ANALISIS HASIL PERHITUNGAN Evaluasi Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga Pt T-01-2002-B Dengan Menggunakan Program Kenpave

IV.4. ANALISIS HASIL PERHITUNGAN

Perencanaan tebal perkerasan dengan menggunakan metode Bina Marga yang direncanakan dengan struktur empat lapis dan struktur dua lapis full depth setelah dievaluasi menggunakan program KENPAVE menghasilkan jumlah repetisi beban yang jauh berbeda. Pada struktur empat lapis jumlah repetisi beban yang dihasilkan lebih kecil dari struktur dua lapis full depth. Tebal perkerasan dengan struktur empat lapis jumlah repetisi beban yang dihasilkan untuk semua variasi lebih kecil dari repetisi beban rencana, sehingga disimpulkan tebal perkerasan tidak mampu menahan beban lalu lintas rencana, sedangkan yang direncanakan dengan struktur dua lapis full depth pada beberapa variasi menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih besar dari beban lalu lintas rencana, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan antara metode empiris Bina Marga dan metode Mekanistik. Perbedaan antara metode empiris Bina Marga dengan metode mekanistik program KENPAVE adalah Pada metode empiris Bina Marga parameter CBR tanah dasar, beban lalu lintas rencana, nilai reliabilitas, Indeks Permukaan, koefisien drainase dan parameter lainnya menentukan ketebalan perkerasan yang diperlukan, sedangkan pada metode mekanistik program KENPAVE parameter struktural modulus elastisitas dan poisson ratio, beban statik, dan tebal perkerasan yang menjadi kriteria perencanaan tebal perkerasan. Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah grafik hubungan nilai CBR dan Beban lalu lintas rencana terhadap jumlah repetisi beban menggunakan program KENPAVE.  Grafik Jumlah Repetisi Beban Struktur Empat Lapis Grafik 4.2. Hubungan Tebal Perkerasan dan beban lalu lintas rencana 0.5 × 10 6 dengan jumlah repetisi beban. Grafik 4.3. Hubungan Tebal Perkerasan dan beban lalu lintas rencana 25 × 10 6 dengan jumlah repetisi beban. 100000 200000 300000 400000 500000 600000 100000 200000 300000 400000 500000 600000 2 4 6 8 10 R e p e tis i B e b an CBR Beban Lalu Lintas Rencana 0.5 × 106 Nf Nd R e p e tis i B e b an 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 2 4 6 8 10 R e p e tis i B e b an CBR Beban Lalu Lintas Rencana 25 × 106 Nf Nd R e p e tis i B e b an Universitas Sumatera Utara Grafik 4.4. Hubungan Tebal Perkerasan dan beban lalu lintas rencana 200 × 10 6 dengan jumlah repetisi beban.  Grafik Jumlah Repetisi Beban Struktur Dua Lapis full depth Grafik 4.5. Hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana 0.5 × 10 6 dengan jumlah repetisi beban. 50000000 100000000 150000000 200000000 250000000 300000000 350000000 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 16000000 2 4 6 8 10 R e p e tis i B e b an CBR Beban Lalu Lintas Rencana 200 × 106 Nf Nd R e p e tis i B e b an 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 2 4 6 8 10 R e p e tis i B e b an CBR Beban Lalu Lintas Rencana 0,5 × 106 Nf Nd Universitas Sumatera Utara Grafik 4.6. Hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana 25 × 10 6 dengan jumlah repetisi beban. Grafik 4.7. Hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana 200 × 10 6 dengan jumlah repetisi beban. Dari grafik hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana dengan jumlah repetisi beban diatas dapat dilihat bahwa tebal perkerasan pada CBR tanah dasar yang kecil menghasilkan repetisi beban 5000000 15000000 25000000 35000000 45000000 55000000 65000000 75000000 2 4 6 8 10 R e p e tis i B e b an CBR Beban Lalu Lintas Rencana 25 × 106 Nf Nd 100000000 200000000 300000000 400000000 500000000 600000000 2 4 6 8 10 R e p e tis i B e b an CBR Beban Lalu Lintas Rencana 200 × 106 Nf Nd Universitas Sumatera Utara yang besar, sedangkan pada CBR tanah dasar yang besar menghasilkan jumlah repetisi beban yang kecil. Hal ini terjadi karena perencanaan tebal perkerasan dengan menggunakan metode Bina Marga pada CBR tanah dasar yang kecil menghasilkan tebal perkerasan yang besar, dengan menggunakan program KENPAVE tebal perkerasan yang besar regangan yang dihasilkan kecil dan dihasilkan jumlah repetisi beban yang besar, sedangkan pada CBR tanah dasar yang besar menghasilkan tebal perkerasan yang kecil sehingga regangan yang di hasilkan besar dan menghasilkan jumlah repetisi beban yang kecil. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN