16
3.2.3 Kadar Glukosa Hemolim
Kadar glukosa haemolymph kepiting selama penelitian pada Gambar 4 menunjukkan peningkatan nilai yang cukup signifikan pada setiap perlakuan di
akhir masa pemeliharaan. Secara keseluruhan, peningkatan kadar glukosa hemolim terendah terdapat pada perlakuan C yaitu dari 20.8 mg dL
-1
pada awal masa pemeliharaan menjadi 24.8 mg dL
-1
pada akhir masa pemeliharaan. Sebaliknya perlakuan D mengalami peningkatan kadar glukosa hemolymph
tertinggi yaitu dari 21.4 mg dL
-1
pada awal masa pemeliharaan menjadi 45.1 mg dL
-1
pada akhir masa pemeliharaan.
Gambar 8. Kadar glukosa hemolim kepiting bakau Schylla serrata pada setiap perlakuan pada awal dan akhir masa pemeliharaan selama 42 hari. Huruf
berbeda di atas diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0.05. 3.2.4
Total Haemocyte Count
Hasil uji Total Haemocyte Count THC pada awal dan akhir masa penelitian disajikan pada Gambar 3. Data tersebut menunjukkan peningkatan nilai
THC pada setiap perlakuan. Peningkatan nilai THC terendah pada akhir penelitian terjadi pada perlakuan D sebesar 2.09 selmm
3
pada awal masa pemeliharaan, naik menjadi 3.57 selmm
3
pada akhir masa pemeliharaan. Sedangkan untuk peningkatan nilai THC tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 2.05 selmm
3
pada awal masa pemeliharaan, naik menjadi 8.32 selmm
3
.
a b
b c
17
Gambar 9. Total haemocyte count haemolymph kepiting bakau Schylla serrata pada setiap perlakuan pada awal dan akhir masa pemeliharaan selama 42
hari. Huruf berbeda di atas diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0.05.
3.3 Parameter Kinerja Produksi
Parameter kinerja produksi meliputi tingkat kelangsungan hidup TKH, laju pertumbuhan mutlak LPM, pertumbuhan panjang mutlak PPM, rasio konversi
pakan RKP dan koefisien keragaman KK seperti yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kinerja produksi kepiting bakau Scylla serrata pada perlakuan penambahan titik aerasi yang berbeda; A 0 titik aerasi, B satu titik aerasi,
C dua titik aerasi, dan D tiga titik aerasi
Parameter Kinerja Produksi Perlakuan penambahan titik aerasi
A0 B1
C2 D3
Tingkat kelangsungan hidup 40±10
a
53.33±5.77
ab
63.33±5.77
b
20±10
c
Laju pertumbuhan mutlak g ekor
-1
hari
-1
0.52±0.05
ac
0.66±0.06
a
0.83±0.03
b
0.44±0.01
c
Pertumbuhan panjang mutlak cm 2.8±0.3
a
2.9±0.2
a
4.2±0.4
b
2.2±0.1
a
Rasio konversi pakan RKP 5.2±0.5
a
4.3±0.5
ab
3.6±0.2
b
6.9±0.6
c
Koefisien keragaman 15.12±1.6
ac
17.86±1.2
a
21.50±1.3
b
12.99±0.5
c
Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf superscript yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 uji selang berganda Duncan.
Hasil uji analisis ragam ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata P0.05 terhadap nilai tingkat kelangsungan hidup
TKH, nilai laju pertumbuhan mutlak LPM, pertumbuhan panjang mutlak PPM, rasio konversi pakan RKP dan koefisien keragaman KK Lampiran 4.
Adapun serangkaian proses uji analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai TKH tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu 63.33±5.77 dan terendah
a a
a b