Sistem Penginderaan Jauh Termal

2.4.1 Sistem Penginderaan Jauh Termal

Lillesand dan Kiefer 1994 serta Sabins 1978 menyatakan bahwa semua benda dapat memancarkan atau mengemisi panas yang disebabkan oleh gerak acak partikelnya. Gerak acak ini menyebabkan pergeseran antara partikel yang menimbulkan peningkatan suhu dalam suatu benda tersebut, sehingga permukaan benda tersebut memancarkan panas. Panas dari dalam benda tersebut merupakan suatu bentuk energi yang diradiasikan ke lingkungan. Tenaga panas yang dipancarkan dari obyek dapat direkam dengan sensor yang dipasang jauh dari obyeknya. Penginderaan obyek tersebut menggunakan spektrum inframerah termal Paine, 1981 dalam Sutanto, 1994 Menurut Japan Association on Remote Sensing JARS 1993 menjelaskan bahwa tenaga radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda baik dari darat maupun laut dapat dideteksi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Pancaran radiasi gelombang elektromagnetik yang dideteksi oleh sensor termal pada satelit penginderaan jauh dapat disebut dengan “suhu kecerahan”. Oleh karena itu, suhu kecerahan sama dengan suhu sebenarnya jika objek merupakan benda hitam yaitu benda yang menyerap seluruh elektromagnetik dan tidak memantulkan atau mentransmisikan energi tersebut. Pengukuran suhu permukaan di bumi dapat dilakukan dengan alat pendeteksi yang peka terhadap spektrum inframerah. Pada spektrum tersebut terjadi hambatan atmosfer oleh debu. H 2 O, CO 2 , O 2 , dan O 3 . Oleh karena itu, pengukuran suhu permukaan dilakukan pada panjang gelombang 3,5 µ m – 5,5 µ m dan 8 µ m – 14 µ m. Pada panjang gelombang tersebut hambatan tmosfer relatif kecil sehingga tenaga termal dapat melalui atmosfer Sabins, 1978. Oleh karena itu, penggunaan satelit yang memiliki kanal termal harus memiliki panjang gelombang pada kisaran tersebut. Sutanto 1987 menyatakan bahwa jendela atmosfer pada panjang gelombang 10 µ m – 12 µ m dapat digunakan untuk mendeteksi suhu di permukaan bumi yang berkisar 27 o C atau 300 º K, sedangkan panjang gelombang 3 µ m – 5 µ m digunakan untuk pendeteksian suhu permukaan bumi yang lebih panas misalnya : letusan gunung berapi, benda panas, hutan yang terbuka, dan sebagainya yang bersuhu 600 º K – 700 º K. Jendela atmosfer dalam spektrum gelombang elektromagnetik dapat dilihat pada Gambar 3. Sumber : Turco, 2002 Gambar 3. Jendela Atmosfer dalam Spektrum Gelombang Elektromagnetik Pengukuran spektrum inframerah termal yang dipancarkan oleh permukaan laut hanya memberikan informasi suhu sebagian permukaan hingga 0.1 mm, walaupun demikian pada sebagian besar permukaan laut, kecuali perairan kutub, kedalaman 0–20 m merupakan lapisan pencampuran dimana suhu homogen Robinson, 1985. Spektrum elektromagnetik dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber : Lillesand dan Kiefer, 1994 Gambar 4. Spektrum Gelombang Elektromagnetik

2.4.2 Satelit Aqua MODIS