d. Klasifikasi Sistem Pengendalian Intern
Mulyadi 2001: 164 mengemukakan klasifikasi sistem pengendalian intern dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut ini.
1 Pengendalian intern akuntansi Internal Acconting Control
Pengendalian intern akuntansi meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran lain yang dikoordiansikan terutama untuk
menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan
menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan
keuangan yang dapat dipercaya. 2
Pengendalian intern administratif Internal Administrative Control Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi,
metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama mendorong tingkat efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
3. Pengertian Pengawasan Controlling
Pengawasan merupakan proses kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, dan kegagalan untuk diperbaiki serta mencegah
berulangnya kembali atau penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan
Handoko, 1999: 359. a.
Karakteristik Pengawasan
Handoko 1999: 373 mengemukakan karakteristik pengawasan untuk menjadi efektif harus memenuhi kriteria tertentu antara lain sebagai
berikut ini. 1
Akurat Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang
tidak akurat dari pengawasan dapat menyebabkan tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya
tidak perlu ada. 2
Tepat waktu Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi
secepatnya apabila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera. 3
Obyektif dan menyeluruh Informasi harus mudah dipahami dan bersifat obyektif serta
lengkap. 4
Terpusat pada titik pengawasan strategis Pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang
dimana penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.
5 Realistik secara ekonomis
Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem
tersebut. 6
Realistik secara organisasional
Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan- kenyataan organisasi.
7 Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
Informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena setiap tahap dari proses pekerjaan dapat
mempengaruhi sukses atau kegagalan operasi dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang
memerlukannya. 8
Fleksibel Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan
tanggapan reaksi terhadap ancaman kesempatan dari lingkungan. 9
Bersifat sebagai petunjuk dan operasi Sistem pengawasan efektif harus menunjukkan baik deteksi
ataupun deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.
10 Diterima para anggota organisasi
Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi,
tanggung jawab, dan operasi. b.
Tujuan Pengawasan Pelaksanaan pengawasan mempunyai tujuan sebagai berikut ini.
1 Untuk mengetahui apakah program yang dibuat sudah sesuai
rencana.
2 Untuk mengetahui apakah segala sesuatu sudah telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana. 3
Untuk mengetahui kesulitan serta kelemahan dalam bekerja. 4
Untuk mencari solusi apabila dalam praktik ditemui kesulitan, kelemahan, dan kegagalan, untuk menuju kearah perbaikan.
4. Retribusi Daerah