Meski kadar protein TCU tinggi, namun penggunaan TCU dalam pakan harus dibatasi karena dapat mengakibatkan penurunan nilai kecernaan dan laju
pertumbuhan. Penurunan nilai kecernaan ini dikarenakan adanya kandungan kitin pada cangkang udang. Cangkang udang mengandung 14
– 30 senyawa kitin Synowiecki dan Al-Khateeb 2000. Penelitian yang dilakukan oleh Khempaka et
al 2006 menunjukkan bahwa penurunan nilai kecernaan pada ayam broiler yang diberi pakan tepung cangkang udang dikarenakan rendahnya kecernaan kitin pada
tepung cangkang udang yakni sebesar 24.
Kitin merupakan komponen utama dari kulit udang atau golongan crustaceae, kulit insekta dan bahkan juga terkandung dalam beberapa jenis jamur
yang menjadi faktor pembatas dalam pemanfaatannya sebagai sumber protein hewani. Enzim kitinase adalah enzim pencerna yang memecah ikatan glikosida
dalam kitin Somashekar dan Joseph 1996, sehingga dapat menurunkan kadar kitin. Mikroorganisme seperti Paenibacillus sp., Penicillium chrysogenum,
Serratia marcescens, Bacillus cereus, Aspergillus carneus dan Aeromonas sp. mampu memproduksi enzim kitinase Akhir et al. 2009. Khoury et al 1997
menyebutkan bahwa bakteri Serratia marcescens merupakan salah satu bakteri yang paling efisien dalam memproduksi enzim kitinase yang dapat mendegradasi
kitin. Dengan demikian maka penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi pemanfaatan TCU yang telah difermentasikan dengan bakteri Serratia marcescens
sebagai pengganti sumber protein hewani.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Menentukan dosis optimal enzim kasar kitinase yang diproduksi oleh bakteri Serratia marcescens dalam menurunkan kandungan kitin tepung cangkang
udang. 2.
Menguji nilai kecernaan tepung cangkang udang serta dosis subtitusi tepung cangkang udang yang sudah terhidrolisis oleh enzim kasar kitinase dalam
formulasi pakan terhadap pertumbuhan ikan patin Pangasionodon hypopthalmus.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan Nutrien Ikan Patin
Ikan membutuhkan nutrien untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dalam proses hidupnya, yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan
mineral. Dalam pakan yang diberikan pada ikan, protein harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena protein memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan, pemeliharaan serta sangat penting bagi produksi enzim dan pembentukan jaringan tubuh Steffens 1989. Protein merupakan molekul
kompleks yang terdiri dari asam
– asam amino, baik esensial maupun non esensial NRC 1993. Menurut Hepher 1990, hampir sebagian besar tubuh ikan 45
– 75 bobot kering adalah protein. Protein sangat efisien sebagai sumber energi bagi
hewan air NRC 1993. Kebutuhan protein bervariasi dan tergantung pada ukuran ikan. Ikan yang berukuran kecil membutuhkan protein yang lebih besar dibanding
ikan yang berukuran besar Goddard 1996.
Berdasarkan SNI 2009, kebutuhan protein pada pakan komersial untuk ukuran pendederan minimal 30 dan kebutuhan lemak minimal 5. Hal ini
didukung oleh beberapa penelitian tentang kebutuhan protein pakan yang optimal untuk ikan patin. Kebutuhan protein yang dapat menghasilkan pertumbuhan
optimum pada benih ikan patin jambal siam P. hypopthalmus berukuran 1,52 gr adalah 35,4, lemak 4, dan karbohidrat 43,86 Subamia et al. 2003.
Sedangkan menurut Syamsurnarno 2008, pemberian pakan dengan protein 30, lemak 7,7 dan karbohidrat 49,79 dengan rasio energi protein 9,0 kkal DEgr
dapat menghasilkan pertumbuhan yang maksimal untuk benih ikan patin P. hypopthalmus berukuran 1,84 gr. Untuk ikan patin P. hypopthalmus dengan
bobot awal 15
– 17 gr membutuhkan protein sebesar 36, karbohidrat 32,51 dan lemak sebesar 10,89 untuk menghasilkan pertumbuhan yang optimal
Tobuku 2008. Ikan catfish membutuhkan kandungan protein dalam pakan sekitar 25
– 50 tergantung ukuran ikan, suhu perairan, jumlah energi non protein dalam pakan, kualitas protein dan manajemen pakan Robinson et al 2001.
Dalam penyusunan komposisi pakan ikan, keseimbangan antara protein dan energinya perlu diperhatikan. Nilai kalori pakan yang rendah menyebabkan
sebagian protein pakan akan digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan metabolisme. Sedangkan pakan yang mengandung kalori tinggi akan
menyebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi relatif rendah, sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan yang relatif rendah pula. Adapun rasio energi
– protein pakan yang telah diteliti nilainya berkisar antara 8
– 10 kkal DEgram protein dalam pakan ikan pada umumnya Halver 1988. Rasio energi
– protein berbeda pada patin berukuran 1,84 yang paling bagus adalah 9,0 kkal DEg
protein Syamsunarno 2008. Rasio energy tercerna DEP yang baik untuk ikan jenis catfish menurut Robinson et al. 2001 adalah sekitar 7,4
– 12 kkalgram. Kandungan DEP yang terlalu tinggi akan mengakibatkan adanya penimbunan
lemak dan bila energi dalam pakan terlalu rendah akan mengakibatkan pertumbuhan yang lambat.
Ikan catfish membutuhkan asam amino esensial seperti arginin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, methionin, phenilalanin, threonin, triptophan dan valin
dalam pakannya untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Bila dalam pakan tersebut tidak mengandung asam amino ini maka pertumbuhan ikan Channel
catfish akan mengalami penurunan. Sedangkan asam amino non esensial seperti
alanin, asam aspartat, sistin, asam glutamat, glisin, prolin, serin, and tirosin tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan Channel catfish FAO 1980. Kebutuhan asam
amino untuk Channel catfish Ictalurus punctatus dapat dilihat pada Tabel 1.
Ikan jenis catfish tidak dapat memanfaatkan asam amino bebas yang ditambahkan kedalam pakan dengan defisiensi protein sehingga penambahan
methionin, sistin atau lisine kedalam pakan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ikan catfish FAO 1980. Akan tetapi apabila asam amino bebas ini
diberikan kedalam pakan dengan kandungan protein yang cukup, energi untuk mensintesa asam amino esensial akan dapat disimpan Robinson et al 2001.
Tabel 1. Kebutuhan asam amino essensial untuk ikan Channel catfish NRC 1983
dalam Halver 1988
Asam Amino protein
Arginin 4.3
Histidin 1.5
Isoleucin 2.6
Leucin 3.5
Lysin 5.1
Methionin 2.3
Phenilalanin 5.0
Threonin 2.3
Tryptophan 0.5
Valin 3.0
Pakan ikan umumnya mengandung 20 atau lebih protein kasar sebagai sumber protein. Protein yang berasal dari protein hewani mempunyai kualitas
yang lebih besar dibanding protein nabati, karena mengandung asam amino yang lebih tinggi. Protein hewani penting keberadaannya dalam pakan benih dan
juvenile ikan catfish. Tepung ikan merupakan sumber protein yang lebih baik dibanding sumber protein hewani lainnya Robinson et al. 2001.
Tepung Ikan
Tepung ikan adalah tepung yang berasal dari sisa olahan atau sisa – sisa dari
hasil penangkapan ikan, baik ikan utuh maupun ikan rucah. Kandungan protein tepung ikan yang sebesar 60
– 80 sangat disukai oleh ikan jenis catfish. Tepung ikan merupakan sumber asam amino esensial yang baik Robinson et al. 2001.
Asam amino yang terkandung didalam tepung ikan adalah 10 asam amino esensial yang dibutuhkan oleh ikan, dimana umumnya mengandung lysin yang
relatif tingi. Kualitas protein tepung ikan ditentukan oleh jumlah dan kualitas asam amino, sedangkan komposisi asam amino ditentukan oleh jenis ikan yang
digunakan Lovell 1989. Selain itu, tepung ikan juga mengandung energi yang tinggi, mineral serta asam lemak esensial. Tepung ini dapat digunakan hingga
50 untuk benih ikan catfish, hingga 12 untuk ikan catfish ukuran fingerling, dan 0
– 8 pada pakan untuk pembesaran Robinson et al. 2001. Adapun kelemahan dari tepung ikan adalah harga yang mahal dan ketersediaan untuk