17
Gambar 9. Total haemocyte count haemolymph kepiting bakau Schylla serrata pada setiap perlakuan pada awal dan akhir masa pemeliharaan selama 42
hari. Huruf berbeda di atas diagram menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0.05.
3.3 Parameter Kinerja Produksi
Parameter kinerja produksi meliputi tingkat kelangsungan hidup TKH, laju pertumbuhan mutlak LPM, pertumbuhan panjang mutlak PPM, rasio konversi
pakan RKP dan koefisien keragaman KK seperti yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kinerja produksi kepiting bakau Scylla serrata pada perlakuan penambahan titik aerasi yang berbeda; A 0 titik aerasi, B satu titik aerasi,
C dua titik aerasi, dan D tiga titik aerasi
Parameter Kinerja Produksi Perlakuan penambahan titik aerasi
A0 B1
C2 D3
Tingkat kelangsungan hidup 40±10
a
53.33±5.77
ab
63.33±5.77
b
20±10
c
Laju pertumbuhan mutlak g ekor
-1
hari
-1
0.52±0.05
ac
0.66±0.06
a
0.83±0.03
b
0.44±0.01
c
Pertumbuhan panjang mutlak cm 2.8±0.3
a
2.9±0.2
a
4.2±0.4
b
2.2±0.1
a
Rasio konversi pakan RKP 5.2±0.5
a
4.3±0.5
ab
3.6±0.2
b
6.9±0.6
c
Koefisien keragaman 15.12±1.6
ac
17.86±1.2
a
21.50±1.3
b
12.99±0.5
c
Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf superscript yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 uji selang berganda Duncan.
Hasil uji analisis ragam ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata P0.05 terhadap nilai tingkat kelangsungan hidup
TKH, nilai laju pertumbuhan mutlak LPM, pertumbuhan panjang mutlak PPM, rasio konversi pakan RKP dan koefisien keragaman KK Lampiran 4.
Adapun serangkaian proses uji analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai TKH tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu 63.33±5.77 dan terendah
a a
a b
18 terdapat pada perlakuan D yaitu 20±10. Nilai LPM tertinggi terdapat pada
perlakuan C yaitu 0.83±0.03 g ekor
-1
hari
-1
dan terendah pada perlakuan D yaitu 0.44±0.01 g ekor
-1
hari
-1
. Nilai PPM tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu 4.2±0.4 cm dan terendah pada perlakuan D yaitu 2.2±0.1 cm. Nilai RKP terendah
terdapat pada perlakuan C yaitu 3.6±0.2 dan tertinggi pada perlakuan D yaitu 6.9±0.6. Nilai KK terendah terdapat pada perlakuan D yaitu 12.99±0.5 dan
tertinggi pada perlakuan C yaitu 21.50±1.3. 3.3.1 Pertambahan Bobot
Hasil pengamatan terhadap peningkatan bobot rata-rata kepiting selama masa pemeliharaan selama 42 hari memiliki hasil yang berbeda pada setiap
perlakuan yakni A kontroltidak menggunakan titik aerasi, B Satu titik aerasi, C Dua titik aerasi dan D Tiga titik aerasi mengalami peningkatan yang cukup
signifikan Gambar 7. Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui bahwa bobot rata- rata kepiting meningkat hingga akhir pemeliharaan. Peningkatan bobot tertinggi
terdapat pada perlakuan C dengan pemberian 2 titik aerasi yakni berkisar antara 46.8-81.8 g ekor
-1
. Sedangkan pertumbuhan bobot terendah pada perlakuan D dengan pemberian tiga titik aerasi yakni berkisar antara 47.9-66.6 g ekor
-1
.
Gambar 10. Pertambahan bobot rata-rata kepiting bakau Schylla serrata pada
setiap perlakuan selama masa pemeliharaan 42 hari
3.3.2 Pertambahan Panjang Karapas Grafik lebar karapas rata-rata kepiting bakau dari semua jenis perlakuan
menggambarkan peningkatan pertumbuhan panjang dari awal hingga akhir pemeliharaan. Peningkatan panjang rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan C
pemberian 2 titik aerasi yaitu berkisar antara 8.0-12.2 cm. Pertumbuhan panjang terendah yaitu kepiting bakau dengan perlakuan D yaitu berkisar antara 8.2-10.4
cm Gambar 11.
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0 70,0
80,0 90,0
7 14
21 28
35 42
B o
b o
t Ra
ta -Ra
ta g
.e k
o r-
¹
Pemeliharaan hari ke- A nol titik aerasi dengan
OT awal 3,72 mgL B satu titik aerasi dengan
OT awal 4,69 mgL C dua titik aerasi dengan
OT awal 5,77 mgL D tiga titik aerasi dengan
OT awal 6,31 mgL