106 mete pada zone ini masih layak diusahakan. Setelah selesai proses pengolahan
lahan untuk mengurangi kemiringan lereng, dan produktivitas tanaman relatif konstan sebesar 636,49 kgha, maka marjin usaha tani pada zone ini dapat
meningkat menjadi 2,01.
3. Tipe Manajemen Spesifik Lokasi III
Tipe Manajemen III ditandai oleh kelas lahan S2 l m, atau dengan faktor pembatas utama kelas kelerengan dan kelas tekstur tanah, terdapat di Desa
Songgajah. Untuk meningkatkan produktivitas, input yang dapat diberikan adalah pupuk N dalam dosis sedang, P dalam dosis sedang dan K dalam dosis rendah.
Selain itu, karena lereng pada zona ini termasuk dalam kelas agak curam 25- 40, juga memerlukan pengolahan lahan intensif untuk mengurangi kemiringan
lereng, misalnya dengan pembuatan teras-teras. Biaya input optimum pada tipe manajemen III ini cukup besar, yakni Rp. 1.587.408,-, untuk penggunaan tenaga
kerja dalam rangka mengurangi faktor pembatas kelerengan tersebut. Jika faktor kelerengan dapat diturunkan sebesar satu satuan, maka output yang dihasilkan
dapat mencapai 733,77 kgha dari kondisi aktual sebesar 571,02 dengan asumsi jarak tanam 8x8 meter. Dengan harga gelondong mete Rp 6.000,- per kg, maka
pada zone ini dapat menghasilkan Rp. 4.402.605,-. per hektar. Berdasarkan analisis B-C rasio antara input dan keuntungan usaha tani, jika menjalankan
optimasi usaha tani, maka pada zona manajemen III mengalami penurunan dari kondisi aktual sebesar 3,25 menjadi 1,77. Namun setelah faktor kelerengan dapat
diatasi menjadi kurang dari 25 , hanya faktor pembatas kelas tekstur yang membatasi pertumbuhan tanaman di zone ini. Jika produktivitas tanaman relatif
konstan menghasilkan 733,77 kgha, marjin usaha tani setelah pengolahan lahan dapat meningkat menjadi 2,47.
4. Tipe Manajemen Spesifik Lokasi IV
Tipe Manajemen IV terletak di desa Bonggo dan Nusajaya. Faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang utama adalah kelas kemiringan lereng dan
ketersediaan unsur hara. Manajemen pada kelas ini dilakukan untuk memenuhi
106 kebutuhan N dengan pemberian pupuk N dalam dosis tinggi, P dalam dosis tinggi
dan K dalam dosis rendah. Dengan kondisi lereng agak curam 25 – 40 , zona ini memerlukan kegiatan pengolahan lahan dan kebutuhan tenaga kerja intensif
untuk mengurangi faktor penghambat lereng. Biaya input optimum pada tipe manajemen IV ini adalah Rp. 1.073.705,-, dan output yang dihasilkan dapat
mencapai 808,08 kgha, atau Rp. 4.848.502,- dari kondisi aktual sebesar 573,05 kg. Berdasarkan analisis B-C rasio antara input dan keuntungan usaha tani, jika
menjalankan optimasi usaha tani, maka pada zona manajemen IV memiliki peningkatan dari kondisi aktual sebesar 1,91 menjadi 3,52. Dengan pengelolaan
untuk mengatasi faktor pambatas lereng menjadi kurang dari 25 dan ketersediaan unsur hara, diharapkan zone yang memiliki kelas kesesuaian lahan
S2 l n ini dapat ditingkatkan kualitasnya menjadi S1. Jika faktor pembatas kelerengan dapat diatasi, maka pada tahun berikutnya kebutuhan tenaga kerja
untuk pengolahan lahan menurun, dan marjin usaha tani dapat lebih tinggi lagi.
5. Tipe Manajemen Spesifik Lokasi V