Marjin Rpkg 103 000 Nilai tambah Rpkg 99 500

tidak membutuhkan waktu panjang dan nilai investasi mesin dan teknologi lebih rendah. Output yang diproduksi untuk jenis produk bubuk minuman cokelat 3in1, cokelat batangan jenis dark 100 persen, dan milk cokelat berturut – turut sebesar 156 kg, 45 kg, dan 45 kg. Jenis cokelat batangan dark 100 persen disini adalah tidak adanya bahan tambahan berupa susu, sedangkan milk cokelat menggnakan proporsi susu yang mendominasi sebagai input tambahannya. Periode produksi pada usaha pengolahan kakao di Blitar atau dikenal biasa “kampung cokelat” setiap hari dilakukan aktivitas produksi. Usaha didukung dengan strategi penjualan yang telah dikemas dalam bentuk kampung wisata dan edukasi cokelat mulai dari cara menanam cokelat hingga memproduksi cokelat sehingga pengunjung yang hadir didominasi oleh wisatawan yang hendak membeli oleh – oleh berupa cokelat lokal khas Blitar. Bahan baku utama yang digunakan adalah bubuk kakao yang telah dialkasisasi dengan volume 56 kg untuk bubuk minuman cokelat 3in1 yang dijual dalam bentuk minuman cokelat siap saji dan bubuk, 6 kg untuk produk cokelat batangan. Volume yang sama untuk jenis cokelat batangan dilakukan karena tahapan proses pengolahan dan bahan baku utama yang sama. Perbedaannya terletak pada jenis input tambahan yaitu susu yang ditambahkan pada tahap akhir yaitu pencampuran. Adapun bahan baku utama yaitu bubuk kakao yang digunakan dipasok dengan biaya Rp 70 000 per kg. Pada pembuatan bubuk minuman cokelat 3in1, tenaga kerja yang digunakan sebanyak 19 orang. Sedangkan untuk proses pengolahan menjadi cokelat batangan hanya digunakan 2 orang tenaga kerja. Jumlah yang sedikit ini didasarkan pada pertimbangan bahwa keterampilan yang dibutuhkan dalam pembuatan cokelat batangan lebih tinggi. Dengan demikian dalam dapur pembuatan cokelat batangan hanya ada satu kepala chef dan satu asisten nya. Adapun upah untuk setiap tenaga kerja yang telah bekerja setiap hari selama 7 jam sebesar Rp 50 000 termasuk dengan biaya makan yang disediakan langsung. Upah jam kerja ini dibayarkan secara langsung dan operasional produksi dilakukan setiap hari tanpa adanya hari libur untuk berproduksi. Harga jual untuk produk bubuk minuman cokelat per kg adalah Rp 147 000. Penjualan dikemas dalam beberapa macam kemasan seperti 25 gram, 50 gram, 500 gram, dan penjualan minuman cokelat langsung siap saji. Sedangkan untuk produk cokelat batangan, meskipun berbeda jenis namun disamakan untuk harga jualnya yaitu sebesar 250 000 per kg dengan harga kemasan jual per produk adalah 40 gram sebesar Rp 10 000. Selanjutnya sumbangan input tambahan untuk pembuatan bubuk minuman cokelat 3in1 yaitu gula, lesitin, vanili, dan krimer dengan total biaya per kg bahan baku utama adalah Rp 100 000. Pada produk cokelat batangan jenis dark yang tidak menggunakan susu, biaya input tambahan sebesar Rp 35 000 untuk biaya gula, lesitin, dan vanili. Sedangkan untuk cokelat batangan jenis milk dengan komposisi susu sebagai input tambahan yang mendominasi dibanidngkan gula, lesitin, dan vanili menghabiskan biaya Rp 39 560. Nilai tambah yang diperoleh dengan formula nilai output di kurangi dengan biaya input tambahan dan harga input utama di hasilkan berturut – turut untuk produk bubuk minuman cokelat 3in1, dark cokelat, dan milk cokelat adalah Rp 240 130, Rp 1 770 000, dan Rp 1 765 440. Nilai ini menjelaskan bahwa pengolahan biji kakao menjadi produk turunan berupa bubuk minuman cokelat 45 dengan tambahan input lain berupa sedikit gula dan susu memberikan nilai tambah untuk produsen dengan rasio sebesar 58.55 persen dari nilai produk. Sedangkan pengolahan bubuk kakao murni menjadi produk cokelat batangan jenis dark memberikan nilai tambah sebesar 94.4 persen dari nilai output, dan untuk cokelat batangan jenis milk susu rasio nilai tambah yang dihasilkan sebesar 94.16 persen. Nilai ini menunjukan hasil yang memberi manfaat besar bagi produsen ketika melakukan usaha pengolahan kakao menjadi aneka produk turunan. Berdasarkan analisis dari proses perumusan nilai tambah, faktor konversi dan harga menjadi sebab pembentukan nilai tambah tersebut besar atau kecil selain daripada faktor biaya dan waktu produksi. Meskipun produksi bubuk cokelat 3in1 di Blitar ini memasok dari perusahaan besar, nilai tambah terbesar dihasilkan oleh produk cokelat batangan. Faktor konversi untuk produk cokelat batangan ini lebih besar dibandingkan dengan produk bubuk cokelat 3in1. Selanjutnya faktor konversi tersebut dikalikan dengan harga produk dan kemudian dihasilkan nilai tambah. Produksi cokelat batangan di kampung cokelat ini rendah namun setelah dikonversikan dengan input yang digunakan kemudian dikalikan dengan harga produk memberikan nilai tambah terbesar. Jenis cokelat batangan dark memberikan nilai tambah terbesar dibanding milk atau susu. Hal ini disebabkan biaya input lain dari produksi dark cokelat lebih rendah dibandingkan milk chocolate. Jika diperhatikan nilai tambah baik pada usaha pengolahan di Trenggalek maupun di Blitar maka menjadi informasi penting bahwa pengolahan kakao oleh kelompok petani telah memberikan nilai tambah yang relatif besar. Pengolahan bubuk kakao dari biji kakao mentah membutuhkan biaya produksi terbesar dibandingkan produk turunan lain. Oleh karena itu apabila kelompok petani melakukan aktivitas pengolahan nilai tambah bubuk kakao paling rendah dibandingkan produk olahan lain. Dalam jangka panjang nilai tambah dapat diterima lebih besar apabila volume produk lebih ditingkatkan. Nilai tambah terbesar diterima petani apabila produksi bubuk kakao tidak diproduksi sendiri namun memasok dari perusahaan besar yan g telah menajdi mitra kelompok petani seperti di Blitar. Kondisi demikian akan membantu petani sebagai produsen untuk menekan biaya produksi. Faktor lainnya adalah produktivitas dan harga produk. Apabila nilai output per input menunjukan rasio yang besar maka produktivitas usaha telah menunjukan performance yang baik. Selanjutnya harga produk yang tinggi akan memberikan nilai tambah besar bagi aktivitas usaha pengolahan kakao khususnya oleh kelompok petani. Berikut ini tabel perhitungan nilai tambah oleh kelompok petani di Blitar, Berdasarkan nilai tambah ketika diselisihkan dengan pembayaran untuk tenaga kerja, maka diperoleh keuntungan untuk setiap produk yaitu sebesar Rp 223 130untuk bubuk cokelat 3in1, Rp1 687 500 untuk dark cokelat batangan, dan Rp 1 682 940untuk produk milk cokelat batangan. Sedangkan margin produk diperoleh dengan menselisihkan antara nilai produk dengan biaya bahan baku utama nya. Margin untuk produk bubuk minuman cokelat 3in1, dark cokelat, dan milk cokelat berturut – turut adalah Rp340 130, Rp1 805 000, dan Rp1 805 000. Dari margin tersebut terkandung nilai untuk pendapatan tenaga kerja, sumpangan input lain, dan keuntungan perusahaan untuk setiap presentase nya. Tabel 10 Nilai Tambah Produk Olahan Kakao di Blitar VARIABEL NILAI Bubuk cokelat 3in1 Cokelat Batangan Dark chocolate 100 Milk Chocolate I Output, Input, dan Harga 1.Outputproduksikgperiode 156 45 45 2. Inputbahan baku kgperiode 56 6 6 3.Tenaga kerja HOKperiode 19 2 2 4. Faktor Konversi 2,79 7.50 7.50 5.Koefisien Tenaga Kerja HOKkg 0.34 0.33 0.33 6. Harga output Rpkg 147.000 250 000 250 000 7. Upah tenaga kerja RpHOK 50 000 50 000 50 000 II Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku Rpkg 70 000 170 000 170 000 9. Sumbangan input lain Rpkg 100 000 35 000 39 560 10. Nilai output Rpkg 410 130 1 875 000 1 875 000

a. Nilai tambah Rpkg 240 130

1 670 000 1 665 440 b. Rasio nilai tambah 58.55 89.07 88.82 11 a. Pendapatan tenaga kerja Rpkg 17 000 82 500 82 500 b. Pangsa tenaga kerja 7.08 4.66 4.95 12 a. Keuntungan Rpkg 223 130 1 587 500 1 582 940 b. Tingkat keuntungan 92.90 95.06 95.05 III Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

13. Marjin Rpkg 340 130

1 705 000 1 705 000 14 a. Pendapatan tenaga kerja 5.00 4.84 4.84 b. Sumbangan input lain 2.94 1.93 2.19 c. Keuntungan pengusaha 92.06 93.11 92.84 Nilai tambah terbesar untuk unit usaha pengolahan kakao oleh kelompok petani di Blitar diterima pada produksi cokelat batangan jenis dark 100 dark chocolate 100, disusul oleh cokelat batangan jenis milk dan terakhir pada bubuk cokelat 3in1. Tabel hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa dengan keterbatasan tenaga kerja yang mengartikan bahwa biaya untuk tenaga kerja yang lebih rendah memberikan keuntungan untuk produsen lebih besar dibandingkan pemakaian tenaga kerja yang besar pada produksi cokelat 3in. Selain itu, berdasarkan proses produksi, cokelat batangan jenis dark ini tidak membutuhkan komposisi bahan baku berupa gula dalam jumlah besar dibandingkan jenis dark. 47 Oleh karena itu untuk suatu usaha pengolahan dari produk intermediet memberikan keuntungan terbesar pada produksi cokelat batangan yaitu dark disusul oleh milk susu. Dalam jangka panjang, untuk menambah penerimaan produsen dapat meningkatkan produksi cokelat batangan jenis dark dan milk yang diikuti dengan perluasan akses pasar. Hal ini disebabkan oleh harga produk lebih tinggi dibandingkan pada cokelat bubuk 3in1. ANALISIS PROFITABILITAS Profitabilitas UPH Kakao di Trenggalek Profitabilitas dihasilkan dari perkalian antara MOS dan MIR. Nilai MOS merupakan seberapa besar presentase penurunan produksi yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Sedangkan nilai MIR menunjukan apakah produk olahan mampu memberikan pendapatan yang lebih besar dari biaya tetap dan laba. Komponen pembentuk nilai MOS tersebut adalah selisih antara penerimaan dengan nilai titik impas. Apabila nilai penerimaan lebih kecil dibandingkan nilai titik impas maka hasil dari MOS menjadi negatif. Hasil ini telah ditujukan pada usaha pengolahan kakao Trenggalek. Total penerimaan untuk semua jenis produk disini lebih kecil dibandingkan nilai titik impas. Dengan demikian nilai MOS menjadi negatif. Nilai titik impas terbentuk dari biaya tetap sedangkan biaya tetap tersebut disusun oleh biaya penyusutan. Banyaknya mesin produksi mengakibatkan total biaya penyusutan yang sangat besar sehingga membentuk nilai titik impas yang tinggi pula. Akibat rendahnya volume produksi membentuk total penerimaan yang lebih kecil dibandingkan nilai titik impas. Dari kalkulasi perhitungan tersebut, presentase MOS yang dihasilkan menjadi negatif. Nilai MOS yang negatif mengakibatkan kondisi yang sama pada profitabilitas. Langkah awal penentuan profitabilitas terlebih dahulu diklasifikasikan biaya total produksi yang meliputi biaya variabel dan biaya tetap, berikut ini tabel biaya produksi Berdasarkan perhitungan, penerimaan yang dihasilkan dari jumlah produksi dikali dengan harga menunjukan nilai Rp 6 900 000 dibawah titik impas Rp 7 069 257 pada contoh produk bubuk kakao dan produk lainnya pun mengikuti. Hal ini menyimpulkan bahwa saat ini usaha pengolahan biji kakao oleh kelompok petani di Trenggalek belum menerima keuntungan dalam produksinya untuk semua jenis produk. Nilai yang besar untuk BEP di pengaruhi dari proporsi total biaya tetap yang sangat tinggi. Umur usaha saat ini belum genap satu tahun dalam aktivitas produksi sedangkan nilai investasi yang sangat besar menimbulkan nilai penyusutan yang besar pula misal contoh pada pengolahan bubuk kakao dengan nilai penyusutan Rp 2 931 250 per periode produksi. Penerimaan yang lebih rendah dari nilai titik impas tersebut menjadi penyebab nilai MOS menjadi negatif. Dengan demikian profitabilitas yang dihitung dari komponen MOS pun menjadi negatif. Kondisi demikian memberikan dorongan bagi perusahaan untuk menggenjot jumlah produksi agar penerimaan bertambah. Tabel 11 Biaya Variabel dan Tetap Pengolahan Kakao di Trenggalek No Keterangan Output Bubuk Kakao Cokelat Batangan Bubuk Cokelat 3in1 I Output, Input 1 Output kgproduksi 23 12 15 2 Input Utamakgproduksi 50 6,3 2 3 Tenaga Kerja HOKproduksi 5 5 5 4 Harga output Rp kg 300 000 187 500 90 000 5 Upah Tenaga Kerja RpHOK 40 000 40 000 40 000 6 Harga Bahan BakuRpkg 35 000 82 857 60 000 7 Harga Bahan Baku Tambahan Rpkg 3 500 10 000 15 643 II Biaya variabel Variabel cost 1. Biji Kakao 1 750 000 - - 2. Pasta cokelat - 225 000 - 3. Lemak cokelat - 297 000 - 4. Bubuk Kakao - - 120 000 5. Gula - 30 000 100 000 6. Susu - 27 000 23 100 7. Vanilla - - 47 250 8. Pengemasan 18 400 75 000 90 000 9. LPJ 5 000 - - 10. Listrik 4 500 - - Total 1 777 900 654 000 480 350 III Biaya tetap Fix cost 1 . Biaya administrasi dan umum Gaji, listrik pabrik 2 300 000 200 000 200 000 2 . Penyusutan peralatan 2 931 250 2 119 792 795 833 Total 5 231 250 2 319 792 995 833 IV Total biaya produksi TC 7 009 150 2 973 792 84 904 850 Nilai MOS yang diperoleh misal pada bubuk kakao mempunyai nilai negatif 2.5 persen. Hal ini berarti penjualan bagi produk bubuk kakao harus naik diatas 2.5 persen dari volume saat ini agar pendapatan mulai memberi keuntungan. Sedangkan kemampuan dalam menutup biaya tetap dan menghasilkan laba tersebut dapat dilihat pada perhitungan MIR Marginal Income Ratio. Nilai MIR bubuk kakao misalnya menunjukan bahwa produk bubuk kakao dapat memberikan laba bersih sebesar 74.23 persen dari hasil penjualannya dan telah