23
2. Perubahan Laju Pengeringan terhadap Waktu
Laju pengeringan merupakan  perubahan kadar air setiap satuan waktu  yang menunjukkan banyaknya  air  yang  diuapkan  setiap  satuan  waktu.  Seperti  halnya  kadar  air,  laju  pengeringan
juga  dihitung  dari  penurunan  massa  selama  pengeringan  berlangsung.  Pada  umumnya,  laju pengeringan  mengalami  penurunan  selama  pengeringan  berlangsung.  Akan  tetapi,  penurunan
laju pengeringan tersebut tidak stabil,  sehingga  masih terdapat kenaikan laju pengeringan pada beberapa waktu. Penurunan laju pengeringan cepat pada awal pengeringan kemudian melambat
hingga  konstan  di  akhir  pengeringan.  Kurva  laju  pengeringan  dapat  dilihat  pada  Gambar  10 hingga Gambar 12.
Gambar 10. Kurva laju pengeringan terhadap waktu pada suhu pengering 40°C
Gambar 11. Kurva laju pengeringan terhadap waktu pada suhu pengering 50°C Pada Gambar 10 hingga Gambar 12, dapat dilihat bahwa penurunan laju pengeringan tidak
stabil  terutama  pada  suhu  pengering  40
o
C.  Ketidakstabilan  penurunan  laju  pengeringan  ini banyak  terjadi  di  awal  pengeringan  dan  mulai  konstan  di  akhir  pengeringan.  Berdasarkan
Prabowo  2009,  Chrysanty  2009,  dan  Pratama  2007  ketidakstabilan  ini  tidak  dipengaruhi oleh alat pengering. Penggunaan alat pengering yang sama untuk mengeringkan komoditas yang
berbeda  tidak  menghasilkan  kurva  laju  pengeringan  yang  tidak  stabil.  Oleh  karena  itu, ketidakstabilan  ini  mungkin  diakibatkan  oleh  perbedaan  struktur  sel  komoditas  yang  berbeda.
1 2
200 400
600 800
1000 1200
1400
Laj u
p e
n g
e ri
n g
an b
k m
e n
it
waktu menit
Dehidrasi osmotik 42 Brix tanpa coating Tanpa dehidrasi osmotik
Dehidrasi osmotik 42 Brix dengan coating Dehidrasi osmotik 66 Brix dengan coating
Dehidrasi osmotik 66 Brix tanpa coating
1 2
3
200 400
600 800
1000 1200
Laj u
p e
n g
e ri
n g
an b
k m
e n
it
waktu menit
Dehidrasi osmotik 42 Brix tanpa coating Tanpa dehidrasi osmotik
Dehidrasi osmotik 42 Brix dengan coating Dehidrasi osmotik 66 Brix tanpa coating
Dehidrasi osmotik 66 Brix dengan coating
24
Termasuk  kemungkinan  adanya  kerusakan  sel  selama  pengeringan.  Sehingga  diperlukan penelitian  lebih  lanjut  mengenai  struktur  sel  potongan  mangga  selama  pengeringan  perlakuan
panas. Kurva laju pengeringan curam pada awal pengeringan kemudian menjadi landai di akhir pengeringan. Hal  ini  karena  di awal  pengeringan, kandungan air bebas pada potongan  mangga
cukup banyak sehingga air yang dapat diuapkan juga banyak. Sedangkan di akhir pengeringan, kandungan  air  bebas  tidak  sebanyak  di  awal  dan  kandungan  air  terikat  sulit  untuk  diuapkan.
Kurva  laju  pengeringan  pada  suhu  pengering  60
o
C  lebih  curam  dibandingkan  kurva  laju pengeringan  pada  suhu  pengering  50
o
C  dan  40
o
C.  Hal  ini  karena  semakin  tinggi  suhu pengeringan maka penguapan akan berlangsung lebih cepat.
Gambar 12. Kurva laju pengeringan terhadap waktu pada suhu pengering 60°C Pada potongan mangga segar, tanpa osmotik, kurva laju pengeringan lebih curam daripada
potongan  mangga  dengan  perlakuan  osmotik.  Hal  ini  karena  kadar  air  awal  potongan  mangga segar  lebih  tinggi  daripada  kadar  air  awal  potongan  mangga  dengan  osmotik.  Kurva  laju
pengeringan  potongan  mangga  osmotik  dengan  coating  maupun  tanpa  coating  tidak  berbeda signifikan. Begitu pula dengan  kurva laju pengeringan potongan mangga osmotik 66
o
Brix dan 42
o
Brix. Menurut Hall 1957, laju pengeringan suatu bahan yang dikeringkan ditentukan oleh sifat  bahan  tersebut  seperti  difusivitas,  kadar  air  awal,  serta  hubungannya  dengan  kadar  air
kesetimbangan pada kondisi pengeringan. Pada pengeringan potongan mangga dengan perlakuan dehidrasi osmotik, laju pengeringan juga dipengaruhi oleh suhu pengering dan kestabilan kondisi
lingkungan ruangan pengering.
3. Perubahan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air