2.3. Aktivitas Fisik Remaja Putri
Aktivitas remaja sebagian besar dihabiskan di luar rumah yaitu di sekolah dan kegiatan lain les, olahraga dan kumpul bersama teman-teman. Lebih dari 8 jam
aktivitas dihabiskan diluar rumah dan kurang dari 5-6 jam dihabiskan di rumah. Aktivitas remaja membutuhkan asupan pangan mengandung gizi yang cukup
sehingga kondisi tubuh remaja akan tetap baik. Almatsier 2003, mengatakan bahwa aktivitas fisik dapat didefinisikan
sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Sedangkan Fathomah 1996, menyatakan bahwa aktivitas dibagi menjadi dua yaitu
aktivitas fisik internal dan eksternal. Aktivitas fisik internal yaitu suatu aktivitas dimana proses bekerjanya organ-organ tubuh dalam tubuh saat istirahat, sedangkan
aktivitas eksternal yaitu aktivitas yang dilakukan oleh pergerakan anggota tubuh yang dilakukan seseorang selama 24 jam serta banyak mengeluarkan energi.
Dari pendapat kedua pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik merupakan suatu kondisi yang memerlukan tingkatan gerakan yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan energi yang dikeluarkan, sehingga kalori per jam akan berkurang tergantung tingkat aktivitasnya.
Aktivitas remaja dapat dikelompokkan menurut tingkatannya antara lain aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Seperti yang diklasifikasikan menurut Agoes
dan Poppy 2003 dapat dilihat dalam tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel.2.3. Pengeluaran Energi pada Berbagai Aktivitas Remaja Tingkat
Macam Kegiatan Kkaljam
Ringan Membaca, menulis, makan, menonton televisi, mendengarkan radio, merapikan tempat tidur,
mandi, berdandan, berjalan kaki, dan berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan duduk atau tanpa
mengerakkan lengan. 80-160 kkal
± 1-3 jam
Sedang Bermain dengan mendorong benda, bermain pimpong, menyetrika, merawat tanaman, menjahit,
mengetik, mencuci baju dengan tangan, menjemur pakaian, dan berbagai kegiatan yang dikerjakan
dengan berdiri atau duduk yang banyak mengerakkan tangan
170-240 kkal ±4-6 jam
Berat Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat benda, berlari, mengepel, basket, berenang, naik turun
tangga, memanjat, bersepeda, bermain dengan banyak mengerakkan tangan.
250 kkal 6 jam
Sumber: Agoes dan Poppy, 2003 Aktivitas fisik diukur dengnan metode faktorial, yaitu merinci semua jenis dan
lamanya kegiatan yang dilakukan selama 24 jam dalam menit pada lembar kuesioner, selanjutnya dicocokkan dengan daftar Nilai Perkiraan Keluaran Energi
pada kegiatan tertentu. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level PAL atau tingkat aktivitas fisik. PAL
merupakan besarnya energi yang dikeluarkan Kkal per kilogram berat badan selama 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
∑ PAR x w PAL = __________________
24 jam
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : PAL = Physical activity level tingkat aktivitas fisik
PAR = Physical activity rasio jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu.
W = Alokasi waktu tiap aktivitas jam
Selanjutnya tingkat aktivitas fisik dikatagorikan sebagai berikut FAOWHOUNU 2001:
1. Ringan dengan nilai PAL 1,40-1,69
2. Sedang dengan nilai PAL 1,70-1,99
3.
Berat dengan nilai PAL 2,00-2,40
2.4. Anemia pada Remaja Putri
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok yang bersangkutan. Penentuan anemia juga
dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit. Nilai hematokrit rata-rata setara dengan tiga kali kadar haemoglobin Stolzfus, 1999.
Tabel 2.4. Batas Normal Kadar Haemoglobin
Kelompok Umur
Haemoglobin gdl
Anak - 6 – 56 bulan
11 - 5 – 11 tahun
11,5 - 12 – 14 tahun
12,0 Dewasa
- Laki-laki ≥ 15 tahun
13,0 - Wanita
≥ 15 tahun 12,0
- Wanita hamil 11,0
Sumber: WHO, 2001
Universitas Sumatera Utara
Menurut WHO 2001, batasan kriteria anemia sebagai masalah kesehatan masyarakat dikatagorikan berdasarkan prevalensi anemia menjadi berat, sedang, dan
ringan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.5. Kategori Masalah Kesehatan Masyarakat Menurut Prevalensi
Anemia Katagori Masalah Kesehatan Masyarakat
Prevalensi Anemia
Berat ≥ 40
Sedang 20 – 39,9
Ringan 5 – 19,9
Normal 4,9
Anemia adalah jumlah sel darah merah yang rendah. Sel darah merah, juga disebut eritrosit, dibentuk di sumsum tulang, dengan tugas untuk membawa oksigen
dari paru ke jaringan. Pembentukan sel darah merah baru tergantung pada hormon alami yang disebut eritropoitin EPO, yang dibentuk dan dikeluarkan dari ginjal.
Orang yang menderita anemia kurang mampu membawa oksigen di dalam darahnya dan hal ini dapat mengakibatkan rasa lelah, kesulitan bernapas, peningkatan denyut
jantung dan pucat Debra dkk, 1999. Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah untuk mengangkut oksigen O
2
dan karbondioksida CO
2
serta untuk pembentukan darah. Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap harinya hanya 1 mg atau setara dengan 10-20 mg zat besi yang
terkandung dalam makanan. Zat besi dalam pangan nabati berbentuk ikatan ferri, didalam tubuh ikatan ferri ini harus dipecah terlebih dahulu dalam bentuk ferro oleh
getah lambung. Sementara dalam pangan hewani zat besi sudah dalam bentuk ikatan Sumber: WHO, 2001
Universitas Sumatera Utara
ferro yang lebih mudah diserap. Dalam bahasa ilmiah zat besi dari pangan hewani sering disebut heme-iron, sedangkan yang berasal dari nabati disebut non-heme-iron
Khomsan, 2003. Keadaan kurang gizi merupakan fenomena yang kompleks. Penyebabnya
adalah makanan yang dikonsumsi tidak cukup mengandung zat besi, peningkatan kebutuhan karena kondisi fisiologis hamil. Kehilangan darah karena kecelakaan,
dan infeksi cacingan. Golongan masyarakat yang rawan dengan kondisi ini adalah masyarakat miskin, mereka yang tinggal di daerah yang sanitasinya buruk, dan
golongan rawan gizi Khomsan, 2003. Kekurangan kadar Hb dalam darah menimbulkan gejala lesu, lemah dan
letih, akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar dan produktifitas, disamping itu penderita kurang zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan
mudah terkena infeksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan anemia.
Letham 1979 mengatakan bahwa ada 4 penyebab terjadinya anemia gizi besi yaitu:
1. Zat ditubuh kurang karena makanan yang dikomsumsi kurang mengandung zat
besi, atau adanya gangguan penyerapan sehingga absorpsi zat besi rendah. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa yang menjadi penyebab anemia
gizi besi adalah karena tidak cukupnya zat-zat terutama yang diserap dalam makanan sehari-hari guna pembentukan sel darah merah, maka terjadi
keseimbangan negatif antara pemasukan dan pengeluaran besi dalam tubuh. Selain
Universitas Sumatera Utara
itu zat-zat penyerta yang meningkatkan daya serap, seperti protein dan vitamin C juga tidak cukup.
2. Kebutuhan meningkat misalnya remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental. Anemia kekurangan zat besi akan timbul bila kehilangan zat besi atau kebutuhan yang begitu meningkat tidak diimbangi dengan
konsumsi makanan yang cukup dan penyerapan besi dari makanan yang maksimal. Dengan demikian zat besi dari makanan tidak cukup untuk mempertahankan kadar
Hb. 3.
Kehilangan zat besi oleh karena pendarahan atau sebab lain termasuk investasi cacing tambang.
4. Ketidakseimbangan antara kebutuhan untuk pertumbuhan, kehilangan darah, dan
lain-lain, dan ketidakcukupan suplai besi dari diet. Jumlah zat besi yang dibutuhkan setiap hari untuk mempertahankan kadar haemoglobin, kadar
simpanan besi yang cukup dan untuk keperluan pertumbuhan yang normal. Meskipun besi yang hilang setiap hari relatif kecil namun harus digantikan. Jumlah
yang hilang melalui urine, keringat, dan desquamasi hilang melalui permukaan kulit, rambut dan kuku sangat bervariasi dari 0,2-0,5 mghari. Hilang melalui
faeses sejumlah 0,7 mghari, sehingga total kehilangan antara 0,9-1.2 mghari. Jumlah tersebut diatas adalah kehilangan yang harus digantikan untuk seorang
pria. Sedangkan untuk seorang wanita harus mengantikan pula kehilangan karena menstruasi. Jumlah kehilangan karena menstruasi sangat bervariasi di antara para
wanita tetapi cukup konsisten dari bulan ke bulan pada wanita yang sama yaitu
Universitas Sumatera Utara
rata-rata kehilangan sejumlah 0,5-1,0 mghari. Oleh karena itu seorang wanita harus mengabsorpsi 1,4 sampai 2,2 mghari untuk menggantikan kehilangan
tersebut. Kebutuhan wanita hampir dua kali lipat dari pada kebutuhan pria. Tabel 2.6. Kebutuhan dan Kehilangan Fe sesuai Kelompok
Kelompok Umur
Kehilangan Fe Kebutuhan FeBesi
Total kebutuhan
Fe Faeses
Urine, keringat,dan
desquamasi menstruasi
Pertum buhan
Hamil
Dewasa - Pria
- Wanita 0,7
0,7 0,2-0,5
0,2-0,5 0,5-1,0
0,9 - 1,2 1,4 - 2,2
Ibu hamil 0,7
0,2-0,5 1,0-
2,0 1,9 - 3,2
Anak-anak 0,7
0,2 – 0,5 0,2
\ 1,1 – 1,4
Remaja- Putri
0,7 0,2 – 0,5
0,5 – 1,4 0,5 – 1,0
1,9 – 3,7 Besi yang diabsorpsi, kebutuhan dalam menu makanan adalah 3 – 10 kali dari
jumlah tersebut tergantung pada sumber besi dari komposisi menu. Sumber : Guthrie 1989.
2.5. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Besi