Uji Autokorelasi Uji Multikolinearitas

4.2.2.2 Uji Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diturunkan menurut waktu. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan Durbin Watson statistik, dengan nilai d yang menunjukkan gejala autokorelasi yang tidak berbahaya atau tidak ada autokorelasi yang tidak berbahaya atau tidak autokorelasi. Kriterianya adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi poitif Tidak ada keputusan dl d du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl d 4 Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan 4 - du d 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du d 4 – du Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson terlihat seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .526 a .277 .205 1.64195 1.630 a. Predictors: Constant, Ln_Return_On_Asset, Ln_Total_Aktiva, Ln_Operating_Profit_Margin, Ln_Net_Profit_Margin b. Dependent Variable: Ln_Manajemen_Laba Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai DW adalah 1.630. Kriteria yang menunjukkan tidak terjadi autokorelasi adalah sebagai berikut: jumlah sampel N 45 dengan jumlah variabel bebas K 4 pada tingkat signifikansi 5 diperoleh du 1,7200 sehingga disimpulkan bahwa nilai DW sebesar 1.630 lebih besar dari batas atas du 1,7200 dan kurang dari 4 – 1,7200 4 – du, maka dengan demikian tidak terjadi autokorelasi.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi . Model regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik plot Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada grafik ditunjukkan dengan titik-titik menyebar secara acak tanpa pola yang jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Selain menggunakan grafik scatterplots, uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Jika probabilitas signifikan 0.05, maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.

4.2.2.3.1 Grafik Scatterplot

Heteroskedastisitas melalui grafik plot Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada grafik ditunjukkan dengan titik-titik menyebar secara acak tanpa pola yang jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Gambar 4.3 Scatterplot Dependen Variabel Sumber : SPSS 16 for windows Gambar 4.3 menunjukkan bahwa penyebaran residual cenderung tidak teratur, terdapat beberapa plot yang berpencar dan tidak menunjukkan pola tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedasitas dalam model regresi ini.

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Gejala multikolinearitas dapat dideteksi atau dilihat dari Variance Inflation Factor VIF. Multikolinieritas dapat diketahui dari besarnya Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut : a. VIF 5, maka diduga mempunyai persoalan Multikolinearitas b. VIF 5, maka tidak terdapat multikolinearitas c. Tolerance 0,1 maka diduga mempunyai persoalan Multikolinearitas d. Tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleranc e VIF 1 Constant 5.237 .985 5.316 .000 Ln_Total_Aktiva -.227 .106 -.306 -2.141 .038 .886 1.128 Ln_Net_Profit_Margin -.007 .584 -.003 -.012 .991 .271 3.684 Ln_Operating_Profit_Mar gin -.611 .442 -.238 -1.381 .175 .609 1.642 Ln_Return_On_Asset .951 .533 .436 1.784 .082 .302 3.313 a. Dependent Variable: Ln_Manajemen_Laba Hasil output SPSS 16.00 for windows diatas dapat diambil keputusan bahwa semua data variabel tidak terkena multikolinearitas, karena nilai Tolerance untuk Total Aktiva, Net Profit Margin, Operating Profit Margin dan Return On Asset sebesar 0.886, 0.271, 0.609, 0.302 0.1 dan nilai Variance Inflation Factor VIF untuk Total Aktiva, Net Profit Margin, Operating Profit Margin dan Return On Asset sebesar 1.128, 3.684, 1.642, 3.313 5. Sehingga pada model regresi tidak terjadi gejala Multikolinearitas.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisisis. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi statistis masing- masing variabel independen. Secara garis besar dalam pengujian hipotesa penelitian ini hipotesis di uji dengan analisis linear. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan variabel dependen. Dalam penelitian ini digunakan analisis linear berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPPS versi 16 maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Dokumen yang terkait

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA (INCOME SMOOTING) PADA Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smooting) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1 3 17

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA (INCOME SMOOTING) PADA Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smooting) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 5 15

PENDAHULUAN Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smooting) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 5 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 105

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia IMG 20151207 0024

0 0 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Laba - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 91

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Unika Repository

0 0 72