4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Distribusi Temporal SPL Citra Aqua MODIS dan Terra MODIS
Pada Gambar 9 ditunjukkan distribusi SPL secara temporal pada citra Aqua MODIS baik pada lokasi 1, lokasi 2 maupun lokasi 3 terlihat sebaran SPL yang
berfluktuasi, berkisar antara 26,59 – 31,70°C. Secara umum di lokasi 1, 2 dan 3, sebaran SPL tertinggi terjadi pada musim Barat Desember – Februari yaitu
berkisar antara 29,53 – 31,70 °C, sedangkan sebaran SPL terendah terjadi pada musim Timur Juni – Agustus yaitu berkisar antara 26,59 – 29,22 °C Gambar
9. Rata-rata SPL tiap bulan selama lima tahun yaitu berkisar antara 26,97– 30,84 °C Lampiran 4a.
.
Gambar 9. Fluktuasi SPL rata-rata bulanan periode Januari 2003 - Desember 2007 hasil pendugaan citra satelit Aqua MODIS pada lokasi 1,2 dan 3
Pada Gambar 10 ditunjukkan distribusi SPL secara temporal pada citra Terra MODIS baik pada lokasi 1, lokasi 2 maupun lokasi 3 terlihat sebaran SPL yang
berfluktuasi,dan memiliki pola yang hampir sama dengan distribusi SPL yang
terlihat pada citra Aqua MODIS, yaitu berkisar antara 26,53 – 31,23°C. Secara umum di lokasi 1, 2 dan 3, sebaran SPL tertinggi terjadi pada musim Barat
Desember – Februari yaitu berkisar antara 28,06 – 31,23 °C, sedangkan sebaran SPL terendah terjadi pada musim Timur Juni – Agustus yaitu berkisar antara
26,53 – 29,01 °C Gambar 10. Rata-rata SPL tiap bulan selama lima tahun yaitu berkisar antara 26,89– 30,39 °C Lampiran 4b.
Gambar 10. Fluktuasi SPL rata-rata bulanan periode Januari 2003 - Desember 2007 hasil pendugaan citra satelit Terra MODIS pada lokasi1,2 dan 3
Distribusi SPL secara temporal baik pada citra Aqua MODIS maupun pada Terra MODIS cenderung mengalami peningkatan pada musim Barat. SPL di tiga
lokasi di bulan Desember awal musim Barat mengalami peningkatan nilai SPL , hal ini diduga akibat masih lemahnya tiupan angin Barat Laut sehingga proses
pengadukan massa air permukaan belum sempurna. Pada musim Barat posisi matahari berada di BBS. Wilayah perairan Utara Sumbawa yang berada di BBS
mengalami penyinaran matahari dengan intensitas tinggi, sehingga menyebabkan
SPL di tiga lokasi tersebut mengalami nilai maksimum. Pada musim Peralihan 1 posisi matahari mulai meninggalkan BBS, dan faktor arah dan kecepatan angin
yang tidak menentu menyebabkan nilai SPL di tiga lokasi mulai mengalami penurunan nilai yang bervariasi. Nilai SPL di tiga lokasi terutama di lokasi 1, di
bulan Agustus akhir Musim Timur pada citra menunjukkan terbentuknya suatu wilayah perairan dingin, yang diduga akibat tiupan angin Tenggara yang
membawa uap air dingin menuju perairan Utara Sumbawa. Pada musim Timur posisi matahari berada di belahan BBU. Wilayah perairan Utara Sumbawa yang
berada di belahan BBS sedikit mendapatkan penyinaran matahari, sehingga menyebabkan SPL di tiga lokasi tersebut mengalami nilai minimum. Musim
Peralihan 2, posisi matahari mulai mendekati BBS. Faktor arah dan kecepatan angin yang tidak menentu menyebabkan nilai SPL di tiga lokasi mulai mengalami
peningkatan nilai SPL yang bervariasi. Periode fluktuasi SPL dengan analisis spektrum densitas energi SPL dari data
citra Aqua MODIS maupun pada Terra MODIS di lokasi 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa terdapat dua puncak spektrum densitas energi SPL yaitu
pada 6 bulanan dan 12 bulanan lampiran 5. Periode fluktuasi SPL di tiga lokasi tersebut pada umumnya memiliki pola yang sama. Periode 6 bulanan
digolongkan kedalam variasi musiman seasonal. Sedangkan periode 12 bulan atau 1 tahun digolongkan kedalam variasi tahunan annual. Menurut Purba dan
Atmadipoera 2005 variabilitas musiman sampai tahunan diakibatkan oleh arah angin yang berubah mengikuti sistem muson Muson Tenggara dan Muson Barat
Laut. Spektrum densitas energi SPL di perairan Utara Sumbawa periode Januari 2003 - Desember 2007 disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Spektral densitas energi SPL Citra Aqua MODIS dan Terra MODIS a. Lokasi 1, b. Lokasi 2, dan c. Lokasi 3.
Perubahan arah dan kecepatan angin yang terjadi di periaran Utara Sumbawa
periode Januari 2003 – Desember 2007 dapat dilihat pada windrose hasil olahan menggunakan WR Plot Gambar 12. Arah angin musim Timur, pada bulan Juni
hingga Juli kecepatan angin berkisar antara 3,6 – 5,7 ms dengan kecepatan angin
b a
b
c c
a
maksimum berkisar antara 3,6 – 5,7 ms, sementara pada bulan Agustus kecepatan angin berkisar antara 2,1-3,6 ms dengan kecepatan maksimum berkisar antara 3,6
– 5,7 ms, pada musim Timur kecepatan angin berasal dari arah Tenggara dan arah Timur, jika dilihat resultan arah angin yang terbentuk adalah berasal dari arah
Tenggara, hal ini terjadi karena resultan merupakan arah yang mewakili dari semua arah angin yang terbentuk. Frekuensi kecepatan angin pada musim Timur
dominan terjadi pada bulan Agustus berkisar antara 2,1- 3,6 ms. Musim Barat, pada bulan Desember kecepatan angin dominan berkisar antara
0,5-2,1ms dengan kecepatan maksimum berkisar antara 3,6-5,7 ms. Bulan Januari kecepatan angin dominan berkisar antara 0,5-2,1ms dengan kecepatan
maksimum berkisar antara 5,7-8,8 ms. Bulan Februari kecepatan angin dominan berkisar antara 0,5-2,1ms dengan kecepatan maksimum berkisar antara 5,7-8,8
ms, pada musim Barat kecepatan angin berasal dari arah Barat dan Barat Laut , jika dilihat resultan arah angin yang terbentuk adalah berasal dari arah Barat Laut.
frekuensi kecepatan angin pada musim Barat dominan terjadi pada bulan Desember berkisar antara 0,5-2,1 ms.
Perubahan arah dan kekuatan angin yang bertiup di atas perairan mengakibatkan terjadinya perubahan dinamika di dalam perairan tersebut.
Sistem tekanan itu ternyata begitu tetap hingga menyebabkan angin musim bertiup stabil terutama di lautan Nontji, 2002.
Gambar 12. Arah dan kecepatan angin periode Januari 2003 – Desember 2007
Februari Maret
Januari
Juli Agustus
September
Oktober Mei
Juni
November April
Desember
4.2 Distribusi Spasial SPL Citra Aqua MODIS dan Terra MODIS