K. Crosstabs Sumber Informasi Dengan Sikap Responden
sumber_informasi sikap Crosstabulation
sikap Kurang
baik Total
sumber_informasi kurang
Count 7
5 12
Expected Count 3.6
8.4 12.0
within sumber_informasi 58.3
41.7 100.0
within sikap 23.3
7.1 12.0
of Total 7.0
5.0 12.0
Baik Count
23 65
88 Expected Count
26.4 61.6
88.0 within sumber_informasi
26.1 73.9
100.0 within sikap
76.7 92.9
88.0 of Total
23.0 65.0
88.0 Total
Count 30
70 100
Expected Count 30.0
70.0 100.0
within sumber_informasi 30.0
70.0 100.0
within sikap 100.0
100.0 100.0
of Total 30.0
70.0 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2- sided
Exact Sig. 2- sided
Exact Sig. 1- sided
Pearson Chi-Square 5.213
a
1 .022
Continuity Correction
b
3.792 1
.051 Likelihood Ratio
4.764 1
.029 Fishers Exact Test
.040 .029
Linear-by-Linear Association 5.161
1 .023
N of Valid Cases 100
a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.60. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95 Confidence Interval Value
Lower Upper
Odds Ratio for sumber_informasi kurang
baik 3.957
1.142 13.703
For cohort sikap = kurang 2.232
1.233 4.040
For cohort sikap = baik .564
.286 1.114
N of Valid Cases 100
Universitas Sumatera Utara
L. Crosstabs Sumber Informasi Dengan Tindakan Pencegahan Responden
sumber_informasi tindakan Crosstabulation
tindakan kurang
baik Total
sumber_informasi kurang
Count 7
5 12
Expected Count 1.6
10.4 12.0
within sumber_informasi 58.3
41.7 100.0
within tindakan 53.8
5.7 12.0
of Total 7.0
5.0 12.0
baik Count
6 82
88 Expected Count
11.4 76.6
88.0 within sumber_informasi
6.8 93.2
100.0 within tindakan
46.2 94.3
88.0 of Total
6.0 82.0
88.0 Total
Count 13
87 100
Expected Count 13.0
87.0 100.0
within sumber_informasi 13.0
87.0 100.0
within tindakan 100.0
100.0 100.0
of Total 13.0
87.0 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2- sided
Exact Sig. 2- sided
Exact Sig. 1- sided
Pearson Chi-Square 24.778
a
1 .000
Continuity Correction
b
20.433 1
.000 Likelihood Ratio
17.168 1
.000 Fishers Exact Test
.000 .000
Linear-by-Linear Association 24.531
1 .000
N of Valid Cases 100
a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.56. b. Computed only for a 2x2 table
Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate
95 Confidence Interval Value
Lower Upper
Odds Ratio for sumber_informasi kurang
baik 19.133
4.645 78.816
For cohort tindakan = kurang 8.556
3.449 21.221
For cohort tindakan = baik .447
.228 .875
N of Valid Cases 100
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA 1. Daili S, Indriatmi W, Zubier F., 2009. Infeksi Menular Seksual. Penerbit FKUI,
Jakarta.
2. Soetjiningsih., 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya.
Penerbit Sagung Seto, Jakarta.
3. UNAIDS., 2012. Unaids Report On The Global Aids Epidemic2012Online.
http:www.unaids.orgenmediaunaidscontentassetsdocumentsepidemi ology2012gr201220121120_unaids_global_report_2012_with_annexes_
en.pdf. Diakses Pada 10 Juli 2014.
4. WHO., 2014. Global Summary Of Tagge AIDS Epidemic. www.who.int .
Diakses Pada 10 Agustus 2014.
5. Departemen Kesehatan RI., 2014. Statistik Kasus HIVAIDS Di Indonesia Dilapor Sampai Dengan Juni 2014
. http:www.spiritia.or.idstatsstatcurr.pdf.Diakses Pada 10 Agustus 2014.
6. UNICEF., 2012. Remaja Rentan HIVAIDS. http:www.dw.deunicef-remaja-
rentan-HIVa-17261987. Diakses Pada 10 Agustus 2014.
7. Dinkes Kota Medan., 2013. Tinggi, Tingkat Kematian Pengidap HIVAIDS di Kota Medan.
http:www.aidsindonesia.com201301tinggi-tingkat- kematian-pengidap.html. Diakses pada tanggal 23 September 2014.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012., Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
. www.depkes.go.idresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-anti-
narkoba.pdf. Diakses Pada 10 Agustus 2014. 9. Abdeyazdan,Dkk., 2008. Pengetahuan Dan Sikap Terhadap HIVAIDS
Kalangan Siswa Sekolah Menengah Di Isfahan. Iran Journal of Clinical Infectious Diseases 2008; 3 2 :93-98 2008 IDTMRC
. http:www.google.comurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=7
cad=rjauact=8ved=0ceyqfjagurl=http3a2f2fejournal.respati.ac.i d2fsites2fdefault2ffiles2f2012-vi-18afqjcneozz6tekno.Diakses
pada tanggal 10 Oktober 2014.
10. Amelia,dkk.,2013. Skripsi Pengetahuan dan Sikap HIVAIDS Siswa SMP
Universitas Sumatera Utara
Negeri Klaster Tiga di Kota Bandung. https:www.google.comurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=ca
d=rjauact=8ved=0ceiqfjafurl=https3a2f2fwww.conftool.com 2fskim20132findex.php2fameliaHIVAIDSrelated_knowledgand_attitu
de_among_junior_high_school_students-284.doc. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014.
11. Sudikno., 2011. Pengetahuan HIV Dan AIDS Pada Remaja Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No.3 ,Agustus 2011 :145-154.
12. Wijaya, C., 2009. Skripsi Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dalam Mencegah HIVAIDS Di SMA Shanto Thomas 1 Medan.
FK USU Medan.
13. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2010., Survey Pengetahuan Dan Perilaku Terkait HIVAIDS Melalui Websurvey Bagi Pengguna
Internet Di Indonesia Upaya untuk mengembangkan program penanggulangan HIVAIDS Berbasis Web Untuk Populasi Usia
Muda.
http:www.aids-ina.org. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014.
14. Bappeda Provinsi Sumatera Utara. 2010., 98 Pokok-Pokok MDGS Provinsi Sumatera Utara
. http:bappeda.sumutprov.go.idindex.phprad-mdgs98- pokok-pokok-rad-mdgs-provsu-2011-2015162-kondisi-pangan-dan-gizi-
di-provinsi-sumatera-utara. Diakses pada tanggal 10 Oktober2014.
15. Notoatmodjo, S., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
16. Setiadji, Andi., 2011. Sumber Informasi. http:andi.wordpress.com. Diakses
Pada 8 Agustus 2014.
17. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
18. Andayani, Endah., 2011. Jenis-Jenis Dokumen. http:blog.endahhtml.
Diakses Pada 8 Agustus 2014. 19. Patalatu, Jonherz. 2012. Dua Dari Beberapa Jenis Penelitian Kualitatif.
http:Patalatu’s blog.ugm.ac.id Diakses Pada 8 Agustus 2014.
20. Notoatmodjo, S., 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya. Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
21. Kartika., 2011. Pengertian Pengetahuan, Ilmu Dan Ilmu Pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
http:www.unair.co.id. Diakses Pada 8 Agustus 2014.
22. Machfoedz, I., 2012. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan Metode Penelitian Ilmiah
. Penerbit Cita Pustaka Media Perintis, Bandung.
23. Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Penerbit
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
24. Sarwono, S., 2011. Psikologi Remaja. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta. 25. Badan Statistik Statistik., 2007. Laporan Negara Pihak Sesuai Pasal 44
Konvensi .http:www.kla.or.iddokumenlaporankhalampirankha3dan4.p
dflampiran kha3. Diakses pada 12 Agustus 2014.
26. Noviana, N., 2013. Kesehatan Reproduksi Dan HIV AIDS. Penerbit Trans Info
Media, Jakarta.
27. Nursalam, Kurniawati Dan Ninuk D., 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS
. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
28. Dinas Kesehatan Kota Medan.2014. Laporan Kunjungan Lapangan Propinsi SumateraUtara
.http:www.kebijakanaidsindonesia.netjdownloadsinfo 20proyek20project20infosumatera_utara.pdf. Diakses pada 12
Agustus 2014.
29. Djauzi, S. Djoerban, Z., 2007. HIVAIDS Di Indonesia. Dalam: Sudoyo, A.W., Dkk., Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.Iv Jilid I. Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fkui, Jakarta, 1803-1807.
30. Maas L, Ramadhan A, Emiyanti S., 2002. Modul Pelatihan Penanggulangan HIVAIDS
. Penerbit KPAND SU Dan UNDP, Medan.
31. UNAIDS.2012., Epidemiologi Dan Angka Kejadian HIV AIDS Di Indonesia Dan Dunia
. http:hivaidsclinic.wordpress.com20120813epidemiologi- dan-angka-kejadian-hiv-aids-di-indonesia-dan-dunia. Diakses pada 9
Agustus 2014.
32. UNICEF., 2012. Remaja Rentan HIVAIDS.http:www.dw.deunicef-remaja-
rentan-HIVa-17261987 .Diakses pada 9 Agustus 2014.
33. Komisi Penaggulangan AIDS., 2013. Mengerikan Penderita AIDS Di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia Terus Naik .
http:indocropcircles.wordpress.com20131201angka-penderita-AIDS- di-indonesia-terus-naik. Diakses pada 9 Agustus 2014.
34. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.2010., Strategi Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV Dan AIDS 2010-2014
. http:www.perpustakaan.depkes.go.idcgi-binkohaopac-
search.pl?q=pb:kementerian20koordinator20bidang20kesejahteraan 20rakyat2c. Diakses pada 9 Agustus 2014.
35. Kemenkes., 2013. Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak PPIA Indonesia 2013 –
2017 .
http:www.gizikia.depkes.go.idwpcontentuploadsdownloads201312ra n-ppia-2013-2017.pdf. Diakses pada 19 Agustus 2014.
36. Dinas Kesehatan Kota Medan., 2014. Penderita HIVAIDS Di Kota Medan.
http:www.aidindonesia.com201404penderita-HIV-AIDS-di-medan- 3091-kasus.html. Diakses pada 10 Agustus 2014.
37. Meilani, dkk., 2013. HIVAIDS. Penerbit Fitramaya. Yogyakarta. 38. DEPKES RI, DIRJEN PPM DAN PLP., 1997. AIDS Petunjuk Untuk Petugas
Kesehatan . Jakarta.
39. Kusmiran, Eny., 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
40. Departemen Kesehatan RI., 2006. Situasi HIVAIDS Di Indonesia Tahun 1987- 2006
.Http:Www.Depkes.Go.IdDownloadsPublikasiSituasi20hiv- Aids202006.Pdf. Diakses pada 19 Agustus 2014.
41. Nasronudin., 2007. HIV AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis Dan Sosial
. Penerbit Airlangga University Press, Surabaya.
42. Supriatna, U.,2006. Skripsi Hubungan Karekteristik Responden, Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Terhadap HIVAIDS
Pada Remaja Di SMA Sejahtera Depok Jaya. http:www.library.upnvj.ac.idpdf2s1keperawatan205312045bab6.pdf.
Diakses Pada 13 November 2014.
43. Elisa, W ., 2011. Skripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Siswa-Siswi Tentang HIVAIDS Di Sma Negeri 1 Sigli Kabupaten
Pidie . http:180.241.122.205docktinuswatul_khaira-050029.pdf.
Diakses Pada 13 November 2014.
Universitas Sumatera Utara
44. UNDP. 2004., Memerangi HIVAIDS, Malaria, Dan Penyakit Menular Lainnya
.http:www.undp.or.idpubsimdg2004biindonesiamdg_bi_goal6 .pdf tujuan 6. Diakses Pada 13 November 2014
45. Desilianty, S., 2011. Skripsi Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Mengenai HIVAIDS Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan
DokterUniversitasTanjungpura. http:download.portalgaruda.orgarticle
.php?article=80676val=4892title. Diakses Pada 13 November 2014
46. Lastianti, S.,2013. Skripsi Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIVAIDS Dengan Tindakan Pencegahan HIVAIDS Pada
Siswa SMK Negeri 3 Tahuna. http:fkm.unsrat.ac.idwp-
contentuploads201308lastianti-Evilin-Singale-080112037.pdf. Diakses Pada 13 November 2014
47. Nurul, P,R., 2012. Skripsi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan HIVAIDS Oleh Pelajar Sma N8 Padang
Tahun 2012. http:www.google.co.idurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=9
ved=0CFkQFjAIurl=http3A2F2Fojs.unud.ac.id2Findex.php 2Fjch2Farticle2Fdownload2F76542F5745ei=2qJ2VJDXO8apu
QT0yYDoCgusg=AFQjCNFiQKKFpGy5BaaCui5iH14j7MCszwbvm =bv.80642063,d.c2E. Diakses Pada 13 November 2014.
48. Ben, E,Wodi. 2005., HIVAIDS Knowledge, Attitudes And Opinions Among Adolescents In The River States Of Nigeria
. The International Electronic Journal of Health Education 2005; 8:86-94.
http:js.sagamorepub.comgjheparticleview40523531. Diakses Pada 13 November 2014.
49. Wawan, A., Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika
50. Palestin, B., Ermawan, B. 2006. Penerapan Komunikasi Terapeutik untuk Mengoreksi Perilaku Klien Rawat Jalan dengan Diabetes Mellitus
. Yogyakarta: Poltekes Depkes Yogyakarta. www.poltekkesjogja.ac.id.
Diakses Pada 15 November 2014.
51. Yosefina, L., 2005. Skripsi Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Sumber Informasi Tentang Menstruasi Dengan Praktik Higiene Menstruasi
Pada Remaja Putri Studi Pada Siswi Kelas II SLTPN 12 Semarang. http:eprints.undip.ac.id483712614.pdf. Diakses Pada 15 November
2014.
Universitas Sumatera Utara
52. Kristawansari, 2012., Skripsi Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Sopir Truk Tentang HIVAIDS Dengan Perilaku Pencegahan
HIVAIDS Studi Kasus Di Area Pangkalan Truk Alas Roban Kabupaten Batang Tahun 2012.
http:juornal.unnes.ac.id. Diakses Pada 15 November 2014.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat kuantitatif dengan desain penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk melihat
hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun
2014.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Al-Azhar Medan. Lokasi ini dipilih karena : 1. Lokasi ini belum pernah dilakukan tentang hubungan antara sumber informasi
dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS,
2. Jumlah populasi memadai untuk dilakukan penelitian, 3. Pada saat survei awal, masih terdapat sebagian siswa yang tidak mengetahui
tentang HIVAIDS.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan Januari 2015.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti. Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh siswasiswi kelas XI SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014 sebanyak
176 siswasiswi.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswasiswi Kelas XI SMA Al-Azhar Medan. Besar sampel adalah 100 siswasiswi Kelas XI SMA Al-Azhar Medan.
Pengambilan sampel pada penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Kriteria sebagai berikut : a. Kriteria inklusi merupakan kriteria umum subjek penelitian pada populasi target
yang akan diteliti. Kriteris inklusi :
- Remaja usia 15-17 Tahun - Siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan
- Bersedia untuk menjadi responden Alasan pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah karena keterbatasan
waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. Pihak
sekolah dimana akan memilih kelas yang dapat dijadikan sampel dikarenakan ada kelas-kelas tertentu yang jam belajar tidak dapat diganggu.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Diperoleh dengan menggunakan kuisioner serta memberikan penjelasan dan cara pengisian kuesioner tersebut sebelumnya. Kuesioner diambil dari Riskesdas
2010 dan diambil dari peneliti yang berhubungan dengan sumber informasi, sikap dan tindakan pencegahan siswasiswi terhadap HIVAIDS yang telah di uji realibilitas dan
validitas sebelumnya oleh peneliti tersebut. 3.4.2.
Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari data kesiswaan berupa : nama, kelas, dan jumlah siswa tiap kelas yang diperoleh dari dokumen sekolah.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah : kuesioner, yang berisi data identitas siswa dan pertanyaan tentang sumber informasi,
pengetahuan tentang HIVAIDS, sikap dan tindakan pencegahan terhadap HIVAIDS.
3.6. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan computer yaitu program SPSS Statistical Package for Social Sciences
melalui tahapan editing, coding, dan entry data. Jenis analisis data yang dilakukan adalah :
3.6.1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas sumber informasi : media massa dan media elektronik dan variabel terikat
pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan tentang HIVAIDS. Untuk mengetahui kemaknaan dilakukan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 dan mengitung ratio prevalence. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan
grafik.
3.7. Definisi Operasional
3.7.1. Sumber informasi adalah kualitas sumber informasi yang diterima siswasiswi
dari media cetak dan media elektronik. Penilaian terhadap sumber informasi yang didapatkan siswasiswi terhadap penyakit HIVAIDS dilakukan dengan
mengajukan 10 pertanyaan kepada responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban “YA” dan “TIDAK” diberi skoring 0, dengan total skor sebanyak 10
dari 10 pertanyaan tersebut.
3.7.2. Pengetahuan adalah segala pengetahuan siswasiswi tentang HIVAIDS
mengenai defenisi HIVAIDS, penularan HIVAIDS, gejala HIVAIDS ,pelayanan terhadap ODHA, diagnosis terhadap terinfeksi HIVAIDS dan
pencegahan HIVAIDS. Pada penilaian terhadap pengetahuan siswasiswi terhadap penyakit HIVAIDS dengan mengajukan 12 pertanyaan kepada
responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, tidak menjawab maupun tidak tahu dengan total skor
sebanyak 12 dari 12 pertanyaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
a. Pada pertanyaan tentang cara penularan : - Skor 1 jika menjawab
≥ 2 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 2 pertanyaan yang benar
b. Pada pertanyaan yang berisiko tinggi tertular HIVAIDS : - Skor 1 jika menjawab
≥ 1 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 1 pertanyaan yang benar
c. Pada pertanyaan tentang cara pencegahan : - Skor 1 jika menjawab
≥ 2 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 2 pertanyaan yang benar
d. Pada pertanyaan memperoleh pelayanan tes HIVAIDS : - Skor 1 jika menjawab
≥ 3 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 3 pertanyaan yang benar
e. Pada pertanyaan tentang virus HIV : - Skor 1 jika menjawab
≥ 2 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 2 pertanyaan yang benar
f. Pada pertanyaan tentang tanda dan gejala dini penderita HIVAIDS - Skor 1 jika menjawab
≥ 4 pertanyaan yang benar - Skor 0 jika menjawab 4 pertanyaan yang benar
3.7.3. Sikap terhadap HIVAIDS adalah respon atau keyakinan siswasiswi terhadap
penyakit HIVAIDS. Penilaian terhadap sikap siswasiswi terhadap penyakit HIVAIDS dilakukan dengan mengajukan 10 pertanyaan kepada responden.
− Untuk pernyataan negatif diberi skor 1 untuk jawaban setuju dan skor 0 untuk jawaban tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
− Untuk pernyataan positif diberi skor 1 untuk jawaban tidak setuju dan skor 0 untuk jawaban setuju.
3.7.4. Tindakan adalah perwujudan yang nyata dari sikap siswasiswi dengan upaya
pencegahan HIVAIDS. Penilaian terhadap tindakan pencegahan siswasiswi terhadap penyakit HIVAIDS dilakukan dengan mengajukan 4 pertanyaan
kepada responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban “YA” dan “TIDAK” diberi skoring 0, dengan total skor sebanyak 4 dari 4 pertanyaan
tersebut.
3.8. Aspek Pengukuran
Variabel Bebas
Kategori Indikator
Skala pengukuran
Alat ukur
Sumber informasi
a. Baik, jika menjawab dengan benar
≥ median 10
pertanyaan Ordinal
Kuesioner b. Kurang
jika menjawab dengan benar median Variabel
Terikat Kategori
Indikator Skala
pengukuran Alat ukur
Pengetahuan a. Baik,
jika menjawab dengan benar ≥ median
12 pertanyaan
Ordinal Kuesioner
b. Kurang jika menjawab dengan benar median
Sikap a. Baik,
jika menjawab dengan benar ≥ median
10 pertanyaan
Ordinal Kuesioner
b. Kurang jika menjawab dengan benar median
Tindakan a. Baik,
jika menjawab dengan benar ≥ median
b. Kurang jika menjawab dengan benar median
4 pertanyaan
Ordinal Kuesioner
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswasiswa SMA Reguler Al-Azhar Medan. Perguruan Al-Azhar didirikan sebagai salah satu upaya Yayasan Hajjah Rachmah
Nasution dalam mewujudkan visi dan misinya dalam bidang sosial, pendidikan dan keagamaan. Sekolah SMA Reguler Al-Azhar Medan terletak di Jl. Pintu Air IV No.
214 Kwala Bekala Padang Bulan Kec. Simalingkar-B Medan 20142. Sekolah SMA Reguler Al-Azhar Medan ini berdiri pada 16 Juli 1983.
Sekolah ini memiliki beberapa fasilitas yang mendukung kegiatan belajar mengajar antara lain; ruang laboratorium komputer, perpustakaan, laboratorium IPA,
ruang kesenian, lapangan olahraga, serta ruang kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Selain itu terdapat juga ruang Unit Kesehatan Sekolah UKS.
Ekstrakurikuler yang ada di SMA Reguler Al-Azhar Medan yaitu sepak bola, futsal, seni tari, seni baca Al-Quran, basket, kaligrafi, renang, band, fotographer, les vocal,
Sains, taekwondo, biola, paskibra, dan pramuka.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel sumber
informasi media cetak, sumber informasi media elektronik, tingakat kategori sumber informasi, tingkat pengetahuan, tingkat kategori sikap, dan tingkat kategori tindakan
pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1. Sumber Informasi Media Cetak
Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan
sumber informasi media cetak. Pada tabel dapat dilihat jawaban dari setiap pertanyaan mengenai sumber informasi media cetak tentang HIVAIDS yang
ditanyakan kepada responden. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi Dari Media Cetak Yang Di Dapatkan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS
di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Sumber Informasi Media Cetak f
1.Apakah pernah membaca tentang HIVAIDS dari media cetak ?
Ya 89
89 Tidak
11 11
2.Apakah pernah membaca kejadiankasus HIVAIDS dari media cetak?
Ya 87
87 Tidak
13 13
3. Apakah pernah membaca tentang cara penularan virus HIVAIDS dari media
cetak ? Ya
78 78
Tidak 22
22 4.Apakah pernah membaca perilaku beresiko
seperti ciuman, melakukan hubungan seksual, melakukan rangsangan seksual
pada lawan jenis bisa menyebabkan terkena HIVAIDS ?
Ya 77
77 Tidak
23 23
5. Apakah pernah membaca bahaya virus HIVAIDS terhadap kesehatan dari media
cetak ? Ya
86 86
Tidak 14
14
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dilihat paling banyak mendapatkan
informasi tentang HIVAIDS dengan cara pernah membaca tentang HIVAIDS dari media cetak sebanyak 89 orang 89 dan paling banyak yang tidak pernah membaca
tentang perilaku berisiko terkena HIVAIDS dari media cetak sebanyak 23 orang 23.
4.2.2. Sumber Informasi Media Elektronik
Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan
sumber informasi media elektronik. Pada tabel dapat dilihat jawaban dari setiap pertanyaan mengenai sumber informasi media elektronik tentang HIVAIDS yang
ditanyakan kepada responden. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi Media Elektronik Yang Di Dapatkan SiswaSiswi Kelas XI Tentang
HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Sumber Informasi Media Elektronik f
1. Apakah pernah mendapatkan informasi kesehatan seputar HIVAIDS dari TV,
radio,video, film maupun internet ? Ya
79 79
Tidak 21
21 2. Apakah pernah melihat berita tentang kasus
HIVAIDS di TV ? Ya
81 81
Tidak 19
19 3. Apakah pernah melihatmendengar iklan
layanan masyarakat tentang perbuatan berisiko seperti melakukan seks bebas
maupun penggunaan NAPZA dapat menyebabkan HIVAIDS dari media
elektronik ?
Ya 72
78 Tidak
28 22
4. Apakah pernah membuka situs berita di internet khususnya tentang HIVAIDS ?
Ya 54
54 Tidak
46 46
5. Apakah pernah membaca artikel kesehatan seputar HIVAIDS di internet ?
Ya 57
57 Tidak
43 43
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dilihat paling banyak responden
menjawab pertanyaan mengenai pernah melihat berita tentang HIVAIDS dari TV yaitu 81 orang 81 dan frekuensi tertinggi yang tidak pernah membuka situs berita
di internet tentang HIVAIDS sebanyak 46 orang 46.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Tingkat Kategori Berdasarkan Sumber Informasi
Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan
tingkat kategori sumber informasi. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kategori Sumber
Informasi Yang Di Dapatkan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Sumber Informasi F
Kurang 12
12 Baik
88 88
Jumlah 100
100
Berdasarkan tabel 4.3 dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dapat diketahui bahwa sumber informasi dengan kategori kurang sebanyak 14
orang 12 dan kategori baik sebanyak 86 orang 88.
4.2.4. Pengetahuan responden terhadap penyakit HIVAIDS
Pengetahuan knowledge adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dibawah ini dapat dilihat
distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penyakit HIVAIDS. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dari Pertanyaan Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Pertanyaan Pengetahuan ƒ
1. Penyebab HIVAIDS adalah ? Benar
86 86
Salah 14
14 2. HIVAIDS adalah penyakit yang menyerang ?
Benar 65
65
Universitas Sumatera Utara
Salah 35
35 3. HIVAIDS termasuk kedalam penyakit apa ?
Benar 88
88 Salah
12 12
4. Cara penularan HIVAIDS ? Benar
84 84
Salah 16
16 5. Virus HIV banyak terdapat di cairan ?
Benar 64
64 Salah
36 36
6. Apa sajakah gejala dini pada penderita HIVAIDS Infeksi Akut ?
Benar 37
37 Salah
63 63
7. Siapa saja yang beresiko tinggi untuk tertular
HIVAIDS ? Benar
89 89
Salah 11
11 8. Bagaimana cara pencegahan infeksi HIVAIDS ?
Benar 74
73 Salah
26 27
9. Apakah Anda mengetahui tentang adanya tes HIVAIDS secara sukarela yang didahului
dengan konseling? Tahu
11 11
Tidak Tahu 89
89 10. Dimana memperoleh pelayanan tes HIVAIDS
secara sukarela ? Benar
29 29
Salah 71
71 11. Apakah nama obat yang diberikan pada
penderita HIVAIDS ?
Benar 23
23 Salah
77 77
12.Untuk mendeteksimengetahui virus HIV
didalam tubuh kita melakukan tes apa ? Benar
4 4
Salah 96
96
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dilihat responden sudah mengetahui
Universitas Sumatera Utara
tentang HIVAIDS dengan jumlah frekuensi 86, cara penularan HIVAIDS secara benar dapat diketahui dengan frekuensi 84, orang yang beresiko tertular HIVAIDS
dengan frekuensi 89 dan masih banyak yang masih belum mengetahui tentang gejala dini pada penderita HIVAIDS sebesar 63, pelayanan kesehatan terhadap
penderita HIVAIDS dengan nilai frekuensi 89, obat untuk penderita HIVAIDS dengan frekuensi 77, tes terhadap orang beresiko tertular HIVAIDS sebesar 96.
4.2.5. Tingkat Kategori Berdasarkan Pengetahuan
Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan
tingkat kategori pengetahuan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kategori Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan
Tahun 2014
Tingkat Pengetahuan f
Kurang 30
46 Baik
70 54
Jumlah 100
100
Berdasarkan tabel 4.5 dari 100 responden siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan dengan frekuensi tertinggi yaitu
pada pengetahuan dengan kategori baik sebesar 54 orang 54 dan responden yang memiliki kategori pengetahuan kurang sebesar 46 orang 46.
Universitas Sumatera Utara
4.2.6. Sikap responden terhadap penyakit HIVAIDS
Sikap menggambarkan reaksi atau respon tertutup dari responden terhadap penyakit HIVAIDS. Dibawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi sikap responden
terhadap penyakit HIVAIDS. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dari Penyataan Sikap SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Pernyataan Sikap Ƒ
1.Berganti-ganti pasangan dapat meningkatkan risiko tertular HIVAIDS
Setuju 87
87 Tidak Setuju
13 13
2. Menggunakan narkoba suntik dapat tertular HIVAIDS
Setuju 89
89 Tidak Setuju
11 11
3. Satu-satunya tertular HIVAIDS dengan
berhubungan sex Setuju
53 53
Tidak Setuju 47
47 4. Pelajar yang terinfeksi HIVAIDS tidak boleh
terus bersekolah Setuju
51 51
Tidak Setuju 49
49 5. Jika teman anda terinfeksi HIVAIDS hendaknya
dijauhi agar tidak tertular Setuju
55 55
Tidak Setuju 45
45 6. Informasipenyuluhan tentang HIVAIDS harus
selalu diberikan kepada siswa Setuju
91 91
Tidak Setuju 9
9 7.Tidak berteman dengan penderita HIVAIDS
walaupun itu teman dekat Anda Setuju
49 49
Tidak Setuju 51
51 8. Orang yang terinfeksi HIVAIDS harus
dikarantina Setuju
73 73
Tidak Setuju 27
27
Universitas Sumatera Utara
9. Sikap tidak akan mau bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIVAIDS
Setuju 42
42 Tidak Setuju
58 58
10. Apakah Anda tidak membawa ke pelayanan kesehatan jika salah satu saudara atau anggota
keluarga Anda terinfeksi HIVAIDS ? Setuju
34 34
Tidak Setuju 66
66
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan sikap setuju paling banyak pada pernyataan informasipenyuluhan tentanh HIVAIDS harus
selalu diberikan kepada siswa yaitu 91 orang 91 dan paling banyak menyatakan sikap tidak setuju adalah pada pernyataan tidak membawa ke pelayanan kesehatan
jika ada anggota keluarga atau saudara yang terinfeksi HIVAIDS sebanyak 66 orang 66.
4.2.7. Tingkat Kategori Berdasarkan Sikap
Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan
tingkat kategori sikap. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Sikap f
Kurang 30
30 Baik
70 70
Jumlah 100
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.7 tingkat sikap responden mengenai penyakit HIVAIDS paling banyak berada dalam kategori baik yaitu 70 orang 70 dan paling sedikit
berada pada kategori sikap kurang yaitu 30 orang 30.
4.2.8. Tindakan Pencegahan Responden Terhadap Penyakit HIVAIDS
Tindakan merupakan perwujudan sikap responden terhadap penyakit HIVAIDS. Di bawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi tindakan responden
terhadap penyakit HIVAIDS. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tindakan Pencegahan Pada SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan
Tahun 2014
Pertanyaan Tindakan f
1. Apakah
mencari informasi tentang HIVAIDS ?
Ya 82
82 Tidak
18 18
2. Apakah pernah mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan HIVAIDS?
Ya 41
41 Tidak
59 59
3.Apakah pernah mengajak teman,anggota keluarga atau orang dilingkungan untuk
turut mencegah penularan HIVAIDS ? Ya
59 53
Tidak 41
41 4. Apakah berusaha untuk terhindar dari
HIVAIDS dengan tidak melakukan perbuatan yang berisiko tertular
HIVAIDS ?
Ya 93
93 Tidak
7 7
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa frekuensi tindakan untuk terhindar dari HIVAIDS dengan tidak melakukan perbuatan yang berisiko tertular HIVAIDS
Universitas Sumatera Utara
paling banyak menjawab “Ya” sebanyak 93 orang 93, untuk tindakan mencari informasi tentang HIVAIDS yang menjawab tertinggi adalah “Ya” sebanyak 82
orang 82, pernah mengajak teman atau anggota keluarga untuk turut mencegah penularan HIVAIDS menjawab “Ya” sebanyak 59 orang 59, dan menjawab “Ya”
dalam tindakan pernah mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan HIVAIDS sebanyak 41 orang 41 dari 100 responden.
4.2.9. Tingkat Kategori Berdasarkan Tindakan Pencegahan Tentang
HIVAIDS
Penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan
tingkat kategori tindakan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Pencegahan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Tindakan Pencegahan f
Kurang 13
13 Baik
87 87
Jumlah 100
100
Berdasarkan tabel 4.9 tingkat tindakan pencegahan responden mengenai penyakit HIVAIDS paling banyak berada dalam kategori baik yaitu 87 orang 87
dan paling sedikit berada pada kategori tindakan pencegahan kurang yaitu 13 orang 13.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen sumber informasi dan variabel dependen tingkat pengetahuan, sikap,
dan tindakan pencegahan tentang HIVAIDS dan mengetahui ratio prevalence dari kedua variabel tersebut.
4.3.1. Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Responden
Tentang HIVAIDS
Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014.
Tabel 4.10 Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan
Tahun 2014
Sumber Informasi
Tingkat Pengetahuan Nilai
RP Kurang
Baik Jumlah
95 CI Kurang
3 3
9 9
12 12
0,162 0,687
0,815 0,291 - 2,280
Baik 27
27 61
61 88
88
Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa yang memiliki sumber informasi dengan kategori baik dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 61 orang 61 dan
responden yang memiliki sumber informasi baik dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 27 orang 27 pada responden yang memiliki sumber informasi kurang
dengan tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 3 orang 3 dan responden yang memiliki sumber informasi kurang dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 9
orang 9.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,687 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
sumber informasi dengan tingkat pengetahuan pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014.
4.3.2. Hubungan Sumber Informasi Dengan Sikap Responden Terhadap
HIVAIDS
Hubungan sumber informasi dengan sikap siswasiswi kelas XI di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2014.
Tabel 4.11 Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Kategori Sikap SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan
Tahun 2014
Sumber Informasi
Sikap Nilai
RP Kurang
Baik Jumlah
95 CI Kurang
7 7
5 5
12 12
5,213 0,022
2,232 1,233 - 4,040
Baik 23
23 65
65 88
88
Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi responden yang memiliki sumber informasi kurang dengan sikap kurang sebanyak 7 orang 7. Pada
responden yang mempunyai sumber informasi kurang dengan sikap yang baik sebanyak 5 orang 5. Pada responden yang memiliki sumber informasi baik
dengan sikap kurang sebanyak 23 orang 23 dan responden yang memiliki sumber informasi baik dengan sikap baik sebanyak 65 orang 65.
Sumber informasi yang kurang pada siswasiswi kelas XI dengan sikap yang kurang tentang HIVAIDS memiliki RP sebesar 2,232 dengan 95 CI 1,233 -
4,040. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square,
Universitas Sumatera Utara
diperoleh nilai p=0,022 artinya terdapat ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan sikap pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-
Azhar Medan Tahun 2014.
4.3.3. Hubungan Sumber Informasi Dengan Tindakan Pencegahan Responden
Terhadap HIVAIDS
Tabel 4.12 Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Kategori Tindakan Pencegahan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-
Azhar Medan Tahun 2014
Sumber Informasi
Tindakan Nilai
RP 95 CI
Kurang Baik
Jumlah Kurang
7 7
5 5
12 12
24,778 0,001
8,556 3,449 – 21,221
Baik 6
6 82
82 88
88
Dari tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi responden yang memiliki sumber informasi kurang dengan tindakan pencegahan kurang sebanyak 7 orang
7. Pada responden yang mempunyai sumber informasi kurang dengan tindakan pencegahan yang baik sebanyak 5 orang 5. Pada responden yang memiliki sumber
informasi baik dengan tindakan pencegahan kurang sebanyak 23 orang 23 dan responden yang memiliki sumber informasi baik dengan tindakan pencegahan baik
sebanyak 65 orang 65. Sumber informasi yang kurang pada siswasiswi kelas XI dengan tindakan
pencegahan yang kurang tentang HIVAIDS memiliki RP sebesar 8,556 dengan 95 CI 3,449 – 21,221.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,001 artinya terdapat ada hubungan yang bermakna antara
Universitas Sumatera Utara
sumber informasi dengan tindakan pencegahan pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Analisis Univariat
5.1.1. Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Sumber Informasi Responden Tentang HIVAIDS
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan
Sumber Informasi SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi sumber informasi pada siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Proporsi
terbesar yaitu sumber informasi dengan kategori baik sebesar 88 dan proporsi terkecil sumber informasi dengan kategori kurang sebesar 12. Hasil penelitian
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Undang Supriatna 2006 dengan judul “Hubungan Karekteristik Responden, Sumber Informasi Dengan Tingkat
Pengetahuan Sikap Terhadap HIVAIDS Pada Remaja Di SMA Sejahtera Depok
Universitas Sumatera Utara
Jaya” didapatkan hasil proporsi sumber informasi dengan kategori baik sebesar 58 lebih tinggi dibandingkan dengan sumber informasi dengan kategori tidak baik
42. Sumber informasi merupakan bagian penting dari proses pemahaman bagi
seseorang. Sumber informasi yang diberikan mencakup pengetahuan tentang apa yang terjadi pada seseorang. Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih
banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Akses untuk mendapatkan informasi juga mempunyai peran yang tidak kalah penting untuk meningkatkan
pengetahuan.
42
Pada penelitian ini sumber informasi yang dilihat dari media cetak dan media elektronik yang didapatkan responden. Hal ini disebabkan karena salah satu sumber
informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media masa dan media elektronik. Banyak tempat atau media yang bisa dijadikan sumber informasi untuk
menambah pengetahuan, pengetahuan remaja terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai sumber. Pendidikan, pengalaman, informasi, lingkungan budaya dan sosial
ekonomi remaja ikut serta dalam mempengaruhi pengetahuan yang mereka miliki.
20
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Elisa Wiridna 2011 bahwa remaja juga memperoleh informasi melalui internet, yang merupakan media elektronik
terbanyak yang digunakan remaja untuk mengetahui berbagai persoalan yang berkaitan dengan dunianya.
43
Universitas Sumatera Utara
5.1.2. Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang HIVAIDS
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA
Al-Azhar Medan Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi tingkat pengetahuan pada siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Proporsi
terbesar yaitu tingkat pengetahuan dengan kategori baik sebesar 70 dan proporsi terkecil tingkat pengetahuan dengan kategori kurang sebesar 30. Hal ini sebabkan
oleh adanya faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden yaitu sumber informasi yang didapatkan responden meliputi media elektronik dan media media
cetak. Semakin baik dan semakin banyak informasi yang diterima siswa, maka semakin baik pula pengetahuan siswa dalam memahami HIVAIDS.
Pengetahuan yang bervariasi dapat disebabkan oleh kemampuan belajar setiap orang yang berbeda-beda.
20
Pengetahuan seseorang dapat berubah dan berkembang
Universitas Sumatera Utara
sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, tinggi rendahnya mobilitas. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap, perilaku dan tindakan
seseorang. Pengetahuan yang benar tentang HIVAIDS pada remaja dapat menghindari perilaku berisiko HIVAIDS. Masa remaja adolescent merupakan
peride yang kritis pada perkembangan manusia baik secara fisiologis, psikologis, dan sosial.
Pada penelitian ini didapatkan dari hasil kuesioner bahwa responden yang menjawab penyebab dari HIVAIDS masih ada yang salah sebesar 14 disebabkan
mereka berpresepsi bahwa virus human immunodeficiency virus atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan penyebab yang sama terhadap terjadi suatu
penyakit HIVAIDS dan yang menjawab benar menyatakan bahwa mereka sudah memahami jikalau berhubungan dengan penyebab dari HIVAIDS karena mereka
mendapatkan informasi dari media elektronik terutama internet. Pada HIVAIDS menyerang pada sistem organ tubuh didapatkan frekuensi 65 yang menjawab benar
dan 35 yang salah. Pada yang menyatakan salah sebesar 35 banyak menjawab menyerang pada sistem saraf dikarenakan menurut pemahaman mereka penderita
HIVAIDS dikarenakan narkoba sehingga efek samping dari penggunaan narkoba tersebut banyak menyerang syaraf sehingga sangat berkaitan dengan terjadinya
HIVAIDS.
24
Pada pertanyaan kuesioner HIVAIDS termasuk golongan penyakit tertentu didapatkan hasil 88 menjawab benar dan 12 menjawab salah. Dalam frekuesi
12 banyak responden menjawab akut dikarenakan penderita HIVAIDS tidak menderita salah satu penyakit saja tetapi mereka dapat terkena komplikasi dari
Universitas Sumatera Utara
penyakit lainnya yang sering disebut infeksi opurtunistik. Pada pertanyaan selanjutnya yaitu tentang cara penularan HIVAIDS didapatkan hasil 84 menjawab
benar dan 16 menjawab salah. Pada pertanyaan penularan banyak siswasiswi yang masih belum mengerti secara benar penularan HIVAIDS tersebut didapatkan dari
cara seperti apa sehingga dapat ditinjau dari hasil wawancara pada kuesioner masih banyak yang menjawab penularan HIVAIDS didapatkan dari gigitan nyamuk,
berpelukan dan berjabat tangan, satu toilet dan kolam berenang, makan sepiring, dan memakai pakaian si penderita yang mereka menganggapi bahwa apapun yang
berhubungan dengan aktivitas si penderita merupakan suatu cara penularan. Pertanyaan selanjutnya dengan pada cairan apa HIVAIDS bisa didapati
banyak yang menjawab benar sebesar 64 dan salah 36. Pada gejala dini cirri-ciri penderita HIVAIDS didapatkan hasil tertinggi pada jawaban salah sebesar 63 dan
benar sebesar 37 dapat dilihat bahwa masih kurangnya pengetahuan siswasiswi tentang gejala dini yang dilihat dari sipenderita HIVAIDS, hal ini dikarenakan
mereka tidak mendapatkan informasi secara spesifik mengenai gejala dini HIVAIDS yang hanya mereka dapatkan cara penularan pada HIVAIDS. Selanjutnya pada
pertanyaan orang yang beresiko tertular banyak siswasiswi sudah memahami dapat dilihat dari hasil frekuensi dengan jawaban benar sebesar 89 dan yang salah sebesar
11. Pada kategori salah sebesar 11 dilihat dari kuesioner hanya menjawab 1 dari 4 jawaban yaitu hanya menjawab pengguna narkoba merupakan resiko tertinggi yang
menyebabkan HIVAIDS sedangkan pada yang banyak berganti pasangan tidak merupakan resiko tertinggi karena masih bisa dicegah dengan penggunaan kondom.
Universitas Sumatera Utara
Pada pertanyaan pencegahan didapatkan hasil sebesar 74 jawaban benar dan salah 26. Banyak responden yang belum mengetahui tentang pelayanan kesehatan
terhadap ODHA didapatkan hasil 89 yang masih menjawab tidak tahu dan 11 mengetahui dan pada tempat memperoleh pelayanan kesehatan tes HIVAIDS masih
banyak yang salah dengan frekuensi tertinggi 71 dan benar 29. Pada pertanyaan nama obat yang diberikan pada sipenderita ODHA masih banyak menjawab salah
dengan frekuensi 77 dan salah 23. Pada pertanyaan pengetahuan tentang tes mendeteksi virus HIV didapatkan jawaban yang salah 96 dan benar 4. Hal ini
dikarenakan informasi yang didapatkan dari media elektronik maupun media cetak tidak ada berkaitan tentang tempat maupun saran terhadap pelayanan kesehatan pada
penderita HIVAIDS dan pada pengobatan responden mengatakan tidak ada obat yang bisa mengobati penderita ODHA.
Hal ini menandakan masih belum komprehensifnya pengetahuan siswasiswi SMA Al-Azhar Medan dikarenakan masih kurang informasi mengenai HIVAIDS
pada sistem belajar mengajar terhadap siswasiswi. Agar dapat pengetahuan yang komprehensif pendidikan kesehatan seharusnya didapatkan siswasiswi dari sistem
pembelajaran. Pada laporan perkembangan pencapaian tujuan Pembangunan Milenium
Indonesia menyampaikan pada tahun 2002-2003, 65,8 wanita dan 79,4 pria usia 15–24 tahun telah mendengar tentang HIVAIDS. Pada wanita usia subur usia 15–49
tahun, sebagian besar 62,4 telah mendengar HIVAIDS, tapi hanya 20,7 yang mengetahui bahwa menggunakan kondom setiap berhubungan seksual dapat
Universitas Sumatera Utara
mencegah penularan HIVAIDS, dan 28,5 mengetahui bahwa orang sehat dapat terinfeksi HIVAIDS.
Sebuah penelitian pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 38,4 dari pelajar sekolah menengah atas usia 15–19 di Jakarta secara benar menunjukkan cara
mencegah penularan HIV dan menolak konsepsi yang salah tentang penularan HIV. Penelitian lain di Jawa Barat, Kalimantan Selatan, dan NTT menunjukkan
bahwa 93,3 anak muda usia 15–24 tahun mengetahui bahwa HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, tapi hanya 35 yang mengetahui bahwa penggunaan
jarum suntik bersama dapat menularkan HIV dan 15,2 masih percaya bahwa kontak sosial biasa juga dapat menularkan HIV.
Penelitian yang dilakukan oleh Desilianty Sari tahun 2011 terhadap 50 orang pada setiap mahasiswa PSPD FK UNTAN angkatan 2008, 2009 dan 2010 sebanyak
141 responden 94 memiliki pengetahuan yang baik mengenai HIVAIDS dan 9 responden 6 memiliki pengetahuan kurang baik.
44
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastianti pada tahun 2013 pada 232 siswa SMK Negeri 3 Tahuna sebagian besar responden berpengetahuan baik 84,9,
dan sebesar 15,1 responden berpengetahuan tidak baik tentang HIVAIDS.
45
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Elisa Wiridna pada tahun 2011 didapatkan hasil pengetahuan baik sebesar 68,9 dan responden yang memiliki
pengetahuan kurang 31,1.
46
43
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Sikap Responden Tentang HIVAIDS
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan
Sikap SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi sikap pada siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014. Proporsi terbesar yaitu
sikap responden dengan kategori baik sebesar 70 dan proporsi terkecil sikap responden dengan kategori kurang sebesar 30.
Pada hasil kuesioner didapatkan dari pernyataan sikap berganti-ganti pasangan dapat meningkatkan risiko tertular HIVAIDS sebanyak 87 setuju dan
13 tidak setuju, pada pernyataan tidak setuju sebesar 13 responden beranggapan bahwa dengan memakai alat kontrasepsi seperti kondom dapat mencegah untuk
tertular HIVAIDS sehingga sebagian beranggapan bahwa bukan merupakan risiko terhadap tertularnya HIVAIDS. Pada pernyataan kedua yaitu narkoba suntik dapat
Universitas Sumatera Utara
tertular HIVAIDS didapatkan hasil sebesar 89 setuju dan 11 tidak setuju hal ini disebabkan sebagian menyatakan narkoba tidak merupakan cara penularan
HIVAIDS. Pada pernyataan berhubungan sex merupakan satu-satunya penularan HIVAIDS menjawab setuju lebih besar yaitu 53 dan tidak setuju sebesar 47. Hal
ini dikarenakan sumber informasi yang didapatkan berbeda dalam penyampaiannya sehingga responden dalam memahami dan mempersepsikannya juga dengan
pemahaman masing-masing. Pada pernyataan pelajar yang terinfeksi tidak boleh bersekolah didapatkan hasil dengan sikap setuju sebesar 51 ini disebabkan
responden banyak menjawab karena mereka takut tertular dan mereka menyarankan dalam menerima siswasiswi baru harus dilakukannya tes kesehatan khususnya tes
HIVAIDS agar tidak menularkan terhadap siswasiswi lainnya dan pernyataan tidak setuju sebesar 49 responden beralasan cara sistem pembelajaran pada saat ini
beragam, seperti home school sehingga pada pelajar yang terinfeksi HIVAIDS dapat mendapatkan pembelajaran dengan cara tersebut.
Pada penyataan teman terinfeksi HIVAIDS seharusnya dijauhi menyatakan setuju sebesar 55 hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang cara penularan
HIVAIDS dan menyatakan sikap tidak setuju 45. Pada pernyataan sikap setuju perlu dilakukan penyuluhan tentang HIVAIDS sebesar 91 dan tidak setuju 9,
pernyataan tidak setuju responden berpendapat sudah terlalu banyak pelajaran yang dipelajari sehingga jika ditambah lagi dengan adanya kegiatan penyuluhan membuat
waktu mereka semakin pada dengan pelajaran. Pada pernyataan tidak berteman dengan penderita HIVAIDS walaupun teman dekat dengan sikap setuju sebesar 49
dan tidak setuju 51. Pada pernyataan orang terinfeksi HIVAIDS harus dikarantina
Universitas Sumatera Utara
dengan sikap setuju sebesar 73 responden menyatakan bahwa penderita ODHA harus ditempatkan yang khusus dengan aktivitas kegiatan yang khusus sehingga tidak
menularkan terhadap orang lain. Pernyataan tidak mau bersalaman dengan penderita ODHA dengan sikap setuju sebesar 42 dan tidak setuju 58. Pada pernyataan
tidak akan membawa saudara yang terinfeksi HIVAIDS dengan sikap setuju sebesar 34 responden beranggapan tidak membawa ke pelayanan kesehatan karena mereka
malu jika ada salah satu pihak keluarga terkena HIVAIDS dan takut tertular jika bersentuhan dengan penderita ODHA, responden beranggapan bahwa orang yang
terkena HIVAIDS harus merasakan dengan yang sudah pernah diperbuat olehnya
dan pernyataan yang tidak setuju sebesar 66.
Menurut Notoatmodjo bahwa pengetahuan baik maka menghasilkan sikap yang baik pula.
20
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa responden yang memiliki penegetahuan dengan kategori lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang memiliki pengetahuan kurang. pada data kategori sikap juga lebih banyak pada kategori baik dibandingkan kategori kurang. Hal ini dikarenakan untuk
memperoleh sikap yang mendukung tidak hanya diperlukan pengetahuan saja, tetapi dipengaruhi juga faktor emosional, pengalaman pribadi, media massa, pengaruh
orang lain dianggap penting dan kebudayaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastianti 2013
bahwa
frekuensi tertinggi pada
sikap responden terhadap HIVAIDS menunjukkan sebesar 73,7 responden yang bersikap positif terhadap pencegahan HIVAIDS dan sebesar 26,3
responden yang bersikap negatif.
23
46
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Tindakan Pencegahan Responden Tentang HIVAIDS
Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tingkat Kategori Berdasarkan Tindakan Pencegahan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS
Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi tindakan pencegahan pada siswasiswi kelas XI SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014.
Proporsi terbesar yaitu tindakan pencegahan dengan kategori baik sebesar 87 dan proporsi terkecil tindakan pencegahan dengan kategori kurang sebesar 13.
Didapatkan dari hasil wawancara menggunakan kuesioner diperoleh pada tindakan pencegahan dengan apakah responden mencari informasi tentang HIVAIDS
didapatkan hasil “Ya” sebesar 82 dan “Tidak” sebesar 18, pada tidak sebesar 18 dengan tidak mencari informasi respinden menjawab tidak memiliki waktu luang
untuk mencari informasi tentang kesehatan dan lebih mencari informasi sesuai kegiatan yang berhubungan terhadapnya. Pada pertanyaan pernah mengikuti kegiatan
berhubungan tentang HIVAIDS didapatkan hasil “Ya” sebesar 41 dan “Tidak”
Universitas Sumatera Utara
sebesar 59, pada kategori “Tidak” merupakan frekuensi tertinggi responden menyatakan tidak aktip terhadap kegiatan sekolah sehingga kegiatan sosialisasi
seperti seminar tidak pernah mengikuti. Pada pertanyaan pernah mengajak anggota keluarga, teman maupun orang dilingkungan untuk turut mencegah penularan
HIVAIDS didapatkan hasil “Ya” sebesar 59 dan “Tidak” sebesar 41 hal ini dikarenakan keluarga,teman maupun lingkungan merasa acuh tak acuh terhadap
penanggulangan HIVAIDS tersebut, responden mengatakan dengan lingkungan keluarga yang sibuk sehingga tidak ada waktu untuk saling berbagi pengetahuan dan
lingkungan yang acuh terhadap sesame tetangga sehingga tidak adanya kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Pada pertanyaan apakah berusaha untuk
terhindar dari HIVAIDS dengan tidak melakukan perbuatan yang berisiko tertular HIVAIDS didpatkan hasil “Ya” 93 dan “Tidak” 7.
Tindakan yang didasari dengan pengetahuan dan sikap akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan tindakan yang tidak didasari dengan oleh pengetahuan dan sikap.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang over behavior. Seseorang melakukan tindakan
karena adanya pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Salah satu unsur yang diperlukan agar dapat berbuat sesuatu adalah mempunyai pengetahuan dan jika
seseorang menghendaki sesuatu dapat dikerjakan terus menerus maka diperlukan pengetahuan yang positif tentang apa yang dikerjakan, dengan kata lain tindakan
yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tindakan tanpa pengetahuan yang baik.
20
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastianti pada tahun 2013
bahwa
frekuensi tertinggi pada
tindakan responden terhadap pencegahan HIVAIDS menunjukkan sebesar 52,6 responden yang memiliki tindakan yang baik, dan sebesar
47,4 responden yang memiliki tindakan yang tidak baik.
46
Universitas Sumatera Utara
5.2. Analisis Bivariat 5.2.1. Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang
HIVAIDS
Gambar 5.5 Diagram Batang Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA
Al-Azhar Medan Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pada sumber informasi baik dengan tingkat pengetahuan baik pada kategori baik yaitu sebesar
61, proporsi sumber informasi baik dengan pengetahuan kurang tertinggi pada kategori baik yaitu sebesar 27 dan terendah pada sumber informasi kurang dengan
tingkat pengetahuan kategori kurang yaitu sebesar 3. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square
α = 0,05 diperoleh nilai p =0,687 p 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini
berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat
3 9
27 61
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014.
Menurut Notoadmodjo untuk mengukur seseorang tahu tentang sesuatu dapat menyebutkan dan menyatakan mengenai hal tersebut sedangkan tingkat memahami
adalah kemampuan mengingat dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan dengan benar. Dalam hal ini pengetahuan
mengenai HIVAIDS meliputi pengertian, penularan, pencegahan HIVAIDS saja yang diketahui.
Tidak terdapatnya hubungan menurut peneliti dikarenakan masih belum memahaminya siswasiswi tentang HIVAIDS.
Dalam menambah
pengetahuanmemperoleh tingkah laku baru belajar dari mendapatkan informasi merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal baru dalam perubahan tingkah laku
pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai.
20
Proses informasi yang didapatkan membutuhkan perubahan kemampuan yang berlaku untuk waktu relatif lama dan perubahan-perubahan itu terjadi karena adanya
kemauan usaha perubahan bukan karena proses kematangan. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Ini bisa
diartikan bahwa informasi yang diterima remaja tergantung bagaimana masing- masing individu mempersepsikannya.
20
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan pendapat Azwar 2012 Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses
pembentukan peranan media massa tidak kecil artinya dalam pemberitaan surat kabar maupun di radio atau media komunikasi lainnya, berita-berita faktual yang
seharusnya di sampaikan secara objektif seringkali dimasuki unsur subjektifitas penulis berita, baik secara sengaja ataupun tidak. Hal ini seringkali berpengaruh
terhadap pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur subjektif itu terbentuklah pemahaman yang berbeda-
beda. Studi Penelitian Ben, E Wodi 2005 mengenai pengetahuan remaja tentang
HIVAIDS banyak dilakukan di beberapa negara, di antaranya di Nigeria dan Malaysia. Nigeria merupakan salah satu daerah pandemi HIVAIDS dan melalui
penelitian yang dilakukan kepada 100 orang remaja tersebut diperoleh hasil bahwa 93 responden pernah mendengar tentang HIV, meskipun begitu tidak meningkatkan
pengetahuan dan opini mereka tentang HIVAIDS.
23
Hasil penelitian berbeda yang dilakukan oleh Elisa Wiridna 2011 mengemukakan bahwa terdapat hubungan sumber informasi dengan tingkat
pengetahuan siswa-siswi tentang HIVAIDS. Hal ini dikarenakan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Sigli mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dari guru
Biologi. Materi tentang kesehatan reproduksi ini masuk dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk kelas XI IPA yang disampaikan pada semester dua.
48
Universitas Sumatera Utara
Sehingga tidak mengherankan jika siswa-siswi kelas XI sebagian besar memiliki pengetahuan yang tinggi.
Hasil penelitian Elisa Wiridna 2011 memberikan penegasan bahwa informasi sangat penting bagi siswasiswi dalam meningkatkan pengetahuannya,
khususnya pengetahuan tentang HIVAIDS. Informasi tidak didapat dari media massa maupun elektronik tetapi lingkungan ,orang tua, dan pendidikan kesehatan disekolah
sangat berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku remaja.
Pada hasil penelitian ini saya memberi penegasan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan pada siswasiswi
kelas XI tentang HIVAIDS tahun 2014 dikarenakan tidak adanya sumber informasi dari orang tua maupun lingkungan sekolah mengenai HIVAIDS. Pada siswasiswi
mendapatkan sumber informasi melalui media cetak dan media elektronik sehingga menginterprestasi dan mempersepsikan sesuai pemahaman dan kemampuan masing-
masing sehingga banyak terjadi kesalah pahaman tentang HIVAIDS. Sebenarnya sumber informasi memberikan suatu efek positif atau negatif pada ilmupengetahuan
terhadap seseorang tersebut dan tergantung seseorang tersebut dapat merealisasikan didalam kehidupannya.
43
Universitas Sumatera Utara
5.2.2. Hubungan Sumber Informasi Dengan Sikap Responden Tentang HIVAIDS
Gambar 5.6 Diagram Batang Hubungan Sumber Informasi Dengan Sikap
SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pada sumber informasi baik dengan sikap baik pada kategori baik yaitu sebesar 65, proporsi pada
sumber informasi baik dengan sikap kurang pada kategori baik yaitu sebesar 23 dan terendah pada sumber informasi kurang dengan sikap baik kategori kurang yaitu
sebesar 5. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square
α = 0,05 diperoleh nilai p =0,022 p 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini
berarti ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan sikap pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014.
5 7
23 65
Universitas Sumatera Utara
Sumber informasi yang kurang pada siswasiswi kelas XI dibandingkan mempunyai sumber informasi baik tentang HIVAIDS memiliki RP sebesar 2,232
dengan 95 CI 1,233 - 4,040. Artinya siswasiswi kelas XI dengan sumber informasi kurang memiliki kemungkinan resiko 2,232 kali lebih besar mempunyai
sikap kurang tentang HIVAIDS dibandingkan dengan siswasiswi yang mempunyai sumber informasi baik.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respon.
49
Pengetahuan akan segi manfaat dan akibat buruk sesuatu hal akan membentuk sikap, kemudian dari sikap itu akan muncul niat. Niat yang selanjutnya
akan menentukan apakah kegiatan akan dilakukan atau tidak, sehingga semakin baik pengetahuan mengenai HIVAIDS maka semakin baik perilakunya.
Pengaruh dari media massa dan pengaruh orang lain yang dianggap penting juga berperan dalam pembentukan sikap seseorang, karena dari dua faktor ini,
informasi mengenai HIVAIDS, bahaya, pencegahan dan penularannya akan membentuk dan mempengaruhi sikap seseorang.
20
Mechanic dalam Palestin, 2006 mencatat salah satu dari sepuluh tipe variabel yang menentukan perilaku kesehatan adalah informasi yang tersedia,
pengetahuan, kebudayaan serta pandangan orang yang menilai. Cumming dalam Palestin, 2006 menyebutkan salah satu dari berbagai faktor yang mempengaruhi
perilaku yang berkaitan dengan kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai penyakit tersebut.
20
50
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh sikap yang mendukung tidak hanya diperlukan pengetahuan saja, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor emosional, pengalaman pribadi,
media massa, lembaga pendidikan, lembaga agama, pengaruh orang lain dianggap penting, dan kebudayaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastianti pada tahun 2013 dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIVAIDS Dengan Tindakan
Pencegahan HIVAIDS Pada Siswa SMK Negeri 3 Tahuna” terdapat hubungan antara sikap terhadap HIVAIDS dengan tindakan pencegahan HIVAIDS pada siswa
SMK Negeri 3 Tahuna nilai p=0,001.
23
46
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Hubungan Sumber Informasi Dengan Tindakan Pencegahan Responden Tentang HIVAIDS
Gambar 5.7 Diagram Batang Hubungan Sumber Informasi Dengan Tindakan Pencegahan SiswaSiswi Kelas XI Tentang HIVAIDS Di SMA
Al-Azhar Medan Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pada sumber informasi baik dengan tindakan pencegahan pada kategori baik yaitu sebesar 82 dan
terendah pada sumber informasi kurang dengan tindakan pencegahan kategori kurang yaitu sebesar 6. Sedangkan proporsi sumber informasi baik dengan tindakan
pencegahan kurang tertinggi pada kategori baik yaitu sebesar 7 dan terendah sumber informasi kurang tindakan pencegahan baik pada kategori kurang yaitu
sebesar 5. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square
α = 0,05 diperoleh nilai p =0,001 p 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini
82
6 5
7
Universitas Sumatera Utara
berarti ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tindakan pencegahan pada siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan
Tahun 2014. Sumber informasi yang kurang pada siswasiswi kelas XI dibandingkan
mempunyai sumber informasi baik tentang HIVAIDS memiliki RP sebesar 2,503 dengan 95 CI 1,652-3,791. Artinya siswasiswi kelas XI dengan sumber informasi
kurang memiliki kemungkinan resiko 2,503 kali lebih besar mempunyai tindakan pencegahan yang kurang tentang HIVAIDS dibandingkan dengan siswasiswi yang
mempunyai sumber informasi baik. Penelitian ini sejalan dengan Yosefina Lidia Wati Egong 2005 dengan judul
“Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Sumber Informasi Tentang Menstruasi Dengan Praktik Higiene Menstruasi Pada Remaja Putri Studi Pada Siswi Kelas II SLTPN 12
Semarang” terdapat hubungan antara sumber informasi dari media masa p-value =0,001 dengan praktik higiene menstruasi.
Kristawansari 2012 terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan sopir truk tentang HIVAIDS dengan perilaku pencegahan HIVAIDS.
51
52
Pada penelitian Lastianti 2013 terdapat hubungan pengetahuan tentang HIVAIDS
dengan tindakan pencegahan HIVAIDS pada siswa SMK Negeri 3 Tahuna. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nurul Prishatita Rizyana 2012
mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara peran media massa terhadap tindakan pencegahan HIVADIS. Hal ini dikarenakan banyaknya paparan
media terhadap responden dan sewaktu mendapatkan informasi tersebut tidak
46
Universitas Sumatera Utara
didampingi oleh orang tua sehingga remaja tersebut menerima dengan alur pikirnya sendiri. Sehingga menghasilkan bentuk tindakan yang negatif.
Tindakan yang didasari dengan pengetahuan dan sikap akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan tindakan yang tidak didasari dengan oleh pengetahuan dan sikap
namun kadangkala pengetahuan yang positif yang dimiliki seseorang seringkali diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata.
47
20
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori sumber informasi yang didapatkan oleh siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar
Medan tahun 2014 adalah mempunyai sumber informasi baik yaitu 88 orang 88.
6.1.2. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori pengetahuan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 mempunyai
pengetahuan baik sebesar 54 orang 54. 6.1.3. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori sikap siswasiswi kelas XI
tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 mempunyai sikap baik terhadap HIVAIDS yaitu 70 orang 70.
6.1.4. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori tindakan pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014
tertinggi mempunyai tindakan pencegahan kategori baik tentang HIVAIDS yaitu 87 orang 87.
6.1.5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar
Medan tahun 2014 p= 0,687. 6.1.6. Terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat
kategori sikap siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014 p= 0,022.
Universitas Sumatera Utara
6.1.7. Terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat kategori tindakan pencegahan siswasiswi kelas XI tentang HIVAIDS di SMA
Al-Azhar Medan tahun 2014 p= 0,001
6.2. Saran
6.2.1. Diharapkan kepada pihak sekolah SMA Al-Azhar Medan agar dapat
memberikan penyuluhan kepada siswasiswi tentang masalah kesehatan khususnya tentang HIVAIDS.
6.2.2. Disarankan kepada siswasiswi SMA Al-Azhar Medan untuk meningkatkan
pengetahuan yang lebih komprehensif dengan cara mencari informasi mengenai kesehatan khususnya tentang HIVAIDS agar dapat menggalakkan
sosialisasi tentang HIVAIDS baik di keluarga, teman dan lingkungan.
6.2.3. Pada siswasiswi SMA Al-Azhar Medan kiranya mengaktifkan diri dalam
kegiatan keagamaan, serta kegiatan ekstrakulikuler sekolah serta kegiatan positif lainnya agar tidak mudah terlibat dalam pergaulan bebas yang
mengakibatkan fatal bagi remaja itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sumber Informasi
Dalam era globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh terhadap pesatnya informasi. Pengetahuan-pengetahuan atau informasi-
informasi ini dapat diperoleh baik melalui membaca buku-buku, hasil penelitian orang lain, maupun pengalaman langsung dari lapangan.
15
Secara umum, semua sumber informasi adalah suatu sumber belajar, karena dalam sumber informasi selalu
terkandung hal-hal yang dapat digunakan sebagai sumber belajar, hanya saja semua itu tergantung pada kebutuhan belajar masing-masing individu dalam memanfaatkan
sumber informasi sebagai sarana untuk belajar. Pada garis besarnya sumber-sumber informasi dapat dikelompokkan menjadi
3 kategori, yaitu :
16
1. Sumber Informasi Dokumenter Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter adalah semua bentuk
sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan. Sedangkan dokumen tidak resmi adalah segala
bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan atau instansi tidak resmi atau perorangan.
17
Dokumen merupakan segala benda yang berbentuk barang, gambar atau tulisan sebagai bukti dan dapat memberikan
Universitas Sumatera Utara
keterangan yang penting dan absah.
18
Dokumen juga membantu memberikan rincian informasi jika bukti dokumenter bertentangan dengan informasi dari
sumber yang didapat, penggunaan bukti dokumen ini adalah untuk mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain.
2. Sumber Kepustakaan
19
Bahan-bahan kepustakaan yang dapat digunakan, dapat digolongkan ke dalam : a. Buku yang diterbitkan,
17
b. Berbagai penelitian berkala, seperti majalah, jurnal, bulletin, brosur, dan sebagainya,
c. Berbagai harian atau surat kabar, d. Karangan atau makalah ilmiah yang tidak diterbitkan,
e. Laporan-laporan penelitian, f. Laporan-laporan dari instansi resmi
Berdasarkan cara produksinya dan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Adapun macam-macamnya adalah :
15
a. Poster b.
Majalah atau surat kabar c.
Leaflet 2. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronik. Adapun macam-macamnya adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Televisi b. Radio
c. Video CD dan VCD d. Slide
e. Film f. Internet
3. Media papan Bill Board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diiisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.
Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum bus dan taksi.
3. Sumber Informasi Lapangan Sumber informasi lapangan diperoleh langsung dari objeknya di lapangan.
Biasanya sumber informasi lapangan adalah pribadi-pribadi yang berkecimpung di bidang yang diteliti. Informasi-informasi diperoleh melalui teknik observasi,
wawancara, angket, maupun eksperimen pendahuluan.
17
Wawancara merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting dalam studi kasus, membuat
kunjungan langsung ke lapangan dengan asumsi bahwa fenomena yang terjadi, pelaku atau kondisi lingkungan sosial relevan akan tersedia untuk observasi.
Sumber informasi lapangan antara lain meliputi :
19
1. Sumber pribadi
17
Meliputi semua orang atau agen yang menjadi sumber informasi 2. Lembaga atau organisasi
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan lembaga atau organisasi disini adalah organisasi atau lembaga pelayanan kesehatan.
3. Kantor-kantor baik pemerintah maupun swasta juga merupakan sumber informasi lapangan.
4. Kejadian, gejala, atau kasus yang terjadi di dalam masyarakat juga merupakan sumber informasi.
2.2. Pengetahuan
Pengetahuan knowledge adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan pada
dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik
dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.
20,21,22
Pengetahuan adalah hasil “tahu” manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya atau hasil usaha
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke
dalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya.
Machfoedz 2009 penentuan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Kriteria sebagai berikut :
a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-
100 dari seluruh pertanyaan, b. Cukup
: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-
Universitas Sumatera Utara
75 dari seluruh pertanyaan, c. Kurang
: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40- 55 dari seluruh pertanyaan,
2.2.1. Tingkat Pengetahuan
20
Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan : a. Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi application
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain. d. Analisis analysis
Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
Universitas Sumatera Utara
e. Sintesis synthesis Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau merangkumkan
dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen yang dimiliki. f. Evaluasi evaluation
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.3. Sikap
Menurut Notoatmodjo 2010 bahwa sikap merupakan respon seseorang terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara
langsung, tetapi hanya dapat ditafsir terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, hal
ini merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus atau rangsangan dari kehidupan sosial. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap
stimulus di lingkungan, dan bukan merupakan suatu pelaksanaan dengan motif tertentu, hal ini diungkapkan Newcomb seorang ahli psikologi sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan akan tetapi sikap merupakan suatu hal yang akan mengarah pada suatu tindakan atau perilaku. Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu:
20
a Menerima receiving Menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan suatu respon
yang telah diberikan oleh orang lain.
Universitas Sumatera Utara
b Menanggapi responding Menanggapi diartikan bahwa seseorang memberikan suatu jawaban atau
tanggapan terhadap suatu pertanyaan. c Menghargai valuing
Menghargai diartikan bahwa seseorang memberikan suatu penilaian yang baik terhadap stimulus, hal ini berarti mengajak orang lain untuk mendiskusikan
suatu masalah. Misalnya ada teman yang perilakunya berisiko terhadap penularan HIVAIDS maka remaja mampu mengajak dan melakukan diskusi
tentang HIVAIDS dan menyarankan agar mereka melakukan pemeriksaan status HIVAIDS. Hal ini berarti remaja memiliki sikap yang positif terhadap
HIVAIDS. d Bertanggung jawab responsible
Mampu bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan dan terhadap apa yang telah dipilih oleh seseorang merupakan sikap yang paling tinggi.
Misalnya remaja mampu menolak ajakan teman sebaya untuk melakukan aktifitas yang berisiko menularkan HIVAIDS meskipun pada akhirnya akan
dijauhi oleh teman-temanya. Sikap selalu berhubungan dengan suatu obyek yang disertai dengan perasaan
positif dan negatif. Seseorang akan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek apabila obyek tersebut memiliki nilai dalam pandangannya sedangkan seseorang akan
memiliki sikap negatif apabila obyek tersebut tidak memiliki nilai menurut pandangannya. Menurut Azwar 2012 sikap dipegaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain
Universitas Sumatera Utara
yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional.
a Pengalaman Pribadi
23
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya dan karena kebudayaan pula yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.
d Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
Universitas Sumatera Utara
e Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f Faktor Emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.4. TindakanPraktik
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya adalah
melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapi. Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
20
1. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2. Respons terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.
3. Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
Universitas Sumatera Utara
4. Adopsi Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.5. Remaja
Remaja adalah individu baik laki-laki maupun perempuan yang sedang berada
di tengah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,
perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Menurut WHO World Health Organization remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan
yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan
ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri. Menurut WHO World Health Organization menetapkan usia remaja 10-20
tahun. Sedangkan perserikatan bangsa-bangsa PBB meneteapkan usia 15-24 tahun sebagai kaum muda. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB
tentang kaum muda adalah kurun usia 15-24 tahun.
15
Fenomena transisi kependudukan di Indonesia semakin meningkat. Adanya transisi demografi ini menyebabkan perubahan pada struktur penduduk, terutama
struktur penduduk menurut umur. Apabila sebelumnya penduduk yang terbesar adalah anak-anak maka dalam masa transisi ini proporsi penduduk usia remaja
semakin besar. Total jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 adalah sebesar 213.375.287 jiwa. Jumlah penduduk usia 0-19 tahun adalah sebesar 81.762.113 jiwa
24
Universitas Sumatera Utara
dengan rincian 41.882.482 jiwa adalah anak laki-laki dan 39.879.631 adalah anak perempuan. Dengan kata lain, anak usia 0-19 tahun memiliki proporsi sebesar 38,32
persen bila dibandingkan dengan keseluruhan populasi penduduk. Diprediksikan tahun- tahun selanjutnya akan mengalami peningkatan pada piramida penduduk di
Indonesia
.
2.6. HIVAIDS
15,25
2.6.1. Pengertian HIVAIDS
HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA. Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki enzim reverse transcriptase,
yaitu enzim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi
genetik sel limfosit yang diserang.
1
HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan
penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan sel monosit dan makrofag.
Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik, mulai dari infeksi tanpa gejala asimtomatik pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang
berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun setelah infeksi.
AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala sindrom dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Human
Universitas Sumatera Utara
Immunodeficiency Virus yang dapat menghancurkan system kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan kanker fatal.
Biasanya sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh terhadap penyakit, akan tetapi kalau sistem kekebalan tubuh dirusak oleh virus AIDS, maka serangan penyakit
yang biasanya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya karena tubuh orang tersebut tidak bisa lagi memeranginya, yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian karena infeksi tersebut.
2.6.2. Sejarah HIVAIDS
Beberapa ilmuwan menganggap HIV menyebar dari kera ke manusia antara 1926-1946. Penelitian sekarang menunjukkan bahwa HIV kemungkinan pertama
menular dari simpanse ke manusia pada tahun 1675 tetapi jenis virus itu tidak menetapkan diri sebagai epidemi hingga 1930.
Kasus infeksi HIV pertama kali di dunia terjadi pada tahun 1959. Ketika itu, seseorang lelaki kulit hitam yang tinggal di
Kongo menyerahkan sampel darah kepada tim dokter Amerika Serikat yang tengah melakukan studi tentang masalah genetik. Usai penelitian, sampel itu ternyata tidak
dibuang, melainkan disimpan dalam freezer dan terlupakan begitu saja. Baru pada tahun 1986 contoh darah itu ikut diperiksa bersama 1.212 sampel darah lainnya oleh
seorang dokter Amerika bersama peneliti yang lain hasilnya darah itu positif HIV. Pada tahun 1985 dilaporkan juga kasus pada berbagai Negara dibenua Amerika
lainnya yaitu Afrika dan Australia.
26,27,28
Pada awalnya istilah AIDS diterapkan ketika enam kasus pertama ditemukan di Long Angeles, Amerika Serikat pada tanggal 5 juli 1981. Di Indonesia AIDS
merebak tatkala seorang turis Belanda bernama Edward Hop laki-laki homo
Universitas Sumatera Utara
meninggal di RSU Sanglah yang merupakan RS terbesar di Bali, pada tanggal 15 April 1987. Sebelum itu pada bulan April 1986, di RSCM Jakarta ditemukan seorang
wanita yang terinfeksi HIV melalui transfusi darah. Di kota Medan kasus HIV ditemukan pertama kali tahun 1992 di RS Pirngadi
Medan oleh DR.dr. Umar Zein pada WPS Wanita Pekerja Seks. Kasus AIDS ditemukan juga pada ABK Anak Buah Kapal tahun 1994. Salah satu respon yang
dilakukan pada tahun 1997 adalah dibentuknya tim HIV dan AIDS di RSUP Adam Malik Medan tetapi tidak efektif. Stigma diskriminasi pada petugas kesehatan
masih tinggi saat itu. Pada tahun 2002 obat anti retroviral ARV generik mulai digunakan di
Medan terhadap penderita AIDS. Logistik ARV diberikan dari Jakarta. Sebagai kelanjutan pembentukan panitia AIDS di RSUP Adam Malik, pada April 2001
diterbitkan SK pembentukan Pusat Pelayanan Khusus Posyansus di RSUP Adam Malik Medan yang diketuai oleh DR. dr. Umar Zein.
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Medan sejak Januari 2006 sampai dengan Desember 2013, jumlah kasus HIVAIDS di Kota Medan mencapai 3410
kasus. Faktor risiko tertinggi adalah kelompok hetereoseksual sebanyak 2198 kasus, sedangkan faktor risiko kedua adalah pada kelompok penasun pengguna napza
suntik sebanyak 958. Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2013 dilaporkan sampai pada akhir tahun 2012, untuk wilayah Provinsi Sumatra Utara, kasus HIVAIDS
sudah mencapai 6340 terdiri dari 2198 kasus HIV dan 4241 kasus AIDS. Konselor kesehatan pertama di Kota Medan dari RSUP Adam Malik. Puncak
keberhasilan dan keefektifan program VCT terjadi antara tahun 2003-2008, dengan
Universitas Sumatera Utara
dukungan dana dari GF dan FHI. Tahun 2004-2005, program Pengobatan, Dukungan dan Perawatan PDP dibentuk di RSUP Adam Malik.
2.6.3. Etiologi
27
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu
untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya, HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang
panjang klinik-laten, dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. Ketika sistem imun melemah atau rusak oleh virus seperti HIV, tubuh akan
lebih mudah terkena infeksi oportunistik. Secara struktur morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar dan melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen fungsional
dan struktural. Tiga gen tersebut yaitu gag antigen, pol polymerase, dan env envelope. Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse
transcriptase, protease, dan integrase. Gen env mengode komponan structural HIV yang dikenal glikoprotein. Gen lainnya yang ada dan juga penting dalam replikasi
virus, yaitu rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Human Immunodeficiency Virus 2.6.4.
Patogenesis
HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan sekret vagina,
serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut :
1. Hubungan seksual, baik secara vagina, oral maupun anal dengan seorang pengindap. Hal ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90 total
kasus sedunia. 2. Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfusi
darahproduk darah yang tercemar mempunyai resiko sampai 90 , ditentukan 3-5 total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril atau pemakaian
bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik berisiko 0,5-1 , ditentukan 5-10 total kasus sedunia. Penularan melalui kecelakaan tertusuk
jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko 0,5 dan mencakup 0,1 total kasus sedunia.
Universitas Sumatera Utara
3. Transmisi secara vertikal dari ibu hamil mengidap HIV pada bayinya melalui plasenta. Resiko penularan dengan cara ini 25-40 dan terdapat 0,1 total
kasus sedunia. Setelah masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel
dendritik selama beberapa hari. HIV menginfeksi sel yang permukaannya terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika glikoprotein pada HIV
membentuk tempelan ke reseptor CD4. Virus masuk ke sel dan memulai replikasi memperbanyak diri. Sel terinfeksi dapat menghasilkan bentuk virus yang baru. Sel
T menjadi target utama dari virus ini, sehingga efek utamanya adalah pada sistem imun. Selanjutnya sel-sel lain yang memiliki CD4 beberapa makrofag, subklas sel
B, juga dapat terinfeksi.
29
Gambar 2.2. HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil diwarnai hijau pada permukaan limfosit
setelah menyerang sel tersebut dilihat dengan mikroskop elektron
.
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya pada awal-awal terjadi infeksi, sistem imun masih bekerja dengan baik sampai beberapa tahun. Akan tetapi sistem imun dalam tubuh menurun seiring
dengan terakumulasinya varian baru dan antigen yang berbeda. HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T dan masuk sel secara endositosis, kemudian
memperbanyak diri. Selanjutnya keluar dari sel T dengan cara melisiskan sel atau dapat juga dengan cara eksositosis.
Gambar 2.3. Infeksi HIV Pada Sel T
Secara imunologis, sel T yang terdiri atas limfosit T- helper ,disebut limfosit CD4
+
. Saat ini, darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat tinggi, yang berarti banyak virus lain di dalam darah. Orang dewasa yang baru terinfeksi sering
menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala tersebut biasanya terjadi 2- 4 minggu stelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan
sering terdeteksi influenza. Selain itu penderita juga sering merasa tidak sehat meski dari luar tampak sehat. Keadaan penderita yang terinfeksi ini bisa disebut dengan
sindrom HIV akut . Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan
Universitas Sumatera Utara
positif, karena telah terbentuk anti bodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode, dimana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya
masih negatif. Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4
+
dalam darah menurun dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4
+
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai menampakkan gejala akibat infeksi oportunistik penurunan berat badan, demam
lama, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberculosis, infeksi jamur, herpes, dan lain-lain setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS.
pada nodus limfa dan thymus selama waktu tersebut, yang membuat individu yang terinfeksi HIV akan mungkin terkena
infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi limfosit T. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik. Masa tanpa gejala ini
berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok orang perjalanan penyakitnya sangat cepat, hanya sekitar 2 tahun, dan ada juga sangat lambat.
27
Gambar 2.4. Grafik Perjalanan HIV pada Individu Yang Terinfeksi HIV
jumlah limfosit T CD4
+
jumlah RNA HIV per mL plasma selmm³
Universitas Sumatera Utara
HIV mudah mati di alam terbuka, dalam suasana kering diluar tubuh manusia hanya bertahan selama beberapa menit. Virus dapat dimusnahkan dengan suhu 50-
60 Virus HIV terdapat dalam cairan tubuh manusia, seperti : cairan darah, cairan
sperma, cairan vagina. Virus HIV terdapat pada cairan ini karena di cairan-cairan ini banyak mengandung sel darah putih atau sel T.
c 30 menit, larutan eter, aseton, etanol, sabun, dan bahan pencuci hama.
2.6.5. Gejala Klinis HIVAIDS
30
World Health Organization WHO menetapkan empat stadium klinis pada pasien yang terinfeksi HIVAIDS yakni sebagai berikut :
30
Tabel 2.6.5. Empat Stadium Klinis Pada Pasien HIVAIDS Stadium 1
Asimptomatik Aktivitas
Normal
Tidak terjadi penurunan berat badan Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten
Stadium 2 Simptomatik
Penurunan berat badan 5-10 ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir Luka di sekitar bibir kelitis angularis
Ulkus mulut berulang Ruam kulit yang gatal seboroik atau prurigo-PPE pruritic popular
eruption Dermatitis seboroik
Infeksi jamur kuku
Stadium 3 Keadaan
Umumnya Lemah
Penurunan berat badan 10 Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan
Kandidosis oral atau vaginal Oral hairy leukoplakia
TB paru dalam 1 tahun terakhir Infeksi bakterial yang berat pneumoni, piomiositis, dll
TB limfadenopati Gingivitisperiodontitis ulseratif nekrotikan akut
Anemia Hb 8 g, netropenia 5.000ml, trombositopeni kronis
50.000ml
Universitas Sumatera Utara
Stadium 4 Keadaan
Sangat Lemah
AIDS
Sindrom wasting HIV Pneumonia pneumosistis, pnemoni bakterial yang berat berulang
Herpes simpleks ulseratif lebih dari 1 bulan Kandidosis esophageal
TB ekstraparu Sarkoma Kaposi
Retinitis CMV Cytomegalovirus Abses otak toksoplasmosis
Encefalopati HIV Meningitis kriptokokus
Infeksi mikobakteria non-TB meluas Lekoensefalopati multifocal progresif PML
Peniciliosis, kriptosporidosis kronis, isosporiasis kronis, mikosis meluas,
histoplasmosis ekstra paru, cocidiodomikosis Limfoma serebral atau B-cell, non-Hodgkin
Kanker serviks invasif Leismaniasis atipik meluas
Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV
Sumber: WHO, 2008
2.6.6. Epidemiologi HIVAIDS
2.6.6.1. Frekuensi
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 35 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun
31,32,33,34
1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang
dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
WHO mencatat terdapat sekitar 131.000 orang yang baru terinfeksi HIV di Eropa dan negara-negara sekitarnya pada tahun 2012. Kenaikan 8 dari tahun
sebelumnya ini mengkhawatirkan, mengingat tren penurunan kasus-kasus AIDS di dunia barat akhir-akhir ini.
Universitas Sumatera Utara
Kasus AIDS dilaporkan telah menurun terus di Eropa Barat menurun 48 persen antara tahun 2006 dan 2012. Sementara di bagian timur Eropa, yang
mencakup banyak negara bekas republik Soviet jumlah orang yang baru didiagnosa dengan AIDS meningkat sebesar 113 persen.
Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV
.
Lebih dari 64 dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per
empat 76 dari semua wanita hidup dengan HIV.
Pada tahun 2013 ada sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIVAIDS. Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia
diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi HIVAIDS yang berkembang paling cepat UNAIDS, 2008. Kementerian
Kesehatan memperkirakan, Indonesia pada tahun 2014 akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AID S dibandingkan pada tahun 2008
dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang. Merupakan negara dengan tingkat
epidemi HIV terkonsentrasi, karena terdapat beberapa daerah dengan prevalensi HIV lebih dari 5 pada seperti pengguna napza suntik, pekerja seks, waria, LSL dan
prevalensi HIV tinggi pada populasi umum 15-49 tahun terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat 2,4.
Hal itu dikarenakan wilayah yang rendah aksesnya terhadap pencegahan, tes dan obat-obatan, akibat rendahnya dana
untuk sektor tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.6.6.2. Distribusi
A. Distribusi Menurut Orang
Hasil surveilans sentinel HIV sampai dengan tahun 2012 menunjukkan bahwa prevalens HIV berkisar 21 – 52 pada penasun, 1-22 pada WPS, 3-17
pada waria. Hasil estimasi orang dengan HIV dan AIDS ODHA di Indonesia tahun 2012 jumlahnya berkisar antara 230.411-308.924, dimana 39 diantaranya adalah
pelanggan pekerja seks dan 9 adalah pengguna narkoba suntik penasun. Laporan Epidemi AIDS Global UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa
terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50 di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Tenggara,
terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV. Menurut Laporan Perkembangann HIV-AIDS WHO-SEARO 2011 , sekitar 1,3 juta orang 37 perempuan terinfeksi
HIV. Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual
tidak aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan seksualnya. Data Riskesdas 2010 menunjukkan fakta bahwa sudah mulai muncul data
remaja usia 10-24 tahun yang belum menikah telah berhubungan seksual. Fakta ini menunjukkan bahwa informasi yang jelas dan benar tentang kesehatan reproduksi
termasuk pencegahan HIV dan IMS sangat diperlukan dikalangan remaja. Data Dinas Kesehatan Dinkes Sumut, sejak tahun 1992 hingga Februari
2014, sebanyak 3.091 orang penderita HIVAIDS terdeteksi di kota Medan dan
36
Universitas Sumatera Utara
diikuti 1.066 kasus dari Kabupaten Deli Serdang dan 341 kasus dari Kabupaten Karo.
B. Distribusi Menurut Tempat