Perairan Sumbawa bagian Utara dipengaruhi oleh kondisi pasang surut dari laut Jawa dan laut Flores.
Data pasang surut pulau Sumbawa salah satunya diperoleh dari stasiun pengamatan di Badas. Berdasarkan data dari stasiun Badas, diketahui bahwa
pasang surut di perairan pesisir Badas dan sekitarnya mempunyai tipe campuran dengan dominasi ganda. Kondisi gelombang di perairan Utara pulau Sumbawa
diasumsikan serupa dengan kondisi di pantai Utara Lombok. Gelombang merambat ke pantai diperkirakan mempunyai ketinggian sekitar satu meter
sepanjang musim Renstra Pemkab Sumbawa, 2003.
2.2 Suhu Permukaan Laut
Weyl 1970 menyatakan bahwa suhu merupakan suatu besaran fisika dimana banyaknya bahang energi panas terkandung dalam suatu benda. Suhu air laut
pada daerah permukaan sangat tergantung dari jumlah bahang yang diterima dari sinar matahari. Daerah – daerah yang banyak menerima bahang sinar matahari
adalah daerah – daerah yang terletak pada lintang 10
o
LU – 10
o
LS, karena itu suhu air laut yang tertinggi ditemukan di sekitar daerah ekuator.
Hutabarat dan Evans 1986 berpendapat bahwa pembagian SPL secara horizontal akan sangat tergantung pada letak lintangnya. Semakin tinggi letak
lintangnya, maka nilai SPLnya akan semakin rendah, karena daerah ekuator menerima lebih banyak radiasi matahari daripada di daerah berlintang tinggi. Ada
tiga faktor yang menyebabkan daerah tropik lebih banyak menerima bahang dari pada daerah kutub: 1 Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer sebelum
sampai di daerah kutub akan banyak kehilangan bahang dibandingkan dengan daerah ekuator, 2 Di daerah kutub, sinar matahari yang sampai di permukaan
bumi akan tersebar pada daerah yang lebih luas daripada daerah ekuator, serta 3 Permukaan bumi di daerah kutub banyak menerima bahang yang dipantulkan
kembali ke atmosfer. Perbedaaan tersebut sebenarnya diakibatkan oleh sudut relatif matahari yang mencapai permukan bumi.
Pembagian wilayah perairan berdasarkan suhu permukaan secara horizontal dalam wilayah lebih kecil adalah wilayah muara sungai, estuari dan laut lepas.
Pembagian tersebut berdasarkan posisi wilayah terhadap daratan karena daratan bersifat lebih cepat panas dibandingkan dengan lautan. SPL di daerah estuari
lebih bervariasi daripada suhu permukaan di laut lepas, karena biasanya volume air di estuari lebih kecil dengan luas permukaan yang lebih besar. Dengan
demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air estuari lebih cepat panas dan lebih cepat dingin Nybakken, 1992.
Perubahan suhu secara menegak di laut dipengaruhi oleh kedalaman. King 1963 menyatakan bahwa nilai suhu mengalami perubahan terhadap kedalaman.
Hal ini diakibatkan oleh variasi antara bahang yang diserap, efek konduksi dari bahang, permukaan air yang selalu bergerak oleh arus, dan gerak vertikal air laut.
Menurut Richard dan Davis 1991 secara vertikal suhu di lautan dibagi menjadi tiga zona, yaitu :
1. Lapisan permukaan homogeneous layer yang merefleksikan suhu rata-rata
tiap lintang, 2.
Lapisan termoklin thermocline layer, 3.
Lapisan dalam deep layer yang merefleksikan ciri khas asal massa air tiap lintang.
Secara alami, lapisan air di permukaan akan lebih hangat karena menerima radiasi matahari pada siang hari. Lapisan ini dipengaruhi oleh kondisi
meteorologis seperti suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari. Oleh karena itu, suhu permukaan biasanya mengikuti pola musiman, karena
dengan adanya perubahan musim akan terjadi perubahan terhadap faktor – faktor tersebut. Sebagai contoh pada musim pancaroba, angin biasanya lemah dan laut
sangat tenang, sehingga proses pemanasan di permukaan dapat terjadi dengan lebih efektif. Akibatnya suhu lapisan permukaan sering disebut sebagai lapisan
homogen karena pada lapisan ini terjadi pengadukan massa air oleh angin dan arus sehingga dapat mencapai suhu yang seragam atau homogen. Pada daerah
tropis pengadukan ini dapat mencapai kedalaman 50 m sampai 100 m dengan suhu sekitar 26 – 30
o
C dan gradient tidak lebih dari 0,03
o
Cm. Lapisan ini sangat dipengaruhi oleh musim dan letak geografis.
Lapisan termoklin adalah lapisan air tempat terjadinya penurunan suhu yang cepat dengan bertambahnya kedalaman. Suhu air di bawah lapisan permukaan
yang hangat akan mulai menurun dan mengalami penurunan yang sangat cepat pada selang kedalaman yang sempit antara 50 – 300 meter. Di bawah lapisan
termoklin, suhu akan terus menurun dengan penurunan yang lebih lambat, sehingga massa air di bawah lapisan termoklin relatif homogen hingga ke dasar
perairan. Lapisan termoklin di perairan tropis memiliki ketebalan antara 100 – 105 meter dengan gradien suhu mencapai 0,1
o
Cm Wyrtki, 1961; Gross, 1990. Profil sebaran menegak suhu yang menunjukkan letak lapisan tercampur dan
lapisan termoklin dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber : Robinson,1985 Gambar 1. Profil menegak suhu di laut
Untuk penentuan SPL dari satelit, dapat dilakukan pengukuran dengan radiasi infra merah pada panjang gelombang 3 m-14 m. Pengukuran spektrum infra
merah yang dipancarkan oleh permukaan laut hanya dapat memberikan informasi suhu pada lapisan permukaan sampai kedalaman 0.1 mm. Pola distribusi citra
SPL dapat dilihat dari fenomena oseanografi seperti upwelling,dan pola arus permukaan. Daerah yang mempunyai fenomena-fenomena seperti tersebut di atas
umumnya merupakan perairan yang subur Tomascik et al., 1997.
2.3 Fakor yang Mempengaruhi Sebaran SPL