3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mangga Mangifera indica, L.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Keluarga : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica L.
Menurut Sunarjono 2005, mangga merupakan tanaman pendatang dari India, Srilanka, dan Pakistan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Tanaman mangga hidup baik di dataran rendah hingga
ketinggian 300 m dpl. Suhu udara optimum 25 - 27
o
C. Tipe iklimnya kering, curah hujan 1000 - 2000 mm per tahun dengan 4 - 7 musim kering. Tanah yang dikehendaki adalah aluvial atau tanah lempung
berpasir. Tanaman mangga tumbuh baik pada tanah latosol. Tanaman tahan terhadap kekeringan. Mangga merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 30 m. Semua bagian tanaman bergetah
agak kental. Tanaman mangga lebih senang tumbuh di lingkungan terbuka. Sedangkan menurut Pracaya 1998, tanaman mangga pohonnya tegak, bercabang, dan warnanya selalu hijau, tingginya
dapat mencapai 10-40 m, tajuknya berbentuk kubah, bulat panjang oval atau memanjang, serta umurnya dapai mencapai 100 tahun atau lebih. Di Indonesia, tanaman mangga dapat dijumpai tumbuh
dan berproduksi di semua provinsi Indonesia. Pulau Jawa , khususnya Jawa Timur, merupakan daerah yang paling banyak membudidayakan tanaman mangga dengan pangsa produksi hampir 50 dari
total produksi nasional pada tahun 2006.
Bagian dalam tanaman mangga yang paling banyak dimanfaatkan adalah buahnya. Rukmana 2008 menyatakan bahwa dalam 100 gram buah mangga segar terdapat 44.00 kalori, 0.70 g protein,
0.02 g lemak, 11.20 mg karbohidrat, 13.00 mg kalsium, 10.00 mg fosfor, 0.20 mg zat besi, 16.400 SI vitamin A, 0.08 mg vitamin C, 87.40 g air, dan 65 bagian yang dapat dimakan. Selain itu, buah
mangga matang berkhasiat untuk mengobati xeropthalmia, membersihkan darah, mencegah kanker usus, menurunkan panas, dan menghilangkan bau badan. Sifat fisika dan kimia beberapa varietas buah
mangga dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat fisika dan kimia daging buah beberapa varietas mangga
Sifat Fisika dan Kimia Varietas Mangga
Arumanis Cengkir
Gadung Gedong
Padatan terlarut total
o
Brix 14.8-16.6
13.0-15.0 20.8-21.2
16.0-17.8 Asam total
0.22-0.56 0.26-0.88
0.18-0.47 0.12-17.8
Vitamin C mg100g 22.0-46.9
37.8-58.2 20.0-21.5
36.2-96.2 Kadar air
± 81.1 ± 84.3
± 80.34 ± 82.9
Bobot utuh g ± 376.2
± 320.1 ± 411.1
± 232.4 Bagian yang dapat dimakan
± 66.0 ± 65.8
± 66.0 ± 59.0
Warna daging buah kuning
kekuningan Kuning
Jingga Sumber : Broto 2003
4
Salah satu varietas mangga di Indonesia adalah mangga arumanis. Menurut Pracaya 2007, nama arumanis digunakan karena rasanya manis dan harum baunya. Pohon mangga arumanis tidak
begitu besar, tinggi lebih kurang sembilan meter, mahkota pohon seperti kerucut terpotong dan garis tengahnya lebih kurang tiga belas meter dengan daun yang lebat. Daun berbentuk lonjong dengan
ujung runcing. Panjang daun bisa mencapai sekitar 45 cm. Tanaman berbunga bulan Juli
– Agustus dan panen bulan September-November. Buah yang telah tua berkulit hijau tua tertutup lapisan lilin
sehingga warnanya seperti hijau kelabu. Buah yang sudah masak pangkalnya hijau kekuningan. Ketebalan kulit sedang. Pada permukaan kulit terdapat bintik-bintik kelenjar berwarna putih
kehijauan. Bobot rata-rata bisa mencapai 450 gram per buah. Bentuk buah bulat panjang, rata-rata sekitar 15 cm panjangnya. Pada ujung buah terdapat paruh dan sinus lekukan yang jelas terlihat.
Daging buah tebal, lunak, berwarna kuning, dan tidak berserat serat sedikit. Aroma harum dan tidak begitu berair. Rasanya manis, tetapi bagian ujung kadang-kadang terasa asam. Pelok pipih dan
berserat pendek dengan panjang pelok sekitar 13 cm. Buah mangga arumanis dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Buah mangga varietas arumanis Broto 2003 menyatakan bahwa kegiatan pascapanen mangga adalah kegiatan penanganan buah
mangga di bangsal penanganan. Pada umumnya, kegiatan pascapanen diawali dengan penerimaan hasil panen dari kebun, trimming pemangkasan bagian tanaman, misalnya daun atau tangkai yang
terlalu panjang, pemilihan, pemilahan, pengukuran, perlakuan khusus pemberian lilin, penyemprotan pestisida, pengemasan, dan pengangkutan. Penundaan antara pemanenan dan pendinginan atau
pengolahan dapat mengakibatkan kehilangan secara langsung susut bobot dan busuk dan tidak langsung menurunkan mutu cita rasa dan gizi.
B. Teori Pengeringan
Menurut Hall 1957, dehidrasi atau pengeringan mengacu pada penurunan kadar air sehingga menimbulkan lingkungan yang kurang menguntungkan untuk jamur, dan bakteri yang secara normal
dapat merusak. Dehidrasi merupakan pengurangan kadar air dari suatu bahan hingga hampir kering. Pada pertanian, pengeringan mengacu ada pengurangan kadar air hingga kandungan air bahan
seimbang dengan udara di sekitarnya, biasanya kadar air 12-14 b.b.
5
Adanya pengeringan pada hasil pertanian sangat penting untuk dilakukan. Berikut beberapa poin pentingnya pengeringan :
Memungkinkan untuk panen lebih cepat Memungkinkan adanya perencanaan musim panen
Memungkinkan penyimpanan dalam jangka waktu lama Memungkinkan petani untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar beberapa bulan setelah
panen Memungkinkan pemeliharaan kelangsungan hidup benih
Memungkinkan petani untuk menjual produk dengan kualitas yang lebih baik Memungkinkan penggunaan produk sisa
Hall 1957 dan Henderson et al. 1997 Menurut Muchtadi 2008, pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan cara menyerapkannya menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air dikurangi hingga batas tertentu dimana mikroba tidak dapat
tumbuh lagi pada bahan tersebut. Keuntungan-keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume bahan menjadi kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan. Berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan pengangkutan, dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi lebih murah. Disamping
keuntungan-keuntungannya, pengeringan mempunyai beberapa kerugian, yaitu karena sifat asal bahan yang dikeringkan berubah misalnya bentuk dan penampakannya, sifat fisik dan kimia, penurunan
mutu, dan lain-lain.
Menurut Hall 1957, perpindahan air atau uap air pada produk pertanian yang disimpan diakibatkan oleh perubahan suhu. Produk dengan kadar air tinggi tidak akan bertahan dalam jangka
waktu yang lama selama penyimpanan. Kadar air merupakan indeks kemungkinan untuk mempertahankan kualitas suatu produk. Metode untuk menentukan kadar air terbagai menjadi dua
klasifikasi, secara langsung dan tidak langsung. Salah satu metode secara langsung adalah metode oven. Kadar air ditentukan dengan basis pengurangan air. Sampel yang digunakan seharusnya tetap
berada dalam oven sampai pengurahan bobot berhenti. Pada kenyataannya, tidak mungkin mengeluarkan semua air yang terdapat pada produk tanpa merusak produk.
Gambar 2. . Kurva penurunan kadar air terhadap waktu Hall 1957 A
B
C D
E K
ad ar
A ir
Waktu
6
Laju pengeringan suatu bahan yang dikeringkan ditentukan oleh sifat bahan tersebut seperti difusivitas, kadar air awal, serta hubungannya dengan kadar air kesetimbangan pada kondisi
pengeringan. Laju pengeringan digambarkan dalam kurva pengeringan yang merupakan hubungan kadar air terhadap waktu Gambar 2 atau laju pengeringan terhadap kadar air Gambar 3. Pada
proses pengeringan terdapat dua laju pengeringan, yaitu laju pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun. Pada kurva pengeringan terdapat beberapa periode pengeringan, yaitu :
A-B periode pemanasan atau pendinginan
B-C periode laju pengeringan tetap
C kadar air kritis
C-D periode laju penurunan pertama
D-E periode laju penurunan kedua
Gambar 3. Kurva karakteristik pengeringan Hall, 1957 Hall 1957 menyatakan bahwa kadar air keseimbangan digunakan untuk menentukan apakah
kadar air produk bertambah atau berkurang pada suhu dan kelembaban relatif RH yang telah diatur. Suatu produk berada dalam keseimbangan dengan lingkungannya apabila laju penurunan kadar air
dari produk ke udara sekitar sama dengan laju penambahan kadar air dari udara sekitar ke produk. Hal ini disebut dengan kadar air keseimbangan atau keseimbangan higroskopik. Kelembaban relatif pada
udara sekitar diketahui sebagai RH keseimbangan pada suhu tertentu. Secara termodinamika, keseimbangan dicapai ketika perubahan energi bebas untuk suatu bahan adalah nol.
Menrut Henderson et al.1997, kadar air keseimbangan merupakan suatu fungsi dari suhu, RH, sifat-sifat fisik bahan, dan kadar air awal bahan. Persamaan yang paling banyak dikenal dan
digunakan secara luas untuk menentukan kadar air keseimbangan dari bahan biologis adalah persamaan empiris yang dikembangkan oleh Henderson, dinyatakan dalam persamaan 1 sebagai
berikut :
…………………………………………………………………………. 1
7
Gambar 4. Kurva kadar air keseimbangan Hall 1957 Pada kurva kadar air keseimbangan Gambar 4, dapat dilihat bahwa :
a Kadar air keseimbangan memiliki nilai nol ketika nilai kelembaban relatif juga nol
b RH keseimbangan mendekati nilai 100 sehingga nilai kadar air mendekati ketidakterbatasan
c Kemiringan kurva mendekati ketidakterbatasan sehingga nilai kadar air mendekati
ketidakterbatasan dan meningkat dengan cepat sehingga kadar air mendekati nol. Hall, 1957
Menurut Hall 1957, terdapat dua metode umum yang dapat digunakan untuk menentukan kadar air keseimbangan yaitu metode statis dan metode dinamis. Pada metode statis, udara yang berada di
sekitar produk menjadi seimbang dengan produk tanpa agitasi mekanis dari udara ke produk. Ketika menggunakan metode statis, larutan garam jenuh atau larutan asam mungkin untuk digunakan untuk
mempertahankan RH yang diinginkan pada suhu penyimpanan. Metode ini membutuhkan waktu yang lama hingga produk mrncapai keseimbangan, jamur cenderung untuk berkembang pada kebanyakan
hasil pertanian dengan RH diatas 80 . Pada metode dinamis, udara di sekitar produk atau produk secara mekanis berpindah. Udara menguap selama absorpsi mengandung larutan asam atau garam
jenuh yang mengatur kelembaban dan kemudian mengelilingi produk. Sistem pengkondisian udara juga dapat digunakan untuk menciptakan kondisi yang sesuai.
Konstanta pengeringan merupakan karakteristik bahan dalam mempertahankan air yang terkandung di dalamnya terhadap pengaruh udara panas. Konstanta pengeringan dinyatakan sebagai
persatuan waktu lmenit atau ljam. Semakin tinggi nilai konstanta pengeringan, semakin cepat suatu bahan membebaskan airnya. Konstanta pengeringan k merupakan fungsi dari difusifitas dan
geometri bahan dan merupakan penyederhanaan dalam memecahkan persamaan difusi. Konstanta pengeringan mempengaruhi nilai rasio kadar air. Corzo et al. 2008 menyatakan bahwa rasio kadar
air selama pengeringan dapat dihitung dengan persamaan 2. Sedangkan hubungan antara kadar air terhadap waktu pengeringan umumnya dinyatakan dalam model pengeringan lapisan tipis. Beberapa
model tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
...................................................................................................................................... 2
8
Tabel 2. Model persaman matematis pengeringan lapisan tipis Hamdami et al, 2006.
No Model
Persamaan 1
Lewis model MR
= exp −kt
2 Henderson and Pabis
MR = a × exp
−kt 3
Pages model MR
= exp −kt
n
4 Modified page
MR = exp
[− kt
n
] 5
Logarithmic MR
= a × exp −kt + c
6 Two-term model
MR = a ×exp
−k 1t + b×expk2t 7
Wang and Singh model MR
=1 + a × t + b × t
2
8 Midilli and Kucuk
MR = a × exp
−kt
n
+ bt 9
Approximation of diffusion MR
= a× exp −kt + 1− a× exp−kbt
C. Dehidrasi osmotik
Dehidrasi osmotik didefinisikan sebagai perpindahan air secara parsial pada suatu makanan dengan membenamkan atau merendam makanan tersebut dalam suatu larutan hipertonik seperti
sukrosa, glukosa, fruktosa, gliserol, manitol, dan lain-lain. Dalam proses stabilisasi konvensional, dehidrasi osmotik memiliki beberapa keuntungan, yaitu meningkatkan kualitas produk makanan yang
diawetkan, memberikan kisaran kadar air dan zat terlarut bahan yang diinginkan untuk pengolahan selanjutnya, meminimisasi stress karena panas dan mengurangi input energi pada pengeringan
konvensional. Chottanom et al. 2005
Dehidrasi osmotik melibatkan dua arus aliran berlawanan, aliran air keluar dari jaringan tumbuhan ke medium osmosis dan aliran zat terlarut dari medium osmosis ke dalam jaringan
tumbuhan. Laju pengurangan air dari jaringan tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, komposisi dan konsentrasi medium osmosis, fase persinggungan, siat-sifat produk, perlakuan
terhadap produk, ukuran dan geometri bahan, tingkat agitasi, dan waktu. Khan et al. 2008. Pada proses osmosis, aliran air melintas dinding sel untuk selanjutnya dianggap sebagai membran
semipermeabel ditentukan oleh beda tekanan sistem dan beda konsentrasi solute yang dinyatakan sebagai beda tekanan osmosis. Bila tidak ada beda tekanan hidrostatik, aliran air melintas membran
sepenuhnya tergantung pada tekanan osmotiknya Wirawan 2006. Aliran-aliran tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Mekanisme sederhana perpindahan massa dalam dehidrasi osmosi : distribusi sukrosa dan aliran perpindahan yang terjadi antarmuka Chottanom et al. 2005
9
Parameter karakteristik untuk perlakuan osmosis adalah water loss WL, solute gain SG, dan weight loss
G, dinyatakan dalam persamaan 3 sampai 5 sebagai berikut Behsnilian dan Spiess 2006 :
………………………………………………………………………............ 3 …………………..………………………………………………………............. 4
…………………..……………………………………………………................. 5 Menurut Lazarides 2001, pengambilan zat terlarut selama dehidrasi osmotik mengubah
komposisi dan rasa produk akhir, hal ini disebut pemanisan atau penggaraman. Terkadang, proses ini diharapkan terjadi karena cenderung meningkatkan rasa dan penerimaan produk akhir. Akan tetapi,
pada banyak kasus, pengambilan zat terlarut tidak diinginkan karena memiliki dampak negatif terhadap rasa dan profil nutrisi produk, sehingga produk tidak lagi dapat dikatakan natural.
Penelitian mengenai pengeringan mangga yang telah diberi perlakuan dehidrasi osmotik sudah pernah dilakukan. Chottanom et al. 2007 menyatakan bahwa model yang paling baik untuk
menentukan konstanta pengeringan adalah model Henderson dan Perry. Konstanta pengeringan mangga segar lebih besar daripada konstanta mangga yang telah diosmosis sebelumnya. Mangga yang
telah diosmosis memiliki penurunan laju pengeringan mungkin diakibatkan oleh adanya penambahan zat terlarut yang meningkatkan resistansi internal pada perpindahan air.
D. Pengeringan Lapisan Tipis
Menurut Hall 1957 dan Henderson et al. 1997, pengeringan lapisan tipis mengacu pada pengeringan yang mengarah pada perpindahan air pada produk secara keseluruhan. Berbeda dengan
pengeringan lapisan tebal yang menurut Henderson dan Perry 1997 adalah pengeringan yang di dalam prosesnya terdapat gradien kadar air pada lapisan pengeringan untuk setiap waktu. Menurut
Henderson et al. 1997, proses pengeringan lapisan tipis terbagi menjadi dua periode, yaitu periode laju pengeringan konstan dan periode laju pengeringan menurun. Pada periode laju pengeringan
konstan, kandungan air di dalam bahan terlalu banyak. Cairan yang ada pada permukaan akan kering secara sebanding dengan permukaan air secara terbuka. Sedangkan laju pengeringan menurun terbatas
pada kadar air keseimbangan pada kurva kadar air keseimbangan antara nol dan RH yang mendekati 100.
Menurut Hall 1957, persamaan yang merepresentasikan perpindahan air selama periode laju pengeringan menurun didasari oleh persamaan Newton. Persamaan Newton mengacu pada pemanasan
atau pendinginan suatu bahan padat dan dinyatakan sebagai berikut : laju perubahan suhu pada sekeliling tubuh dengan medium suhu konstan proporsional dengan perubahan suhu antara tubuh dan
medium di sekitarnya ketika perubahan suhu rendah. Hal ini dinyatakan dalam persamaan 6 sebagai berikut :
………………………………………………………………………….............. 6 Dimana k merupakan konstanta pemanasan atau pendinginan, t merupakan
suhu pada waktu θ, dan t
e
merupakan suhu luar.
10
Pengeringan mangga dengan menggunakan metode pengeringan lapisan tipis telah diteliti sebelumnya oleh Corzo et al.2008. Mangga yang digunakan merupakan mangga hijau dan mangga
setengah matang. Kadar air awal mangga hijau dan mangga setengah matang adalah 6.973±0.112 dan 6.015±0.231 kg airkg padatan. Kadar air keseimbangan sampel kering yang telah dihitung
berdasarkan pengurangan massa bahan berkisar antara 0.105 ±0.008 hingga 0.325 ± 0.018 kg airkg padatan. Kecepatan udara secara signifikan mempengaruhi rasio kadar air dari potongan mangga
tetapi tidak setingggi pengaruh suhu udara pengering.
E. Pengolahan Citra Digital
Menurut Maulidiah 2010, citra adalah representasi atau tiruan dari suatu benda atau objek. Citra dibagi menjadi dua, yaitu citra analog dan citra digital. Citra analog adalah citra yang dihasilkan
sinyal kontinyu, misalnya foto yang dicetak di kertas foto. Sedangkan citra digital adalah citra yang bisa diolah langsung oleh komputer dan tersimpan dalam media simpan digital misalnya memori dan
harddisk computer. Menurut Nurmadi 2010, format data citra digital berhubungan erat dengan warna. Pada kebanyakan kasus, terutama untuk keperluan penampilan secara visual, nilai data digital
merepresentasikan warna dari citra yang diolah. Format citra digital yang banyak dipakai adalah citra biner monokrom, citra skala keabuan gray scale, citra warna true color, dan citra warna
berindeks.
Citra adalah representasi dua dimensi untuk bentuk fisik nyata tiga dimensi. Pengolahan citra dilakukan dengan komputer digital maka citra yang akan diolah terlebih dahulu ditransformasikan ke
dalam bentuk besaran-besaran diskrit dari nilai tingkat keabuan pada titik-titik elemen citra. Bentuk citra ini disebut citra digital. Setiap citra digital memiliki beberapa karakteristik, antara lain ukuran
citra, resolusi dan format lainnya. Umumnya citra digital berbentuk persegi panjang yang memiliki lebar dan tinggi tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam banyaknya titik atau piksel picture
elemenpixel
Rodiansyah, 2010. Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan informasi
keluaran yang berbentuk citra Nurmadi, 2010. Menurut Ahmad 2005, karakteristik operasi dalam pengolahan citra dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu operasi tingkat titik point level, operasi tingkat lokal local level, operasi tingkat global global level, dan operasi tingkat obyek object level. Thresholding atau
binerisasi yaitu pengelompokkan piksel-piksel dalam citra berdasarkan batas nilai tertentu adalah salah satu contoh operasi tingkat titik. Pada operasi tingkat lokal, selain nilai piksel itu sendiri, nilai
piksel-piksel tetangganya juga turut mempengaruhi hasil operasi, karena turut diperhitungkan. Pada operasi tingkat global, seluruh bagian citra diperhitungkan sehingga hasilnya akan tergantung pada
keadaan citra secara keseluruhan. Akan tetapi kebanyakan aplikasi sistem visual atau pengolahan citra memerlukan sifat-sifat yang harus dihitung dari suatu obyek. Sifat-sifat tersebut misalnya ukuran,
bentuk, intensitas rata-rata, dan karakteristik lainnya yang harus dihitung untuk mengenali obyek yang harus dianalisis. Ini disebut operasi tingkat obyek.
F. Evaluasi Sensori
Analisis atau evaluasi sensori didefinisikan sebagai suatu disiplin keilmuan yang digunakan untuk mengukur, menganalisis, karakteristik suatu bahan pangan dan material lain serta
menginterpretasikan reaksi yang diterima oleh panca indera manusia penglihatan, pencicipan, penciuman, perabaan dan pendengaran. Hanya data sensori yang merupakan model paling baik dalam
memprediksi seberapa jauh konsumen menyukainya dan menggunakan produk pangan dalam kondisi
11
yang sebenarnya. Evaluasi sensori digunakan untuk melihat adanya perbedaan, melakukan karakterisasi dan mengukur atribut sensori dari produk atau untuk melihat faktor atribut sensori yang
mempengaruhi penerimaan konsumen. Atribut sensori pada produk pangan pada umumnya terdiri dari kenampakan, bauodoraroma, konsistensi dan tekstur, serta flavor aroma, rasa, chemical feeling.
Adawiyah dan Waysima, 2009
Secara garis besar, metode uji sensori diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu uji pembedaan difference test, uji deskriptif descriptive test dan uji afektif acceptance and preference
test . Sifat dan karakteristik panelis uji dari ketiga metode uji sensori tersebut dapat dilihat pada Tabel
3. Panelisasesor dalam uji sensoriorganoleptik merupakan faktor yang vital karena mereka berfungsi sebagai instrumen penguji yang menentukan dihasilkannya data yang diinginkan. Persyaratan jumlah
panelis mengacu pada ASTM American Standard Testing Material berdasarkan pada jenis metode uji yang digunakan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3.
Sifat dan karakteristik panelis pada metode uji sensori Kelas
Pertanyaan Tipe uji
Karakteristik panelis Pembedaan Apakah produk berbeda ?
Analitis Skrining ketepatan dan kepekaan sensori,
orientasi terhadap metode uji, kadang perlu latihan
Deskriptif Apa
dan bagaimana
perbedaan karakteristik
sensori spesifik dari produk ?
Analitis Skrining ketepatan dan kepekaan serta
motivasi. dlatihdetraining
Afektif Apakah produk disukai atau
produk mana yang lebih disukai ?
Hedonik Skrining berdasarkan penggunaan produk, tidak dilatih
Sumber : Adawiyah dan Waysima, 2010 Tabel 4.
Persyaratan jumlah minimum panelis untuk masing-masing metode uji organoleptik menurut ASTM
Tipe Uji Assesors
Selected Assesors
Uji Pembedaan 1.
Uji pasangan pair test 2.
Uji segitiga 3.
Uji Two-out-of-five 4.
Duo trio 30
24 -
32 20
18 12
20
Uji Ranking 30
5 Uji Rating
20 8
Uji Deskripsi -
8 Uji Penerimaan Acceptance test
1. Two sample preference test
2. Multi sample preference
3. Hedonic rating
4. Magnitude estimation
50 50
70 70
- -
- -
Sumber : Adawiyah dan Waysima, 2009
12
III. METODE PENELITIAN