Wawan, A., Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.

44. UNDP. 2004., Memerangi HIVAIDS, Malaria, Dan Penyakit Menular Lainnya

.http:www.undp.or.idpubsimdg2004biindonesiamdg_bi_goal6 .pdf tujuan 6. Diakses Pada 13 November 2014 45. Desilianty, S., 2011. Skripsi Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Mengenai HIVAIDS Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan DokterUniversitasTanjungpura. http:download.portalgaruda.orgarticle .php?article=80676val=4892title. Diakses Pada 13 November 2014 46. Lastianti, S.,2013. Skripsi Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIVAIDS Dengan Tindakan Pencegahan HIVAIDS Pada Siswa SMK Negeri 3 Tahuna. http:fkm.unsrat.ac.idwp- contentuploads201308lastianti-Evilin-Singale-080112037.pdf. Diakses Pada 13 November 2014 47. Nurul, P,R., 2012. Skripsi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan HIVAIDS Oleh Pelajar Sma N8 Padang Tahun 2012. http:www.google.co.idurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=9 ved=0CFkQFjAIurl=http3A2F2Fojs.unud.ac.id2Findex.php 2Fjch2Farticle2Fdownload2F76542F5745ei=2qJ2VJDXO8apu QT0yYDoCgusg=AFQjCNFiQKKFpGy5BaaCui5iH14j7MCszwbvm =bv.80642063,d.c2E. Diakses Pada 13 November 2014. 48. Ben, E,Wodi. 2005., HIVAIDS Knowledge, Attitudes And Opinions Among Adolescents In The River States Of Nigeria . The International Electronic Journal of Health Education 2005; 8:86-94. http:js.sagamorepub.comgjheparticleview40523531. Diakses Pada 13 November 2014.

49. Wawan, A., Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.

Yogyakarta : Nuha Medika 50. Palestin, B., Ermawan, B. 2006. Penerapan Komunikasi Terapeutik untuk Mengoreksi Perilaku Klien Rawat Jalan dengan Diabetes Mellitus . Yogyakarta: Poltekes Depkes Yogyakarta. www.poltekkesjogja.ac.id. Diakses Pada 15 November 2014. 51. Yosefina, L., 2005. Skripsi Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Sumber Informasi Tentang Menstruasi Dengan Praktik Higiene Menstruasi Pada Remaja Putri Studi Pada Siswi Kelas II SLTPN 12 Semarang. http:eprints.undip.ac.id483712614.pdf. Diakses Pada 15 November 2014. Universitas Sumatera Utara 52. Kristawansari, 2012., Skripsi Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Sopir Truk Tentang HIVAIDS Dengan Perilaku Pencegahan HIVAIDS Studi Kasus Di Area Pangkalan Truk Alas Roban Kabupaten Batang Tahun 2012. http:juornal.unnes.ac.id. Diakses Pada 15 November 2014. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat kuantitatif dengan desain penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk melihat hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Al-Azhar Medan. Lokasi ini dipilih karena : 1. Lokasi ini belum pernah dilakukan tentang hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS, 2. Jumlah populasi memadai untuk dilakukan penelitian, 3. Pada saat survei awal, masih terdapat sebagian siswa yang tidak mengetahui tentang HIVAIDS.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan Januari 2015. Universitas Sumatera Utara

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti. Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh siswasiswi kelas XI SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014 sebanyak 176 siswasiswi.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswasiswi Kelas XI SMA Al-Azhar Medan. Besar sampel adalah 100 siswasiswi Kelas XI SMA Al-Azhar Medan. Pengambilan sampel pada penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria sebagai berikut : a. Kriteria inklusi merupakan kriteria umum subjek penelitian pada populasi target yang akan diteliti. Kriteris inklusi : - Remaja usia 15-17 Tahun - Siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan - Bersedia untuk menjadi responden Alasan pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. Pihak sekolah dimana akan memilih kelas yang dapat dijadikan sampel dikarenakan ada kelas-kelas tertentu yang jam belajar tidak dapat diganggu. Universitas Sumatera Utara

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Diperoleh dengan menggunakan kuisioner serta memberikan penjelasan dan cara pengisian kuesioner tersebut sebelumnya. Kuesioner diambil dari Riskesdas 2010 dan diambil dari peneliti yang berhubungan dengan sumber informasi, sikap dan tindakan pencegahan siswasiswi terhadap HIVAIDS yang telah di uji realibilitas dan validitas sebelumnya oleh peneliti tersebut. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder terdiri dari data kesiswaan berupa : nama, kelas, dan jumlah siswa tiap kelas yang diperoleh dari dokumen sekolah.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah : kuesioner, yang berisi data identitas siswa dan pertanyaan tentang sumber informasi, pengetahuan tentang HIVAIDS, sikap dan tindakan pencegahan terhadap HIVAIDS.

3.6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan computer yaitu program SPSS Statistical Package for Social Sciences melalui tahapan editing, coding, dan entry data. Jenis analisis data yang dilakukan adalah :

3.6.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti. Universitas Sumatera Utara

3.6.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas sumber informasi : media massa dan media elektronik dan variabel terikat pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan tentang HIVAIDS. Untuk mengetahui kemaknaan dilakukan uji chi- square dengan tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 dan mengitung ratio prevalence. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik.

3.7. Definisi Operasional

3.7.1. Sumber informasi adalah kualitas sumber informasi yang diterima siswasiswi

dari media cetak dan media elektronik. Penilaian terhadap sumber informasi yang didapatkan siswasiswi terhadap penyakit HIVAIDS dilakukan dengan mengajukan 10 pertanyaan kepada responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban “YA” dan “TIDAK” diberi skoring 0, dengan total skor sebanyak 10 dari 10 pertanyaan tersebut.

3.7.2. Pengetahuan adalah segala pengetahuan siswasiswi tentang HIVAIDS

mengenai defenisi HIVAIDS, penularan HIVAIDS, gejala HIVAIDS ,pelayanan terhadap ODHA, diagnosis terhadap terinfeksi HIVAIDS dan pencegahan HIVAIDS. Pada penilaian terhadap pengetahuan siswasiswi terhadap penyakit HIVAIDS dengan mengajukan 12 pertanyaan kepada responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, tidak menjawab maupun tidak tahu dengan total skor sebanyak 12 dari 12 pertanyaan tersebut. Universitas Sumatera Utara a. Pada pertanyaan tentang cara penularan : - Skor 1 jika menjawab ≥ 2 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 2 pertanyaan yang benar b. Pada pertanyaan yang berisiko tinggi tertular HIVAIDS : - Skor 1 jika menjawab ≥ 1 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 1 pertanyaan yang benar c. Pada pertanyaan tentang cara pencegahan : - Skor 1 jika menjawab ≥ 2 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 2 pertanyaan yang benar d. Pada pertanyaan memperoleh pelayanan tes HIVAIDS : - Skor 1 jika menjawab ≥ 3 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 3 pertanyaan yang benar e. Pada pertanyaan tentang virus HIV : - Skor 1 jika menjawab ≥ 2 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 2 pertanyaan yang benar f. Pada pertanyaan tentang tanda dan gejala dini penderita HIVAIDS - Skor 1 jika menjawab ≥ 4 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 4 pertanyaan yang benar

3.7.3. Sikap terhadap HIVAIDS adalah respon atau keyakinan siswasiswi terhadap

penyakit HIVAIDS. Penilaian terhadap sikap siswasiswi terhadap penyakit HIVAIDS dilakukan dengan mengajukan 10 pertanyaan kepada responden. − Untuk pernyataan negatif diberi skor 1 untuk jawaban setuju dan skor 0 untuk jawaban tidak setuju. Universitas Sumatera Utara − Untuk pernyataan positif diberi skor 1 untuk jawaban tidak setuju dan skor 0 untuk jawaban setuju.

3.7.4. Tindakan adalah perwujudan yang nyata dari sikap siswasiswi dengan upaya

pencegahan HIVAIDS. Penilaian terhadap tindakan pencegahan siswasiswi terhadap penyakit HIVAIDS dilakukan dengan mengajukan 4 pertanyaan kepada responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban “YA” dan “TIDAK” diberi skoring 0, dengan total skor sebanyak 4 dari 4 pertanyaan tersebut.

3.8. Aspek Pengukuran

Variabel Bebas Kategori Indikator Skala pengukuran Alat ukur Sumber informasi a. Baik, jika menjawab dengan benar ≥ median 10 pertanyaan Ordinal Kuesioner b. Kurang jika menjawab dengan benar median Variabel Terikat Kategori Indikator Skala pengukuran Alat ukur Pengetahuan a. Baik, jika menjawab dengan benar ≥ median 12 pertanyaan Ordinal Kuesioner b. Kurang jika menjawab dengan benar median Sikap a. Baik, jika menjawab dengan benar ≥ median 10 pertanyaan Ordinal Kuesioner b. Kurang jika menjawab dengan benar median Tindakan a. Baik, jika menjawab dengan benar ≥ median b. Kurang jika menjawab dengan benar median 4 pertanyaan Ordinal Kuesioner Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswasiswa SMA Reguler Al-Azhar Medan. Perguruan Al-Azhar didirikan sebagai salah satu upaya Yayasan Hajjah Rachmah Nasution dalam mewujudkan visi dan misinya dalam bidang sosial, pendidikan dan keagamaan. Sekolah SMA Reguler Al-Azhar Medan terletak di Jl. Pintu Air IV No. 214 Kwala Bekala Padang Bulan Kec. Simalingkar-B Medan 20142. Sekolah SMA Reguler Al-Azhar Medan ini berdiri pada 16 Juli 1983. Sekolah ini memiliki beberapa fasilitas yang mendukung kegiatan belajar mengajar antara lain; ruang laboratorium komputer, perpustakaan, laboratorium IPA, ruang kesenian, lapangan olahraga, serta ruang kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Selain itu terdapat juga ruang Unit Kesehatan Sekolah UKS. Ekstrakurikuler yang ada di SMA Reguler Al-Azhar Medan yaitu sepak bola, futsal, seni tari, seni baca Al-Quran, basket, kaligrafi, renang, band, fotographer, les vocal, Sains, taekwondo, biola, paskibra, dan pramuka.

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel sumber informasi media cetak, sumber informasi media elektronik, tingakat kategori sumber informasi, tingkat pengetahuan, tingkat kategori sikap, dan tingkat kategori tindakan pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS. Universitas Sumatera Utara

4.2.1. Sumber Informasi Media Cetak

Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi media cetak. Pada tabel dapat dilihat jawaban dari setiap pertanyaan mengenai sumber informasi media cetak tentang HIVAIDS yang ditanyakan kepada responden. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi Dari Media Cetak Yang Di Dapatkan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Sumber Informasi Media Cetak f 1.Apakah pernah membaca tentang HIVAIDS dari media cetak ? Ya 89 89 Tidak 11 11 2.Apakah pernah membaca kejadiankasus HIVAIDS dari media cetak? Ya 87 87 Tidak 13 13 3. Apakah pernah membaca tentang cara penularan virus HIVAIDS dari media cetak ? Ya 78 78 Tidak 22 22 4.Apakah pernah membaca perilaku beresiko seperti ciuman, melakukan hubungan seksual, melakukan rangsangan seksual pada lawan jenis bisa menyebabkan terkena HIVAIDS ? Ya 77 77 Tidak 23 23 5. Apakah pernah membaca bahaya virus HIVAIDS terhadap kesehatan dari media cetak ? Ya 86 86 Tidak 14 14 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dilihat paling banyak mendapatkan informasi tentang HIVAIDS dengan cara pernah membaca tentang HIVAIDS dari media cetak sebanyak 89 orang 89 dan paling banyak yang tidak pernah membaca tentang perilaku berisiko terkena HIVAIDS dari media cetak sebanyak 23 orang 23.

4.2.2. Sumber Informasi Media Elektronik

Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi media elektronik. Pada tabel dapat dilihat jawaban dari setiap pertanyaan mengenai sumber informasi media elektronik tentang HIVAIDS yang ditanyakan kepada responden. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi Media Elektronik Yang Di Dapatkan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Sumber Informasi Media Elektronik f 1. Apakah pernah mendapatkan informasi kesehatan seputar HIVAIDS dari TV, radio,video, film maupun internet ? Ya 79 79 Tidak 21 21 2. Apakah pernah melihat berita tentang kasus HIVAIDS di TV ? Ya 81 81 Tidak 19 19 3. Apakah pernah melihatmendengar iklan layanan masyarakat tentang perbuatan berisiko seperti melakukan seks bebas maupun penggunaan NAPZA dapat menyebabkan HIVAIDS dari media elektronik ? Ya 72 78 Tidak 28 22 4. Apakah pernah membuka situs berita di internet khususnya tentang HIVAIDS ? Ya 54 54 Tidak 46 46 5. Apakah pernah membaca artikel kesehatan seputar HIVAIDS di internet ? Ya 57 57 Tidak 43 43 Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dilihat paling banyak responden menjawab pertanyaan mengenai pernah melihat berita tentang HIVAIDS dari TV yaitu 81 orang 81 dan frekuensi tertinggi yang tidak pernah membuka situs berita di internet tentang HIVAIDS sebanyak 46 orang 46. Universitas Sumatera Utara

4.2.3. Tingkat Kategori Berdasarkan Sumber Informasi

Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kategori sumber informasi. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kategori Sumber Informasi Yang Di Dapatkan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Sumber Informasi F Kurang 12 12 Baik 88 88 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.3 dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dapat diketahui bahwa sumber informasi dengan kategori kurang sebanyak 14 orang 12 dan kategori baik sebanyak 86 orang 88.

4.2.4. Pengetahuan responden terhadap penyakit HIVAIDS

Pengetahuan knowledge adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dibawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penyakit HIVAIDS. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dari Pertanyaan Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Pertanyaan Pengetahuan ƒ 1. Penyebab HIVAIDS adalah ? Benar 86 86 Salah 14 14 2. HIVAIDS adalah penyakit yang menyerang ? Benar 65 65 Universitas Sumatera Utara Salah 35 35 3. HIVAIDS termasuk kedalam penyakit apa ? Benar 88 88 Salah 12 12 4. Cara penularan HIVAIDS ? Benar 84 84 Salah 16 16 5. Virus HIV banyak terdapat di cairan ? Benar 64 64 Salah 36 36 6. Apa sajakah gejala dini pada penderita HIVAIDS Infeksi Akut ? Benar 37 37 Salah 63 63 7. Siapa saja yang beresiko tinggi untuk tertular HIVAIDS ? Benar 89 89 Salah 11 11 8. Bagaimana cara pencegahan infeksi HIVAIDS ? Benar 74 73 Salah 26 27 9. Apakah Anda mengetahui tentang adanya tes HIVAIDS secara sukarela yang didahului dengan konseling? Tahu 11 11 Tidak Tahu 89 89 10. Dimana memperoleh pelayanan tes HIVAIDS secara sukarela ? Benar 29 29 Salah 71 71 11. Apakah nama obat yang diberikan pada penderita HIVAIDS ? Benar 23 23 Salah 77 77 12.Untuk mendeteksimengetahui virus HIV didalam tubuh kita melakukan tes apa ? Benar 4 4 Salah 96 96 Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dilihat responden sudah mengetahui Universitas Sumatera Utara tentang HIVAIDS dengan jumlah frekuensi 86, cara penularan HIVAIDS secara benar dapat diketahui dengan frekuensi 84, orang yang beresiko tertular HIVAIDS dengan frekuensi 89 dan masih banyak yang masih belum mengetahui tentang gejala dini pada penderita HIVAIDS sebesar 63, pelayanan kesehatan terhadap penderita HIVAIDS dengan nilai frekuensi 89, obat untuk penderita HIVAIDS dengan frekuensi 77, tes terhadap orang beresiko tertular HIVAIDS sebesar 96.

4.2.5. Tingkat Kategori Berdasarkan Pengetahuan

Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kategori pengetahuan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kategori Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Tingkat Pengetahuan f Kurang 30 46 Baik 70 54 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.5 dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan dengan frekuensi tertinggi yaitu pada pengetahuan dengan kategori baik sebesar 54 orang 54 dan responden yang memiliki kategori pengetahuan kurang sebesar 46 orang 46. Universitas Sumatera Utara

4.2.6. Sikap responden terhadap penyakit HIVAIDS

Sikap menggambarkan reaksi atau respon tertutup dari responden terhadap penyakit HIVAIDS. Dibawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi sikap responden terhadap penyakit HIVAIDS. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dari Penyataan Sikap SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Pernyataan Sikap Ƒ 1.Berganti-ganti pasangan dapat meningkatkan risiko tertular HIVAIDS Setuju 87 87 Tidak Setuju 13 13 2. Menggunakan narkoba suntik dapat tertular HIVAIDS Setuju 89 89 Tidak Setuju 11 11 3. Satu-satunya tertular HIVAIDS dengan berhubungan sex Setuju 53 53 Tidak Setuju 47 47 4. Pelajar yang terinfeksi HIVAIDS tidak boleh terus bersekolah Setuju 51 51 Tidak Setuju 49 49 5. Jika teman anda terinfeksi HIVAIDS hendaknya dijauhi agar tidak tertular Setuju 55 55 Tidak Setuju 45 45 6. Informasipenyuluhan tentang HIVAIDS harus selalu diberikan kepada siswa Setuju 91 91 Tidak Setuju 9 9 7.Tidak berteman dengan penderita HIVAIDS walaupun itu teman dekat Anda Setuju 49 49 Tidak Setuju 51 51 8. Orang yang terinfeksi HIVAIDS harus dikarantina Setuju 73 73 Tidak Setuju 27 27 Universitas Sumatera Utara 9. Sikap tidak akan mau bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIVAIDS Setuju 42 42 Tidak Setuju 58 58 10. Apakah Anda tidak membawa ke pelayanan kesehatan jika salah satu saudara atau anggota keluarga Anda terinfeksi HIVAIDS ? Setuju 34 34 Tidak Setuju 66 66 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan sikap setuju paling banyak pada pernyataan informasipenyuluhan tentanh HIVAIDS harus selalu diberikan kepada siswa yaitu 91 orang 91 dan paling banyak menyatakan sikap tidak setuju adalah pada pernyataan tidak membawa ke pelayanan kesehatan jika ada anggota keluarga atau saudara yang terinfeksi HIVAIDS sebanyak 66 orang 66.

4.2.7. Tingkat Kategori Berdasarkan Sikap

Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kategori sikap. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Sikap f Kurang 30 30 Baik 70 70 Jumlah 100 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.7 tingkat sikap responden mengenai penyakit HIVAIDS paling banyak berada dalam kategori baik yaitu 70 orang 70 dan paling sedikit berada pada kategori sikap kurang yaitu 30 orang 30.

4.2.8. Tindakan Pencegahan Responden Terhadap Penyakit HIVAIDS

Tindakan merupakan perwujudan sikap responden terhadap penyakit HIVAIDS. Di bawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi tindakan responden terhadap penyakit HIVAIDS. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tindakan Pencegahan Pada SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Pertanyaan Tindakan f 1. Apakah mencari informasi tentang HIVAIDS ? Ya 82 82 Tidak 18 18 2. Apakah pernah mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan HIVAIDS? Ya 41 41 Tidak 59 59 3.Apakah pernah mengajak teman,anggota keluarga atau orang dilingkungan untuk turut mencegah penularan HIVAIDS ? Ya 59 53 Tidak 41 41 4. Apakah berusaha untuk terhindar dari HIVAIDS dengan tidak melakukan perbuatan yang berisiko tertular HIVAIDS ? Ya 93 93 Tidak 7 7 Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa frekuensi tindakan untuk terhindar dari HIVAIDS dengan tidak melakukan perbuatan yang berisiko tertular HIVAIDS Universitas Sumatera Utara paling banyak menjawab “Ya” sebanyak 93 orang 93, untuk tindakan mencari informasi tentang HIVAIDS yang menjawab tertinggi adalah “Ya” sebanyak 82 orang 82, pernah mengajak teman atau anggota keluarga untuk turut mencegah penularan HIVAIDS menjawab “Ya” sebanyak 59 orang 59, dan menjawab “Ya” dalam tindakan pernah mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan HIVAIDS sebanyak 41 orang 41 dari 100 responden.

4.2.9. Tingkat Kategori Berdasarkan Tindakan Pencegahan Tentang

HIVAIDS Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kategori tindakan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Pencegahan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Tindakan Pencegahan f Kurang 13 13 Baik 87 87 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.9 tingkat tindakan pencegahan responden mengenai penyakit HIVAIDS paling banyak berada dalam kategori baik yaitu 87 orang 87 dan paling sedikit berada pada kategori tindakan pencegahan kurang yaitu 13 orang 13. Universitas Sumatera Utara

4.3. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen sumber informasi dan variabel dependen tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan tentang HIVAIDS dan mengetahui ratio prevalence dari kedua variabel tersebut.

4.3.1. Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Responden

Tentang HIVAIDS Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Tabel 4.10 Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Sumber Informasi Tingkat Pengetahuan Nilai RP Kurang Baik Jumlah 95 CI Kurang 3 3 9 9 12 12 0,162 0,687 0,815 0,291 - 2,280 Baik 27 27 61 61 88 88 Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa yang memiliki sumber informasi dengan kategori baik dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 61 orang 61 dan responden yang memiliki sumber informasi baik dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 27 orang 27 pada responden yang memiliki sumber informasi kurang dengan tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 3 orang 3 dan responden yang memiliki sumber informasi kurang dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 9 orang 9. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,687 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014.

4.3.2. Hubungan Sumber Informasi Dengan Sikap Responden Terhadap

HIVAIDS Hubungan sumber informasi dengan sikap siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014. Tabel 4.11 Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Kategori Sikap SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Sumber Informasi Sikap Nilai RP Kurang Baik Jumlah 95 CI Kurang 7 7 5 5 12 12 5,213 0,022 2,232 1,233 - 4,040 Baik 23 23 65 65 88 88 Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi responden yang memiliki sumber informasi kurang dengan sikap kurang sebanyak 7 orang 7. Pada responden yang mempunyai sumber informasi kurang dengan sikap yang baik sebanyak 5 orang 5. Pada responden yang memiliki sumber informasi baik dengan sikap kurang sebanyak 23 orang 23 dan responden yang memiliki sumber informasi baik dengan sikap baik sebanyak 65 orang 65. Sumber informasi yang kurang pada siswasiswi kelas XI dengan sikap yang kurang tentang HIVAIDS memiliki RP sebesar 2,232 dengan 95 CI 1,233 - 4,040. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, Universitas Sumatera Utara diperoleh nilai p=0,022 artinya terdapat ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan sikap pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014.

4.3.3. Hubungan Sumber Informasi Dengan Tindakan Pencegahan Responden

Terhadap HIVAIDS Tabel 4.12 Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Kategori Tindakan Pencegahan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014 Sumber Informasi Tindakan Nilai RP 95 CI Kurang Baik Jumlah Kurang 7 7 5 5 12 12 24,778 0,001 8,556 3,449 – 21,221 Baik 6 6 82 82 88 88 Dari tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi responden yang memiliki sumber informasi kurang dengan tindakan pencegahan kurang sebanyak 7 orang 7. Pada responden yang mempunyai sumber informasi kurang dengan tindakan pencegahan yang baik sebanyak 5 orang 5. Pada responden yang memiliki sumber informasi baik dengan tindakan pencegahan kurang sebanyak 23 orang 23 dan responden yang memiliki sumber informasi baik dengan tindakan pencegahan baik sebanyak 65 orang 65. Sumber informasi yang kurang pada siswasiswi kelas XI dengan tindakan pencegahan yang kurang tentang HIVAIDS memiliki RP sebesar 8,556 dengan 95 CI 3,449 – 21,221. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,001 artinya terdapat ada hubungan yang bermakna antara Universitas Sumatera Utara sumber informasi dengan tindakan pencegahan pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Analisis Univariat

5.1.1. Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Sumber Informasi Responden Tentang HIVAIDS

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Sumber Informasi SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi sumber informasi pada siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Proporsi terbesar yaitu sumber informasi dengan kategori baik sebesar 88 dan proporsi terkecil sumber informasi dengan kategori kurang sebesar 12. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Undang Supriatna 2006 dengan judul “Hubungan Karekteristik Responden, Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Terhadap HIVAIDS Pada Remaja Di SMA Sejahtera Depok Universitas Sumatera Utara Jaya” didapatkan hasil proporsi sumber informasi dengan kategori baik sebesar 58 lebih tinggi dibandingkan dengan sumber informasi dengan kategori tidak baik 42. Sumber informasi merupakan bagian penting dari proses pemahaman bagi seseorang. Sumber informasi yang diberikan mencakup pengetahuan tentang apa yang terjadi pada seseorang. Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Akses untuk mendapatkan informasi juga mempunyai peran yang tidak kalah penting untuk meningkatkan pengetahuan. 42 Pada penelitian ini sumber informasi yang dilihat dari media cetak dan media elektronik yang didapatkan responden. Hal ini disebabkan karena salah satu sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media masa dan media elektronik. Banyak tempat atau media yang bisa dijadikan sumber informasi untuk menambah pengetahuan, pengetahuan remaja terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai sumber. Pendidikan, pengalaman, informasi, lingkungan budaya dan sosial ekonomi remaja ikut serta dalam mempengaruhi pengetahuan yang mereka miliki. 20 Hal yang sama juga dikemukakan oleh Elisa Wiridna 2011 bahwa remaja juga memperoleh informasi melalui internet, yang merupakan media elektronik terbanyak yang digunakan remaja untuk mengetahui berbagai persoalan yang berkaitan dengan dunianya. 43 Universitas Sumatera Utara

5.1.2. Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang HIVAIDS

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi tingkat pengetahuan pada siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Proporsi terbesar yaitu tingkat pengetahuan dengan kategori baik sebesar 70 dan proporsi terkecil tingkat pengetahuan dengan kategori kurang sebesar 30. Hal ini sebabkan oleh adanya faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden yaitu sumber informasi yang didapatkan responden meliputi media elektronik dan media media cetak. Semakin baik dan semakin banyak informasi yang diterima siswa, maka semakin baik pula pengetahuan siswa dalam memahami HIVAIDS. Pengetahuan yang bervariasi dapat disebabkan oleh kemampuan belajar setiap orang yang berbeda-beda. 20 Pengetahuan seseorang dapat berubah dan berkembang Universitas Sumatera Utara sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, tinggi rendahnya mobilitas. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap, perilaku dan tindakan seseorang. Pengetahuan yang benar tentang HIVAIDS pada remaja dapat menghindari perilaku berisiko HIVAIDS. Masa remaja adolescent merupakan peride yang kritis pada perkembangan manusia baik secara fisiologis, psikologis, dan sosial. Pada penelitian ini didapatkan dari hasil kuesioner bahwa responden yang menjawab penyebab dari HIVAIDS masih ada yang salah sebesar 14 disebabkan mereka berpresepsi bahwa virus human immunodeficiency virus atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan penyebab yang sama terhadap terjadi suatu penyakit HIVAIDS dan yang menjawab benar menyatakan bahwa mereka sudah memahami jikalau berhubungan dengan penyebab dari HIVAIDS karena mereka mendapatkan informasi dari media elektronik terutama internet. Pada HIVAIDS menyerang pada sistem organ tubuh didapatkan frekuensi 65 yang menjawab benar dan 35 yang salah. Pada yang menyatakan salah sebesar 35 banyak menjawab menyerang pada sistem saraf dikarenakan menurut pemahaman mereka penderita HIVAIDS dikarenakan narkoba sehingga efek samping dari penggunaan narkoba tersebut banyak menyerang syaraf sehingga sangat berkaitan dengan terjadinya HIVAIDS. 24 Pada pertanyaan kuesioner HIVAIDS termasuk golongan penyakit tertentu didapatkan hasil 88 menjawab benar dan 12 menjawab salah. Dalam frekuesi 12 banyak responden menjawab akut dikarenakan penderita HIVAIDS tidak menderita salah satu penyakit saja tetapi mereka dapat terkena komplikasi dari Universitas Sumatera Utara penyakit lainnya yang sering disebut infeksi opurtunistik. Pada pertanyaan selanjutnya yaitu tentang cara penularan HIVAIDS didapatkan hasil 84 menjawab benar dan 16 menjawab salah. Pada pertanyaan penularan banyak siswasiswi yang masih belum mengerti secara benar penularan HIVAIDS tersebut didapatkan dari cara seperti apa sehingga dapat ditinjau dari hasil wawancara pada kuesioner masih banyak yang menjawab penularan HIVAIDS didapatkan dari gigitan nyamuk, berpelukan dan berjabat tangan, satu toilet dan kolam berenang, makan sepiring, dan memakai pakaian si penderita yang mereka menganggapi bahwa apapun yang berhubungan dengan aktivitas si penderita merupakan suatu cara penularan. Pertanyaan selanjutnya dengan pada cairan apa HIVAIDS bisa didapati banyak yang menjawab benar sebesar 64 dan salah 36. Pada gejala dini cirri-ciri penderita HIVAIDS didapatkan hasil tertinggi pada jawaban salah sebesar 63 dan benar sebesar 37 dapat dilihat bahwa masih kurangnya pengetahuan siswasiswi tentang gejala dini yang dilihat dari sipenderita HIVAIDS, hal ini dikarenakan mereka tidak mendapatkan informasi secara spesifik mengenai gejala dini HIVAIDS yang hanya mereka dapatkan cara penularan pada HIVAIDS. Selanjutnya pada pertanyaan orang yang beresiko tertular banyak siswasiswi sudah memahami dapat dilihat dari hasil frekuensi dengan jawaban benar sebesar 89 dan yang salah sebesar 11. Pada kategori salah sebesar 11 dilihat dari kuesioner hanya menjawab 1 dari 4 jawaban yaitu hanya menjawab pengguna narkoba merupakan resiko tertinggi yang menyebabkan HIVAIDS sedangkan pada yang banyak berganti pasangan tidak merupakan resiko tertinggi karena masih bisa dicegah dengan penggunaan kondom. Universitas Sumatera Utara Pada pertanyaan pencegahan didapatkan hasil sebesar 74 jawaban benar dan salah 26. Banyak responden yang belum mengetahui tentang pelayanan kesehatan terhadap ODHA didapatkan hasil 89 yang masih menjawab tidak tahu dan 11 mengetahui dan pada tempat memperoleh pelayanan kesehatan tes HIVAIDS masih banyak yang salah dengan frekuensi tertinggi 71 dan benar 29. Pada pertanyaan nama obat yang diberikan pada sipenderita ODHA masih banyak menjawab salah dengan frekuensi 77 dan salah 23. Pada pertanyaan pengetahuan tentang tes mendeteksi virus HIV didapatkan jawaban yang salah 96 dan benar 4. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan dari media elektronik maupun media cetak tidak ada berkaitan tentang tempat maupun saran terhadap pelayanan kesehatan pada penderita HIVAIDS dan pada pengobatan responden mengatakan tidak ada obat yang bisa mengobati penderita ODHA. Hal ini menandakan masih belum komprehensifnya pengetahuan siswasiswi SMA Al-Azhar Medan dikarenakan masih kurang informasi mengenai HIVAIDS pada sistem belajar mengajar terhadap siswasiswi. Agar dapat pengetahuan yang komprehensif pendidikan kesehatan seharusnya didapatkan siswasiswi dari sistem pembelajaran. Pada laporan perkembangan pencapaian tujuan Pembangunan Milenium Indonesia menyampaikan pada tahun 2002-2003, 65,8 wanita dan 79,4 pria usia 15–24 tahun telah mendengar tentang HIVAIDS. Pada wanita usia subur usia 15–49 tahun, sebagian besar 62,4 telah mendengar HIVAIDS, tapi hanya 20,7 yang mengetahui bahwa menggunakan kondom setiap berhubungan seksual dapat Universitas Sumatera Utara mencegah penularan HIVAIDS, dan 28,5 mengetahui bahwa orang sehat dapat terinfeksi HIVAIDS. Sebuah penelitian pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 38,4 dari pelajar sekolah menengah atas usia 15–19 di Jakarta secara benar menunjukkan cara mencegah penularan HIV dan menolak konsepsi yang salah tentang penularan HIV. Penelitian lain di Jawa Barat, Kalimantan Selatan, dan NTT menunjukkan bahwa 93,3 anak muda usia 15–24 tahun mengetahui bahwa HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, tapi hanya 35 yang mengetahui bahwa penggunaan jarum suntik bersama dapat menularkan HIV dan 15,2 masih percaya bahwa kontak sosial biasa juga dapat menularkan HIV. Penelitian yang dilakukan oleh Desilianty Sari tahun 2011 terhadap 50 orang pada setiap mahasiswa PSPD FK UNTAN angkatan 2008, 2009 dan 2010 sebanyak 141 responden 94 memiliki pengetahuan yang baik mengenai HIVAIDS dan 9 responden 6 memiliki pengetahuan kurang baik. 44 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastianti pada tahun 2013 pada 232 siswa SMK Negeri 3 Tahuna sebagian besar responden berpengetahuan baik 84,9, dan sebesar 15,1 responden berpengetahuan tidak baik tentang HIVAIDS. 45 Penelitian serupa juga dilakukan oleh Elisa Wiridna pada tahun 2011 didapatkan hasil pengetahuan baik sebesar 68,9 dan responden yang memiliki pengetahuan kurang 31,1. 46 43 Universitas Sumatera Utara

5.1.3. Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Sikap Responden Tentang HIVAIDS

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Sikap SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi sikap pada siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Proporsi terbesar yaitu sikap responden dengan kategori baik sebesar 70 dan proporsi terkecil sikap responden dengan kategori kurang sebesar 30. Pada hasil kuesioner didapatkan dari pernyataan sikap berganti-ganti pasangan dapat meningkatkan risiko tertular HIVAIDS sebanyak 87 setuju dan 13 tidak setuju, pada pernyataan tidak setuju sebesar 13 responden beranggapan bahwa dengan memakai alat kontrasepsi seperti kondom dapat mencegah untuk tertular HIVAIDS sehingga sebagian beranggapan bahwa bukan merupakan risiko terhadap tertularnya HIVAIDS. Pada pernyataan kedua yaitu narkoba suntik dapat Universitas Sumatera Utara tertular HIVAIDS didapatkan hasil sebesar 89 setuju dan 11 tidak setuju hal ini disebabkan sebagian menyatakan narkoba tidak merupakan cara penularan HIVAIDS. Pada pernyataan berhubungan sex merupakan satu-satunya penularan HIVAIDS menjawab setuju lebih besar yaitu 53 dan tidak setuju sebesar 47. Hal ini dikarenakan sumber informasi yang didapatkan berbeda dalam penyampaiannya sehingga responden dalam memahami dan mempersepsikannya juga dengan pemahaman masing-masing. Pada pernyataan pelajar yang terinfeksi tidak boleh bersekolah didapatkan hasil dengan sikap setuju sebesar 51 ini disebabkan responden banyak menjawab karena mereka takut tertular dan mereka menyarankan dalam menerima siswasiswi baru harus dilakukannya tes kesehatan khususnya tes HIVAIDS agar tidak menularkan terhadap siswasiswi lainnya dan pernyataan tidak setuju sebesar 49 responden beralasan cara sistem pembelajaran pada saat ini beragam, seperti home school sehingga pada pelajar yang terinfeksi HIVAIDS dapat mendapatkan pembelajaran dengan cara tersebut. Pada penyataan teman terinfeksi HIVAIDS seharusnya dijauhi menyatakan setuju sebesar 55 hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang cara penularan HIVAIDS dan menyatakan sikap tidak setuju 45. Pada pernyataan sikap setuju perlu dilakukan penyuluhan tentang HIVAIDS sebesar 91 dan tidak setuju 9, pernyataan tidak setuju responden berpendapat sudah terlalu banyak pelajaran yang dipelajari sehingga jika ditambah lagi dengan adanya kegiatan penyuluhan membuat waktu mereka semakin pada dengan pelajaran. Pada pernyataan tidak berteman dengan penderita HIVAIDS walaupun teman dekat dengan sikap setuju sebesar 49 dan tidak setuju 51. Pada pernyataan orang terinfeksi HIVAIDS harus dikarantina Universitas Sumatera Utara dengan sikap setuju sebesar 73 responden menyatakan bahwa penderita ODHA harus ditempatkan yang khusus dengan aktivitas kegiatan yang khusus sehingga tidak menularkan terhadap orang lain. Pernyataan tidak mau bersalaman dengan penderita ODHA dengan sikap setuju sebesar 42 dan tidak setuju 58. Pada pernyataan tidak akan membawa saudara yang terinfeksi HIVAIDS dengan sikap setuju sebesar 34 responden beranggapan tidak membawa ke pelayanan kesehatan karena mereka malu jika ada salah satu pihak keluarga terkena HIVAIDS dan takut tertular jika bersentuhan dengan penderita ODHA, responden beranggapan bahwa orang yang terkena HIVAIDS harus merasakan dengan yang sudah pernah diperbuat olehnya dan pernyataan yang tidak setuju sebesar 66. Menurut Notoatmodjo bahwa pengetahuan baik maka menghasilkan sikap yang baik pula. 20 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa responden yang memiliki penegetahuan dengan kategori lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan kurang. pada data kategori sikap juga lebih banyak pada kategori baik dibandingkan kategori kurang. Hal ini dikarenakan untuk memperoleh sikap yang mendukung tidak hanya diperlukan pengetahuan saja, tetapi dipengaruhi juga faktor emosional, pengalaman pribadi, media massa, pengaruh orang lain dianggap penting dan kebudayaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastianti 2013 bahwa frekuensi tertinggi pada sikap responden terhadap HIVAIDS menunjukkan sebesar 73,7 responden yang bersikap positif terhadap pencegahan HIVAIDS dan sebesar 26,3 responden yang bersikap negatif. 23 46 Universitas Sumatera Utara

5.1.4. Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Tindakan Pencegahan Responden Tentang HIVAIDS

Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Tindakan Pencegahan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi tindakan pencegahan pada siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Proporsi terbesar yaitu tindakan pencegahan dengan kategori baik sebesar 87 dan proporsi terkecil tindakan pencegahan dengan kategori kurang sebesar 13. Didapatkan dari hasil wawancara menggunakan kuesioner diperoleh pada tindakan pencegahan dengan apakah responden mencari informasi tentang HIVAIDS didapatkan hasil “Ya” sebesar 82 dan “Tidak” sebesar 18, pada tidak sebesar 18 dengan tidak mencari informasi respinden menjawab tidak memiliki waktu luang untuk mencari informasi tentang kesehatan dan lebih mencari informasi sesuai kegiatan yang berhubungan terhadapnya. Pada pertanyaan pernah mengikuti kegiatan berhubungan tentang HIVAIDS didapatkan hasil “Ya” sebesar 41 dan “Tidak” Universitas Sumatera Utara sebesar 59, pada kategori “Tidak” merupakan frekuensi tertinggi responden menyatakan tidak aktip terhadap kegiatan sekolah sehingga kegiatan sosialisasi seperti seminar tidak pernah mengikuti. Pada pertanyaan pernah mengajak anggota keluarga, teman maupun orang dilingkungan untuk turut mencegah penularan HIVAIDS didapatkan hasil “Ya” sebesar 59 dan “Tidak” sebesar 41 hal ini dikarenakan keluarga,teman maupun lingkungan merasa acuh tak acuh terhadap penanggulangan HIVAIDS tersebut, responden mengatakan dengan lingkungan keluarga yang sibuk sehingga tidak ada waktu untuk saling berbagi pengetahuan dan lingkungan yang acuh terhadap sesame tetangga sehingga tidak adanya kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Pada pertanyaan apakah berusaha untuk terhindar dari HIVAIDS dengan tidak melakukan perbuatan yang berisiko tertular HIVAIDS didpatkan hasil “Ya” 93 dan “Tidak” 7. Tindakan yang didasari dengan pengetahuan dan sikap akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan tindakan yang tidak didasari dengan oleh pengetahuan dan sikap. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang over behavior. Seseorang melakukan tindakan karena adanya pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Salah satu unsur yang diperlukan agar dapat berbuat sesuatu adalah mempunyai pengetahuan dan jika seseorang menghendaki sesuatu dapat dikerjakan terus menerus maka diperlukan pengetahuan yang positif tentang apa yang dikerjakan, dengan kata lain tindakan yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tindakan tanpa pengetahuan yang baik. 20 Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastianti pada tahun 2013 bahwa frekuensi tertinggi pada tindakan responden terhadap pencegahan HIVAIDS menunjukkan sebesar 52,6 responden yang memiliki tindakan yang baik, dan sebesar 47,4 responden yang memiliki tindakan yang tidak baik. 46 Universitas Sumatera Utara 5.2. Analisis Bivariat 5.2.1. Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang HIVAIDS Gambar 5.5 Diagram Batang Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pada sumber informasi baik dengan tingkat pengetahuan baik pada kategori baik yaitu sebesar 61, proporsi sumber informasi baik dengan pengetahuan kurang tertinggi pada kategori baik yaitu sebesar 27 dan terendah pada sumber informasi kurang dengan tingkat pengetahuan kategori kurang yaitu sebesar 3. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square α = 0,05 diperoleh nilai p =0,687 p 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat 3 9 27 61 Universitas Sumatera Utara pengetahuan pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Menurut Notoadmodjo untuk mengukur seseorang tahu tentang sesuatu dapat menyebutkan dan menyatakan mengenai hal tersebut sedangkan tingkat memahami adalah kemampuan mengingat dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan dengan benar. Dalam hal ini pengetahuan mengenai HIVAIDS meliputi pengertian, penularan, pencegahan HIVAIDS saja yang diketahui. Tidak terdapatnya hubungan menurut peneliti dikarenakan masih belum memahaminya siswasiswi tentang HIVAIDS. Dalam menambah pengetahuanmemperoleh tingkah laku baru belajar dari mendapatkan informasi merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal baru dalam perubahan tingkah laku pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai. 20 Proses informasi yang didapatkan membutuhkan perubahan kemampuan yang berlaku untuk waktu relatif lama dan perubahan-perubahan itu terjadi karena adanya kemauan usaha perubahan bukan karena proses kematangan. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Ini bisa diartikan bahwa informasi yang diterima remaja tergantung bagaimana masing- masing individu mempersepsikannya. 20 Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan pendapat Azwar 2012 Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan peranan media massa tidak kecil artinya dalam pemberitaan surat kabar maupun di radio atau media komunikasi lainnya, berita-berita faktual yang seharusnya di sampaikan secara objektif seringkali dimasuki unsur subjektifitas penulis berita, baik secara sengaja ataupun tidak. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur subjektif itu terbentuklah pemahaman yang berbeda- beda. Studi Penelitian Ben, E Wodi 2005 mengenai pengetahuan remaja tentang HIVAIDS banyak dilakukan di beberapa negara, di antaranya di Nigeria dan Malaysia. Nigeria merupakan salah satu daerah pandemi HIVAIDS dan melalui penelitian yang dilakukan kepada 100 orang remaja tersebut diperoleh hasil bahwa 93 responden pernah mendengar tentang HIV, meskipun begitu tidak meningkatkan pengetahuan dan opini mereka tentang HIVAIDS. 23 Hasil penelitian berbeda yang dilakukan oleh Elisa Wiridna 2011 mengemukakan bahwa terdapat hubungan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang HIVAIDS. Hal ini dikarenakan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Sigli mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dari guru Biologi. Materi tentang kesehatan reproduksi ini masuk dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk kelas XI IPA yang disampaikan pada semester dua. 48 Universitas Sumatera Utara Sehingga tidak mengherankan jika siswa-siswi kelas XI sebagian besar memiliki pengetahuan yang tinggi. Hasil penelitian Elisa Wiridna 2011 memberikan penegasan bahwa informasi sangat penting bagi siswasiswi dalam meningkatkan pengetahuannya, khususnya pengetahuan tentang HIVAIDS. Informasi tidak didapat dari media massa maupun elektronik tetapi lingkungan ,orang tua, dan pendidikan kesehatan disekolah sangat berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku remaja. Pada hasil penelitian ini saya memberi penegasan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS tahun 2014 dikarenakan tidak adanya sumber informasi dari orang tua maupun lingkungan sekolah mengenai HIVAIDS. Pada siswasiswi mendapatkan sumber informasi melalui media cetak dan media elektronik sehingga menginterprestasi dan mempersepsikan sesuai pemahaman dan kemampuan masing- masing sehingga banyak terjadi kesalah pahaman tentang HIVAIDS. Sebenarnya sumber informasi memberikan suatu efek positif atau negatif pada ilmupengetahuan terhadap seseorang tersebut dan tergantung seseorang tersebut dapat merealisasikan didalam kehidupannya. 43 Universitas Sumatera Utara

5.2.2. Hubungan Sumber Informasi Dengan Sikap Responden Tentang HIVAIDS

Gambar 5.6 Diagram Batang Hubungan Sumber Informasi Dengan Sikap SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pada sumber informasi baik dengan sikap baik pada kategori baik yaitu sebesar 65, proporsi pada sumber informasi baik dengan sikap kurang pada kategori baik yaitu sebesar 23 dan terendah pada sumber informasi kurang dengan sikap baik kategori kurang yaitu sebesar 5. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square α = 0,05 diperoleh nilai p =0,022 p 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan sikap pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. 5 7 23 65 Universitas Sumatera Utara Sumber informasi yang kurang pada siswasiswi kelas XI dibandingkan mempunyai sumber informasi baik tentang HIVAIDS memiliki RP sebesar 2,232 dengan 95 CI 1,233 - 4,040. Artinya siswasiswi kelas XI dengan sumber informasi kurang memiliki kemungkinan resiko 2,232 kali lebih besar mempunyai sikap kurang tentang HIVAIDS dibandingkan dengan siswasiswi yang mempunyai sumber informasi baik. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. 49 Pengetahuan akan segi manfaat dan akibat buruk sesuatu hal akan membentuk sikap, kemudian dari sikap itu akan muncul niat. Niat yang selanjutnya akan menentukan apakah kegiatan akan dilakukan atau tidak, sehingga semakin baik pengetahuan mengenai HIVAIDS maka semakin baik perilakunya. Pengaruh dari media massa dan pengaruh orang lain yang dianggap penting juga berperan dalam pembentukan sikap seseorang, karena dari dua faktor ini, informasi mengenai HIVAIDS, bahaya, pencegahan dan penularannya akan membentuk dan mempengaruhi sikap seseorang. 20 Mechanic dalam Palestin, 2006 mencatat salah satu dari sepuluh tipe variabel yang menentukan perilaku kesehatan adalah informasi yang tersedia, pengetahuan, kebudayaan serta pandangan orang yang menilai. Cumming dalam Palestin, 2006 menyebutkan salah satu dari berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai penyakit tersebut. 20 50 Universitas Sumatera Utara Untuk memperoleh sikap yang mendukung tidak hanya diperlukan pengetahuan saja, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor emosional, pengalaman pribadi, media massa, lembaga pendidikan, lembaga agama, pengaruh orang lain dianggap penting, dan kebudayaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastianti pada tahun 2013 dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIVAIDS Dengan Tindakan Pencegahan HIVAIDS Pada Siswa SMK Negeri 3 Tahuna” terdapat hubungan antara sikap terhadap HIVAIDS dengan tindakan pencegahan HIVAIDS pada siswa SMK Negeri 3 Tahuna nilai p=0,001. 23 46 Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Hubungan Sumber Informasi Dengan Tindakan Pencegahan Responden Tentang HIVAIDS

Gambar 5.7 Diagram Batang Hubungan Sumber Informasi Dengan Tindakan Pencegahan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014 Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pada sumber informasi baik dengan tindakan pencegahan pada kategori baik yaitu sebesar 82 dan terendah pada sumber informasi kurang dengan tindakan pencegahan kategori kurang yaitu sebesar 6. Sedangkan proporsi sumber informasi baik dengan tindakan pencegahan kurang tertinggi pada kategori baik yaitu sebesar 7 dan terendah sumber informasi kurang tindakan pencegahan baik pada kategori kurang yaitu sebesar 5. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square α = 0,05 diperoleh nilai p =0,001 p 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini 82 6 5 7 Universitas Sumatera Utara berarti ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tindakan pencegahan pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Sumber informasi yang kurang pada siswasiswi kelas XI dibandingkan mempunyai sumber informasi baik tentang HIVAIDS memiliki RP sebesar 2,503 dengan 95 CI 1,652-3,791. Artinya siswasiswi kelas XI dengan sumber informasi kurang memiliki kemungkinan resiko 2,503 kali lebih besar mempunyai tindakan pencegahan yang kurang tentang HIVAIDS dibandingkan dengan siswasiswi yang mempunyai sumber informasi baik. Penelitian ini sejalan dengan Yosefina Lidia Wati Egong 2005 dengan judul “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Sumber Informasi Tentang Menstruasi Dengan Praktik Higiene Menstruasi Pada Remaja Putri Studi Pada Siswi Kelas II SLTPN 12 Semarang” terdapat hubungan antara sumber informasi dari media masa p-value =0,001 dengan praktik higiene menstruasi. Kristawansari 2012 terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan sopir truk tentang HIVAIDS dengan perilaku pencegahan HIVAIDS. 51 52 Pada penelitian Lastianti 2013 terdapat hubungan pengetahuan tentang HIVAIDS dengan tindakan pencegahan HIVAIDS pada siswa SMK Negeri 3 Tahuna. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nurul Prishatita Rizyana 2012 mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara peran media massa terhadap tindakan pencegahan HIVADIS. Hal ini dikarenakan banyaknya paparan media terhadap responden dan sewaktu mendapatkan informasi tersebut tidak 46 Universitas Sumatera Utara didampingi oleh orang tua sehingga remaja tersebut menerima dengan alur pikirnya sendiri. Sehingga menghasilkan bentuk tindakan yang negatif. Tindakan yang didasari dengan pengetahuan dan sikap akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan tindakan yang tidak didasari dengan oleh pengetahuan dan sikap namun kadangkala pengetahuan yang positif yang dimiliki seseorang seringkali diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata. 47 20 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori sumber informasi yang didapatkan oleh siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 adalah mempunyai sumber informasi baik yaitu 88 orang 88. 6.1.2. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori pengetahuan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 mempunyai pengetahuan baik sebesar 54 orang 54. 6.1.3. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori sikap siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 mempunyai sikap baik terhadap HIVAIDS yaitu 70 orang 70. 6.1.4. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori tindakan pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 tertinggi mempunyai tindakan pencegahan kategori baik tentang HIVAIDS yaitu 87 orang 87. 6.1.5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 p= 0,687. 6.1.6. Terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat kategori sikap siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 p= 0,022. Universitas Sumatera Utara 6.1.7. Terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat kategori tindakan pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 p= 0,001

6.2. Saran

6.2.1. Diharapkan kepada pihak sekolah SMA Al-Azhar Medan agar dapat

memberikan penyuluhan kepada siswasiswi tentang masalah kesehatan khususnya tentang HIVAIDS.

6.2.2. Disarankan kepada siswasiswi SMA Al-Azhar Medan untuk meningkatkan

pengetahuan yang lebih komprehensif dengan cara mencari informasi mengenai kesehatan khususnya tentang HIVAIDS agar dapat menggalakkan sosialisasi tentang HIVAIDS baik di keluarga, teman dan lingkungan.

6.2.3. Pada siswasiswi SMA Al-Azhar Medan kiranya mengaktifkan diri dalam

kegiatan keagamaan, serta kegiatan ekstrakulikuler sekolah serta kegiatan positif lainnya agar tidak mudah terlibat dalam pergaulan bebas yang mengakibatkan fatal bagi remaja itu sendiri. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumber Informasi Dalam era globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh terhadap pesatnya informasi. Pengetahuan-pengetahuan atau informasi- informasi ini dapat diperoleh baik melalui membaca buku-buku, hasil penelitian orang lain, maupun pengalaman langsung dari lapangan. 15 Secara umum, semua sumber informasi adalah suatu sumber belajar, karena dalam sumber informasi selalu terkandung hal-hal yang dapat digunakan sebagai sumber belajar, hanya saja semua itu tergantung pada kebutuhan belajar masing-masing individu dalam memanfaatkan sumber informasi sebagai sarana untuk belajar. Pada garis besarnya sumber-sumber informasi dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu : 16 1. Sumber Informasi Dokumenter Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan. Sedangkan dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan atau instansi tidak resmi atau perorangan. 17 Dokumen merupakan segala benda yang berbentuk barang, gambar atau tulisan sebagai bukti dan dapat memberikan Universitas Sumatera Utara keterangan yang penting dan absah. 18 Dokumen juga membantu memberikan rincian informasi jika bukti dokumenter bertentangan dengan informasi dari sumber yang didapat, penggunaan bukti dokumen ini adalah untuk mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. 2. Sumber Kepustakaan 19 Bahan-bahan kepustakaan yang dapat digunakan, dapat digolongkan ke dalam : a. Buku yang diterbitkan, 17 b. Berbagai penelitian berkala, seperti majalah, jurnal, bulletin, brosur, dan sebagainya, c. Berbagai harian atau surat kabar, d. Karangan atau makalah ilmiah yang tidak diterbitkan, e. Laporan-laporan penelitian, f. Laporan-laporan dari instansi resmi Berdasarkan cara produksinya dan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi : 1. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Adapun macam-macamnya adalah : 15 a. Poster b. Majalah atau surat kabar c. Leaflet 2. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronik. Adapun macam-macamnya adalah : Universitas Sumatera Utara a. Televisi b. Radio c. Video CD dan VCD d. Slide e. Film f. Internet 3. Media papan Bill Board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diiisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum bus dan taksi. 3. Sumber Informasi Lapangan Sumber informasi lapangan diperoleh langsung dari objeknya di lapangan. Biasanya sumber informasi lapangan adalah pribadi-pribadi yang berkecimpung di bidang yang diteliti. Informasi-informasi diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, angket, maupun eksperimen pendahuluan. 17 Wawancara merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting dalam studi kasus, membuat kunjungan langsung ke lapangan dengan asumsi bahwa fenomena yang terjadi, pelaku atau kondisi lingkungan sosial relevan akan tersedia untuk observasi. Sumber informasi lapangan antara lain meliputi : 19 1. Sumber pribadi 17 Meliputi semua orang atau agen yang menjadi sumber informasi 2. Lembaga atau organisasi Universitas Sumatera Utara Yang dimaksud dengan lembaga atau organisasi disini adalah organisasi atau lembaga pelayanan kesehatan. 3. Kantor-kantor baik pemerintah maupun swasta juga merupakan sumber informasi lapangan. 4. Kejadian, gejala, atau kasus yang terjadi di dalam masyarakat juga merupakan sumber informasi.

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan knowledge adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. 20,21,22 Pengetahuan adalah hasil “tahu” manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya. Machfoedz 2009 penentuan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Kriteria sebagai berikut : a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76- 100 dari seluruh pertanyaan, b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56- Universitas Sumatera Utara 75 dari seluruh pertanyaan, c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40- 55 dari seluruh pertanyaan,

2.2.1. Tingkat Pengetahuan

20 Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan : a. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi application Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Universitas Sumatera Utara e. Sintesis synthesis Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau merangkumkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen yang dimiliki. f. Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3. Sikap

Menurut Notoatmodjo 2010 bahwa sikap merupakan respon seseorang terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsir terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, hal ini merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus atau rangsangan dari kehidupan sosial. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap stimulus di lingkungan, dan bukan merupakan suatu pelaksanaan dengan motif tertentu, hal ini diungkapkan Newcomb seorang ahli psikologi sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi sikap merupakan suatu hal yang akan mengarah pada suatu tindakan atau perilaku. Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu: 20 a Menerima receiving Menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan suatu respon yang telah diberikan oleh orang lain. Universitas Sumatera Utara b Menanggapi responding Menanggapi diartikan bahwa seseorang memberikan suatu jawaban atau tanggapan terhadap suatu pertanyaan. c Menghargai valuing Menghargai diartikan bahwa seseorang memberikan suatu penilaian yang baik terhadap stimulus, hal ini berarti mengajak orang lain untuk mendiskusikan suatu masalah. Misalnya ada teman yang perilakunya berisiko terhadap penularan HIVAIDS maka remaja mampu mengajak dan melakukan diskusi tentang HIVAIDS dan menyarankan agar mereka melakukan pemeriksaan status HIVAIDS. Hal ini berarti remaja memiliki sikap yang positif terhadap HIVAIDS. d Bertanggung jawab responsible Mampu bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan dan terhadap apa yang telah dipilih oleh seseorang merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya remaja mampu menolak ajakan teman sebaya untuk melakukan aktifitas yang berisiko menularkan HIVAIDS meskipun pada akhirnya akan dijauhi oleh teman-temanya. Sikap selalu berhubungan dengan suatu obyek yang disertai dengan perasaan positif dan negatif. Seseorang akan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek apabila obyek tersebut memiliki nilai dalam pandangannya sedangkan seseorang akan memiliki sikap negatif apabila obyek tersebut tidak memiliki nilai menurut pandangannya. Menurut Azwar 2012 sikap dipegaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain Universitas Sumatera Utara yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. a Pengalaman Pribadi 23 Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya dan karena kebudayaan pula yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. d Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. Universitas Sumatera Utara e Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. f Faktor Emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.4. TindakanPraktik

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya adalah melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapi. Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu : 20 1. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2. Respons terpimpin Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua. 3. Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Universitas Sumatera Utara 4. Adopsi Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.5. Remaja

Remaja adalah individu baik laki-laki maupun perempuan yang sedang berada di tengah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Menurut WHO World Health Organization remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri. Menurut WHO World Health Organization menetapkan usia remaja 10-20 tahun. Sedangkan perserikatan bangsa-bangsa PBB meneteapkan usia 15-24 tahun sebagai kaum muda. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang kaum muda adalah kurun usia 15-24 tahun. 15 Fenomena transisi kependudukan di Indonesia semakin meningkat. Adanya transisi demografi ini menyebabkan perubahan pada struktur penduduk, terutama struktur penduduk menurut umur. Apabila sebelumnya penduduk yang terbesar adalah anak-anak maka dalam masa transisi ini proporsi penduduk usia remaja semakin besar. Total jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 adalah sebesar 213.375.287 jiwa. Jumlah penduduk usia 0-19 tahun adalah sebesar 81.762.113 jiwa 24 Universitas Sumatera Utara dengan rincian 41.882.482 jiwa adalah anak laki-laki dan 39.879.631 adalah anak perempuan. Dengan kata lain, anak usia 0-19 tahun memiliki proporsi sebesar 38,32 persen bila dibandingkan dengan keseluruhan populasi penduduk. Diprediksikan tahun- tahun selanjutnya akan mengalami peningkatan pada piramida penduduk di Indonesia .

2.6. HIVAIDS

15,25

2.6.1. Pengertian HIVAIDS

HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA. Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki enzim reverse transcriptase, yaitu enzim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang. 1 HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan sel monosit dan makrofag. Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik, mulai dari infeksi tanpa gejala asimtomatik pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun setelah infeksi. AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala sindrom dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Human Universitas Sumatera Utara Immunodeficiency Virus yang dapat menghancurkan system kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan kanker fatal. Biasanya sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh terhadap penyakit, akan tetapi kalau sistem kekebalan tubuh dirusak oleh virus AIDS, maka serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya karena tubuh orang tersebut tidak bisa lagi memeranginya, yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian karena infeksi tersebut.

2.6.2. Sejarah HIVAIDS

Beberapa ilmuwan menganggap HIV menyebar dari kera ke manusia antara 1926-1946. Penelitian sekarang menunjukkan bahwa HIV kemungkinan pertama menular dari simpanse ke manusia pada tahun 1675 tetapi jenis virus itu tidak menetapkan diri sebagai epidemi hingga 1930. Kasus infeksi HIV pertama kali di dunia terjadi pada tahun 1959. Ketika itu, seseorang lelaki kulit hitam yang tinggal di Kongo menyerahkan sampel darah kepada tim dokter Amerika Serikat yang tengah melakukan studi tentang masalah genetik. Usai penelitian, sampel itu ternyata tidak dibuang, melainkan disimpan dalam freezer dan terlupakan begitu saja. Baru pada tahun 1986 contoh darah itu ikut diperiksa bersama 1.212 sampel darah lainnya oleh seorang dokter Amerika bersama peneliti yang lain hasilnya darah itu positif HIV. Pada tahun 1985 dilaporkan juga kasus pada berbagai Negara dibenua Amerika lainnya yaitu Afrika dan Australia. 26,27,28 Pada awalnya istilah AIDS diterapkan ketika enam kasus pertama ditemukan di Long Angeles, Amerika Serikat pada tanggal 5 juli 1981. Di Indonesia AIDS merebak tatkala seorang turis Belanda bernama Edward Hop laki-laki homo Universitas Sumatera Utara meninggal di RSU Sanglah yang merupakan RS terbesar di Bali, pada tanggal 15 April 1987. Sebelum itu pada bulan April 1986, di RSCM Jakarta ditemukan seorang wanita yang terinfeksi HIV melalui transfusi darah. Di kota Medan kasus HIV ditemukan pertama kali tahun 1992 di RS Pirngadi Medan oleh DR.dr. Umar Zein pada WPS Wanita Pekerja Seks. Kasus AIDS ditemukan juga pada ABK Anak Buah Kapal tahun 1994. Salah satu respon yang dilakukan pada tahun 1997 adalah dibentuknya tim HIV dan AIDS di RSUP Adam Malik Medan tetapi tidak efektif. Stigma diskriminasi pada petugas kesehatan masih tinggi saat itu. Pada tahun 2002 obat anti retroviral ARV generik mulai digunakan di Medan terhadap penderita AIDS. Logistik ARV diberikan dari Jakarta. Sebagai kelanjutan pembentukan panitia AIDS di RSUP Adam Malik, pada April 2001 diterbitkan SK pembentukan Pusat Pelayanan Khusus Posyansus di RSUP Adam Malik Medan yang diketuai oleh DR. dr. Umar Zein. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Medan sejak Januari 2006 sampai dengan Desember 2013, jumlah kasus HIVAIDS di Kota Medan mencapai 3410 kasus. Faktor risiko tertinggi adalah kelompok hetereoseksual sebanyak 2198 kasus, sedangkan faktor risiko kedua adalah pada kelompok penasun pengguna napza suntik sebanyak 958. Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2013 dilaporkan sampai pada akhir tahun 2012, untuk wilayah Provinsi Sumatra Utara, kasus HIVAIDS sudah mencapai 6340 terdiri dari 2198 kasus HIV dan 4241 kasus AIDS. Konselor kesehatan pertama di Kota Medan dari RSUP Adam Malik. Puncak keberhasilan dan keefektifan program VCT terjadi antara tahun 2003-2008, dengan Universitas Sumatera Utara dukungan dana dari GF dan FHI. Tahun 2004-2005, program Pengobatan, Dukungan dan Perawatan PDP dibentuk di RSUP Adam Malik.

2.6.3. Etiologi

27 Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya, HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang klinik-laten, dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. Ketika sistem imun melemah atau rusak oleh virus seperti HIV, tubuh akan lebih mudah terkena infeksi oportunistik. Secara struktur morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar dan melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen fungsional dan struktural. Tiga gen tersebut yaitu gag antigen, pol polymerase, dan env envelope. Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, dan integrase. Gen env mengode komponan structural HIV yang dikenal glikoprotein. Gen lainnya yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu rev, nef, vif, vpu, dan vpr. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Human Immunodeficiency Virus 2.6.4. Patogenesis HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan sekret vagina, serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut : 1. Hubungan seksual, baik secara vagina, oral maupun anal dengan seorang pengindap. Hal ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90 total kasus sedunia. 2. Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfusi darahproduk darah yang tercemar mempunyai resiko sampai 90 , ditentukan 3-5 total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik berisiko 0,5-1 , ditentukan 5-10 total kasus sedunia. Penularan melalui kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko 0,5 dan mencakup 0,1 total kasus sedunia. Universitas Sumatera Utara 3. Transmisi secara vertikal dari ibu hamil mengidap HIV pada bayinya melalui plasenta. Resiko penularan dengan cara ini 25-40 dan terdapat 0,1 total kasus sedunia. Setelah masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik selama beberapa hari. HIV menginfeksi sel yang permukaannya terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika glikoprotein pada HIV membentuk tempelan ke reseptor CD4. Virus masuk ke sel dan memulai replikasi memperbanyak diri. Sel terinfeksi dapat menghasilkan bentuk virus yang baru. Sel T menjadi target utama dari virus ini, sehingga efek utamanya adalah pada sistem imun. Selanjutnya sel-sel lain yang memiliki CD4 beberapa makrofag, subklas sel B, juga dapat terinfeksi. 29 Gambar 2.2. HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil diwarnai hijau pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut dilihat dengan mikroskop elektron . Universitas Sumatera Utara Sebenarnya pada awal-awal terjadi infeksi, sistem imun masih bekerja dengan baik sampai beberapa tahun. Akan tetapi sistem imun dalam tubuh menurun seiring dengan terakumulasinya varian baru dan antigen yang berbeda. HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T dan masuk sel secara endositosis, kemudian memperbanyak diri. Selanjutnya keluar dari sel T dengan cara melisiskan sel atau dapat juga dengan cara eksositosis. Gambar 2.3. Infeksi HIV Pada Sel T Secara imunologis, sel T yang terdiri atas limfosit T- helper ,disebut limfosit CD4 + . Saat ini, darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat tinggi, yang berarti banyak virus lain di dalam darah. Orang dewasa yang baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala tersebut biasanya terjadi 2- 4 minggu stelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan sering terdeteksi influenza. Selain itu penderita juga sering merasa tidak sehat meski dari luar tampak sehat. Keadaan penderita yang terinfeksi ini bisa disebut dengan sindrom HIV akut . Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan Universitas Sumatera Utara positif, karena telah terbentuk anti bodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode, dimana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif. Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4 + dalam darah menurun dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4 + Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai menampakkan gejala akibat infeksi oportunistik penurunan berat badan, demam lama, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberculosis, infeksi jamur, herpes, dan lain-lain setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. pada nodus limfa dan thymus selama waktu tersebut, yang membuat individu yang terinfeksi HIV akan mungkin terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi limfosit T. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik. Masa tanpa gejala ini berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok orang perjalanan penyakitnya sangat cepat, hanya sekitar 2 tahun, dan ada juga sangat lambat. 27 Gambar 2.4. Grafik Perjalanan HIV pada Individu Yang Terinfeksi HIV jumlah limfosit T CD4 + jumlah RNA HIV per mL plasma selmm³ Universitas Sumatera Utara HIV mudah mati di alam terbuka, dalam suasana kering diluar tubuh manusia hanya bertahan selama beberapa menit. Virus dapat dimusnahkan dengan suhu 50- 60 Virus HIV terdapat dalam cairan tubuh manusia, seperti : cairan darah, cairan sperma, cairan vagina. Virus HIV terdapat pada cairan ini karena di cairan-cairan ini banyak mengandung sel darah putih atau sel T. c 30 menit, larutan eter, aseton, etanol, sabun, dan bahan pencuci hama.

2.6.5. Gejala Klinis HIVAIDS

30 World Health Organization WHO menetapkan empat stadium klinis pada pasien yang terinfeksi HIVAIDS yakni sebagai berikut : 30 Tabel 2.6.5. Empat Stadium Klinis Pada Pasien HIVAIDS Stadium 1 Asimptomatik Aktivitas Normal  Tidak terjadi penurunan berat badan  Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten Stadium 2 Simptomatik  Penurunan berat badan 5-10  ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis  Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir  Luka di sekitar bibir kelitis angularis  Ulkus mulut berulang  Ruam kulit yang gatal seboroik atau prurigo-PPE pruritic popular eruption  Dermatitis seboroik  Infeksi jamur kuku Stadium 3 Keadaan Umumnya Lemah  Penurunan berat badan 10  Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan  Kandidosis oral atau vaginal  Oral hairy leukoplakia  TB paru dalam 1 tahun terakhir  Infeksi bakterial yang berat pneumoni, piomiositis, dll  TB limfadenopati  Gingivitisperiodontitis ulseratif nekrotikan akut  Anemia Hb 8 g, netropenia 5.000ml, trombositopeni kronis 50.000ml Universitas Sumatera Utara Stadium 4 Keadaan Sangat Lemah AIDS  Sindrom wasting HIV  Pneumonia pneumosistis, pnemoni bakterial yang berat berulang  Herpes simpleks ulseratif lebih dari 1 bulan  Kandidosis esophageal  TB ekstraparu  Sarkoma Kaposi  Retinitis CMV Cytomegalovirus  Abses otak toksoplasmosis  Encefalopati HIV  Meningitis kriptokokus  Infeksi mikobakteria non-TB meluas  Lekoensefalopati multifocal progresif PML  Peniciliosis, kriptosporidosis kronis, isosporiasis kronis, mikosis meluas, histoplasmosis ekstra paru, cocidiodomikosis  Limfoma serebral atau B-cell, non-Hodgkin  Kanker serviks invasif  Leismaniasis atipik meluas  Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV Sumber: WHO, 2008

2.6.6. Epidemiologi HIVAIDS

2.6.6.1. Frekuensi

UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 35 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 31,32,33,34 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981. WHO mencatat terdapat sekitar 131.000 orang yang baru terinfeksi HIV di Eropa dan negara-negara sekitarnya pada tahun 2012. Kenaikan 8 dari tahun sebelumnya ini mengkhawatirkan, mengingat tren penurunan kasus-kasus AIDS di dunia barat akhir-akhir ini. Universitas Sumatera Utara Kasus AIDS dilaporkan telah menurun terus di Eropa Barat menurun 48 persen antara tahun 2006 dan 2012. Sementara di bagian timur Eropa, yang mencakup banyak negara bekas republik Soviet jumlah orang yang baru didiagnosa dengan AIDS meningkat sebesar 113 persen. Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV . Lebih dari 64 dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat 76 dari semua wanita hidup dengan HIV. Pada tahun 2013 ada sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIVAIDS. Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi HIVAIDS yang berkembang paling cepat UNAIDS, 2008. Kementerian Kesehatan memperkirakan, Indonesia pada tahun 2014 akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AID S dibandingkan pada tahun 2008 dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang. Merupakan negara dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi, karena terdapat beberapa daerah dengan prevalensi HIV lebih dari 5 pada seperti pengguna napza suntik, pekerja seks, waria, LSL dan prevalensi HIV tinggi pada populasi umum 15-49 tahun terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat 2,4. Hal itu dikarenakan wilayah yang rendah aksesnya terhadap pencegahan, tes dan obat-obatan, akibat rendahnya dana untuk sektor tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.6.6.2. Distribusi

A. Distribusi Menurut Orang