BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Komponen senyawa kimia mayor daun sirih hutan Piper aduncum L yang
terkandung didalamnya adalah Dillapiole 71,79, Apiolle 8,54, Germacrene 6,17,
Caryophyllene 4,33, β-Ocimene 2,98, kadar minyak atsiri daun sirih hutan yang diperoleh dengan metode hidrodestilasi
adalah 0,52 bb dalam setiap 150 gram dan kadar ekstrak etanol ampas atau sisa hasil isolasi dengan alat Sokhlet 7,61 bb dalam 140 gram daun sirih
hutan. 2.
Minyak atsiri dan ekstrak etanol daun sirih hutan konsentrasi 5 vv memiliki kematian terkoreksi tertinggi yaitu 30 dan 35, sehingga minyak atsiri dan
ekstrak etanol Piper aduncum L, memiliki aktifitas insektisida namun kurang efektif jika dibandingkan dengan insektisida sintetis.
5.2. Saran
1. Perlu adanya uji pestisida minyak atsiri dan ekstrak etanol Piper aduncum L
pada spesies hama serangga yang lain 2.
Perlu adanya optimasi terhadap konsentrasi yang digunakan untuk uji aktivitas pestisida.
3. Perlu adanya validasi metode yang paling tepat untuk digunakan dalam uji
pestisida dari minyak atsiri dan ekstrak etanol.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pestisida
Pestisida adalah substansi zat kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari bahasa
Inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh Djojosumarto, 2008. Asosiasi Kimia Nasional Amerika Serikat menyatakan, bahwa yang juga termasuk
pengertian pestisida ialah agensia yang dipergunakan untuk keperluan-keperluan khusus seperti zat pengatur tumbuh, zat penggugur daun, zat pengering desiccant dan
zat-zat lainnya yang sejenis seperti feromon, zat kimia pemandul, zat anti feedant, atraktan, repelen, sinergis Oka dan Ida Nyoman, 1993.
2.1.1 Klasifikasi Pestisida
Klasifikasi pestisida dapat dibagi dua yaitu berdasarkan golongan hama yang dibunuh dan berdasarkan efek yang ditimbulkannya pada hama sasaran sebagai berikut,
Tabel 2.1 Berdasarkan golongan hama sasaran yang dibunuh Pestisida Golongan hama sasaran
AkarisidaMitisida Tungau, caplak dan laba-laba AlgesidaAlgae
Arborisida Pohon, semak, belukar Avisida Burung
Bakterisida Bakteri Fungisida Jamur
Herbisida Gulma Insektisdia Serangga
Molisida Siput keong-keongan
Tabel 2.2 Berdasarkan efek pestisida terhadap hama Pestisida Pengaruhnya
Anti-makan anti-feedant Menghalangi makan, hama tetap tinggal pada tanaman, hama klaparan dan
akhirnya mati mengurangi transpirasi. Anti-transpiran Mengurangi transpirasi.
Atrakta Menarik hama kepada lokasi yang memperoleh perlakuan atraktan seks.
Zat kimia pemandul Merusak reproduksi hama. Penggugur daun defoliant Menghilangkan pertumbuhan bagian
tanaman yang tidak dikehendaki, tanpa membunuh tanaman seketika.
Zat pengering desiccant Mengeringkan daun, batang dan serangga Feromon Melepaskan atau menghalangi perilaku
tertentu dari serangga Zat pengatur tumbuh Menghentikan, mempercepat atau
merubah proses pertumbuhan tanaman Repelen Mengusir hama dari objek sasaran
Sinergis Meningkatkan efektifitas dari agensia yang aktif
Sumber: Oka dan Ida Nyoman, 1993.
2.1.2 Jenis-jenis Pestisida
Insektisida dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar yaitu 1 berdasarkan susunan kimia, dan 2 berdasarkan cara kerjanya.
1. Kelompok yang berdasarkan susunan kimia dibagi lagi menjadi kelompok
inorganik dan kelompok organik. Kelompok organik ini dibagi lagi ke dalam kelompok organik sintetik dan kelompok organik alamiah.
Kelompok inorganik berasal dari unsur-unsur alamiah dan tidak mengandung karbon. Misalnya arsenikum, merkurium, dan talium, boron, tembaga, sulfur,
semuanya persisten yang daya racunnya bersifat akumulatif.
Kelompok organik sintetik terdiri atas unsur karbon, hidrogen, dan satu atau beberapa unsur seperti klorin, oksigen, belerang, fosfor, dan nitrogen.Kelompok ini merupakan
hasil sintesa manusia. Kelompok organik sintetik ini dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan unsur utama yang dikandungnya yaitu senyawa-senyawa sebagai berikut :
a. Organofosfor malation, monokrotofos, parathion, fosfamidon, bromofos,
diazinon, dimetoat, diklorofos, fenitrotion, fention, dan lain-lain. Bekerja sebagai insektisida kontal atau sistemik. Kebanyakan diantaranya memiliki
aktivitas residu dalam waktu pendek, karena itu perlu diaplikasikan berulang- ulang
b. Metal karbamat yang mengandung fenol seperti BPMC, karbaril, MIPC,
metiokarb, propoksur. Metil karbamat yang mengandung senyawa-senyawa hidrosiklik seperti karbofuran, dimetilon.
c. Organoklorin seperti DDT, aldrin, dieldrin, heptaklor, toksafin,
pentaklorofenol. Senyawa ini adalah sintetik kebanyakan sebagai racun kontak dan racun perut. Kebanyakan memiliki aktifitas residu yang panjang. Ada
kecenderungan menumpuk di dalam rantai makanan yang menimbulkan kematian pada ikan dan kehidupan lainnya. Oleh karena itu penggunaannya
sangat dibatasi. d.
Piretroid sintetik yaitu senyawa-senyawa yang struktur kimianya seperti piretrin yang berasal dari tumbuhan. Piretroid ini menunjukkan efikasi yang lebih tinggi
terhadap serangga dan pada umumnya toksisitasnya terhadap mamalia lebih rendah dibandingkan dengan insektisida lainnya. Namun kebanyakan
diantaranya sangat toksik tehadap ikan, tawon madu dan serangga berguna lainnya. Bekerjanya terutama secara kontak dan tidak sistematik.
e. Fumigan diantaranya metal bromide, etilen bromide, karbon disulfide, fosfin,
dan naftalin dipergunakan untuk mengendalikan serangga hama gudang, hama rumah dan tikus.Daya racunnya berbeda-beda satu sama lain, tetapi semuanya
sangat mudah diabsorpsi oleh paru-paru. 2.
Kelompok insektisida berdasarkan cara kerjanya ialah bagaimana efeknya dan bagaimana cara masuknya ke dalam tubuh hama. Setelah insektisida masuk
kedalam tubuh serangga, maka akan mempengaruhi proses hidup hama tersebut.
Efek-efek yang terlihat adalah mati, sakit, perubahan perilaku, pertumbuhan, metabolisme, atau kapasitas reproduksinya. Misalnya :
a. Racun-racun perut masuk kedalam perut serangga hama melalui mulut,
diabsorpsi ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan b.
Racun kontak pada umumnya masuk kedalam tubuh hama melalui kontak tubuh serangga dengan permukaan daun yang mengandung racun tersebut.
Racun-racun ini merusak sistem saraf dan pernapasan hama. c.
Fumigan, mudah sekali menguap dan masuk kedalam tubuh serangga hama dalam bentuk gas melalui sistem pernapasan.
d. Racun sistemik diaplikasikan pada daun, batang, buah-buahan atau akar
diabsorpsi oleh tanaman. Didalam tubuh tanaman racun tersebut bergerak melalui sitem vascular menuju bagian-bagian yang tidak terkena perlakuan
racun itu. Selama hama memakan racun itu juga akan ikut termakan. Racun sistemik itu juga dipergunakan untuk mengendalikan hama-hama ternak.
e. Racun penyebab mati lemas suffocation adalah racun yang menyumbat
saluran pernapasan, biasanya senyawa yang mengandung minyak. Karena tidak dapat bernafas maka hama tersebut mati Oka dan Ida Nyoman, 1993.
2.2. Tanaman Sirih Hutan Piper aduncum L
Berdasarkan taksonomi tanaman, Klasifikasi daun sesirihanhasil identifikasi tumbuhan dilaboratorium Herbarium Medanense MEDA Universitas Sumatera Utara adalah
sebagai berikut : Kerajaan
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Kelas
: Dicotyledonae Bangsa
: Piperales Familia
: Piperaceae Genus
: Piper Spesies
: Piper aduncum L
Gambar 2.1 Foto Tanaman sirih hutan Piper aduncum L Nama daerah : Below-below Karo, Sirih Hutan, Sesirihan, Kiseriuheun Sunda.
Habitat tanaman ini di areal perkebunan, hutan alami, berkayu, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata pada setiap buku, tangkai berbulu halus, silindris 5-10 mm,
panjang daun 10-14 cm, lebar 5-6 cm, pertulangan menjari, hijau muda. Bunga majemuk, bentuk buli, berkelamin satu atau dua, daun pelindung bertangkai 0,5-1,25
mm, melengkung, tangkai benang sari pendek, kepala sari kecil, bakal buah duduk, kepala putik dua sampai tiga, pendek, putih, putih kekuningan. Buah buni, bertangkai
pendek, panjang bulir 12-14 cm, masih muda kuning kehijauan, setelah tua hijau. Biji kecil dan berwarna coklat. Akar tunggang, putih kecoklatan.
2.3. Minyak Atsiri