders.

2.8. Bank Nagari Sebagai Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat

Pasal 4 UU No. 13 Tahun 1962 menegaskan bahwa Bank Pembangunan Daerah didirikan dengan maksud untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan Nasional. Dari pasal tersebut diketahui bahwa Bank Pembangunan Daerah menyandang suatu misi khusus yaitu ikut berpartisipasi secara penuh dalam berbagai usaha pembangunan daerah terutama sekali melalui penyediaan dana bagi usaha-usaha pembangunan.

Sebagian besar (60-80 persen) dari pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Nagari adalah untuk usaha kecil dan menengah. Artinya bank ini tumbuh sejalan dengan kebijakan ekonomi pemerintah daerah yang menekankan pada penumbuhan ekonomi rakyat dan mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha kecil dan menengah yang menjadi ciri khas sekaligus keunggulan Sumatera Barat sehingga dua kali mendapat penghargaan tertinggi dari pemerintah nasional (Chaniago, 2012:129).


(34)

Dalam kebijakan pemberian kredit ditegaskan pula bahwa sasaran utama kegiatan pemberian kredit adalah untuk pengembangan usaha masyarakat yang sekaligus berdampak positif untuk menunjang perekonomian daerah. Untuk itu, kebijakan pemberian kredit disesuaikan dengan aturan dan diarahkan untuk menjangkau seluruh wilayah Sumatera Barat, sehingga dapat membiayai usaha-usaha ekonomi produktif.

Disamping itu, kredit juga diberikan kepada Koperasi Primer di pedesaan, seperti untuk Koperasi Primer Petani Plasma yang mengikuti program Perkebunan Inti Rakyat (PIR), seperti di daerah Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok, dan Pangkalan di Kabupaten 50 Kota.

Bank Nagari juga terus meningkatkan peranannya menunjang program pembangunan daerah melalui pembinaan dan pengawasan Lumbung Pitih Nagari (LPN) dan mengembangkan program rural banking untuk mendorong tumbuh-kembangnya usaha di pedesaan (nagari-nagari), sejalan dengan program pembangunan daerah yang sedang memberikan titik berat kepada pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan.

Sejalan dengan maksud dan tujuan didirikannya Bank Nagari untuk mendorong pembangunan Nasional melalui pembiayaan bagi usaha-usaha pembangunan, maka melalui program CSR yang pada dasarnya adalah sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat, diharapkan peran Bank Nagari dapat dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena program CSR juga merupakan suatu upaya untuk menjaga eksistensi perusahaan.


(35)

2.9. CSR dan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat (community Development) merupakan salah satu bentuk program CSR yang sering diterapkan di Indonesia. Meskipun CSR bukan semata-mata merupakan community development, namun hal ini memang sangat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat kita, yang masih bergelut dengan kemiskinan serta pengangguran dan rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan yang menjadi penyebab utama sulitnya memutus rantai kemiskinan. Maka CSR sebagai sebuah konsep yang tumbuh sesuai dengan perkembangan dunia usaha dan kebutuhan masyarakat, bisamenjadi salah satu jawaban.

Pada umumnya community development dianggap sebagai sarana yang tepat untuk melaksanakan aktivitas CSR bagi kebanyakan perusahaan. Hal itu dapat dipahami dengan beberapa pertimbangan.

Pertama, sesuai dengan karakteristiknya melalui program community development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur modal sosial baik yang dimiliki dunia usaha maupun masyarakat. Dengan melaksanakan community development, dunia usaha dapat membangun citra sehingga selanjutnya dapat berdampak pada perluasan jaringan dan peningkatan trust.

Sementara itu bagi masyarakat, khususnya masyarakat lokal, melalui

community development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur solidaritas sosial, kesadaran kolektif, mutual trust dan resiprokal dalam masyarakat untuk mendorong tindakan bersama guna meningkatkan kondisi kehidupan ekonomi, sosial dan kultural masyarakat.


(36)

Kedua, melalui community development dapat diharapkan adanya hubungan sinergis antara kekuatan dunia usaha melalui berbagai bentuk bantuannya dengan potensi yang ada dalam masyarakat.

Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh dunia usaha melalui CSR bukan semata-mata bantuan yang bersifat karikatif, melainkan bagian dan usaha untuk mengembangkan kapasitas masyarakat. Oleh sebab itu melalui pendekatan

community development dapat diharapkan program CSR tersebut akan mendorong usaha pembangunan oleh masyarakat lokal secara berkesinambungan dan terlembagakan.

Ketiga, aktivitas bersama antara dunia usaha dengan masyarakat, terutama masyarakat lokal melalui community development dapat difungsikan sebagai sarana membangun jalinan komunikasi. Apabila media komunikasi sudah terlembagakan, berbagai persoalan dalam hubungan dunia usaha dengan masyarakat dapat dibicarakan melalui proses dialog yang elegan dan dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak.

Hal itu dimungkinkan karena melalui kegiatan bersama dalam menggarap program-program dengan pendekatan community development dapat dibangun saling pengertian dan empati di antara semua pihak yang terkait.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19958/4/Chapter%20II.pdf, diakses 05 September 2012, pukul 13.00 WIB).


(37)

2.10. Konsep-Konsep Terkait CSR

Adapun konsep-konsep yang terkait dengan CSR dan mendukung pelaksanaan dari program CSR adalah sebagai berikut :

1. Good Corporate Governance (GCG)

Dalam melakukan usahanya, perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga kewajiban yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Untuk itu diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dan terhindar dari perilaku bisnis yang tidak etis.

Dalam tataran praktis, di Indonesia telah memiliki pedoman yang disusun Komite Nasional Kebijakan GCG. Perusahaan yang menerapkan GCG telah merasakan betapa besar manfaat yang bisa dipetik setelah mempraktekkan konsep tersebut secara konsisten. Selain kinerja perusahaan terus membaik, harga saham dan citra perusahaan terus terdongkrak. Bahkan, kredibilitas perusahaan terus meningkat, baik dimata investor, mitra atau kreditor dan stakeholders lainnya.

Menurut Wibisono (2007) terdapat lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu :

1. Transparency (keterbukaan informasi) 2. Accountability (akuntabilitas)


(38)

3. Responsibility (pertanggung jawaban) 4. Independency (kemandirian)

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)

Mencermati prinsip GCG diatas, tidak sulit untuk mencari benang merah hubungan antara GCG dengan CSR. Prinsip responsibility merupakan prinsip yang mempunyai kekerabatan paling dekat dengan CSR. Dalam prinsip ini, penekanan yang signifikan diberikan kepada stakeholders perusahaan. Melalui penerapan prinsip ini diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya sering kali ia menghasilkan dampak eksternal yang harus ditanggung oleh

stakeholders. Karena itu, wajar bila perusahaan juga memperhatikan kepentingan dan nilai tambah bagi stakeholders-nya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi konsep GCG.

2. Triple Bottom Line

Istilah Triple Bottom Line (TBL) dipopulerkan oleh Jhon Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals With forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”.

Melalui buku tersebut, Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan “3P” (profit, people, planet). selain mengejar profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga


(39)

kelestarian lingkungan (planet). Hubungan ini diilustrasikan dalam bentuk segitiga berikut :

Sosial (People)

Lingkungan (Planet) Ekonomi (Profit)

Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada Single Bottom Line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financial-nya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya.

Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini, perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre), melainkan sentra laba (profit centre) dimasa mendatang. Karena malalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan (Wibisono, 2007:35).

3. Millenium Development Goals (MDGs)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2000 telah mencanangkan delapan tujuan yang hendak dicapai Negara-negara di dunia untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran global. Delapan tujuan MDGs yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar secara universal, mendorong


(40)

kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan Ibu, memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya, menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan menjalin kemitraan global untuk pembangunan.

Indonesia adalah salah satu Negara yang meratifikasi kesepakatan global tersebut. Ini berarti pemerintah harus secara serius melakukan berbagai upaya agar delapan sasaran tersebut bisa dicapai sesuai dengan target waktu yang ditetapkan. Namun pemerintah tidak bisa berjuang sendiri, pihak lain yang terkait seperti korporat dan masyarakat itu sendiri perlu membantu pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut.

Program-program yang terbangun dari CSR menjadi salah satu upaya mensukseskan tujuan dan target-target MDGs 2015. Berkenaan dengan inti bisnis, perusahaan diantaranya haruslah memproduksi produk yang aman dan terjangkau, menghasilkan keuntungan dan menambah investasi, menciptakan lapangan pekerjaan, membangun sumber daya manusia, mengembangkan kesempatan berusaha ditingkat lokal, serta menyebarkan standar dan praktik terbaik internasioanal.

Dalam investasi sosial, perusahaan dapat mengambil ilham yang penting dari berbagai masalah pembangunan yang hendak dipecahkan MDGs seperti persoalan pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup yang menjadi program yang selalu penting (situmorang, 2011:42-44).


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena yang hasil akhirnya adalah berupa tipologi atau pola-pola mengenai fenomena yang sedang dibahas (Prasetyo, 2005).

Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah penelitian yang berusaha memahami kondisi masyarakat dan lingkungan sekitarnya dengan berinteraksi kepada mereka. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka akan didapatkan data atau informasi yang lebih mendalam mengenai bentuk program CSR Bank Nagari serta manfaatnya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal.

Maka dalam konteks penelitian ini, jenis penelitian deskriptif dengan metode penelitian kualitatif adalah cara yang sesuai untuk menggambarkan secara mendetail mengenai bentuk program CSR Bank Nagari. Setelah gambaran detail mengenai bentuk program CSR Bank Nagari didapat, maka akan dilihat manfaatnya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di PT Bank Nagari Cabang Pangkalan dan daerah yang menjadi sasaran program CSR Bank Nagari tersebut, yang berlokasi di Nagari


(42)

(Desa) Pangkalan Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten 50 Kota Provinsi Sumatera Barat. Adapun yang menjadi alasan pemilihan Lokasi ini adalah :

1. Bank Nagari merupakan salah satu Bank Pembangunan di Daerah Sumatera Barat yang berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program CSR yang berorientasi pada pengembangan komunitas sejalan dengan komitmen Bank Nagari tersebut. Sehingga Bank Nagari adalah lokasi penelitian yang sesuai untuk mengkaji mengenai bentuk program CSR dan manfaatnya bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal.

2. Nagari Pangkalan merupakan daerah yang memiliki potensi wilayah yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk itu dirasakan perlu melakukan kegiatan pemberdayaan bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar dapat memanfaatkan potensi tersebut, salah satunya melalui program CSR Bank Nagari. Karena itu, lokasi penelitian ini sangat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini.

3.3. Unit Analisis dan Informan Penelitian

Unit analisis dalam penelitian ini adalah pihak manajemen Bank Nagari dan masyarakat yang mendapat atau yang menjadi sasaran program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan.

Orang-orang yang dimintai keterangan untuk kelengkapan data penelitian, dan selanjutnya disebut dengan informan adalah sebagai berikut :


(43)

1. Pihak Manajemen Bank Nagari;

2. Mayarakat yang menjadi sasaran Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan;

3. Wali Jorong di Kenagarian Pangkalan;

4. Ketua dan sekretaris Badan Musyawarah (BAMUS) di Kenagarian Pangkalan 5. Wali Nagari Pangkalan;

6. Camat Pangkalan Koto Baru; dan 7. Bupati Kabupaten 50 Kota.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langsung di lokasi penelitian untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan yaitu masyarakat yang menjadi sasaran program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat merasakan dan menggambarkan situasi yang ada di lapangan sesuai dengan kondisi objektifnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data mengenai manfaat yang dirasakan masyarakat dari adanya program CSR Bank Nagari.

2. Wawancara mendalam, dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan untuk memperoleh data atau informasi secara detail yang diperlukan untuk menyusun laporan penelitian. Wawancara


(44)

kepada pihak manajemen Bank Nagari, ditujukan untuk mengetahui bentuk program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan. Wawancara kepada masyarakat penerima program CSR Bank Nagari ditujukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai manfaat yang dirasakan masyarakat dari adanya program CSR Bank Nagari.

3. Studi kepustakaan, pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri literatur-literatur yang terkait dengan permasalahan penelitian. Literatur-literatur-literatur tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, majalah, surat kabar, arsip, dokumen-dokumen, dan media elektronik seperti internet dan televisi. Literatur-literatur yang ditelusuri adalah yang terkait dengan penelitian ini, yaitu program CSR Bank Nagari dan kondisi sosial ekonomi masyarakat penerima program tersebut, serta literatur-literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

3.5. Interpretasi dan Analisis Data

Interpretasi data merupakan upaya yang dilakukan dengan mengolah data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskan, membuat ikhtisarnya, dan menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Tujuannya adalah menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya dalam susunan yang baik dan rapi untuk kemudian dianalisis.

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan sampai akhirnya pada tahap akhir


(45)

penyusunan laporan penelitian, untuk mendapatkan kesimpulan yang baik dari hasil penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009), mengungkapkan bahwa aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh.

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pra observasi √ √

2 Acc Judul Penelitian √

3 Penyusunan Proposal √ √

4 Bimbingan Proposal √ √

5 Seminar Proposal √

5 Revisi Proposal √ √

6 Penelitian Lapangan √ √ √

7 Pengumpulan dan Analisis Data √ √ √ √

8 Penulisan Laporan √ √ √

9 Bimbingan Skripsi √ √ √


(46)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Keterbatasan dalam hal teknis penelitian di lapangan adalah pada saat mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan beberapa orang karyawan Bank Nagari, karena waktu untuk melaksanakan wawancara adalah dihari kerja, sehingga pada saat wawancara berlangsung terdapat gangguan-gangguan pekerjaan yang menyebabkan terputusnya komunikasi pada saat wawancara berlangsung.

Dan kendala utama yang dihadapi peneliti adalah ketika mewawancarai masyarakat sekitar Bank Nagari Cabang Pangkalan, karena sebagian besar masyarakat Pangkalan belum mengetahui program CSR. Untuk itu, ketika melakukan wawancara dengan masyarakat Pangkalan yang tidak mengetahui apa itu CSR, istilah CSR tidak peneliti gunakan dan menggantinya dengan ‘kegiatan sosial’.

Terlepas dari permasalahan teknis penelitian dan kendala di lapangan peneliti menyadari keterbatasan peneliti mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan pengalaman melakukan penelitian ilmiah serta referensi buku atau jurnal yang sedikit dikuasai peneliti. Walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini dengan maksimal agar data dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dapat diperoleh.


(47)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Bank Nagari

Bank Pembangungan Daerah Sumatera Barat secara resmi berdiri pada tanggal 12 Maret 1962 dengan nama “PT Bank Pembangunan Daerha Sumatera Barat” yang disahkan melalui akta notaris Hasan Qalbi di Padang. Pendirian tersebut dipelopori oleh Pemerintah Daerah beserta tokoh masyarakat dan tokoh pengusaha swasta di Sumatera Barat atas dasar pemikiran perlunya suatu lembaga keuangan yang berbentuk Bank, yang secara khusus membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di daerah. Disahkan melalui Surat Keputusan Wakil Menteri Pertama Bidang Keuangan Republik Indonesia No. BUM/9-44/II tentang izin usaha PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat, dan dimulailah operasional PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dengan kedudukan di Padang.

Berdasarkan Undang-Undang No.13 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, maka dasar hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat diganti dengan Peraturan Daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Barat No. 4. Sehingga PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat diubah menjadi “Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat”. Dalam perjalanannya tahun 1996 melalui Perda No. 2/1996 disahkan penyebutan nama (Call Name) sebagai ”Bank Nagari” dengan maksud untuk lebih dikenal, membangun brand image sekaligus mengimpresikan tatanan sistem pemerintahan di Sumatera Barat.


(48)

Sesuai dengan perkembangan dan untuk lebih leluasa dalam menjalankan bisnis, tanggal 16 Agustus 2006 berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 3 Tahun 2006, bentuk badan hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat berubah dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas, yang didirikan berdasarkan akta Pendirian Perseroan Nomor 1 Tanggal 1 Februari 2007 dihadapan Notaris H. Hendri Final, S.H. dan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia Republik Indonesia dengan Keputusan Nomor W3-00074 HT.01.01-TH.2007 tanggal 4 April 2007. Saat ini Bank Nagari telah berstatus sebagai Bank Devisa serta telah memiliki Unit Usaha Syariah. Bank Nagari juga merupakan Bank Pembangunan Daerah pertama yang membuka Kantor Cabang di Luar Daerah.

Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 2008 aset Bank Nagari menembus angka Rp 10 triliun. Dengan capaian tersebut, Bank Nagari telah tumbuh menjadi perusahaan terbesar di Sumatera Barat dan asetnya melampaui kekayaan PT Semen Padang yang selama ini menjadi perusahaan terbesar di Sumatera Barat. Prestasi ini dapat diraih karena kerja keras dari seluruh pihak Bank Nagari untuk menjadikan Bank Nagari sebagai perusahaan terkemuka.

Sampai pada tahun 2011, Bank Nagari telah memiliki 30 Kantor Cabang (tiga diantaranya adalah diluar Provinsi Sumatera Barat yaitu di Jakarta, Bandung, dan Pekan Baru), 34 Cabang Pembantu, dan lebih dari 30 Kantor Kas. Seiring dengan pertumbuhan volume usahanya, jumlah karyawan Bank Nagari juga terus tumbuh dari segi jumlah dan kualitasnya. Jumlah karyawan yang tercatat 1.369 orang pada tahun 2009, menjadi 1.659 orang pada akhir tahun 2011 (Chaniago, 2012:200).


(49)

Untuk periode 2012-2016, Bank Nagari dipimpin oleh jajaran direksi yaitu sebagai berikut :

1. Direktur Utama : Suryadi Asmi

2. Direktur Umum : Amrel Amir

3. Direktur Pemasaran dan Syariah : Indra Wediana 4. Direktur Kepatuhan : Yohannes

Adapun yang menjadi visi dari Bank Nagari adalah “Menjadi Bank Pembangunan Daerah yang Terkemukan dan Terpercaya di Indonesia”. Terkemuka berarti Bank Nagari ingin terus mengembangkan sayapnya ke masa depan. Terpercaya, berarti Bank Nagari ingin terus menjaga reputasi dan memelihara kepercayaan dengan menjalankan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

Misi Bank Nagari adalah :

1. Memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat;

2. Memenuhi dan menjaga kepentingan stakeholder secara konsisten dan seimbang.

Misi yang pertama mencerminkan dasar atau latar belakang didirikannya Bank Pembangunnan Daerah Sumatera Barat, yaitu turut membangun ekonomi yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara misi yang kedua menyatakan bahwa Bank Nagari akan senantiasa dijalankan dengan prinsip untuk memenuhi tanggung jawab kepada pemilik, nasabah, karyawan, dan masyarakat.


(50)

4.2. Gambaran Umum Bank Nagari Cabang Pangkalan

Bank Nagari Cabang pangkalan merupakan salah satu dari 30 kantor cabang Bank Nagari yang mulai beroperasi di wilayah Kecamatan Pangkalan Koto Baru pada tahun 1989. Pada awal berdirinya Bank Nagari Cabang Pangkalan berkantor di Jorong Pauh anok tepatnya bersebelahan dengan PUSKESMAS Pangkalan. Pada waktu itu, Jorong Pauh Anok memang menjadi pusat pendidikan dan pusat perkantoran, mulai dari TK, SD, dan SMA berlokasi disana. Kantor Polsek Pangkalan dan Koramil, serta kantor Kejaksaan Negri pun berlokasi di Jorong Pauh Anok, sehingga wajar jika ketika itu pihak Bank Nagari ketika mulai mengepakkan sayapnya di Nagari Pangkalan memilih Jorong Pauh Anok sebagai lokasi yang tepat untuk menjadi kantor Bank Nagari.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perjalanan waktu, serta dinamika perkembangan yang terjadi di Nagari Pangkalan, pusat bisnis dan pusat pemerintahan pun berpindah lokasi di Jorong Pasar Baru. Ketika pasar di Jorong Pasar Usang terbakar dan kemudian dibangun pasar baru yang berlokasi di Jorong Pasar Baru. Sejak itulah pusat bisnis dan pusat pemerintahan terpusat di Jorong Pasar Baru.

Melihat perkembangan tersebut, Bank Nagari Cabang Pangkalan pun berpindah lokasi di Jorong Pasar Baru. Hal ini dimaksudkan untuk mengikuti perkembangan dunia bisnis di Kenagarian Pangkalan, dan agar nasabah-nasabah Bank Nagari tidak terlalu jauh untuk menjangkau kantor Bank Nagari. Sejak berpindah kantor di Jorong Pasar Baru, Bank Nagari Cabang Pangkalan pun semakin tumbuh dan berkembang. Kantor Bank Nagari Cabang Pangkalan pun menjadi kantor paling megah di Kenagarian Pangkalan ketika itu.


(51)

Sejak tahun 1989 dan hingga kini usia Bank Nagari Cabang Pangkalan telah mencapai 24 tahun tepatnya di bulan September mendatang. Dengan usia yang sudah cukup matang, Bank Nagari Cabang Pangkalan pun telah dipimpin oleh orang-orang terpilih Bank Nagari secara silih berganti. Untuk saat ini, Pimpinan Bank Nagari Cabang Pangkalan adalah Pak Ferdison dengan wakil pimpinan Tunggul Simarmata.

Dalam usia yang akan mencapai 24 tahun tersebut, Bank Nagari Cabang Pangkalan pun telah memahami kondisi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal. Bank Nagari juga telah memiliki cukup pengalaman untuk menghadapi situasi sosial ekonomi masyarakat lokal tersebut.

Dengan pertumbuhan Bank Nagari yang semakin baik di Kenagarian Pangkalan, Bank nagari pun tidak melupakan masyarakat lokal yang menjadi komponen utama penggerak bisni mereka. Maka dari itu Bank Nagari Cabang Pangkalan pun melaksanakan berbagai bentuk program CSR sebagai salah satu bentuk kepeduliannya terhadap masyarakat lokal.

Dalam pelaksanaannya, program-program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan secara garis besarnya memang masih terbatas pada kegiatan filantropi saja. Program tersebuat adalah dalam bentuk berbagai sumbangan yang diberikan kepada masyarkat lokal maupun dalam bentuk kontribusinya dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh masyarakat lokal. Walaupun demikian, program CSR Bank Nagari tetap memberikan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat lokal ketika program tersebut dilaksanakan.


(52)

4.3. Gambaran Umum Nagari Pangkalan

Nagari Pangkalan merupakan satu diantara 6 (enam) Nagari yang ada di Kecamatan Pangkalan Koto Baru dan memiliki luas wilayah 12.430 Ha. Wilayah ini dilewati oleh jalan provinsi yang menghubungkan antara Provinsi Sumatera Barat menuju Provinsi Riau, sehingga menjadikan wilayah ini memiliki potensi pengembangan wilayah yang seharusnya dapat dijadikan oleh masyarakat sebagai peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Nagari Pangkalan merupakan wilayah yang dilewati oleh jalan lintas dari Provinsi Sumatera Barat menuju provinsi Riau. Setiap harinya Pangkalan dilewati oleh mobil-mobil penumpang, mobil pengangkut barang, serta kendaraan-kendaran pribadi yang ramai berlalu-lalang. Kondisi ini tidak menutup kemungkinan pengaruh yang ditimbulkan bagi masyarakat Pangkalan, seperti bermunculannya kedai-kedai makanan dan minuman dipinggir jalan, rumah makan, dan tempat-tempat persinggahan lainnya.

Tempat persinggahan bagi kendaraan-kendaraan antar provinsi yang paling terkenal di Nagari Pangkalan adalah Rangkiang yang berlokasi di Jorong Sopang yang hingga kini masih bertahan diusianya yang mencapai 31 tahun. Tempat persinggahan ini membuka peluang matapencarian bagi masyarakat sekitar. Misalnya dengan menjadi pekerja di tempat tersebut ataupun berjualan kecil-kecilan seperti pedagang buah-buahan yang hingga kini masih ada di Rangkiang. Tempat persinggahan itu pun menimbulkan suatu pola interaksi yang tidak menutup kemungkinan terbangunnya suatu kerja sama.


(53)

Dengan dilewati oleh jalan lintas tersebut tentu berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Namun, secara keseluruhan kondisi sosial ekonomi masyarakat Pangkalan belum menunjukkan hasil yang baik. Sejauh yang peneliti temukan di lapangan kondisi ini disebakan karena adanya pola ketergantungan masyarakat terhadap satu matapencarian yaitu di sektor pertanian dengan komoditi utama karet dan gambir. Jika harga karet dan gambir tersebut sewaktu-waktu turun dalam rentang waktu yang cukup lama maka perekonomian masyarakat Pangkalan pun melemah yang ditandai dengan menurunnya daya beli masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Buk Helmy selaku pedagang grosir berikut ini :

setahun belakangan ini daya beli masyarakat sangat menurun sehingga kedai saya sepi pembeli, yaa mau gimana lagi ini memang karena perekonomian masyarakat sangat melemah karena harga karet dan gambir yang cenderung menurun dan belum kunjung naik-naik”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Ujang selaku pemilik kedai makanan dan minuman di pinggir jalan raya yang hanya berjarak beberapa meter dari pasar Pangkalan :

daya beli masyarakat sangat menurun, tapi untungnya ada pembeli dari mobil-mobil yang melintas singgah di kedai saya”.

Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Nagari Pangkalan adalah 9.357 jiwa. Dari jumlah tersebut 900 diantaranya adalah tergolong penduduk kurang mampu dan berada dibawah garis kemiskinan. Jika sektor pertanian dengan karet dan gambir sebagai komoditi utama tidak segera dibenahi. Misalnya dengan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan harga jual panen, maka dapat


(54)

diprediksikan akan semakin melemahnya perekonomian masyarakat Pangkalan yang tentu berdampak pada kondisi sosial yang kurang kondusif.

Melemahnya perekonomian masyarakat berdampak pada struktur sosial masyarakat. karena kondisi ekonomi yang tidak stabil rentan akan munculnya masalah-masalah sosial di masyarakat seperti terjadinya berbagai tindakan pencurian karena himpitan beban ekonomi. Kondisi ini tentu meresahkan masyarakat karena tidak kondusifnya kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Untuk menyikapi hal ini, Bank Nagari sebagai Bank Pembangunan Daerah yang berkomitmen untuk membangun negri sesuai dengan slogannya “Membina Citra Membangun Negeri”, diharapkan kontribusinya dalam membangun perekonomian masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar dapat mendorong tercipatanya kondisi sosial ekonomi masyarakat yang kondusif. Salah satunya dapat diupayakan melalui pelaksanaan program CSR yang berkelanjutan sebagai bentuk tanggung jawab sosial Bank Nagari terhadap masyarakat lokal.

Nagari Pangkalan terdiri dari 11 (sebelas) Jorong sebagai berikut :

No. Nama Jorong Luas (Ha)

1 Banjaranah 1.323

2 Kampung Baru 2.882

3 Koto Panjang 736

4 Lakuak Gadang 473

5 Lubuk Nago 2.768


(55)

7 Pasar Baru 1.050

8 Pasar Usang 522

9 Pauh Anok 622

10 Sopang 1.114

11 Tigo Balai 490

Sumber :Profil Nagari Pangkalan tahun 2012

Adapun yang menjadi batas wilayah Nagari Pangkalan adalah : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Nagari Tanjung Balit

2. Sebelah timur berbatasan dengan Nagari Koto Alam

3. Sebelah barat berbatasan dengan Nagari Gunung Malintang 4. Sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Manggilang

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Nagari Pangkalan adalah 9.357 jiwa dengan 2.431 KK (Kepala Keluarga). Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

No. Jenis Kelamin Jumlah 1. Laki-Laki 4.706 Jiwa 2. Perempuan 4.651 Jiwa

Mata pencarian penduduk Nagari Pangkalan terdiri dari petani, pedagang, PNS, swasta, dan lain-lain. Pertanian dan perkebunan merupakan mata pencarian


(56)

utama masyarakat dengan komoditi utama adalah karet dan gambir, serta kelapa sawit.

Masyarakat di tanah Minang identik sebagai masyarakat perantau, sehingga hamper di seluruh pelosok tanah air ada masyarakat Minang yang terkenal dengan kemampuan berdagangnya. Begitu juga masyarakat di Kenagarian Pangkalan banyak yang merantau ke Pekanbaru Riau dan memiliki organisasi perkumpulan yang diberi nama IKP (Ikatan Keluarga Pangkalan).

4.4. Bentuk Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan

Bank Nagari sebagai Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat telah melaksanakan program berbasis sosial kemasyarakatan telah lama sejak Bank ini berdiri. Hal ini dimaksudkan untuk membina hubungan baik dengan masyarakat agar tercipta suatu hubungan yang harmonis demi menjaga stabilitas perusahaan. Program berbasis sosial kemasyarakatan yang selanjutnya disebut sebagai program CSR adalah sebagai bentuk tanggung jawab sosial Bank Nagari kepada masyarakat yang telah berperan penting dalam membantu pertumbuhan Bank Nagari hingga usianya yang mencapai 50 tahun hingga kini.

Sebelum istilah CSR dikenal di Indonesia, Bank Nagari telah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada program CSR. Seperti diungkapkan oleh SHK selaku staf bagian Corporate Secretary Bank Nagari Pusat, berikut ini :

dana yang dikeluarkan oleh Bank Nagari untuk kegiatan berbasis sosial kemasyarakatan dulunya disebut sebagai ‘dana sosial’, namun sekarang disebut dana CSR”.


(57)

Jauh sebelum diwajibkannya setiap Perseroan Terbatas (PT) untuk menyisihkan sebagian laba (demi kepentingan sosial, ekonomi, dan lingkungan) oleh Undang-Undang untuk melaksanakan program CSR, maka Bank Nagari telah sejak lama melaksanakan program berbasis CSR. Salah satunya adalah melalui pengalokasian dana sosial untuk membantu masyarakat lokal di wilayah kerja Bank Nagari ataupun yang lebih khususnya adalah untuk membantu masyarakat kurang mampu.

Pelaksanaan program CSR Bank Nagari dilakukan secara sentralistik (terpusat) oleh Bank Nagari Pusat yang berlokasi di Kota Padang. Bank Nagari Pusat akan mengatur dan mengelola setiap pelaksanaan maupun bentuk dari program CSR Bank Nagari, untuk kemudian dialokasikan kepada kantor-kantor cabang Bank Nagari yang tersebar di seluruh wilayah Sumatera Barat maupun yang berlokasi di luar daerah yaitu di Jakarta, Pekanbaru, dan Surabaya.

Pelaksanaan program CSR Bank Nagari pun beragam, terkadang hanya Bank Nagari cabang-cabang tertentu (dalam wilayah Kabupaten/Kota) yang kecipratan dana CSR. Misalnya pengalokasian dana CSR untuk program beasiswa, seperti yang diungkapkan oleh Pak Ilham selaku kepala Kredit Bank Nagari cabang Pangkalan berikut ini :

hanya cabang-cabang tertentu yang mendapatkannya, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut”.

Bank Nagari Cabang Pangkalan merupakan salah satu kantor cabang dari Bank Nagari yang melaksanakan program CSR berdasarkan regulasi dari pusat.


(58)

Namun demikian, Bank Nagari Cabang Pangkalan berinisiatif sendiri untuk membantu masyarakat kurang mampu di wilayah Kecamatan Pangkalan Koto Baru.

Seperti yang pernah dilakukan pada tahun 2012, seluruh karyawan Bank Nagari Cabang Pangkalan turun langsung ke masyarakat untuk membagikan sembako kepada masyarakat kurang mampu. Ada juga program CSR Bank Nagari yang bersifat kondisional seperti membantu korban kecelakaan ataupun bencana alam. Namun demikian, ada beberapa program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan yang memang dilaksanakan hampir setiap tahunnya.

Berikut ini adalah data program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan yang dilaksanakan hampir setiap tahunnya :


(59)

(60)

Disamping program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan yang dilaksanakan hampir setiap tahunnya seperti yang tertera pada tabel. Ada beberapa program yang pelaksanaannya hanya pada waktu-waktu tertentu atau pada kondisi tertentu. Misalnya ketika terjadi bencana alam seperti bencana banjir di Kenagarian Pangkalan, maka Bank Nagari Cabang Pangkalan akan mengeluarkan bantuan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap masyarakat lokal.

Selain itu, program CSR Bank Nagari yang bersifat kondisional juga diperuntukkan kepada masyarakat kurang mampu yang secara finansial memang membutuhkan bantuan. Seperti bantuan yang diberikan kepada keluarga Buk Eli Husna pada tahun 2012 atas musibah tersiram minyak panas yang menimpa anaknya.

Pelaksanaan program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan memang sangat beragam sesuai dengan kondisi, dinamika, dan kebutuhan masyarakat di suatu daerah. Hal ini tentunya juga disesuaikan dengan komitmen Bank Nagari untuk selalu menjaga eksistensinya agar menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan berkembang.

Menurut Pak Ferdison selaku pimpinan Bank Nagari Cabang Pangkalan ketika ditemui diruang kerjanya, realisasi program CSR Bank Nagari diantaranya adalah :

1. Bantuan Bencana; 2. Beasiswa;

3. Sponsor acara adat seperti Potang Balimau di Nagari Pangkalan; 4. Sponsor even olahraga seperti Asyirwan Yunus Cup;

5. Bantuan ke Masjid/Mushalla;


(61)

Bila dilihat dari berbagai realisasi program CSR Bank Nagari tersebut, dapat dikatakan bahwa CSR Bank Nagari masih bersifat philanthropy (kedermawanan). Seperti yang dikemukakan oleh Gunawan (2008) bahwa dalam dunia CSR, program kedermawanan (philanthropy) merupakan bentuk CSR yang didasari oleh kesadaran norma etika dan hukum universal akan perlunya redistribusi kekayaan.

Idealnya, program CSR erat kaitannya dengan inti bisnis suatu perusahaan, hal ini dimaksudkan agar tercipta feedback bagi perusahaan yang melakukan program CSR. Seperti misalnya program CSR PT Unilever Indonesia tbk yang bermitra dan memberdayakan petani kedelai hitam, sehingga petani tersebut menjadi pemasok kedelai hitam bagi salah satu produk dari PT Unilever Indonesia tbk tersebut.

Jika dikaitkan dengan realisasi program CSR perbankan sebagai lembaga jasa keuangan bagi masyarakat, sulit untuk melihat/menemukan program CSR perbankan yang terkait dengan core business. Namun, jika seorang bankir inovatif jeli melihat peluang untuk realisasi program CSR perbankan, maka banyak hal yang akan terkait dengan core business perbankan. Karena perbankan merupakan lembaga jasa keuangan yang berhubungan langsung dengan masyarakat.

Hal yang senada dengan keterangan Pak Ferdison mengenai bentuk program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan juga diungkapkan oleh Pak Tunggul Simarmata atau yang lebih akrab dipanggil Pak Ucok selaku Wakil Pimpinan Bank Nagari Cabang Pangkalan yang mengungkapkan bahwa program-program CSR yang dilaksanakan oleh Bank Nagari Cabang Pangkalan diantaranya adalah :

1. Kontribusi dalam acara adat/alek nagari seperti Potang Balimau yang menjadi acara rutin di Nagari Pangkalan ketika akan menyambut datangnya bulan suci


(62)

Ramadhan. Bank Nagari selaku pemilik modal di Kenagarian Pangkalan memberikan kontribusi dalam bentuk bantuan dana demi kelancaran acara tersebut;

2. Bantuan dana dalam berbagai acara masyarakat seperti dibidang kesenian, olahraga, dan keagamaan;

3. Bantuan dibidang pendidikan, seperti bantuan beasiswa dan ketika penerimaan murid baru;

4. Berkontribusi dalam acara yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat.

Hal senada dengan itu, juga dikemukakan oleh Buk Fitria selaku staf bagian umum Bank Nagari Cabang Pangkalan bahwa bentuk-bentuk program CSR yang dilaksanakan oleh Bank Nagari Cabang Pangkalan diantaranya adalah :

1. Bantuan/sumbangan kepada beberapa warga kurang mampu di Kenagarian Pangkalan dalam bentuk uang tunai. Bantuan ini disalurkan melalui kerja sama dengan pemerintah Nagari Pangkalan untuk mendapatkan data mengenai jumlah dan keberadaan warga kurang mampu;

2. Sumbangan ke Masjid sebagai bentuk kepedulian Bank Nagari Cabang Pangkalan untuk membangun sarana beribadah masyarakat;

3. Berkontribusi dalam acara-acara yang diselenggrakan oleh masyarakat seperti acara musik, olahraga, dan MTQ;

4. Bantuan ke sekolah-sekolah, seperti bantuan buku dan beasiswa kepada murid yang berprestasi dan kurang mampu;


(63)

5. Menyelenggarakan bazar murah untuk menyediakan kebutuhan sembako bagi masyarakat.

Adapun dana yang digunakan untuk melaksanakan seluruh program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan berasal dari anggaran khusus yang diperuntukkan bagi pelaksanaan program-program tersebut. Tujuan dari pelaksanaan program-program tersebut adalah untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat di wilayah kerja Bank Nagari. Selain itu, program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan sebagai bentuk kepedulian Bank Nagari terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal.

Jika dilihat dari berbagai bentuk program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan yang dikemukakan oleh beberapa informan diatas, terlihat bahwa program CSRnya belum tepat sasaran. Hal ini apabila dikaitkan dengan sebagian besar (85%) masyarakat di Kenagarian Pangkalan bekerja sebagai petani dengan karet dan gambir sebagai komoditi utama.

Idealnya, program CSR Bank Nagari yang tepat sasaran merujuk pada kondisi masyarakat Nagari Pangkalan yang bermatapencarian utama sebagai petani. Misalnya dengan melaksanakan berbagai pelatihan dalam mengelola keuangan keluarga dan pelatihan dalam upaya meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola hasil panennya agar memiliki nilai jual tinggi. Program ini dapat dilaksanakan dengan menggandeng pemerintah setempat untuk bekerja sama mencapai tujuan dari dilaksanakannya program tersebut.

Jika program tersebut dapat dilaksanakan secara terstruktur, antara Bank Nagari sebagai pemilik modal, pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dan


(64)

masyarakat sebagai sasaran dari program, maka dalam hal ini, proses diferensiasi struktural telah melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Jalannya proses pembangunan sangat ditentukan oleh jalannya seluruh struktur dalam suatu Negara secara terintegrasi. Menurut Soiolog Smelser dalam Suwarsono (1991), kurangnya koordinasi dari berbagai struktur ini akan mengakibatkan kerusuhan sosial. Kekacauan ini dapat berupa agitasi politik damai sampai pada kerusuhan dengan kekerasan, atau bahkan terjadi perang gerilya dan revolusi sosial. Ini terjadi karena adanya sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam proses diferensiasi struktural. Untuk itu masyarakat harus dilibatkan perannya dalam proses pembangunan.

Ketidaktepat sasaran dalam pelaksanaan program CSR, telah banyak terjadi di beberapa lokasi di Indonesia. Salah satunya adalah merujuk dari hasil penelitian Siregar (2007), sebagaimana berikut ini :

Hasil riset yang dilakukan pada siswa SMA Bale Endah, mereka memerlukan bantuan biaya sekolah untuk transportasi dan uang sekolah. Tetapi yang diperoleh dari program CSR perusahaan pemberi bantuan tersebut berupa seperangkat komputer dan internet berikut pelatihan bagi guru. Jelas program CSR tidak mengenai sasaran. Apa yang diperlukan oleh siswa dengan apa yang diberikan perusahaan melalui program CSR sebelumnya tidak tepat sasaran.

Permasalahan ini tidak diperhatikan oleh pihak perusahaan pemberi bantuan tetapi setelah mahasiswa yang mengambil matakuliah Komunikasi pembangunan melakukan riset, ditemukan terjadi perbedaan antara apa yang diharapkan siswa


(65)

dengan apa yang diberikan perusahaan. Keadaan ini telah disampaikan kepada pihak pemberi bantuan melalui seminar, dan pihak perusahaan menyadari hal ini. Karena keterbatasan SDM dan waktu, pihak perusahaan berusaha agar lebih efektif lagi untuk kedepannya.

Mahasiswa tidak hanya melakukan riset dibidang pendidikan saja, tetapi juga melakukan riset pada masyarakat sekitar kampus ITB, tepatnya di daerah Cisitu. Hasil riset menghasilkan 40% anak yang putus sekolah, 50% Ibu rumah tangga buta aksara, 75% pemuda yang tidak memiliki pekerjaan. Dari hasil riset ini mahasiswa mencoba menindak lanjuti dengan cara menyusun program pemberantasan buta aksara, pemberdayaan masyarakat, dan pendidikan informal. Program ini memerlukan tempat pelatihan, SDM, dan dana. Untuk itu, mahasiswa mengajak perusahaan telkom, BNI, dan PLN bekerjasama untuk melaksanakan program tersebut melalui program CSR yang ada pada masing-masing perusahaan.

Kedepannya diharapkan agar program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan yang lebih tepat sasaran. Program yang memang disesuaikan dengan kultur dan dinamika masyarakat lokal. Seperti masyarakat Pangkalan yang bermatapencarian uatam sebagai petani. Program yang dilakukan pun diharapkan bisa menjawap persoalan yang tengah dihadapi masyarakat.

Pada saat penelitian lapangan, ditemukan bahwa persoalan utama yang tengah dihadapi oleh masyarakat Pangkalan adalah persoalan sumber mata pencarian. Persoalan ini diharapkan bisa ditemukan jawabannya melalui sinergi antara Bank Nagari dengan program CSRnya, pemerintah setempat, dan masyarakat itu sendiri.


(1)

Lampiran :

Piagam Penghargaan Yang Diperoleh Bank Nagari Atas Penyaluran CSRnya


(2)

Acara Potang Balimau, Terlihat Pada Gambar Spanduk Dari Bank Nagari


(3)

Interview Dengan Salah Seorang Karyawan Bank Nagari Cabang Pangkalan

Anak Yang Kecelakaan Tersiram Minyak Panas dan Menerima Bantuan Dari Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan


(4)

Pak Ujang Abun Salah Seorang Penerima Program CSR Bank Nagari


(5)

Neon Box SMA N 1 Pangkalan yang Didanai Oleh Program CSR Bank Nagari


(6)

Pihak Bank Nagari Ketika Melakukan Aksi Sosial


Dokumen yang terkait

Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

3 79 105

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan II Dumai (Studi Deskriptif: Penerima Program CSR Masyarakat Kelurahan Jaya Mukti, Dumai).

13 105 123

Program Corporate Social Responsibility dan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasional Peranan Program Corporate Social Responsibility Bidang Pemberdayaan Masyarakat PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat De

1 27 152

Program Corporate Social Responsibilty (CSR) Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) “Satu untuk Sepuluh” Terhadap Citra AQUA di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

5 38 137

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BANK INDONESIA.

0 3 18

A. Latar Belakang PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BANK INDONESIA.

0 4 42

PENUTUP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BANK INDONESIA.

0 9 42

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Perubahan Sosial - Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

0 3 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah - Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

0 3 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Munculnya Konsep CSR - Bentuk Program Corporate Social Responsibility Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal(Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

0 6 20