FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN

PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh : Ricky Permana Putra

0513010049/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul ”Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di ursa Efek Indonesia”

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih , Msi, Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Ec. Tamadoy Thamrin, MM., Dosen Pembimbing Utama yang dengan sabar telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Segenap tenaga pengajar, karyawan dan seluruh rekan-rekan mahasiswa terutama Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 7. Bapak dan Ibu, adik serta kakak dan juga untuk Herna Armawati tercinta terima

kasih atas doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan peneliti, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Januari 2009


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.Penelitian Terdahulu ... 9

2.2.Landasan Teori ... 15

2.2.1. Laporan Keuangan ... 15

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 15

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 16

2.2.1.3. Pihak – Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan ... 16

2.2.1.4. Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 19


(5)

2.2.2.1.Pengertian Laba ... 22

2.2.2.2.Tujuan Laporan Laba / Rugi ... 23

2.2.3. Perataan Laba ... 23

2.2.3.1.Pengertian Perataan Laba ... 23

2.2.3.2.Motivasi Perataan Laba ... 24

2.2.3.3.Dimensi Perataan Laba ... 25

2.2.3.4.Teori Keagenan (Agency Theory) ... 26

2.2.4. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba .. 27

2.2.4.1.Ukuran Perusahaan ... 29

2.2.4.2.Teori Yang Melandasi Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 30

2.2.4.3.Profitabilitas ... 30

2.2.4.4.Teori Yang Melandasi Pengaruh Profitasbilitas Terhadap Perataan Laba ... 31

2.2.4.5.Leverage Operasi ... 32

2.2.4.6.Teori Yang Melandasi Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba ... 33

2.2.4.7.Total Assets Turnover ... 33

2.2.4.8.Teori Yang Melandasi Total Assets Turnover Operasi Terhadap Perataan Laba ... 34

2.3.Kerangka Pikir ... 36


(6)

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Definisi Operasional ... 38

3.1.1. Variabel Bebas... 38

3.1.2. Variabel Terikat... 40

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 42

3.2.1. Populasi ... 42

3.2.2. Sampel ... 42

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.3.1. Jenis Data ... 45

3.3.2. Sumber Data ... 45

3.3.3. Pengumpulan Data ... 45

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 46

3.4.1. Regresi Logistik ... 46

3.4.2. Regresi Logistik Serentak ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 50

4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 50

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 52

4.1.3. Sejarah Singkat PT. Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) ... 52


(7)

4.1.4. PT Aqua Golden Missisippi Tbk ... 54

4.1.5. PT. Arwana Citramulia Tbk ... 55

4.1.6. PT. Astra International Tbk ... 55

4.1.7. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk ... 55

4.1.8. PT. Gudang Garam ... 56

4.1.9. PT. Indocemet Tunggal Prakarsa ... 56

4.1.10. PT. Indofarma Tbk ... 57

4.1.11. PT. Indofood Sukses Makmur ... 57

4.1.12. PT. Kageo Igar Jaya ... 57

4.1.13. PT. Kalbe Farma ... 58

4.1.14. PT. Kimia Farma ... 58

4.1.15. PT. Lionmesh Prima ... 59

4.1.16. PT. Mayora ... 59

4.1.17. PT. Merck ... 59

4.1.18. PT. Multi Bintang Indonesia ... 60

4.1.19. PT. Mustika Ratu ... 60

4.1.20. PT. Roda Vivatex Tbk ... 60

4.1.21. PT. Seme Gresik ... 61

4.1.22. PT. Sepatu Bata ... 61

4.1.23. PT.Siantar Top Tbk ... 62

4.1.24. PT. Sorini Argo Asia Corporindo ... 62


(8)

4.1.26. PT. Tempo Scan Pasifik Tbk ... 63

4.1.27. PT. Trias Sentosa ... 63

4.1.28. PT. Ultra Jaya Milk Industry ... 64

4.1.29. PT.Unilever Indonesia ... 64

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

4.2.1. Deskripsi Mengenai Ukuran Perusahaan (X1) ... 65

4.2.2. Deskripsi Variabel Profitabilitas (X2) ... 69

4.2.3. Deskripsi Variabel Leverage Operasi (X3) ... 73

4.2.4. Deskripsi Variabel Variabel Total Assets Turnover (X3) ... 77

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 81

4.3.1. Hasil Pengujian Deskriptif... 81

4.3.2. Hasil Pengujian Hipotesis... 81

4.4. Hasil Pengujian Regresi Logistik ... 83

4.5. Pembahasan ... 84

4.6. Implikasi Hasil Penelitian ... 88

4.7. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90


(9)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tabel Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 14

Tabel 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba .... 28

Tabel 3.1. Seleksi Sampel... 43

Tabel 3.2. Tabel Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 44

Tabel 4.1. Data Ukuran Perusahaan (X1) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008 ... 65

Tabel 4.2. Data Profitabilitas Perusahaan (X2) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008 ... 69

Tabel 4.3. Data Leverage Operasi Perusahaan (X3) Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008 ... 73

Tabel 4.4. Data Total Assets Turnover Perusahaan (X4) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008 ... 77

Tabel 4.5. Hasil Pengujian Deskriptif ... 81

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Model Summary... 82

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Hosmer dan Lemeshow ... 82


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rekapitulasi Data Lampiran 2 Hasil Pengujian


(12)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

TINDAKAN PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

Ricky Permana Putra

Abstraksi

Dengan perkembangan dunia usaha yang maju pesat, kemajuan di bidang teknologi, persaingan yang semakin tajam antar perusahaan, dan situasi perekonomian negara yang tidak menentu, mendorong manajemen perusahaan untuk bekerja lebih efektif agar perusahaan mampu menjaga aktifitas operasinya tetap stabil dan berkembang sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar, yaitu masyarakat dan investor. Tinggi rendahnya tingkat kepercayaan pada suatu perusahaan tergantung dari kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Informasi yang berkualitas yang dimaksud adalah informasi yang akurat mengenai kinerja manajemen yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang disusun secara periodik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets turnover terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2008 yang berjumlah 26 perusahaan . Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah regresi linier logistik serta regresi logistik serentak

Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets turnover terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak dapat terbukti kebenarannya karena hanya variabel leverage operasi saja yang berpengaruh signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Keywords : ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets turnover dan perataan laba


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dengan perkembangan dunia usaha yang maju pesat, kemajuan di bidang teknologi, persaingan yang semakin tajam antar perusahaan, dan situasi perekonomian negara yang tidak menentu, mendorong manajemen perusahaan untuk bekerja lebih efektif agar perusahaan mampu menjaga aktifitas operasinya tetap stabil dan berkembang sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar, yaitu masyarakat dan investor. Tinggi rendahnya tingkat kepercayaan pada suatu perusahaan tergantung dari kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Informasi yang berkualitas yang dimaksud adalah informasi yang akurat mengenai kinerja manajemen yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang disusun secara periodik.

Laporan keuangan merupakan produk dari akuntansi yang menyajikan data kuantitatif keuangan atas semua transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu (Yusuf dan Soraya, 2004:100). Laporan keuangan itu sendiri terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan


(14)

perubahan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan, semua isi dari laporan keuangan bermanfaat bagi pemakainya, namun beberapa pihak seperti pemegang saham, investor, dan kreditur memberikan perhatian yang lebih pada besarnya laba akuntansi yang dibukukan perusahaan.

Menurut Beattie (1994) dalam Asih dan Gudono (2000) perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan proses yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut, mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba (earning management) atau manipulasi laba (earning manipulation).

Perataan laba (income smoothing) dilakukan oleh manajemen perusahaan dimaksudkan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan atas laba yang dilaporkan. Beidleman (1973) percaya bahwa manajemen melakukan perataan laba untuk menciptakan aliran laba yang stabil dan mengurangi covariance dari market

return.

Praktik perataan laba oleh manajemen dianggap sebagai tindakan yang logis dan rasional. Menurut Barnea, Ronen dan Sadan (1981) dalam Jin dan Machfoedz (1998) menyatakan bahwa perataan laba dilakukan oleh para manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di masa datang.

Bartov (1993) dalam Asih dan Gudono (2000) menyatakan perataan laba dapat dilakukan dengan menggunakan metode atau taksiran akuntansi


(15)

laba yang dilaporkan lebih mendekati angka yang ditargetkan daripada memaksimumkan aliran kas yang diharapkan saat ini (real manipulation). Namun, bila dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan. Sebagai akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dari portofolio mereka.

Sejalan dengan konsep manajemen laba. Perataan laba bila dipandang dari kerangka pikir teori keagenan, perataan laba timbul karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik. Masing-masing pihak mempunyai motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Di pandang dari sisi manajemen, Hepworth (1953) mengungkapkan bahwa manajer termotivasi untuk melakukan perataan laba pada dasarnya ingin mendapatkan keuntungan ekonomi dan psikologis yaitu :

4. Mengurangi total pajak terutang

5. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula

6. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan, karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah

7. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.


(16)

Di lain pihak, pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktek manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor prospektif atau potensial terhadap nilai perusahaan (Salno dan Baridwan, 2000:19).

Penelitian yang tidak menyetujui adanya praktik perataan laba antara lain dilakukan oleh Hector (1989) dalam Jin dan Machfoedz (1998:176) yang menyatakan bahwa perataan laba sebagai bentuk penyalahgunaan yang umum dalam laporan keuangan yang seharusnya diwaspadai oleh pemakainya, dan Mc Hugh (1992) yang juga menyatakan bahwa perataan laba merupakan bentuk manipulasi di laporan keuangan. Penelitian yang setuju dengan adanya perataan laba antara lain Gordon (1964) dalam Jin dan Machfoedz (1998:176) yang menyatakan bahwa perataan laba dapat mengurangi kesalahan dari pemegang saham dalam mengekstrapolasi laba periode lalu untuk memperkirakan laba di masa datang, hal yang sama juga di ungkapkan oleh Ronen dan Sadan (1981) yang menyatakan bahwa perataan laba konsisten dengan keinginan manajemen untuk memaksimalkan kompensasi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan praktik perataan laba, diantaranya adalah faktor ukuran perusahaan, karena semakin besar perusahaan, makin banyak alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih, dan utang yang dimilikinya cenderung makin besar. Faktor


(17)

lain yang diduga berpengaruh terhadap praktik perataan laba adalah faktor profitabilitas. Praktik perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan dalam keadaan berisiko, karena ingin memperlihatkan bahwa laporan laba rugi lebih baik dan tingkat fluktuasi tidak terlalu tinggi, sehingga dapat menarik investor.

Selain faktor profitabilitas dan ukuran perusahaan, variabel lain yang diduga sebagai pendorong terjadinya praktik perataan laba adalah leverage operasi dan Total Assets Turnover. Leverage operasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva untuk membayar beban tetap. Menurut Bambang Riyanto (195:331), leverage operasi adalah rasio yang mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Biasanya, seorang kreditur tertarik pada perusahaan yang memiliki tingkat leverage operasi yang rendah dan menghasilkan leverage yang positif, sebab kreditur memerlukan jaminan atas dana yang dipinjamkan. Sedangkan Total Assets Turnover adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. Total Assets Turnover cenderung meningkatkan praktek perataan laba, karena dengan tingginya Total Assets Turnover, maka kinerja manajerial dianggap berhasil.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murtanto (2004) tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Ilmaninir dan Zuhroh (1993) dalam Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (198:178) juga tidak berhasil membuktikan bahwa praktik


(18)

ukuran perusahaan dapat dikaitkan dengan adanya praktik perataan laba. Juniarti (2005) tidak berhasil membuktikan bahwa besaran perusahaan dan profitabilitas adalah faktor pendorong dilakukannya praktik perataan laba, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998) yang berhasil membuktikan bahwa leverage operasi merupakan faktor pendorong terjadinya praktik perataan laba, sedangkan faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri tidak berhasil dibuktikan sebagai faktor pendorong perataan laba. Danang Permana (2006) mengambil faktor total asset

turnover, profitabilitas, dan ukuran perusahaan sebagai faktor-faktor yang diduga

memperngaruhi praktik perataan laba dalam penelitiannya, dan berhasil membuktikan bahwa Total Asset Turnover, ukuran perusahaan, dan profitabilitas merupakan faktor pendorong dilakukannya praktik perataan laba.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Yusuf dan Soraya (2004), Jin dan Machfoedz (1998), dan Danang Permana (2006) yaitu pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk melihat faktor – faktor yang diduga mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam masa krisis global yakni tahun 2008.

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi mengenai faktor-faktor yang diduga mendorong manajemen melakukan praktik perataan laba, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :


(19)

“ FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ”

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets

turnover berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk menguji dan mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets turnover terhadap perataan laba pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Penyusunan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini untuk menambah wawasan serta mengaplikasikan teori yang sudah didapat dalam perkuliahan, juga sejauh mana ilmu yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam praktek kehidupan dimasyarakat.

2. Bagi Universitas / pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan karya ilmiah dan untuk melengkapi koleksi perpustakaan sehingga diharapkan dapat dipergunakan sebagai refrensi peneliti lain yang mengambil materi dan permasalahan yang serupa.

3. Stakeholders

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal perusahaan mengenai fenomena praktik perataan laba oleh suatu perusahaan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan bagi penyusunan skripsi yang akan datang. Yang mana penelitian yang sama sebelumnya telah dilakukan. Hanya saja yang membedakan adalah waktu dan objek penelitiannya. Dan penelitian ini sebelumnya telah dilakukan oleh :

a) Muhammad Yusuf & Soraya

Judul: ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing Dan non Asing Di Indonesia”

Rumusan Masalah :

1. Apakah perusahaan asing dan non asing yang ada di Indonesia melakukan praktik perataan laba?

2. Apakah perataan laba di pengaruhi oleh ukuran perusahaan? 3. Apakah perataan laba di pengaruhi oleh profitabilitas perusahaan? 4. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan? 5. Apakah perataan laba di pengaruhi oleh status perusahaan?


(22)

Hipotesis:

1. Tidak terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing dan non asing yang menjual sahamnya di Indonesia.

2. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. 3. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan. 4. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan. 5. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh status perusahaan.

6. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing dan non asing yang menjual sahamnya di Indonesia.

7. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. 8. Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan. 9. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan. 10. Perataan laba dipengaruhi oleh status perusahaan.

Kesimpulan :

Diantara perusahaan asing dan non asing tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan non asing lebih banyak melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan asing, hal ini terlihat dari total aktiva perusahan asing dan non asing yang melakukan praktik perataan laba cenderung lebih besar dari pada perusahaan asing dan non asing yang tidak melakukan praktik perataan laba.

Profitabilitas perusahaan asing dan non asing perata laba cenderung stabil ini diduga karena adanya manipulasi laba yang dilakukan oleh


(23)

manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasi yang signifikan. Perusahaan asing yang melakukan praktik perataan laba memiliki leverage operasi yang lebih kecil dari pada perusahaan asing yang tidak melakukan praktik perataan laba.

b) Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998)

Judul : ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”

Rumusan Masalah :

Apakah perataan laba di pengaruhi oleh ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri dan leverage operasi perusahaan.

Hipotesis:

1. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang menjual sahamnya di Indonesia.

2. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. 3. Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan. 4. Perataan laba dipengaruhi oleh sektor industri.

5. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan.

Kesimpulan :

1. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang dilakukan menunjukkan bahwa praktek


(24)

perataan laba ternyata dilakukan juga oleh perusahaan publik yang terdaftar di BEJ.

2. Analisis dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri merupakan faktor pendorong dilakukannya dalam praktek perataan laba, sedangkan leverage operasi berhasil mambuktikan terjadinya praktek perataan laba.

3. Analisis berikutnya menggunakan analisis inference yaitu pengujian univariate dan multivariate, ditemukan bahwa hanya variabel leverage operasi yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap praktek perataan laba, sedangkan variabel-variabel total aktiva, profitabilitas, dan sektor industri tidak berpengaruh. Tetapi, untuk variabel sektor industri hasil pengujian univariate menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan diantara perusahaan yang melakukan praktek perataan laba dan tidak.

c) Danang Permana (2006)

Judul: ”Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”


(25)

Rumusan Masalah :

Apakah faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan Total Asset Turnover berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Hipotesis:

Bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan Total Asset Turnover berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Kesimpulan :

Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan Total Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.


(26)

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Peneliti Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Uji Hipotesis

1.

2.

3.

Muhammad Yusuf & Soraya

Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz Danang Permana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing

Dan non Asing Di Indonesia Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Leverage operasi, Status perusahaan Ukuran perusahaan, Profitabilitas, sektor industri, Leverage operasi Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Leverage operasi, Total Asset Turnover Metode statistik inferensial Metode statistik deskriptif dan inference Metode Regresi Linier Berganda


(27)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan keuangan

2.2.1.1. Pengertian laporan keuangan

Menurut Standard Akuntansi Keuangan (2007), pengertian laporan keuangan adalah Bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan perubahan harga.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.laporan keuangan dibuat oleh manajer dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan (Zaki Baridwan, 17).

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2).


(28)

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan informasi keuangan dari suatu perusahaan yang telah dicatat, digolongkan, dan diringkas secara tepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan.

2.2.1.2. Tujuan laporan keuangan

Menurut Standard Akuntansi Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan–keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber–sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

2.2.1.3. Pihak – Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan

Adapun pihak–pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan menurut Standard Akuntansi Keuangan 2007 yang akan dijelaskan secara ringkas berikut ini:

1. Investor

Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut.


(29)

Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

3. Pemberi Pinjaman

Pemberi pinjaman berkepentingan terhadap laporan keuangan karena sebagai pemberi pinjaman, mereka membutuhkan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada, perusahaan.

5. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan


(30)

pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

6. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Dalam www.shelmi.wordpress.com menyatakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan ataupun perkembangan suatu perusahaan antara lain :

a) Pemilik modal

Untuk menilai sukses tidaknya manajemen dalam mengelola suatu perusahaan.

b) Manajemen

Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan perusahaan yang

dipimpinnya, agar dapat dibuat atau disusun perencanaan untuk masa yang akan datang.


(31)

c) Karyawan

Karyawan tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan karena mereka ingin menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, pensiun, dan kesempatan kerja.

d) Para Investor (Penanam modal)

Dari laporan keuangan yang disajikan, investor akan memutuskan apakah mereka menanamkan modal kepada perusahaan atau tidak.

e) Kreditur ( Pemberi pinjaman)

Kreditur tertarik dengan informasi keuangan untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo dan apakah kredit yang diberikan cukup mendapat jaminan perusahaan.

f) Pemerintah

Pemerintah berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan.

2.2.1.4. Jenis – Jenis Laporan Keuangan

Pada dasarnya laporan keuangan itu terdiri dari Neraca dan perhitungan Laba Rugi serta Laporan Perubahan Modal, di mana Neraca menunjukan / menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertantu, sedangkan perhitungan laporan Laba Rugi memeperlihatkan


(32)

hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu. Dan Laporan Perubahan Modal menunjukan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.Tetapi dalam prakteknya sering diikut-sertakan kelompok lainnya yang sifatnya membantu untuk memperoleh panjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya (Munawir, 13).

Berikut ini 5 daftar yang diperlukan dalam laporan keuangan, yaitu: 1. Balance sheet (neraca)

Menunjukan posisi keuangan perusahaan,seperti asset, liabilities, stockholder’s equity pada tanggal tertentu misalnya pada akhir tahun.

2. Income Statement (laporan laba rugi)

Menunjukan hasil operasi perusahaan yaitu revenue,expenditure dan net profit/ loss pada suatu periode tertentu.

3. Statement of Retained Earning (laporan laba ditahan)

Menunjukan perubahan laba ditahan perusahaan, biasanya yang di tampilkan adalah profit/ loss dikurangi dengan pembayaran cash dividend. 4. Statement of Cash Flow (laporan arus kas)

Laporan arus kas menunjukan informasi mengenai cash flow dan cash out flow dari kegiatan operasi, keuangan dan investasi selama periode akuntansi tertentu.


(33)

Arus kas terdiri dari 3 aktivitas, yaitu:

a. Arus kas Dari Aktivitas Operasi

 Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa

 Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi dan pendapatan lainnya

 Pembayaran kas dari pemasok barang dan jasa

 Pembayaran kas kepada karyawan

 Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim anuitas dan manfaat asuransi lainnya.

b. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi

 Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang kapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri

 Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lainnya.

 Perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lain.

 Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan)

c. Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan

8. Penerimaan kas dari emisi saham atau ,modal lainnya

9. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menembus saham perusahaan


(34)

10. Penerimaan kas dari emisi obligsi – obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya.

11. Pelunasan pinjaman

12. Pembayaran kas oleh penyewa guna jasa untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Menunjukan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting, menunjukan informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta menunjukan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangn tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

2.2.2. Laba

2.2.2.1. Pengertian Laba

Laba (Gain) adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi olah pemilik (Zaki Baridwan, 1997:31).


(35)

Laporan laba/rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu (Zaki Baridwan, 1997:30).

Tujuan utama pelaporan laba/rugi adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan didistribusikan dividen di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang (Hendriksen, 1989:130).

2.2.3. Perataan Laba

2.2.3.1 Pengertian Perataan Laba

Definisi perataan laba menurut Koch (dalam Edy dan Arleen, 2005:137) adalah suatu sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar dapat sesuai dengan target yang ingin dicapai baik secara artifisial melalui metode akuntansi atau secara riil melalui transaksi. Definisi perataan laba lainnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Beidelman (dalam Anis dan Imam, 2001:326), perataan laba adalah sebagai suatu usaha yang sengaja dilakukan untuk menekan fluktuasi laba sampai pada tingkat laba yang dianggap normal bagi suatu perusahaan, usaha yang dilakukan ini harus masih


(36)

dalam batas-batas yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perataan laba merupakan salah satu upaya para manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga kinerja perusahaan terlihat stabil.

2.2.3.2 Motivasi Perataan Laba

Menurut Hepworth dalam (Murtanto, 2004) ada beberapa motivasi adanya perataan laba diantaranya:

1. Mengurangi total pajak terutang

2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula

3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan, karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah

4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.

Menurut Dye (1998) dalam Murtanto (2004) bahwa pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivai internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak


(37)

manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor prospektif/potensial terhadap nilai perusahaan.

Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi/alasan adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahan, perataan laba dilakukan dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut terlihat baik dan untuk mengurangi konflik di antara manajer dengan karyawan dan pemilik perusahaan, sedangkan bagi pemilik perusahaan adanya praktik perataan laba maka mereka akan lebih mudah untuk dapat memperhitungkan risiko, return dan arus kas masa depan perusahaan.

2.2.3.3 Dimensi Perataan Laba

Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk melakukan peratan angka income. Dascher dan Malcolm dalam Assih dan Gudono (2000) menyatakan bahwa perataan laba atas laba yang dilaporkan dapat dicapai melalui real smoothing dan artificial smoothing. Real smoothing adalah perataan laba yang dilakukan melalui transaksi keuangan sesungguhnya dengan mempengaruhi laba melalui perubahan dengan sengaja atas kebijakan operasi dan waktunya. Sedangkan artificial smoothing adalah perataan laba melalui prosedur akuntansi yang diterapkan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Oleh sebab itu, artificial smoothing sering juga disebut accounting smoothing.


(38)

Barnea et al. dalam Belkaoui (2000:59) membedakan dimensi peratan laba menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan : Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa sehingga efek transaksi tersebut income akan cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu.

2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu :

Berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.

3. Perataan laba klasifikasi (sehingga disebut perataan klasifikasi) :

Ketika statistik laporan income bersih (nilai bersih semua pendapatan dan biaya) merupakan objek perataan, manajemen dapat mengklasifikasi elemen-elemen dalam laporan income untuk mengurangi variasi dari waktu ke waktu dalam statistik tersebut.

2.2.3.4 Teori Keagenan (Agency Theory)

Perataan laba terkait erat dengan konsep manajemen laba yang menggunakan kerangka pikir teori keagenan. Sejalan dengan konsep tersebut, pembahasan perataan laba juga menggunakan teori keagenan sebagai basic thory


(39)

suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai kontrak kerja yang telah disepakati.

Kontrak kerja yang dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal (principal) dengan manajer perusahaan (agent). Dimana antara agent dan

principal ingin memaksimumkan utilitas masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada.

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba

Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba. Secara rasional manajer melakukan perataan laba dengan alasan memperkecil tuntutan perusahaan. Berikut ini beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi peratan laba yang dinyatakan oleh Salno dan Baridwan (2000) :


(40)

Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba

No. Faktor yang berpengaruh Peneliti (Tahun)

1.

2.

3.

4. 5. 6. 7.

Besaran perusahaan : Total aktiva

Profitabilitas

Kelompok usaha

Kebangsaan Harga Saham

Kebijakan Akuntansi Leverage operasi

Moses (1987)

Archibald (1967), White (1970), Ashari dkk (1994), Carlson Chenchuamaiah (1997)

Belkoui dan Pincur (1984), Ashari dkk (1994)

Ashari dkk (1994) Ilmainir (1993) Ilmainir (1993)

Zuhroh (1996), Jin dan Machfoedz (1998)

Sumber : Salno, H. M., dan Z. Baridwan, (2000), Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing) : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia, JRAI vol.3 no.1 2000.

Dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yang dinyatakan oleh Salno dan Baridwan dalam penelitian ini peneliti mencoba meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets turnover perusahaan.


(41)

2.2.4.1 Ukuran Perusahaan

Besarnya perusahaan itu bermacam–macam tetapi bukan ukuran yang dipakai untuk menentukan tidak adanya standart ukuran yang berlaku umum, semakin besar suatu perusahaan, maka semakin banyak pula alternatif sumber pembelanjaan yang dapat dipilih oleh perusahaan tersebut.

Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahan semakin besar pula jumlah utang yang dimiliki. Perusahan yang tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang (Weston dan Brigham, 1994 :175), hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil .

Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai aktiva perusahaan, jadi untuk melihat besar atau kecilnya perusahan yang diukur dari total aktiva verdasarkan nilai nuku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.

Ukuran perusahan dapat dilihat dari aktiva perusahaan, jadi dapat dirumuskan:

UP = Log Total aktiva


(42)

2.2.4.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Dalam theory akuntansi positif (positive accounting theory) yang menghipotesiskan bahwa ukuran perusahaan cenderung menginvestasikan dananya ke proyek yang mempunyai varian lebih rendah dengan beta yang rendah pula guna menghindari laba yang berlebihan.

Nilai aktiva dipakai sebagai variabel ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat compounding effect yang timbul karena perusahan yang besar selalu diidentikkan dengan nilai aktiva yang besar pula (Salno dan Baridwan, 2000), hal ini membuat para manajer termotivasi untuk melakukan praktik perataan laba karena mereka percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan pada salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.

2.2.4.3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa didalam manilai profitabilitas dapat diukur dengan berdasarkan perbandingan laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting


(43)

untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan (Suwito dan Herawaty, 2005).

Profitabilitas diukur menggunakan Net Profit Margin (NPM), sehingga dirumuskan sebagai berikut :

NPM = Laba Bersih Setelah Pajak Total Penjualan

(Suwito dan Herawati, 2005)

2.2.4.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba

Teori pengharapan (expectancy theory) menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang diharapkan dapat berupa intrinsik (seperti penghargaan atau harga diri) maupun ekstrinsik (upah atau promosi) (Victor H. Vroom, 1964 dalam Robbins, 2003:229).

Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba, karena sesuai dengan teori pengharapan di atas, pihak manajemen berusaha menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja manajemen terlihat baik.

Menurut Ashari et al (1994, dalam Suwito dan Herawaty 2005:138) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba, hal ini dapat terjadi dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi


(44)

variabilitas atas laba perusahaan yang akan dilaporkan guna mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan.

2.2.4.5. Leverage Operasi

Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap (Riyanto, 1995:375). Rasio leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.

Perusahaan dengan rasio leverage tinggi mempunyai risiko rugi besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik.

Leverage operasi dapat dirumuskan :

Leverage = Total Hutang Total Aktiva


(45)

2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba

Teori akuntansi positif beranggapan bahwa perilaku manajer atau pembuat laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor perilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan dikenal dengan 3 hipotesis, yaitu : hipotesis model bonus (bonus scheme hypothesis), hipotesis biaya politis (political cost hypothesis), dan hipotesis rasio hutang terhadap aktiva (leverage hypothesis) (Watts dan Zimmerman dalam Gumanti; JRAI, 2001:167).

2.2.4.7. Total Assets Turnover

Total assets turnover disebut juga rasio aktivitas yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar afektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Aktiva tersebut diantaranya adalah aktiva lancar, seperti kas, wesel tagih, piutang usaha, dan aktiva-aktiva lainnya baik aktiva tetap maupun aktiva lain-lain.

Menurut Riyanto (1995:334), total assets turnover mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio total assets turnover dapat dihitung dengan mambandingkan antara penjualan neto dengan jumlah aktiva. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut :


(46)

Total Assets Turnover : Penjualan Bersih Total Assets

(Harahap, 2002:309)

2.2.4.8. Teori Yang Membahas Total assets Turnover Operasi Terhadap Perataan Laba

Gordon mengemukakan teorinya tentang perataan laba sebagai berikut: Proposisi 1 : Kriterium yang digunakan manajemen korporat dalam memilih

prinsip akuntansi adalah maksimasi utilitas atau kemakmurannya.

Proposisi 2 : Utilitas manajemen seiring dengan (1) keamanan kerjanya, (2) aras (level) dan tingkat pertumbuhan dalam laba dan (3) aras dan tingkat pertumbuhan besarnya korporasi.

Proposisi 3 : Pencapaian tujuan manajemen yang dinyatakan dalam proposisi 2 sebagian tergantung pada kepuasan pemegang saham terhadap kinerja korporasi, yaitu, jika hal-hal lain sama, makin bahagia pemegang saham, makin besar keamanan kerja, laba dan sebagainya dari manajemen.

Proposisi 4 : Kepuasan pemegang saham terhadap korporasi meningkat seiring dengan rata-rata tingkat pertumbuhan laba korporasi (atau rata-rata tingkat return terhadap modalnya) dan stabilitas labanya.


(47)

Teorema : Apabila keempat proposisi di atas diterima atau terbukti benar, maka manajemen dalam lingkup kekuasaannya, yaitu ruang gerak yang diijinkan oleh prinsip akuntansi yang berlaku, akan (1) meratakan laba yang dilaporkan dan (2) meratakan tingkat pertumbuhan laba.

(Belkaoui, 2000:56)

Total assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas perusahaan dengan melihat pada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan, sedangkan junlah aktiva dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan malihat pada kecepatan perputaran dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi total assets turnover suatu perusahaan maka semakin tinggi pula penjualan perusahaan, sehingga kemungkinan untuk meraih laba maksimal juga semakin besar, sehingga menarik investasi di perusahaan. Perusahaan dengan total assets turnover yang tinggi kemungkinan mendapatkan investor semakin tinggi pula. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Gordon, yaitu kepuasan pemegang saham terhadap korporasi akan meningkat seiring dengan rata-rata tingkat pertumbuhan laba korporasi, sehingga manajer berupaya melaporkan bahwa perusahaan mempunyai tingkat perputaran assets yang tinggi yang menguntungkan.


(48)

2.3. Kerangka pikir

Sebelum menentukan kerangka pikir dalam penelitian ini, ada beberapa premis yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu yang melandasi pemikiran, sementara dalam penelitian ini, yaitu :

Premis 1

Diduga bahwa perusahaan yang berukuran kecil cenderung melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar (Ashari et al., 1994 dalam Juniarti dan Corolina, 2005). Premis 2

Profitabilitas dan Leverage operasi tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba (Edy Suwito dan Arleen Herawaty, 2005) Premis 3

Profitabilitas dikatakan sebagai salah satu faktor yang tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada suatu perusahaan (Zuhroh, 1996 dalam Liauw She Jin dan Machfoedz, 1998)

Premis 4

Leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba (Liauw She Jin dan Machfoedz, 1998).

Premis 5

Total Assets Turnover dan Leverage operasi berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (Danang permana, 2006)


(49)

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

Uji Statistik Regresi Logistik

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian terdahulu dan landasan teori yang telah dikemukakan,maka dapat diberikan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan, dan Total Assets Turnover berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Premis 1,2,3,4,5)

X1 : Ukuran Perusahaan

X2 : Profitabilitas Perusahan

X3 : Leverage Operasi

X4 : Total Assets Turnover


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Untuk memperjelas konsep yang akan diteliti seta menghindari kesalahan persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi operasional dan cara pengukuran variabel sebagai berikut :

3.1.1. Variabel Bebas (X)

a) Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.

UP = Log Total aktiva

b) Profitabilitas (X2)

Profitabilitas merupakan ukuran penting perusahaan untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang memperngaruhi investor untuk membuat keputusan. Variabel ini diukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM) dengan skala pengukurannya adalah skala rasio.


(51)

NPM = Laba Bersih Setelah Pajak Total Penjualan

c) Leverage Operasi (X3)

Leverage Operasi terjadi setiap waktu dimana suatu perusahaan mempunyai biaya tetap yang harus ditutup berapapun besarnya volume kegiatannya. Dengan kata lain, Leverage operasi bersangkutan dengan penggunaan aktiva atau operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap. Skala pengukurannya adalah skala rasio dengan rumus :

Leverage = Total Hutang Total Aktiva

d) Total Assets Turnover (X4)

Total Assets Turnover disebut juga rasio aktivitas yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Harahap, 2002:309). Rasio Total Assets Turnover dapat dihitung dengan membandingkan antara penjualan neto dengan jumlah aktiva. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Assets Turnover =Penjualan Bersih Total Assets


(52)

3.1.2. Variabel Terikat (Y)

Perataan Laba (Y)

Merupakan cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Pengukuran variabel adalah menggunakan skala rasio dengan saruan desimal. Perataan Laba sebagai variabel terikat yang diukur menggunakan Indeks Eckel dengan menggunakan laba operasi sebagai variabel yang digunakan untuk mewakili

earnings.

Perataan Laba dapat dihitung dengan cara : Indeks IC = (CV I / CVS) Notasi :

∆I = Perubahan penghasilan bersih / laba dalam suatu periode

∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode

CV = Koefisien variasi dari variabel, yakni standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan.

CV∆I = Koefisien variasi untuk perubahan laba CV∆S = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan Dimana CV∆I dan CV∆S dapat dihitung dengan :

CV∆I atau CV∆S = Variance


(53)

CV∆I dan CV∆S = ∑ (∆x - ∆ x ) 2 : ∆ x n – 1

Notasi :

∆ X = Perubahan penghasilan bersih / laba (I) atau penjualan (S) tahun n dengan n - 1

x = Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n depan n – 1

n = Banyaknya tahun yang diamati

Setelah CV diketahui, terhadap masing-masing perusahaan akan diberi status. Untuk perusahaan dengan CVS > CVI berarti perusahaan tersebut telah melakukan praktik perataan laba, sebaliknya, perusahaan dengan CV∆S < CV∆I berarti perusahaan tersebut tidak melakukan praktik perataan laba. Berdasarkan rumus Indeks Eckel dapat disimpulkan bahwa IC < 1 atau CV∆S > CV∆I mempunyai arti perusahaan tersebut melakukan perataan laba, sebaliknya, perusahaan dengan IC >1 atau CVS < CVI mempunyai arti perusahaan tersebut tidak melakukan praktik perataan laba.


(54)

3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi menurut Sumarsono (2002:45) merupakan subyek / obyek yang memiliki ciri–ciri atau karakteristik- karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek / obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian.

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga 2008 sebanyak 139 Perusahaan.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi. Secara umum semakin besar ukuran sampel maka sampel akan semakin representatif. Mengingat bahwa analisis penelitian didasarkan pada sampel sedangkan kesimpulan penelitian nantinya digeneralisasikan kepada populasi maka tingkat representatif sebuah sampel terhadap populasinya menjadi penting (Sumarsono,2002:45)

Dalam penelitian ini teknik penentuan ukuran sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel


(55)

dengan pertimbangan tertentu. Berikut kriteria - kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah :

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2004 hingga 2008.

b. Perusahaan yang sahamnya masih aktif di perdagangkan di BEI. c. Perusahaan tersebut tidak di delisting selama periode 2004 – 2008

d. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2004 – 2008 secara lengkap.

e. Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2004 – 2008 tidak mengalami kerugian.

Berdasarkan berbagai kriteria yang telah ditetapkan didapatkan 26 perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan tahun pengamatan tahun 2004 hingga 2008. Berikut ini merupakan seleksi sampel penelitian :

Tabel 3.1 Seleksi Sampel

Kriteria Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sampai tahun 2008

139 Perusahaan Perusahaan manufaktur yang di delisting sampai dengan

tahun 2008

(36) Perusahaan Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara

lengkap dari tahun 2004 hingga 2008

(58) Perusahaan Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian dari tahun

2004 hingga 2008

(19) Perusahaan


(56)

Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Sampel

sumber : www.idx.co.id

No Nama Perusahaan

1 PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Tbk 2 PT. ARWANA CITRAMULIA Tbk 3 PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk

4 PT. DARYA VARIA - LABORATORIA Tbk 5 PT. GUDANG GARAM

6 PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 7 PT. INDOFARMA Tbk

8 PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR 9 PT. KAGEO IGAR JAYA

10 PT. KALBE FARMA 11 PT. KIMIA FARMA 12 PT. LIONMESH PRIMA

13 PT. MAYORA

14 PT. MERCK

15 PT. MULTI BINTANG INDONESIA 16 PT. MUSTIKA RATU

17 PT. RODA VIVATEX Tbk 18 PT. SEMEN GRESIK 19 PT. SEPATU BATA 20 PT. SIANTAR TOP Tbk

21 PT. SORINI AGRO ASIA CORPORINDO 22 PT. SURYA TOTO INDONESIA Tbk 23 PT. TEMPO SCAN PASIFIC Tbk 24 PT. TRIAS SENTOSA

25 PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY 26 PT. UNILEVER INDONESIA


(57)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis–jenis data yang diperoleh adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan diolah oleh pihak perusahaan. Data sekunder ini meliputi data keuangan dari laporan keuangan suatu Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga 2008.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia dan dari situs www.idx.co.id yang berupa laporan keuangan perusahaan dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

3.3.3 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan membaca serta mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-catatan perusahaan yang berkaitan dengan penelitian ini.


(58)

2.Studi Pustaka

Yaitu suatu cara pengumpulan data melalui buku–buku literatur dan tulisan ilmiah yang digunakan sebagai landasan teori yang mendukung pelaksanaan penelitian.

3.4 Teknik analisis dan Uji hipotesis 3.4.1 Regresi Logistik

Metode regresi logistik digunakan untuk mencari pengaruh satu atau lebih variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, dan total assets turnover yang berskala rasio terhadap variabel terikat (perataan laba) yang berskala nominal. Regresi logistik bertujuan menganalisis respon biner adalah untuk memperoleh hubungan antara xi dan pi (probabilitas kejadian yang diakibatkan oleh xi). Karena itu model dapat diperoleh dengan regresi logistik ini nilai fungsinya harus berkisar antara 0 dan 1 yang dapat diperoleh dengan menggunakan fungsi logistik. Fungsi regresi logistik dapat dituliskan sebagai berikut :

f(x) = 1 1 + e-1

f(x) bernilai 0 dan 1 berturut-turut untuk mendekati -∞ dan mendekati +∞ maka nilai f(x) antara 0 dan 1. Sedangkan bentuk model regresi logistik dengan lebih dari satu variabel adalah sebagai berikut :


(59)

exp

π (x) =

1 + exp

dimana :

p = banyaknya variabel prediktor

Dengan menggunakan transformasi logit dari π(x), maka model regresi logistik dapat ditulis sebagai berikut :

G(x) = ln π (x) 1 - π (x)

= β0 + β1X1 + β2X2 + ... + βpXp

3.4.2. Regresi Logistik Serentak

Beberapa langkah dalam uji regresi multivariate adalah sebagai berikut :

1. Uji Serentak

Regresi logistik serentak digunakan untuk memeriksa keberartian koefisien β secara keseluruhan atau serentak. Dan hipotesa pengujiannya adalah :

p

β j Xij j=0

p

β j Xij j=0


(60)

Hipotesis :

H0 : β0 = β1 =...= βk = 0

H1 : paling sedikit ada satu βk yang tidak sama dengan nol

Statistik uji :

G = -2 ln (likelihoodwithoutthe variable) likelihoodwith variable

G = 2 n

[yi ln(

^

i) + (1- yi) ln

(1-^

i)] – [n1 ln(n1) + n0 ln(n0) – n ln(n)] i=1

Daerah Kritis :

Tolak H0 jika tingkat signifikansi (p-value) lebih kecil α (5%) yang artinya bahwa paling tidak terdapat satu atau lebih variabel bebas (ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, total assets turnover) yang berpengaruh terhadap variabel terikat (perataan laba).

2. Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model.


(61)

Hipotesis :

H0 : Model sesuai (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan prediksi model)

H1 : Model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan prediksi model)

Statistik Uji :

(nij – μij)2

x2 = ∑

μij

Daerah Kritis :

Tolak H0 jika tingkat signifikansi (p-value) lebih kecil α (5%) yang berarti model tidak sesuai (terdapat perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan prediksi model).


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. pada tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.

Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintahan meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.


(63)

Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990. pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatisasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan ftrekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat

(Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh

(Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.


(64)

4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia

a. Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.

b. Misi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang berwibawa, trasparan, memiliki integritas yang tinggi serta institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.3. Sejarah Singkat PT. Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO)

PT. Pemeringkat Efek Indonesia atau PT. PEFINDO didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993 atau usul dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Bank Indonesia. Pada tanggal 13 Agustus 1994, PT. PEFINDO mendapatkan ijin Operasi No. 39/PM-PI/1994 dari badan pengawas Pasar Modal. PT. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat efek pertama di Indonesia.


(65)

Fungsi utama PT. PEFINDO dalam aktifitas pemeringkatan adalah menyediakan peringkat yang obyektif, independent dan dapat dipercaya mengenai risiko kredit suatu sekuritas hutang (obligasi) baik obligasi jangka panjang maupun obligasi jangka pendek yang diterbitkan secara publik. Sebagai bagian dari aktifitas pemeringkatan, PT. PEFINDO memproduksi dan mempublikasikan informasi yang berhubungan dengan pasar modal obligasi. produk publikasi PT. PEFINDO ini berisi komentar kredit pada perusahaan – perusahaan yang menerbitkan obligasi. peringkat hutang merupakan pendukung pasar modal di Indonesia, dimana sesuai peraturan Badan Pengawas Pasar Modal yang menyebutkan bahwa setiap obligasi yang terdaftar di Bursa harus mempunyai peringkat dari lembaga pemeringkat seperti PT. PEFINDO.

PT. PEFINDO sampai saat ini telah memeringkat lebih dari tiga ratus perusahaan yang menerbitkan obligasi, yang meliputi tiga sektor, yaitu :

 Sektor Perseroan (corporate), meliputi industri manufaktur, industri jalan tol, industri tambang, industri media, industri property, industri jasa pengiriman.

Adapun penilaian pemberian peringkat berdasarkan risiko industri, risiko bisnis, dan risiko keuangan.

 Sektor Asuransi, adapun penilaian pemberian peringkat berdasarkan risiko industri, risiko bisnis, dan risiko keuangan.


(66)

 Sektor Lembaga Keuangan, meliputi industri perbankan, multi keuangan dan industri sekuritas. Adapun penilaian pemberian peringkat berdasarkan risiko industri, risiko bisnis, dan risiko keuangan.

PT. PEFINDO merupakan perusahaan dengan kepemilikan yang terbatas, pada Desember 2003 PT. PEFINDO memiliki 100 pemilik institusi domestik, yang terdiri dari dana pensiun utama, bank – bank, penjamin – penjamin asuransi, Bursa Efek Indonesia, dan perusahaan – perusahaan sekuritas. PT. PEFINDO didukung juga oleh Standard and Poor’s Rating Services (S&P’s) dan berpartisipasi dalam Asian Credit Rating Agencies Association (ACRAA).

4.1.4. PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Tbk

Aqua adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang diproduksi oleh Aqua Golden Mississipi di Indonesia sejak tahun 1973. Selain di Indonesia, Aqua juga dijual di Singapura. Aqua adalah merek AMDK dengan penjualan terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu merek AMDK yang paling terkenal di Indonesia, sehingga telah menjadi seperti merek generik untuk AMDK. Di Indonesia, terdapat 14 pabrik yang memproduksi Aqua.


(67)

Sejak tahun 1998, Aqua sudah dimiliki pula oleh perusahaan multinasional dari Perancis, Danone, hasil dari penggabungan Aqua Golden Mississippi dengan Danone.

4.1.5.PT. ARWANA CITRAMULIA Tbk.

PT. Arwana Citramulia Tbk (IDX: ARNA) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi keramik yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan keramik.

4.1.6.PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk

PT Astra International Tbk (IDX: ASII) atau lebih dikenal dengan Astra Group adalah salah satu kelompok bisnis terbesar di Indonesia, yang didirikan sejak tanggal 20 Februari 1957. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 April 1990. Saat ini mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Jardine Cycle & Carriage Singapura.

4.1.7.PT. DARYA VARIA - LABORATORIA Tbk

PT Darya-Varia Laboratoria Tbk(“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 berdasarkan akta notaris No. 5 tanggal 5 Februari 1976 dari notaris Abdul Latief, S.H. Perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, dan distribusi produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang berhubungan


(68)

dengan farmasi, dan perawatan kesehatan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976.

4.1.8.PT. GUDANG GARAM

PT Gudang Garam Tbk. (IDX: GGRM) adalah sebuah perusahaan Indonesia yang merupakan produsen rokok. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo, perusahaan ini merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar 514 are di Kediri, Jawa Timur. Pemimpin umum perusahaan ini adalah Rachman Halim.

4.1.9.PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA

PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (IDX: INTP) adalah salah satu produsen semen di Indonesia. Indocement merupakan produsen terbesar kedua di Indonesia. Perusahaan ini didirikan tahun 1985 yang merupakan hasil penggabungan enam perusahaan yang menghasilkan sebuah perusahaan semen dengan delapan pabrik sejak 1975. Produksi semen Indocement dapat mencapai total sekitar 16,5 juta ton per tahun. Indocement memiliki 12 buah pabrik, sembilan diantaranya berada di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dua berada di Cirebon, Jawa Barat dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Produk utama Indocement adalah semen tipe Ordinary Portland Cement disingkat OPC dan Pozzolan Portland Cement disingkat PPC yang kemudian digantikan oleh Portland Composite Cement disingkat PCC sejak 2005.


(69)

Indocement juga memproduksi semen jenis lain misalnya Portland Cement Type II dan Type V serta Oil Well Cement. Indocement juga merupakan satu-satunya produsen semen jenis Semen Putih (White Cement) di Indonesia.

4.1.10.PT. INDOFARMA TBK

PT. Indofarma Tbk (IDX: INAF) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1971. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam produk farmasi.

4.1.11.PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR

PT.Indofood Sukses Makmur Tbk. (IDX: INDF) merupakan perusahaan yang menghasilkan jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1972. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa.

4.1.12.PT. KAGEO IGAR JAYA

PT. Kageo Igar Jaya Tbk (IDX: IGAR) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi plastik yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan plastik


(70)

4.1.13.PT. KALBE FARMA

PT. Kalbe Farma Tbk (IDX: KLBF) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi yang bermarkas di Bekasi, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1966. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan farmasi.

4.1.14.PT. KIMIA FARMA

PT. Kimia Farma Tbk (IDX: KAEF) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian


(71)

memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

4.1.15.PT. LIONMESH PRIMA

PT. Lionmesh Prima Tbk (IDX: LMSH) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi logam yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1989. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan logam.

4.1.16.PT. MAYORA

PT Mayora Indah Tbk (IDX: MYOR) atau Mayora Group adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 Juli 1990. Saat ini mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki oleh PT Unita Branindo sebanyak 32,93%.

4.1.17.PT. MERCK

Didirikan pada tahun 1970, PT Merck Tbk menjadi perusahaan publik pada tahun 1981, dan merupakan salah satu perusahaan pertama yang terdaftar di Bursa Saham Indonesia. Sebagian besar saham dimiliki oleh Grup Merck yang berkantor pusat di Jerman dan merupakan perusahaan farmasi dan kimia tertua di dunia.PT Merck Tbk merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang farmasi dan kimia di Indonesia.


(1)

perusahaan mereka tidak melihat perkembangan suatu perusahaan untuk melakukan perataan laba, karena perkembangan ini hanya milik perusahaan itu sendiri dan bagi suatu perusahaan perkembangannya merupakan sesuatu yang harus dimaksimalkan. Bila perkembangan perusahaan meningkat maka pangsa pasar dan keuntungan perusahaan meningkat pula. Karena memang pada prinsipnya total assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas perusahaan dengan melihat pada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan, sedangkan junlah aktiva dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan malihat pada kecepatan perputaran dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi total assets turnover suatu perusahaan maka semakin tinggi pula penjualan perusahaan, sehingga kemungkinan untuk meraih laba maksimal juga semakin besar, sehingga menarik investasi di perusahaan. Perusahaan dengan total assets turnover yang tinggi kemungkinan mendapatkan investor semakin tinggi pula, hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh gordon, yang mengemukakan bahwa kepuasan pemegang saham terhadap korporasi akan meningkat seiring dengan rata-rata tingkat pertumbuhan laba korporasi, sehingga manajer berupaya melaporkan bahwa perusahaan mempunyai tingkat perputaran assets yang tinggi yang menguntungkan.

4.6. Implikasi Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini maka dapat memberikan implikasi kepada investor dengan cara menunggu perkembangan ekonomi, politik dan keamanan yang membaik


(2)

sebelum penanaman modal. Tindakan ini dilakukan oleh investor karena investor cenderung menghindari risiko terlalu tinggi karena ketidakstabilan keadaan negara. Keadaan ini yang seharusnya menjadi tantangan bagi perusahaan untuk selalu mengeluarkan informasi keuangan yang akurat dan dapat dipercaya sehingga para investor dan pemakai informasi lain tidak ragu lagi dalam meginvestasikan kelebihan dananya terhadap penjual saham, yaitu dengan cara meningkatkan keuntungan atau laba yang tinggi sehingga investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. 4.7.Perbedaan Hasil Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian

Terdahulu

Sumber : Penelitian Terdahulu NAMA

PENELITI

JUDUL VARIABEL Uji Hipotesis

Muhammad Yusuf & Soraya (2004)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing Dan non Asing Di Indonesia

Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Leverage operasi, Status perusahaan Metode statistik inferensial Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta

Ukuran perusahaan, Profitabilitas, sektor industri, Leverage operasi Metode statistik deskriptif dan inference Danang Permana (2004) Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Leverage operasi, Total Asset Turnover Metode Regresi Linier Berganda Ricky Permana Putra (2009)

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Leverage operasi, Total Asset Turnover Metode Regresi Logistik


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian pada bab terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian, yaitu sebagai berikut:

Hipotesis yang diajukan yang menyatakan Bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan, dan Total Assets Turnover berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak dapat terbukti kebenarannya, karena hanya variabel leverage operasi saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5.2. Saran

Dari penelitian yang dilakukan maupun kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

a. Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada perusahaan agar lebih lebih memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya ukuran


(4)

perusahaan, profitabilitas dan total assets turnover, karena dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga perlu kiranya diadakan evaluasi banyaknya hutang, karena penggunaan hutang tinggi meningkatkan risiko kebangkrutan.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Disarankan agar mengembangkan hasil penelitian yang sekarang, dengan menambah variabel yang diteliti seperti solvabilitas dan growth maupun penambahan jumlah sampel pengamatan yang diamati.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Baridwan ,Zaki, 1992, Intermediate Accounting, Edisi Tujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Ghozali, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, edisi 11, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Harahap, Sofyan Safri, 2002, Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Hendrikson, Eldons 1995, Teori Akuntansi, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hosmer, DW and S. Lemeshow, 1989, Applied Logistic Regresion, John Wiley & Sons, Inc, New York.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standart Akuntansi Keuangan, IAI, Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta.

Munawir, S., 1997, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Ke Empat, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Riaihi,Ahmed – Belkaoui, 2000, Teori Akuntansi, Penerbit Thomson Learning, Bandung.

Riyanto, Bambang 1995, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.

Robbins, Stephen P, 2003, Teori Akuntansi, Jilid I, Penerbit PT. Indek Kelompok Gramedia.

Sumarsono,2002, Metode Penelitian Beserta Contoh Interprestasi Hasil Pengolahan Data.

Weston, J. Fred and Brigham, Eugene, 1994, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 2, Penerbit Erlangga Jakarta.


(6)

Jurnal:

Gudono, M. dan Prihat Assih 2000, “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan

Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 3, No 1, Hal 35-53.

Jin, Liauw She dan Mas’ud Machfoedz. 1998, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Praktik Perataan Laba Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 1, No 2, Hal 174-191.

Juniarti, dan Corolina 2005, “Analisa Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No 2.

Murtanto, 2004, ”Analisis Perataan Laba (Income Smoothing) : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dan Kaitannya Dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia” , Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar Bali. Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005, “ Analisis Pengaruh Karakteristik

Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh

Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional

Akuntansi VIII, Solo.

Yusuf, Muhammad dan Soraya 2004, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik

Perataan Laba Pada Perusahaan Asing dan Non Asing Di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol 8, No 1, Hal 99-125.

Skripsi :

Permana, Danang, 2006, ” Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 19

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA (INCOME SMOOTING) PADA Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smooting) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1 3 17

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA (INCOME SMOOTING) PADA Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smooting) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 5 15

PENDAHULUAN Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smooting) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 5 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 7

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 22

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 17

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 20