Kinerja Anggota Legislatif Perempuan dalam Menjalankan Proses Legislasi (Studi di DPRD Kota Malang Periode 2009-2014)

(1)

KINERJA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM MENJALANKAN PROSES LEGISLASI

(Studi di DPRD Kota Malang Periode 2009-2014)

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan

OLEH: IDA WARTI 201110050311039

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 30 April 2015

Jam : 15.00

Tempat : Kantor Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Dr. Asep Nurjaman, M.Si

: 2. Salahuddin, S.IP, M.Si

: 3. Drs. Krisno Hadi, MA

: 4. Gonda Yumitro, S.IP, MA

:

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dr. Asep Nurjaman, M.Si


(3)

ii

SURAT PERNYATAAN

Nama : Ida Warti

Tempat, Tanggal Lahir : Lenek, 11 Nopember 1993

NIM : 201110050311039

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul: Kinerja Anggota Legislatif Perempuan dalam Menjalankan Proses Legislasi (Studi di DPRD Kota Malang Periode

2009-2014) Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali

dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.

Malang, 30 April 2015 Yang Menyatakan,


(4)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Ida Warti

NIM : 201110050311039

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : Kinerja Anggota Legislatif Perempuan dalam Menjalankan Proses Legislasi (Studi di DPRD Kota Malang Periode 2009-2014)

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Krishno Hadi, MA

Gonda Yumitro, S.IP, MA

Mengetahui, Kajur Ilmu Pemerintahan


(5)

iv

BERITA ACARA BIMBINGAN

Nama : Ida Warti

NIM : 201110050311039

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : Kinerja Anggota Legislatif Perempuan dalam

Menjalankan Proses Legislasi (Studi di DPRD Kota Malang Periode 2009-2014)

Dosen Pembimbing

: 1. Drs. Krisno Hadi, MA 2. Gonda Yumitro, S.IP, MA

Konsultasi :


(6)

v

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Krishno Hadi, MA Gonda Yumitro, S.IP, MA

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan


(7)

vi ABSTRAKSI

IDA WARTI, 2015, 201110050311039, Universitas Muhammadiyah Malang,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Kinerja Anggota Legislatif Perempuan dalam Menjalankan Proses Legislasi (Studi di DPRD Kota Malang Periode 2009-2014), Pembimbing 1 : Drs. Krisno Hadi, MA; Pembimbing 2 : Gonda Yumitro, S.IP, MA.

Kata Kunci : Kinerja, Legislatif Perempuan, Legislasi.

Keterlibatan perempuan dalam politik khususnya yang menduduki jabatan strategis sebagai pembuat kebijakan dan menjabat sebagai anggota legislatif sangat sedikit meskipun pemerintah telah membuat kebijakan tentang kuota minimal 30 persen dalam pemilu legislatif. Kendala pertama adalah masih kentalnya anggapan di kalangan perempuan sendiri bahwa politik itu adalah dunia laki-laki dan kotor. Hal Ini yang kerap menghambat keinginan perempuan untuk terjun ke bidang politik. Sehingga perempuan sebagai anggota legislatif perempuan sering dimarginalkan keberadaannya dan tidak bisa memberikan warna dalam proses legislasi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti turun langsung ke DPRD kota Malang untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dan melakukan wawancara dengan mantan anggota legislatif di DPRD kota Malang periode 2009-2014 sebagai informan. Data yang didapatkan dan sudah dikimpulkan kemudian direduksi untuk mengetahui polanya, setelah diketahui polanya kemudian dipaparkan dan dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga motivasi seseorang untuk terjun ke politik yaitu kesadaran, pengaruh lingkungan, dan alasan pragmatism. Kinerja anggota legislatif perempuan dalam proses legislasi di Kota Malang sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari rangkuman risalah persidangan dalam membahas rancangan peraturan daerah absensi anggota perempuan tidak pernah kurang dari 10 persen dari total 26 persen total jumlah anggota perempuan. Dalam penyampaian pendapat fraksi perempuan juga tampil dalam untuk menyampaikan pendapatnya. keterlibatan anggota perempuan dalam panitia khusus pembahasan rancangan peraturan daerah anggota perempuan juga mewakili sedikitnya 30 persen. Posisi perempuan dalam alat kelengkapan DPRD juga tidak sepenuhnya sebagai anggota. walaupun perempuan, tetapi bisa duduk sebagai wakil ketua dan ketua dalam sebuah badan legislasi. Hal ini cukup memberikan warna dan anggapan bahwa perempuan dimarginalkan dalam politik tidak benar.


(8)

vii

Hambatan dalam melakukan kinerja dalam proses legislasi oleh anggota legislatif perempuan sebenarnya tidak terlalu dirasakan. Hambatannya adalah ketika perempuan bersaing dalam pemilihan umum. Sangat diharapkan kesadaran perempuan akan pentingnya keberadaan mereka dalam politik serta kemauan perempuan untuk terjun ke politik terlebih sebagai anggota legislatif yang semakin meningkat karena ide dan pemikiran perempuan sebagai pembuat kebijakan sangat penting. Perempuan sebagai potensi yang mutlak diikutsertakan dalam proses pembangunan. Adapun kata kuncinya adalah kemampuan, kemauan, dan kesempatan.

Malang, 28 April 2015

Penulis

Ida Warti

Dosen Pembimbing 1

Drs. Krisno Hadi, MA

Dosen Pembimbing 2


(9)

viii ABSTRACT

IDA WARTI, 2015, 201110050311039, University of Muhammadiyah Malang,

Faculty of Social science and Political Science, Departement of Governmental Science, Performance of Women Legislators in Legislation Process (Study in DPRD Malang City 2009-2014 Period), Advisor 1: Drs. KrisnoHadi, MA; Advisor 2: GondaYumitro, S.IP, MA.

Key words: performance, women legislators, legislation

The involvement of womens in politics especially as a policy maker or as a legislators in Indonesia very limit although government has made aaffiemative policy about 30 percent quota of women in elections. The first obstacle is still strong presumption among women themselves that politics is a man's world and politics is dirty. It is often hamper women's desire to plunge into the political field. Because total number of women as legislators very limitSo women legislators often marginalized existence and can not provide color in the legislatation process.

This study used a qualitative descriptive study. Researchers down directly to the DPRD Malang to obtain the necessary data and conduct interviews with former members of the legislature in DPRD Malang period 2009-2014 as informants. Data were obtained and has been collected is then reduced to know the pattern, once known pattern then presented and analyzed so that it can be conclused.

The results showed there are three political motivation of a person that is awareness, environmental influences, and pragmatic reasons. Performance of women legislators in the legislations process in Malang City is good. It can be seen from the summary of the minutes of the hearing to discuss draft local regulations absentof female members never less than 10 percent of the total 26 percent of the total number of female members. In delivering the opinion also appeared in the fraction of women to express their opinions. the involvement of women members in the special committee discussion draft local regulations female members also represent at least 30 percent.The position of women in parliament not entirely as a member. although women, but they could sit as vice and head in a legislative body. It is enough to give the color and the assumption that women are marginalized in politics is not true.

Barriers to performance in the legislative process by women legislators actually not too felt. The obstacle is when women compete in the general election. It is desirable women's awareness of the importance of their presence in politics as well as the willingness of women to go into politics first as a member of the legislative increasing because the ideas and thoughts of women as policy-makers is essential. The absolute potential inclusion in the development process. The key word is the ability, willingness, and opportunities.


(10)

ix

Malang, 28 April 2015 Writer

Ida Warti

Advisor 1

Drs. KrisnoHadi, MA

Advisor 2


(11)

x

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman nanti. Amin ya Rabbalalamin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperolah gelar sarjana pada program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Judul skripsi yang penulis ajukan adalah “Kinerja Anggota Legislatif Perempuan dalam Menjalankan Proses Legislasi (studi di DPRD kota Malang Periode 2009-2014).”

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dosen Pembimbing yaitu Bapak Drs. Krisno Hadi, MA dan Bapak Gonda Yumitro, S.IP, MA atas kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.

2. Ibu Sulik Lestyawati dan Bapak Loch Mahfud selaku anggota DPRD kota Malang Periode 2009-2014 karena telah bersedia sebagai narasumber memberikan informasi serta diskusi mendalam dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Kedua Orangtua Penulis Bapak Muhammad dan Ibu Ilum atas kasih sayang dan

dukungan selama mengerjakan skripsi ini. Tidak akan selesai skripsi ini tanpa doa dan semangat yang kalian berikan setiap hari.


(12)

xi

4. Saudari seperjuagan di tanah rantau Lilik Widyawati, Hemas Malini, dan Atika Zahra Nirmala atas dukungan dan bantuan selama di Malang dan khususnya dalam mengerjakan skripsi ini.

5. Sahabat seperjuangan Detalia Yolanda, S.IP dan Anyke Putri Regiana atas semangat, bamtuan, dan omelan yang diberikan. Semangat selalu terisi penuh dari kalian.

6. Sahabat terbaik di tanah rantau yang lain Tri Julia Purnamasari, Imanda Sakinah, Baiq Fitriani, dan Gusti Betha V. Yudistiara atas dukungan dari telepon.

7. Teman-teman seperjuangan Akhmad Nofrian Fahma, Jaka Hakiki, Arista Safitri, Novia Suhastini and the gank (Unike Ayu, Jomeq Paspol, Iffah, Revita). Kalian membuat masa skripsi menjadi lebih berwarna, menarik dan tidak membosankan. 8. Teman-teman Ilmu Pemerintahan 2011 khususnya kelas A untuk semua kesan

yang telah diberikan baik dalam kegiatan belajar maupun kegiatan lainnya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis serahkan segalanya semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi kita semua.

Malang, 29 April 2015 Penulis Ida Warti


(13)

xii DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Surat Pernyataan ii

Lembar Persetujuan iii

Berita Acara Bimbingan iv

Abstraksi vi

Abstract viii

Kata Pengantar x

Daftar Isi xii

Daftar Tabel xiv

Daftar Gambar xv

Bab I Pendahuluan 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 9

E. Definisi Konseptual 10

F. Definisi Operasional 12

G. Kerangka Berpikir 14

H. Metode Penelitian 15

Bab II Kajian Pustaka 21

A. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 21

1. Desentralisasi 21

2. Kewenangan untuk Membentuk Peraturan Daerah atau Produk

Hukum 25

B. Struktur Legislasi Daerah 30

1. Pengertian Legislasi 30

2. Kewenangan DPRD dalam Proses Legislasi 32

3. Kewenangan Eksekutif dalam Proses Legislasi 33 4. Relasi Eksekutif dan Legislatif dalam Proses Legislasi 34

C. Proses Legislasi 35


(14)

xiii

2. Tahapan Persidangan dalam Proses Legislasi 37

D. Perempuan dan Politik 39

1. Gerakan Perempuan dalam Bidang Politik 39

2. Gerakan Perempuan di Indonesia 43

3. Affirmative action atau affirmative policy 44

4. Gender dan Budaya Patriarki 46

Bab III Deskripsi Wilayah 52

A. Tinjauan Umum Wilayah Kota Malang 52

1. Profil Wilayah 52

2. Sejarah Pemerintahan 53

3. Penduduk 55

B. Profil DPRD Kota Malang 62

1. DPRD Kota Malang 62

2. Visi dan Misi DPRD Kota Malang 62

3. Perolehan Suara dan Kursi DPRD Kota Malang 63 4. Daftar Pimpinan dan Anggota DPRD Kota Malang 64

Bab IV Penyajian dan Analisa Data 69

A. Profil Anggota Legislatif Perempuan 69

1. Latar Belakang Anggota Legislatif Perempuan 69 2. Posisi Anggota Legislatif Perempuan dalam DPRD 84

B. Kinerja Anggota Legislatif Perempuan 94

Bab V Penutup 103

A. Kesimpualan 103


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah perempuan dalam parlemen Indonesia sejak tahun 1950 3

Tabel 2. Persentase penduduk kota Malang 2010-2013 55

Tabel 3. Perolehan suara pemilu legislatif 2004 63

Tabel 4. Perolehan suara pemilu legislatif 2009 63

Tabel 5. Perolehan suara pemilu legislatif 2014 64

Tabel 6. Relevansi Nomor Urut dengan Keterpilihan calon 87 Tabel 7. Posisi Perempuan dalam Alat Kelengkapan DPRD 92 Tabel 8. Absensi kehadiran anggota DPRD dalam risalah siding 99 Tabel 9. Frekuensi Kehadiran anggota perempuan dalam sidang 99


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir 14

Gambar 2. Rekapitulasi perolehan suara DPRD kota Malang periode 1999 dan

2004 56

Gambar 3. Partisipasi Pemilih dalam Pileg DPRD kota Malang 2009 57 Gambar 4. Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih 2009 57 Gambar 5. Jumlah Pemilih yang Tidak Menggunakan Hak Pilih 2009 58


(17)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Andriana, Nina dkk. 2012. Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif Perempuan di tingkat Lokal. Jakarta: PT. Gading Inti Prima (Anggota IKAPI)

Fakih, Mansour. 2001. Analisa Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 209

Gunawan, Markus. 2008. Buku Pimtar Calon Anggota dan Anggota Legislatif (DPR, DPRD, & DPD). Jakarta: Transmedia Pustaka

Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press

Ibrahim, Anis. 2008. Legislasi dan Demokrasi. Malang: In-Trans Publishing

Ishak. 2010. Posisi Politik Masyarakat dalam Era Otonomi Daerah. Jakarta: Penaku Kamaluddin, Anniswati. 2000. Pikiran, Kiprah dan Perjuangan Mengangkat

Martabat Perempuan. Jakarta: Intrans

Marbun, BN. 2006. DPRD Pertumbuhan dan Cara Kerjanya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbeda ? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender. Jakarta: Mizan Pustaka

Munandar, Utami dkk. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta : UI-PRESS


(18)

Murti, Sari. Dkk. 2001. Perempuan dalam Pusaran Demokrasi. Bantul: IP4 Lappera, The Asia Foundation

Partini. 2013. Bias Gender dalam Birokrasi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Saidah dan Khatimah. 2003. Revisi Politik Perempuan (Bercermin pada Shahabiyat r.a). Bogor: Idea Pustaka Utama

Sajogyo, Pudjiwati. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta: Rajawali

Sirojuddin, dkk. 2007. Legislative Drafting: Pelembagaan Metode Partisipatif dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Malang: In Trans Publishing

Internet

Ahmad, Ahsya. 2014. Perilaku dan Partisipasi Politik. <amateraso7.blogspot.com diakses pada 14 April 2015>

Dewanti, Shinta. 20 Mei 2014. Jamur Pragmatisme politik di Indonesia. www.politik.kompasiana.com diakses pada 14 April 2015

Fuad Fanani, Ahmad. 7 Pebruari 2013. Mempersoalkan pragmatisme partai politik. http://nasional.sindonews.com diakses pada 14 April 2015

Gratton, Katerine. 2011. Pendapat Perempuan tentang Perempuan dalam Dunia Politik Pada Era Reformasi dan Masa Depan di Kota Malang

http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/Katherine_Gratton1.pdf diakses pada 23 Maret 2015

Handayani, Trisakti.2008. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di kota Malang: dalam Perspektif kajian Budaya. <http://www.download.portalgaruda.org diakses pada 3 Maret 2015>


(19)

Harry Triwanto. 2007. Profil Perempuan anggota DPRD provinsi Jawa Tengah ditinjau dari Perspektif Gender. Tesis. <http://www.eprints.undip.ac.id diakses pada 2 Oktober 2014>

Naufalbe, Razzak. 12 Desember 2014. Daftar Perguruan Tinggi di Kota Malang. <http://www.tempatkuliahdimalang.blogspot.com/ diakses pada 21 Maret 2015>

Safitri, S. 2007. Affirmative Action 30 Persen Kuota Caleng Perempuan: Sebuah Semboyan ?. Jurnal Psikologi Vol. 5 No. 1 Juni 2007 <http://www.ejurnal.esaunggul.ac.id diakses pada 5 Maret 2015>

Sita Aripurnami. Transpormasi Gerakan dan Menguatnya Kepemimpinan Perempuan. Jurnal Afirmasi Vol. 2 Januari 2013 <http://www.wri.or.id diakses pada 25 Januari 2015>

Ini Dia Profil Anggota Legislatif 2014-2019. 9 Okober 2014. <http://www.republikaonline.co.id diakses pada 9 Oktober 2014>

Jumlah Penduduk (Perbandingan Laki-laki : Perempuan) <http://statistik.ptkpt.net diakses pada 7 Oktober 2014>


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan sebuah Negara tergantung pada ketersediaan sumber daya alam (SDA) dan pemberdayaan kualitas sumber daya manusia (human resources). Data menunjukkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013/2014 sebesar 237.641.326 jiwa dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 1000:986 atau dengan jumlah 119.630.913 penduduk laki-laki dan 118.010.413 untuk penduduk perempuan.1 Jumlah penduduk perempuan yang hampir seimbang dengan jumlah penduduk laki-laki dan sebagai komunitas separuh jumlah penduduk Indonesia, merupakan unsur potensi yang mutlak diikutsertakan dalam proses pembangunan. Adapun kata kuncinya adalah kemampuan, kemauan, dan kesempatan.2

Perempuan dalam pandangan berbagai masyarakat, menurut pandangan sejarah memainkan banyak peran. Perempuan sebagai Ibu, istri, petani, buruh, guru, pengelola perusahaan, pekerja sukarela dan lain-lain. Banyak perempuan memainkan peran ganda atau lebih di tengah masyarakat. menurut catatan sejarah, tiap masyarakat mengembangkan citra tertentu mengenai pekerjaan dan kegiatan yang tepat bagi perempuan. Beberapa masyarakat memberikan kedudukan terhormat kepada

1

Jumlah Penduduk (Perbandingan Laki-laki : Perempuan) <http://statistik.ptkpt.net diakses pada 7 Oktober 2014>

2

Kamaluddin, Anniswati. 2000. Pikiran, Kiprah dan Perjuangan Mengangkat Martabat Perempuan. Jakarta: Intrans hal 52


(21)

2

perempuan, masyarakat lainnya menganggap peran perempuan kurang penting ketimbang laki-laki.3

Pada masa globalisasi saat ini, dengan adanya kemajuaan informasi dan terknologi mempengaruhi pola pikir masyarakat. Perubahan pola pikir ini juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, pemerintahan dan politik. Begitu juga dengan keberadaan perempuan di tengah masyarakat. Perempuan tidak lagi hanya berkutat dalam ranah “dapur, kasur, sumur”. Sudah banyak perempuan yang berkarir menjadi dosen, pegawai, mahasiswi, dan bahkan menduduki jabatan-jabatan strategis dalam sebuah perusahaan atau lembaga/instansi.

Namun arus globalisasi ini belum sepenuhya merubah pola pikir masyarakat dalam hal politik dan pemerintahan bagi perempuan. Keberadaan perempuan dalam lembaga DPR/MPR misalnya, jumlah perempuan sebagai pembuat kebijakan strategis ini masih sangat terbatas. Perempuan boleh jadi dikatakan belum bisa menjadi primadona dalam ranah politik walaupun sepanjang sejarah Indonesia menteri kabinet kerja Presiden Jokowi yang terbentuk baru-baru ini merupakan kabinet dengan jajaran menteri perempuan terbanyak yaitu 8 orang, tetapi hal ini belum membuktikan bahwa perempuan Indonesia sudah tertarik dengan politik.

Dalam kehidupan di masyarakat Indonesia ada kesan bahwa politik selalu disalahartikan. Politik dianggap dunia dan urusannya laki-laki, politik adalah arena yang keras dan kotor. Menurut Sekjen Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Ir. Nurul Candrasari Komara, mengatakan sampai saat ini memang perempuan Indonesia

3

Munandar, Utami dkk. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta : UI-PRESS. Hal 1


(22)

3

masih terpinggirkan dalam bidang politik. Kendala pertama adalah masih kentalnya anggapan di kalangan perempuan sendiri bahwa politik itu kotor. Ini yang kerap menghambat keinginan perempuan untuk terjun ke bidang politik. Kendala kedua adalah masih kuatnya budaya patriaki yang sangat mengagung-agungkan kemampuan laki-laki di atas kemampuan perempuan. Ini yang menghambat usaha perempuan untuk tampil dan terjun di bidang politik yang dianggap 'lahannya' laki-laki.4

Data hasil pemilihan umum periode 1955-2014 menunjukkan jumlah perempuan masih sangat sedikit terpilih sebagai anggota DPR/MPR. Pencapaian tertinggi adalah pada pemilu 2009, dimana jumlah perempuan yang menjadi anggota parlemen adalah sedikit diatas 18 persen. Untuk periode terakhir 2014 bahkan mengalami penurunan sebanyak 1 persen dari periode sebelumnya.

Tabel 1. Jumlah perempuan dalam parlemen Indonesia sejak tahun 1950. Periode Jumlah Perempuan di

Parlemen RI

Jumlah Total Anggota Parlemen

RI

Persentase

1950 - 1955 (DPRS)

9 236 3,8

1955 – 1960 17 272 6,3

1956 – 1959 (Konstituante)

25 488 5,1

1971 – 1977 36 460 7,8

1977 – 1982 29 460 6,3

4


(23)

4

1982 – 1987 39 460 8,5

1987 – 1992 65 500 13

1992 – 1997 62 500 12,5

1997 – 1999 54 500 10,8

1999 – 2004 45 500 9

2004 – 2009 62 550 11,3

2009 - 2014 103 560 18

2014 - 2019 97 560 17

Keharusan dalam meningkatkan keterwakilan politik kaum perempuan di Indonesia berdasarkan pada kesadaran bahwa semua prioritas dan agenda politik harus dirombak, dan semua itu mustahil dapat dicapai denagn sistem politik Indonesia yamg masih berfikir tradisional. Jika perempuan hendak tampil dan memegang berbagai isu publik, tidak menutup kemungkinan mereka mampu membangun dan menetapkan nilai-nilai sosial dan ekonomi baru. Meningkatkan keterwakilan politik perempuan berarti juga meningkatkan keefektifan mereka dalam mempengaruhi keputusan-keputusan politik yang dapat menjamin hak-hak kelompok perempuan maupun masyarakat luas, serta mengalokasikan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.5

Melibatkan perempuan dalam bidang politik memang bukan hal yang mudah. Banyak hal yang membuat keterlibatan politik perempuan menjadi terhalang. Adanya budaya patriarki di Indonesia membatasi peran perempuan di sektor publik dan

5

Andriana, Nina dkk. 2012. Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif Perempuan di tingkat Lokal. Jakarta: PT. Gading Inti Prima (Anggota IKAPI). Hal 6


(24)

5

sekaligus memaksa perempuan untuk merasa puas berkutat di lingkungan “dapur, kasur, dan sumur”. Padahal ketika perempuan masuk ke dalam ranah politik atau publik maka perempuan tidak bisa dianggap hanya memperjuangkan kaumnya, tetapi harus dianggap sebagai politisi secara utuh yang memperjuangkan aspirasi masyarakat secara umum.

Faktor lain yang menghambat orientasi perempuan dalam politik adalah faktor keluarga, seperti soal izin dari suami. Perempuan yang memilih menjadi politisi akan dikritisi dari kesuksesannya membesarkan anak-anak. Dengan kata lain, perempuan yang berpolitik cenderung dianggap hanya mengerjakan pekerjaan sampingan, setelah urusan di rumahnya selesai atau tercukupi.

Jaumil Agoes Achir memberikan tinjauan psikologis mengenai perempuan yang disamping sebagai istri dan ibu juga bekerja, ikut mencari nafkah mendampingi suami atau secara mandiri. Tidak dapat disangkal bahwa ada beberapa pandangan negatif terhadap perempuan yang bekerja dan bahwa banyak kerugian yang dihadapi oleh perempuan yang bekerja, tetapi sesungguhnya kerugian-kerugian tersebut tidak perlu terjadi, banyak segi positif pula dari wanita yang bekerja, baik ditinjau dari segi perwujudan diri individu maupun dari segi pemanfaatan sumberdaya manusia sebagai penunjang program pembangunan nasional.6

Untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam bidang politik maka pemerintah sejak pemilu tahun 2004 menetapkan kebijakan tentang kuota perempuan sebesar 30%. Pada pemilu 2009 ketetapan ini berlandaskan pada UU nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

6


(25)

6

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.7 Dalam kebijakan ini terdapat isu representasi politik perempuan yang di dalamnya ditegaskan mengenai kuota perempuan di parlemen. Dalam pasal 53 mengamanatkan agar partai politik memuat (keterwakilan) paling sedikit 30% perempuan dalam daftar calon legislatifnya. Pasal ini diperkuat oleh pasal 55 ayat (2) menyatakan bahwa dalam 3 (tiga) daftar calon legislatif terdapat 1 (satu) orang perempuan. Kebijakan 30% kuota perempuan dalam daftar calon legislatif sebelumnya diperkuat oleh kebijakan pemerintah Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang partai politik. Dalam pasal 2 ayat (2) tentang pembentukan dan pendirian partai politik minimal melibatkan 30% keterwakilan perempuan. Aksi afirmasi dalam UU Pemilu ini berkembang pada pemilu 2009 dengan diterapkannya kolaborasi sistem kuota dengan sistem zipper.

Perempuan tidak hanya dicalonkan dengan angka kuota 30 persen, tetapi juga harus disertakan dalam daftar minimal satu perempuan diantara tiga calon, sayangnya kebijakan afirmasi ini tidak lagi berlaku sejak diterapkannya judicial review atas UU pemilu No.12 tahun 2003 dipenghujung tahun 2008.

Namun adanya kebijakan diatas ternyata tidak serta merta merubah jumlah perempuan di lembaga legislatif menjadi lebih baik dan lebih berkualitas dari sebelumnya. Karena walaupun ada peluang bagi perempuan untuk berkiprah di bidang politik, khususnya menjadi anggota legislatif, tetap saja kesempatan dan peluang tersebut tergantung kepada pimpinan partai politik karena pimpinan atau internal partai politik memegang kekuasaan untuk menetapkan nomor urut calon legislatifnya.

7

Pada pemilu tahun 2014 UU ini sudah diganti menjadi UU Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah namun tidak banyak yang mengalami perubahan.


(26)

7

Indonesia adalah Negara yang menerapkan otonomi daerah sebagai suatu wadah untuk memujudkan apa yang disebut dengan political equality. Hal ini berarti, bahwa melalui pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah diharapkan akan lebih membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik tingkat lokal termasuk bagi perempuan. Tujuan yang kedua adalah untuk menciptakan local accountability. Smith mengaitkan konsep tersebut dengan ide dasar dan liberty. Oleh karena itu, otonomi daerah diharapkan akan meningkatkan kemampuan daerah dalam memperhaikan hak-hak masyarakat termasuk hak politik perempuan di tingkat lokal. Terakhir adalah mewujudkan apa yang disebut dengan

local responsiviness, asumsinya adalah pemerintah daerah dianggap lebih banyak mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh rakyatnya.8

Kota Malang sebagai salah satu daerah otomom yang melaksanakan pemilihan umum legislatif juga sudah menentukan wakil mereka di parlemen DPRD kota Malang. Berdasarkan pemilihan umum anggota legislatif pada 9 juli 2014 lalu tercatat ada 45 anggota legislatif yang terpilih, 6 diantaranya adalah perempuan yang sudah masuk di setiap komisi dan alat kelengkapan dewan lainnya.9 Pada pemilu legislatif tahun 2009 jumlah anggota perempuan yang terpilih sebanyak 12 anggota. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa persentase keterwakilan anggota legislatif perempuan di kota Malang pada periode 2009 sebesar 26 persen, masih belum memenuhi sedikitnya 30 persen keterwakilan anggota legislatif perempuan. Padahal kota Malang yang terkenal sebagai kota pendidikan, kota pariwisata dan termasuk sebagai kota yang

8

Harry Triwanto. 2007. Profil Perempuan anggota DPRD provinsi Jawa Tengah ditinjau dari Perspektif Gender. Tesis. <http://www.eprints.undip.ac.id diakses pada 2 Oktober 2014>

9


(27)

8

sudah maju dan modern peradabannya saja belum mampu meningkatkan keterwakilan perempuan dalam ranah politik.

Dalam konteks ini anggota legislatif perempuan ketika sudah terjun dalam dunia politik maka dianggap sebagai penampung apresiasi semua masyarakat secara umum, artinya tidak hanya bertanggungjawab pada masalah perempuan saja tetapi masalah masyarakat secara keseluruhan. Dalam penelitian ini kesatuan atau hubungan anggota legislatif perempuan dengan keluarga menjadi relevan untuk dijadikan sebagai dasar dalam penelaahan kinerja mereka di dewan. Menurut Pudjiwati Sajogyo perempuan dalam sebuah keluarga atau rumah tangga mereka bisa dianggap sebagai anak gadis, istri, ibu, ibu rumah tangga, pencari nafkah tambahan, ataupun sebagai pencari nafkah pokok (Sajogyo. 1983. Hal 5). Dalam masyarakat Indonesia perempuan dikatakan hebat jika berhasil dalam rumah tangga, menjadi istri dan ibu yang baik bagi keluarga. Artinya pandangan ini menjadi tantangan bagi anggota perempuan untuk berkarir dalam politik.10

Dalam penelitian ini akan dibagi menjadi hambatan personal, hambatan kultural, dan hambatan struktural. Hambatan personal dilihat dari hambatan yang ada dalam anggota perempuan itu sendiri meliputi pendidikan dan pengalaman. Hambatan kultural dilihat dari budaya masyarakat Indonesia dan hambatan dalam rumah tangga, sedangkan hambatan struktural dilihat dari lingkungan anggota dewan. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Kinerja Anggota Legislatif Perempuan Dalam Menjalankan Proses Legislasi (Studi di DPRD Kota Malang Periode 2009-2014)”

10


(28)

9 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kinerja anggota legislatif Perempuan dalam menjalankan fungsi

legislasi di DPRD Kota Malang periode 2009-2014?

2. Bagaimana Hambatan-hambatan Personal Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kota Malang Periode 2009-2014 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan sejauh mana kinerja anggota legislatif Perempuan dalam menjalankan fungsi legislasi di DPRD kota Malang periode 2009-2014

2. Mendeskripsikan Hambatan-hambatan Personal Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kota Malang Periode 2009-2014

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan studi ilmiah untuk memperkaya konsep atau teori yang mampu menyokong perkembangan wawasan khususnya tentang Orientasi Kinerja Anggota Legislatif Perempuan Dalam Menjalankan Proses Legislasi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang.

b. Penelitian ini diharapakan bisa digunakan sebagai bahan studi pustaka di almamater peneliti khususnya program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.


(29)

10 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi dan saran dalam perbaikan sistem politik perempuan di Indonesia.

b. Bagi Masyarakat, memberikan informasi tentang kinerja Anggota Legislatif Perempuan Dalam Menjalankan Proses Legislasi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang.

E. Definisi Konseptual

1. Kinerja

Pengertian kinerja (Ilyas, 2001) didefinisikan sebagai penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu lembaga atau organisasi.Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Srimindarti 2006).11

Kinerja anggota legislatif dapat dilihat dari fungsi pokok mereka sebagai anggota dewan. Fungsi pokok DPRD sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 32 tahun 2004 pasal 41 disebutkan bahwa “DPRD memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan”. Kinerja DPRD dalam fungsi legislasi sebagaimana pasal 42 ayat (1) huruf a, secara institusional DPRD memiliki tugas dan wewenang untuk membentuk perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama. Di samping itu, berdasarkan pasal 44 ayat (1) huruf a, secara individual anggota DPRD juga mempunyai hak untuk mengajukan rancangan perda (raperda).

11


(30)

11

Memperhatikan ketentuan diatas dapat dikatakan bahwa kinerja anggota DPRD pada dasarnya dilihat dari fungsi membentuk perda (legislasi perda). Rumusan yang menempatkan fungsi legislasi disebut lebih dahulu dibanding dengan fungsi DPRD yang lainya tersebut dapat diinterpretasikan bahwa fungsi legislasi merupakan fungsi utama dari lembaga perwakilan daerah.

2. Anggota Legislatif Perempuan

Anggota legislatif atau anggota DPRD adalah wakil rakyat yang telah bersumpah atau berjanji sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dalam melaksanakan tugasnya sungguh memperhatikan kepentingan rakyat. Anggota Legislatif, terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum dengan masa keanggotaannya selama 5 (lima) tahun dan berakhir bersama-sama anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji.12

3. Fungsi Legislasi

Fungsi legislasi berkenaan dengan kewenangan untuk menentukan peraturan yang mengikat warga negara dengan norma-norma hukum yang mengikat dan membatasi. Dalam ilmu hukum proses pembuatan dan pembentukan hukum atau UU ini kemudian disebut sebagai istilah legislasi (law making).13 Menurut Jimly

12

Gunawan, Markus. 2008. Buku Pimtar Calon Anggota dan Anggota Legislatif (DPR, DPRD, & DPD). Jakarta: Transmedia Pustaka. Hal. 170

13

Dalam sirajuddin dkk hal.2. Dijelaskan bahwa legislasi berasal dari bahasa Inggris legislation yang mengandung makna dikotomis yaitu (1) proses pembentukan hukum (perundang-undangan), dan (2) produk hukum (perundang-undangan). M. Solly Lubis (1995) menyatakan bahwa “ yang dimaksud dengan perundang-undangan itu adalah proses pembuatan peraturan Negara. Dengan kata lain tata cara mulai dari perencanaan, pembahasan, pengesahan atau penetapan dan pada akhirnya

pengundangan peraturan yang bersangkutan”. Al. Andang L. Binawan (2005) menyatakan bahwa legislasi , seperti halnya banyak kata serapan “asi” menunjuk pada suatu proses untuk menghasilakn produk hukum (UU/Perda).


(31)

12

Asshidiqie, pelaksanaan fungsi legislasi oleh DPRD dalam pembentukan UU/peraturan/Perda menyangkut 4 bentuk kegiatan :

1. Prakarsa pembuatan (legislative initiation) 2. Pembahasan rancangan (law making process)

3. Persetujuan atas rancangan (law enactment approval)

4. Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan internasional dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat lainya (binding decision making on international agreement and treaties or other legal binding documents)

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakya daerah, unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. DPRD sebagai badan legislatif daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah daerah.14 DPRD adalah lembaga yang memiliki kedudukan yang sangar strategis dalam proses legislasi pada tingkat kabupaten/kota. DPRD adalah satu-satunya lembaga yang memiliki kewenangan penuh dalam penyusunan peraturan daerah (perda). Komposisi serta keanggotaan dari DPRD dipilih melalui sebuah pemilihan umum yang telah diambil sumpah serta dilantik dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden.

F. Definisi Operasional

1. Profil anggota legislatif Perempuan

a. Latar belakang anggota perempuan (pendidikan) b. Posisi anggota perempuan dalam DPRD

14


(32)

13 2. Kinerja Anggota Legislatif Perempuan

a. Kemampuan pembahasan (kemampuan dalam melakukan lobi, memberikan usul dan saran)


(33)

14 G. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir Sumber: Penulis Ketertarikan perempuan terhadap politik masih sangat rendah.

UU Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pasal 52 tentang kewajiban 30% keterwakilan perempuan dalam DCT

Jumlah anggota

perempuan yang ada di DPRD kota Malang belum mencapai 30%. Jumlah anggota perempuan pada periode 2009-2014 sebanyak 12, artinya hanya 26%. 1. Hambatan personal (kepercayaan diri) 2. Hambatan struktural (dominasi oleh anggota laki-laki) 3. Hambatan kultural Fungsi legislasi :

1. Prakarsa/inisiasi (legislative initiation)

2. Perancangan (law making process) 3. Persetujuanranca

ngan (law enactment approval) 4. pengesahan Kinerja anggota legislatif perempuan dalam menjalankkan proses legislasi


(34)

15 H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan serangkaian prosedur berupa cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam sebuah penelitian. Sehingga diharapakan penelitian bisa menjadi satu kesatuan yang utuh dan konsisten antara metode yang digunakan dengan teknik-teknik dalam pengumpulan data. Metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Flick (2002) dalam Imam Gunawan (2013:81) adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi kehidupan sehingga terungkap gambaran mengenai aktualisasi, realitas sosial, dan persepsi sasaran penelitian.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu : a. Data Primer

Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari sumber pertama (tidak melalui media perantara) yaitu dengan turun langsung mencari informasi kepada anggota legislatif perempuan yang ada DPRD Kota Malang.


(35)

16

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan studi kepustakaan, serta mengumpulkan beberapa keterangan yang berhubungan dengan objek penelitian, seperti referensi buku-buku, Jurnal-jurnal penelitian, perundang-undangan, surat kabar, artikel dan hasil penelitian yang berkaitan. Dalam penelitian data sekunder diperoleh dari penelitian dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan judul peneliti dan untuk mendukung hasil wawancara peneliti menggunakan risalah persidangan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Adapun teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan melalui panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap. Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan dengan melakukan pengamatan di kantor DPRD Kota Malang.

b. Wawancara atau interview yaitu teknik mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada subjek penelitian. Tujuan dari wawancara adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dengan meminta pihak yang diwawancara menjawab sesuai dengan pendapat dan ide subjek penelitian.

c. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data yang sudah jadi dan yang sudah diolah oleh orang lain untuk memperkuat data yang diperoleh. Dalam


(36)

17

penelitian ini dokumentasi yang ingin didapatkan adalah risalah persidangan yang sesuai dengan judul penelitian.15

4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2010:173) menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. sedangkan menurut Sugiyono (2010:80) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas da karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota legislatif di DPRD kota Malang pada masa bakti 2009-2014.

Penarikan atau pembuatan sampel dari populasi disebabkan untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Arikunto (2010:174) mengatakan bahwa “ sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Selanjutnya menurut Sugiyono (2010:81) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Dalam penelitian ini sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling. Arikunto (2010:83) menjelaskan bahwa “purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Begitu pula menurut Sugiyono (2010:85) sampling purposive adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Berdasarkan pengertian diatas maka sampel diambil dari anggota laki-laki dan anggota

15

Menurut Sugiyono (2005:83) dalam Imam Gunawan (2013:179) Teknik ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan dan menggunakan studi dokumentasi.


(37)

18

perempuan. dalam penelitian ini subyek penelitian adalah ibu Sulik Lestyawati anggota DPRD kota Malang periode 2009-2014 (sekarang menjabat anggota DPRD kota Malang periode 2014-2019) dan bapak Loch Mahfud (anggota DPRD kota Malang Periode 2009-2014). Ibu Sulik dianggap mampu memberikan informasi tentang bagaimana politisi perempuan di DPRD kota Malang karena menjabat sebanyak 2 periode, sedangkan bapak Loch Mahfud dianggap mampu memberikan informasi secara lebih terbuka.

5. Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di kantor DPRD Kota Malang Jl. Tugu No. 1A No. telp : 0341-325617

6. Analisis Data

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.16 Miles & Huberman (1992) mengemukakan ada tiga tahapan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data (Data reduction); (2) paparan data (data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion/verifying). Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan juga selama dan sesudah pengumpulan data. Tahapan analisis data menurut Miles & Huberman adalah sebagai berikut :

16

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 209


(38)

19

Gambar 1.komponen dalam analisis data model interaktif

(Miles & Huberman, 1992)

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya (Sugiyono, 2007:92). Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. Data yang telah direduksi maka selanjutnya adalah pemaparan data. Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles & Huberman, 1992:17). Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.

Datacollection

Data collection

Data reduction

Conclusions: drawing/verifying


(39)

20

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.17

17


(1)

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan serangkaian prosedur berupa cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam sebuah penelitian. Sehingga diharapakan penelitian bisa menjadi satu kesatuan yang utuh dan konsisten antara metode yang digunakan dengan teknik-teknik dalam pengumpulan data. Metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Flick (2002) dalam Imam Gunawan (2013:81) adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi kehidupan sehingga terungkap gambaran mengenai aktualisasi, realitas sosial, dan persepsi sasaran penelitian.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu : a. Data Primer

Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari sumber pertama (tidak melalui media perantara) yaitu dengan turun langsung mencari informasi kepada anggota legislatif perempuan yang ada DPRD Kota Malang.


(2)

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan studi kepustakaan, serta mengumpulkan beberapa keterangan yang berhubungan dengan objek penelitian, seperti referensi buku-buku, Jurnal-jurnal penelitian, perundang-undangan, surat kabar, artikel dan hasil penelitian yang berkaitan. Dalam penelitian data sekunder diperoleh dari penelitian dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan judul peneliti dan untuk mendukung hasil wawancara peneliti menggunakan risalah persidangan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Adapun teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan melalui panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap. Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan dengan melakukan pengamatan di kantor DPRD Kota Malang.

b. Wawancara atau interview yaitu teknik mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada subjek penelitian. Tujuan dari wawancara adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dengan meminta pihak yang diwawancara menjawab sesuai dengan pendapat dan ide subjek penelitian.

c. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data yang sudah jadi dan yang sudah diolah oleh orang lain untuk memperkuat data yang diperoleh. Dalam


(3)

penelitian ini dokumentasi yang ingin didapatkan adalah risalah persidangan yang sesuai dengan judul penelitian.15

4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2010:173) menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. sedangkan menurut Sugiyono (2010:80) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas da karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota legislatif di DPRD kota Malang pada masa bakti 2009-2014.

Penarikan atau pembuatan sampel dari populasi disebabkan untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Arikunto (2010:174) mengatakan bahwa “ sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Selanjutnya menurut Sugiyono (2010:81) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Dalam penelitian ini sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling. Arikunto (2010:83) menjelaskan bahwa “purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Begitu pula menurut Sugiyono (2010:85) sampling purposive adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Berdasarkan pengertian diatas maka sampel diambil dari anggota laki-laki dan anggota

15

Menurut Sugiyono (2005:83) dalam Imam Gunawan (2013:179) Teknik ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan dan menggunakan studi dokumentasi.


(4)

perempuan. dalam penelitian ini subyek penelitian adalah ibu Sulik Lestyawati anggota DPRD kota Malang periode 2009-2014 (sekarang menjabat anggota DPRD kota Malang periode 2014-2019) dan bapak Loch Mahfud (anggota DPRD kota Malang Periode 2009-2014). Ibu Sulik dianggap mampu memberikan informasi tentang bagaimana politisi perempuan di DPRD kota Malang karena menjabat sebanyak 2 periode, sedangkan bapak Loch Mahfud dianggap mampu memberikan informasi secara lebih terbuka.

5. Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di kantor DPRD Kota Malang Jl. Tugu No. 1A No. telp : 0341-325617

6. Analisis Data

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.16 Miles & Huberman (1992) mengemukakan ada tiga tahapan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data (Data reduction); (2) paparan data (data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion/verifying). Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan juga selama dan sesudah pengumpulan data. Tahapan analisis data menurut Miles & Huberman adalah sebagai berikut :

16

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 209


(5)

Gambar 1.komponen dalam analisis data model interaktif

(Miles & Huberman, 1992)

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya (Sugiyono, 2007:92). Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. Data yang telah direduksi maka selanjutnya adalah pemaparan data. Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles & Huberman, 1992:17). Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.

Datacollection

Data collection

Data reduction

Conclusions: drawing/verifying


(6)

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.17

17


Dokumen yang terkait

Kinerja Anggota Dewan Perempuan di Kota Medan dalam Menjalankan Fungsi Legislasi untuk Memperperjuangkan Kepentingan Perempuan Tahun 2009-2011

2 69 90

GENDER DALAM PEMBANGUNAN POLITIK LOKAL ( Studi Penelitian Kiprah Politik Perempuan Sebagai Anggota DPRD Kota Malang Periode 2009-2014)

1 18 42

STRATEGI PENCITRAAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM PEMENANGAN PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2009 (Studi Deskriptif terhadap Nurul Arba’ati, S.Pt sebagai Anggota Legislatif Kota Malang Periode 2009 ­2014)

0 3 3

KEDUDUKAN DAN PERAN ANGGOTA DEWAN PEREMPUAN DALAM FUNGSI LEGISLASI DI DPRD KABUPATEN CILACAP PERIODE 2009 2014

0 26 222

PERAN ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM MENJALANKAN FUNGSI DPRD KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2014-2019

0 4 9

PERAN ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM MENJALANKAN FUNGSI LEGISLATIF ANGGARAN DAN PENGAWASAN DI DPRD KABUPATEN BANTUL PERIODE 2009-2014

0 3 135

KINERJA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM MERESPON KEPENTINGAN PEREMPUAN (STUDI KASUS DI KAUKUS PEREMPUAN DPRD KOTA MEDAN).

7 30 25

BAB II PROFIL DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN DPRD KOTAMEDAN - Kinerja Anggota Dewan Perempuan di Kota Medan dalam Menjalankan Fungsi Legislasi untuk Memperperjuangkan Kepentingan Perempuan Tahun 2009-2011

0 0 23

Kinerja Anggota Dewan Perempuan di Kota Medan dalam Menjalankan Fungsi Legislasi untuk Memperperjuangkan Kepentingan Perempuan Tahun 2009-2011

0 0 8

KINERJA ANGGOTA DPRD KABUPATEN PANDEGLANG PERIODE 2009-2014 (PADA TAHUN 2012-2014) DALAM FUNGSI LEGISLASI

0 1 178