58 yang dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi nukleotida guanin terfosforilasi
tinggi, ppGpp dan pppGpp.
3. Germinasi dan Pertumbuhan
Perubahan fisiologis dan struktural secara simultan terjadi selama transformasi spora dorman menjadi sel vegetatif. Proses germinasi spora terdiri
dari tiga tahap fase : 1. Tahap aktivasi dimana kondisi lingkungan layak menyebabkan spora bergerminasi,
2. Tahap germinasi, selama terjadi hilangnya komponen khusus spora dorman, dan 3. Tahap pertumbuhan dimana spora dikonversi menjadi sel vegetatif baru.
Aktivasi merupakan proses reversibel yang penting dalam germinasi spora. Spora tidak bergerminasi atau bergerminasi sangat lambat paling sedikit
diaktifkan oleh panas atau pemberian berbagai senyawa kimia. Aktivasi dapat melibatkan proses denaturasi makromolekul spesifik secara reversibel. Germinasi
merupakan proses irreversibel pada spora yang diaktifkan dan dipicu oleh paparan faktor nutrien dan non-nutrien secara simultan. Germinan nutrien utama
yaitu L-Alanin, selain itu beberapa asam amino, nukleosida dan glukosa. Germinasi merupakan proses berakhirnya tahap dorman. Selama tahap awal
germinasi refraktilitas hilang dan terjadi pembengkakan korteks dan muncul fibril nukleus. Proses tersebut diikuti oleh hilangnya resistensi terhadap kerusakan
akibat faktor fisik dan bahan kimia, terjadi peningkatan sulfidril spora, pelepasan komponen spora, dan peningkatan aktivitas metabolik. Germinasi spora tidak
dihambat oleh antibiotik yang merusak sintesis protein dan asam nukleat, hal ini ditandai dengan adanya enzim untuk germinasi dalam spora.
Selama pertumbuhan terjadi sintesis protein dan komponen struktur khusus pada sel vegetatif. Selama tahap ini membran inti spora berkembang
menjadi dinding sel vegetatif. Pertumbuhan merupakan periode aktivitas biosintetik aktif dan secara nyata dihambat oleh gangguan suplai energi dan
antibiotik yang merusak sintesis dinding sel, protein dan asam nukleat.
59 Gambar 4.2 Tahap perubahan morfologi dan biokimia yang berhubungan dengan
sporulasi pada Bacillus subtilis. Proses tersebut dihitung dari akhir pertumbuhan eksponensial pada to ketika setiap sel vegetatif mengandung dua kromosom, dan
pada periode beberapa saat sesudahnya. Sumber : Brock and Madigan,1991
F. PENGENDALIAN PERTUMBUHAN BAKTERI
Pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat dipelajari dengan mengendalikan pertumbuhannya. Tujuan pengendalian adalah untuk menghambat
pertumbuhan bakteri dan mencegah kontaminasi bakteri yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam suatu media. Cara mencegah pertumbuhan mikroorganisme
tersebut secara umum terdapat dua prinsip, yaitu: 1 dengan membunuh mikroorganisme, 2 menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
60 Pengendalian mikroorganisme, khususnya bakteri dapat dilakukan baik
secara kimia maupun fisik, yang keduanya bertutujuan menghambat atau membunuh mikroorganisme yang tidak dikehendaki.
1. Pengendalian Mikroorganisme Secara Kimia