3. Debit Sungai HASIL DAN PEMBAHASAN

25 Gambar 16. Pembentukan HRU sumber: hasil simulasi MW-SWAT HRU merupakan unit analisis hidrologi yang mempunyai karakteristik tanah dan penggunaan lahan yang spesifik, sehingga dapat dipisahkan antara satu HRU dengan HRU yang lainnya. Dari hasil HRU yang dibentuk, diketahui bahwa oulet DAS Saba berada di subbasin 228 dan pada subbasin 228 terbentuk 5 HRU. Terbentuknya HRU berdasarkan perbedaan landuse, jenis tanah, dan kemiringan slope. HRU yang terbentuk oleh model untuk Sub-DAS 228 pada DAS Saba dapat dilihat pada Tabel 2.

4. 3. Debit Sungai

Sebelum perkiraan debit sungai, dilakukan penggabungan antara data tanah, landuse, kemiringan, dan iklim untuk menentukan waktu simulasi. Pada tahap ini juga ditentukan jenis sungai dan metode perhitungan evapotranspirasi. Waktu simulasi dimulai dilakukan dari tanggal 1 Januari sampai tanggal 31 Desember 2009. Pemilihan waktu simulai ini berdasarkan iklim yang digunakan yaitu tahun 2009. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah debit simulasi yang dapat dihasilkan dari kondisi tanah, landuse, dan kemiringan yang ada serta dibandingkan dengan debit aktual pada tahun yang sama. Untuk memperoleh output yang diinginkan, stasiun iklim stnlist.txt yang terdiri dari file harian .pcp dan .tmp. File .pcp yang digunakan merupakan data dari stasiun Busungbiu sedangkan .tmp merupakan data dari stasiun Ngurah Rai. Hal ini disebabkan pada pos hujan yang berada di DAS Saba tidak melakukan pengukuran temperatur. Data iklim lainnya berupa data radiasi surya, kelembaban, dan kecepatan angin juga dibutuhkan dalam SWAT yang dibangkitkan dengan menggunakan file weather generator .wgn dengan mencetak hasil simulasi periode bulanan. 26 Tabel 2 . Contoh karakteristik HRU pada subbasin 228 Area [ha] Watershed Subbasin Subbasin 228 50.31 0.35 Tataguna lahan RICE 37.73 0.26 75 URMD 12.58 0.09 25 Tanah Lck-2-7003 50.31 0.35 100 Kemiringan 0-3 35.22 0.24 70 3-8 14.25 0.1 28.33 8-15 0.84 0.01 1.67 HRU 2317 URMDLck-2-70030-3 5.87 0.04 11.67 2318 URMDLck-2-70033-8 6.71 0.05 13.33 2319 RICELck-2-70030-3 29.35 0.2 58.33 2320 RICELck-2-70033-8 7.55 0.05 15 2321 RICELck-2-70038-15 0.84 0.01 1.67 Sumber : Hasil simulasi MW-SWAT Setelah dilakukan simulasi, lalu digunakan SWAT Plot and Graph untuk menampilkan grafik debit hasil simulasi MWSWAT pada tahapan-tahapan sebelumnya. Untuk menampilkan plot debit pada outlet, dipilih reach 228 dan FLOW_OUT pada SWAT plot sehingga akan menghasilkan grafik debit pada outlet. Grafik debit m 3 dt hasil simulasi MWSWAT dan curah hujan dapat dilihat pada Gambar 17. Berdasarkan pengelolaan lahan menggunakan peta Bakosurtanal tahun 2000, diperoleh besarnya debit maksimum harian hasil simulasi sebesar 109.8 m 3 dt dan debit minimum harian sebesar 0 m 3 dt dengan debit rata-rata harian selama satu tahun sebesar 4.54 m 3 dt. Sebagian besar tataguna lahan yang digunakan pada DAS Saba yaitu sebagai lahan pertanian seperti perkebunan, sawah, dan hutan. Tataguna lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siklus hidrologi pada DAS Saba selain curah hujan dan faktor iklim lainnya, sehingga perlu dilakukan pengelolaan lahan yang baik agar debit yang dihasilkan optimal untuk mengairi lahan pertanian di sekitar DAS tersebut.. Besarnya koefisien determinasi R 2 antara debit simulasi dan debit observasi sebesar 0.0218 seperti terlihat pada Gambar 18 dan grafik hubungan antara debit simulasi dan debit observasi sebelum kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 19. Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai debit observasi rata-rata lebih besar daripada nilai debit simulasi. Debit maksimum harian hasil observasi diperoleh sebesar 77.74 m 3 dt dan debit minimum harian sebesar 12.05 m 3 dt dengan debit harian rata- rata selama satu tahun sebesar 19.48 m 3 dt. Jumlah debit yang dihasilkan berbanding lurus dengan curah hujan dan besarnya air yang dapat disimpan tergantung pada jenis tanah, penggunaan lahan, dan tataguna lahan. 27 Gambar 17. Grafik hasil debit simulasi dan curah hujan 27 28 Gambar 18 . Koefisien determinasi R 2 sebelum kalibrasi Gambar 19. Grafik debit simulasi dan debit observasi sebelum kalibrasi 4. 4. Kalibrasi