90
Berdasarkan peta tersebut dapat diketahui bahwa terdapat sembilan zona manajemen di kabupaten Dompu. Sembilan zona tersebut diwakili oleh kelas
kesesuaian lahan yang mempengaruhi input dan produktivitas optimum tiap satuan lahannya.
Tiap Zone Manajemen Spesifik Lokasi secara umum mengalami peningkatan dalam marjin usaha tani, yang ditandai dengan nilai B-C Rasio. B-C
Rasio untuk usaha tani aktual dihitung dari sejak pengusahaan jambu mete dimulai pada tahun 1991. Nilai B-C Rasio pada usaha tani jambu mete aktual
merupakan rerata B-C Rasio dari tahun 1991 hingga 2006 dengan Discont Factor sebesar 18 . Tingkat Discont Factor ini diambil dari rata-rata tingkat suku
bunga bank sebesar 18 per tahun. Data Analisis B-C Rasio Usaha Tani Jambu Mete Aktual disajikan pada lampiran 10, sedangkan deskripsi usaha tani pada
tiap zona manajemen spesifik lokasi aktual dan hasil optimasi disajikan pada tabel 20.
Tabel 20.
Input, output dan keuntungan usaha tani tiap manajemen spesifik lokasi usaha tani jambu mete di Kabupaten Dompu
Aktual Optimasi
Aktual Optimasi
Aktual Optimasi
Aktual Optimasi
Aktual Optimasi
I 946.900
1.064.070 516,78
550,51 3.100.680
3.303.075 2.153.780
2.239.005 2,37
2,10 II
830.200 1.587.408
505,17 636,49
3.031.020 3.818.944
2.200.820 2.231.536
2,76 1,41
III 829.900
1.587.408 571,02
733,77 3.426.120
4.402.605 2.596.220
2.815.197 3,25
1,77 IV
1.215.000 1.073.705
573,05 808,08
3.438.300 4.848.502
2.223.300 3.774.797
1,91 3,52
V 1.251.300
1.587.408 531,21
762,68 3.187.260
4.576.095 1.935.960
2.988.687 1,62
1,88 VI
1.283.300 1.683.068
452,98 696,46
2.717.892 4.178.758
1.434.592 2.495.690
1,18 1,48
VII 1.302.200
1.235.276 564,06
762,92 3.384.350
4.577.525 2.082.150
3.342.249 1,67
2,71 VIII
1.064.900 1.226.543
427,80 626,66
2.566.800 3.759.975
1.501.900 2.533.432
1,48 2,07
IX 1.315.200
1.602.408 394,83
643,58 2.368.980
3.861.491 1.053.780
2.259.083 0,85
1,41
Rata-rata 1.115.433
1.405.255 504,10
691,24 3.024.600
4.147.441 1.909.167
2.742.186 B-C Rasio
Tipe Manajemen
Jumlah Input Produktivitas kgha
Produktivitas Rp Laba
Sumber: analisis data primer dan sekunder, 2007.
1. Tipe Manajemen Spesifik Lokasi I
Tipe Manajemen I memiliki faktor pembatas retensi hara, dengan kelas kesesuaian lahan S2 f. Tipe ini memiliki rata-rata produktivitas antara 0-687
kgha, dengan asumsi jarak tanam 8x8 meter. Tipe Manajemen I memerlukan pupuk N dalam dosis tinggi, P dalam dosis tinggi dan K dalam dosis rendah.
Dengan kondisi lereng pada zona ini relatif datar 0-8 , dan kondisi lingkungan
106 perakaran yang menunjang persentase batuan permukaan sama dengan nol dan
kedalaman perakaran lebih dari 90 cm, tidak banyak kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan lahan yang diperlukan. Biaya input optimum pada tipe
manajemen I ini adalah Rp. 1.064.070,-. Zona manajemen I ini terdapat di desa Karombo. Berdasarkan analisis B-C rasio antara input dan keuntungan usaha tani,
selama ini untuk setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan petani rata-rata memberikan imbalan sebesar Rp 2,37,-. Namun hasil optimasi menunjukkan
penurunan imbalan sebesar Rp 2,10,- untuk biaya yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan input pupuk yang digunakan dari kondisi aktual selama ini
dengan rekomendasi untuk tujuan peningkatan produktivitas tanaman menjadi 550,51 atau Rp. 3.303.075,-. Namun kelas kesesuaian lahan pada zone ini tidak
berubah, oleh karena input untuk perbaikan retensi hara kurang ekonomis untuk dilakukan.
2. Tipe Manajemen Spesifik Lokasi II
Tipe Manajemen II diwakili oleh kelas lahan S2 f n m, memiliki faktor pembatas utama retensi hara, ketersediaan hara dan kelas tekstur. Untuk
peningkatan produktivitas, zone ini membutuhkan input pupuk N dalam dosis tinggi, P dalam dosis sedang dan K dalam dosis rendah. Lereng pada zona ini
termasuk kelas bergelombang 8-15 dan persentase batuan permukaan rata-rata 11. Agar produktivitas tanaman meningkat, tipe lahan manajemen II
memerlukan kegiatan pengolahan lahan untuk mengurangi kendala lingkungan perakaran melalui penambahan tenaga kerja. Biaya input optimum pada tipe
manajemen II ini adalah Rp. 1.587.408,-, dan produktivitas yang dihasilkan melalui optimasi manajemen spesifik lokasi dapat mencapai 636,49 kgha atau
Rp. 3.818.944,- dari kondisi aktual sebesar 505,17 kgha. Zone ini terdapat di sebagian desa Bonggo dan di desa Madaprama. Berdasarkan analisis B-C rasio
antara input dan keuntungan usaha tani, jika menjalankan optimasi usaha tani, maka pada zona manajemen II mengalami penurunan dari kondisi aktual selama
10 tahun terakhir, dari sebesar 2,76 menjadi 1,49, atau tiap input Rp. 1,- menghasilkan Rp. 1,49,-. Meskipun terjadi peningkatan modal, usaha tani jambu
106 mete pada zone ini masih layak diusahakan. Setelah selesai proses pengolahan
lahan untuk mengurangi kemiringan lereng, dan produktivitas tanaman relatif konstan sebesar 636,49 kgha, maka marjin usaha tani pada zone ini dapat
meningkat menjadi 2,01.
3. Tipe Manajemen Spesifik Lokasi III