terdapat kadar vitamin C yang cukup. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi non heme sampai empat kali lipat Husaini dkk, 1989.
Menurut Husaini dan Karyadi 1980, kadar Hb darah umumnya berhubungan dengan konsumsi protein, Fe dan vitamin C. Tetapi yang paling berpengaruh adalah
Fe, sebab Fe merupakan faktor utama pembentuk haemoglobin Hb. Sedangkan peran vitamin C dan protein adalah membantu penyerapan dan pengangkutan besi di
dalam usus.
2.5.4. Faktor Penghambat Absorpsi Besi
Asam fitat dan fosfat dengan besi membentuk senyawa tidak larut dalam air, sehingga sulit diabsorpsi. Asam fitat dan fosfat banyak terdapat dalam bahan
makanan tumbuh-tumbuhan seperti serealia. Seorang yang banyak makan nasi tetapi kurang makan sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk akan dapat menjadi anemia,
walaupun besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari lebih dari 20 mg Linder, 1992. Hal tersebut kemungkinan karena tidak ada zat yang dapat membantu
penyerapan. Selulosa atau serat yang tinggi juga menghambat penyerapan besi karena serat menekan utilisasi besi. Ini terjadi apabila jarang atau hanya sedikit
mengkonsumsi daging, makanan yang berasal dari hewani lainnya, vitamin C, vitamin A serta faktor lain yang dapat mempermudah absorpsi besi. Diketahui bahwa
absorpsi sayuran daun hijau dan biji-bijian cukup rendah yaitu sekitar 1-2. Tanin yang terdapat dalam teh dan kopi dapat menurunkan absorpsi besi sampai 40 untuk
kopi dan 85 untuk teh. Minum teh satu jam sesudah makan dapat menurunkan
Universitas Sumatera Utara
absorpsi besi hingga 85, hal ini disebabkan karena terdapat polyphenol seperti tanin dam teh Gutrie, 1989.
Adanya kebiasaan minum tehkopi pada masyarakat Indonesia memiliki pengaruh absorpbsi besi. Linder 1992 menyatakan bahwa tanin yang terdapat dalam
teh dan daun-daun sayuran tertentu dapat menurunkan absorbsi besi. Ditambahkan oleh Muhilal 1998 penyerapan zat besi oleh teh dapat menyebabkan banyaknya
besi yang diserap turun hingga 2, sedangkan penyerapan besi tanpa penghambatan teh sekitar 12.
2.5.5. Metode Pengukuran Haemoglobin Hb
Untuk mendeteksi keadaan anemia seseorang, parameter yang biasa dan telah digunakan secara luas adalah haemoglobin Hb, karena pada umumnya tujuan dari
berbagai penelitian adalah menetapkan prevalensi anemia bukan prevalensi kurang besi Cook, 1982.
Haemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Haemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan haemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia Supariasa dkk, 2002.
Metode pengukuran kadar haemoglobin yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode sahli. Cara yang cukup teliti dan
dianjurkan oleh International Committee for Standardization in Hematology ICSH adalah cara Cyanmethaemoglobin Cook, 1982. Pada metode ini, haemoglobin
dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methaemoglobin yang kemudian
Universitas Sumatera Utara
bereaksi dengan ion sianida CN
2
membentuk sianmethaemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar.
Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif.
2.6. Pola Makan Remaja Putri dan Anemia