mudah terurai atau terdegradasi sehingga tidak banyak berpengaruh pada larva uji dengan penambahan konsentrasi. Disamping itu tubuh larva uji masih dapat mentolerir
bahan aktif yang terdapat pada ekstrak dan minyak atsiri daun sirih hutan dan memberikan respon yang sama. Hal ini sesuai pendapat Cabizzal et al 2004
menyatakan bahwa senyawa kimia yang terdapat dalam bahan nabati cepat terurai dan residunya mudah hilang karena mengalami degradasi oleh suhu ruangan, sehingga
tidak perisisten terhadap larva lalat buah.
4.2. Pembahasan 4.2.1. Minyak Atsiri dari Hasil Destilasi dengan Alat Stahl
Dari sebanyak 1500 gram daun sirih hutan diperoleh minyak atsiri daun sebanyak 7,8 gram bb dengan persentase sebesar 0,52 yang diperoleh dari perhitungan berikut:
kadar minyak atsiri =
����� ������ ������ ����� ���� ���� ℎ ℎ����
=
7,8 gram 1500 gram
x 100 = 0,52
4.2.2. Ekstrak Etanol Dari Ampas Isolasi Daun Sirih Hutan dengan Alat Sokhlet
Dari sebanyak 140 gram ampas atau sisi isolasi daun sirih hutan diperoleh hasil ekstrak sebanyak 10,66 gram bb dengan persentase yang diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut : kadar ekstrak etanol =
berat ekstrak etanol berat daun sirih hutan
=
10,66 gram 140 gram
x 100
=
7,61
4.2.3. Analisis Minyak Atsiri Daun Sirih Hutan
Hasil analisis GC-Ms terhadap minyak atsiri daun sirih merah menunjukkan bahwa didalam minyak atsiri tersebut terdapat 9 senyawa yang dapat diinterprestasi yaitu
1. Puncak dengan RT 15,425 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C
10
H
16
. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 136 diikuti
puncak-puncak fragmentasi pada me 121, 105, 93,79, 67, 53, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley,
yang lebih mendekati adalah senyawa golongan monoter pen yaitu β-Ocimene
sebanyak 2,98 dengan spektrum seperti gambar 4.6 a
Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b Spektrum standard library Wiley
Gambar 4.6. Spektrum Massa β-Ocimene
Pola fragmentasi β-Ocimene tersebut secara hipotesis seperti gambar 4.7
H
2
C CH
3
CH
3
CH
3
+e - 2e
H
2
C CH
3
CH
3
CH
4
me = 136 C
10
H
16 - CH
3
15
H
2
C CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
me =121 C
9
H
13
- C
2
H
4
28
CH
3
me = 93 C
7
H
11
- C
2
H
2
26 me = 67
C
5
H
9
- C
2
H
2
26 H
3
C
CH
3
me = 41 C
3
H
7
Gambar 4.7. Pola fragmentasi senyawa β-Ocimene
2. Puncak dengan RT 21,650 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C
10
H
16
O. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 152 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 137, 124, 110, 95, 82, 67, 54, dan 39. Dengan
membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan monoterpenoid yaitu Piperitone
sebanyak 1,12 dengan spektrum seperti gambar 4.8 a.Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b. Spektrum Standart Library Wiley
Gambar 4.8 Spektrum massa Piperitone
Pola fragmentasi dari Piperitone secara hipotesis seperti gambar 4.9
+e -2e
me = 152
C
10
H
16
O - CH
3
15
-C
2
H
3
27
me = 137
C
9
H
13
O
- CO 28
me = 82
C
6
H
10
- C
2
H
4
28
me = 54
C
4
H
6
CH CH
3
CH
3
O CH
CH
3
CH
3
O H
C CH
3
O H
3
C H
3
C H
3
C
me = 110
O H
3
C
C
7
H
10
O
me = 54
C
3
H
3
- CH
3
15
Gambar 4.9 Pola Fragmentasi Senyawa Pipertone
3. Puncak dengan RT 26,408 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C
15
H
24.
Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 189, 161, 147, 133, 121, 107, 93, 81, 68, 53,
41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan sesquiterpen yaitu
Diisopropenyl sebanyak 1,0 dengan spektrum seperti gambar 4.10 a
Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b. Spektrum standar library Wiley
Gambar 4.10 Pola Fragmentasi dari senyawa Diisopropenyl Pola fragmentasi dari senyawa Diisopropenyl hipotesis seperti pada gambar 4.11
CH
3
H
2
C=CH-CH
3
CH=CH
2
CH2-CH=CH
2
CH
3
H
2
C=CH-CH
3
CH=CH
2
CH2-CH=CH
2
me = 204
C
15
H
24
+e -2e
- CH
3
15
H
2
C=CH-CH
3
CH=CH
2
CH2-CH=CH
2
H
2
C=CH-CH
3
CH2-CH=CH
2
me = 189
C
14
H
21
- C
2
H
4
28
me = 161
C
12
H
17
- C
2
H
4
28
CH
3
H
2
C=CH-CH
3
me = 133
C
10
H
13
- C
2
H
2
26
me = 107
C
8
H
11 H
2
C=CH-CH
3
-C
2
H
2
26
H
3
C
me = 81
C
6
H
9
-C
2
H
4
28
me = 53
C
4
H
5
Gambar 4.11 Pola fragmentasi senyawa Diisopropenyl 4.
Puncak dengan RT 27,50 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
15
H
24
. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 204 diikuti puncak-
puncak fragmentasi pada me 189, 175, 161, 147, 133, 120, 105, 93, 79, 69, 55, 41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum
library, yang lebih mendekati adalah golongan sesquiterpenyaitu senyawa Caryophyllene sebanyak 4,33 dengan spektrum seperti gambar 4.12
a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b Spektrum standard library Wiley
Gambar 4.12 Spektrum massa Caryophyllene Pola fragmentasi dari senyawa Caryophyllene hipotesis seperti pada gambar 4.13
CH
3
H
3
C H
3
C CH
2
+e - 2e
CH
3
H
3
C H
3
C CH
2
me = 204 C
15
H
24 H
3
C H
3
C CH
2
me = 189 C
14
H
21
-CH
3
15
- C
2
H
4
28
CH
2
me = 161 C
12
H
17
-C
2
H
4
28
CH
2
me = 133 C
10
H
13
me = 93 C
7
H
9 CH
2
- C
3
H
4
40 - 2C 24
me = 69 C
5
H
9
- C
2
H
4
28
H
3
C CH
2
me = 41 C
3
H
5
Gambar 4.13 Pola Fragmentasi yang mungkin dari senyawa Caryophyllene 5.
Puncak dengan RT 27,508 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
15
H
24
Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 189, 161, 147, 133, 121, 105, 93, 81, 67, 55,
41. Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library wiley, yang lebih mendekati adalah golongan sesquiterpen yaitu Bicylogermacrene
sebanyak 0,71 dengan spektrum gambar 4.14 a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b. Spektrum standard library Wiley
Gambar 4.14. Spektrum massa Bicylogermacrene Pola fragmentasi dari senyawa Bicylogermacrene hipotesis seperti pada gambar 4.15
C=CH-CH
3
CH
3
CH
3 C=CH-CH
3
CH
3
CH
3
+e -2e
me = 204
C
15
H
24
- CH
3
15
C=CH
CH
3
CH
3
me =189
C
14
H
21
- C
2
H
4
28
CH
3
CH
3
me =161 C
12
H
17
CH
3
CH
3
me =133 C
10
H
13
- C
2
H
4
28
H
2
C -C
2
H
4
28 CH
3
CH
3
me =105 C
8
H
9
-2C 24 H
3
C me =81
C
6
H
9
H
3
C me =55
C
4
H
7
-C
2
H
2
26
Gambar 4.15 Pola Fragmentasi dari senyawa Bicylogermacrene 6.
Puncak dengan RT 28,123 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
15
H
24
. Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 189, 161, 147, 136, 121, 107, 93, 80, 67, 55,
41. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library
Wiley adalah senyawa sesquiterpenoid yaitu α-Humulene sebanyak 1,24 dengan spektrum seperti Gambar 4.16
a.Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b.Spektrum standard library Wiley
Gambar 4.16 Spektrum Massa α-Humulene
Pola fragmentasi dari senyawa α-Humulene hipotesis seperti pada gamba
CH
3
+e -2e
me= 204 C
15
H
24
-CH
3
15
me = 189 C
14
H
21
- C
2
H
4
28
me = 161 C
12
H
17
-C
3
H
4
40
CH
3
CH
3
me = 121 C
9
H
13
me = 93 C
7
H
9
me=C
2
H
4
28 CH
3
C
2
H
2
26 me= 67
C
5
H
7
-C
2
H
2
26
H
3
C CH
2
me= 41 C
3
H
5
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
Gambar 4.17 Pola Fragmentasi dari senyawa α-Humulene
7. Puncak dengan RT 28,808 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C
15
H
24.
Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 189, 161, 147, 133, 117, 105, 91, 79, 67, 55,
41, yaitu senyawa Germacrene sebanyak 6,17 dengan spektrum seperti gambar 4.18
a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b.Spektrum Standart Library Wiley
Gambar 4.18 Spektrum massa senyawa Germacrene Pola fragmentasi dari senyawa Germacrene tersebut secara hipotesis pada gambar 4.19
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3
+e - 2e
me = 204 C
15
H
24
-CH
3
15 CH
3
CH
3
CH
3
me = 189 C
14
H
21
- C
2
H
4
28 CH
3
CH
3
me = 161 C
12
H
17
-C
2
H
4
28
H
2
C CH
3
CH
3
me = 133 C
10
H
13
H
2
C CH
3
me = 105 C
8
H
9
- C
2
H
4
28 - C
2
H
2
26 me = 79
C
6
H
7
- 2C 24 H
3
C CH
2
me = 55 C
4
H
7
- C 12 H
3
C CH
2
me = 41 C
3
H
7
Gambar 4.19 Pola Fragmentasi senyawa Germacrene 8.
Puncak dengan RT 31,536 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
12
H
14
O
4..
Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 222 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 207, 191, 177, 161, 149, 133, 121, 106, 91,
77, 65, 51, 39. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan yaitu Apiole
sebanyak 8,54 dengan spektrum seperti Gambar 4.20 a.Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b.Spektrum Standart Library Wiley
Gambar 4.20 Spektrum massa senyawa Apiole Pola fragmentasi dari senyawa Apiole tersebut secara hipotesis pada gambar 4.20
O O
O O
C H
2
CH
3
H
3
C H
C H
2
C
+e -2e
O O
O O
C H
2
CH
3
H
3
C H
C H
2
C
me = 222 C
12
H
14
O
4
- CH
3
13
O O
O C
H
2
H
3
C H
C H
2
C
me = 191 C
11
H
11
O
4
O O
O C
H
2
H
3
C H
C H
2
C
- O16
O
+
-CH
2
30
O O
C H
2
H C
H
2
C
me = 161 C
10
H
9
O
2
me = 191 C
11
H
11
O
3
- C
2
H
4
28
O O
H
3
C
me = 133 C
8
H
5
O
2
- C
2
H
2
O 42 me = 106
C
6
H
3
O
O
-CHO 29
me = 77 C
5
H
2
me = 65 C
4
H
2
- C12
Gambar 4.21 Pola Fragmentasi senyawa Apiole 9.
Puncak dengan RT 31,842menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C
12
H
14
O
4.
Data spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada me 222 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada me 207, 191, 177, 161, 149, 133, 121, 106, 91,
77, 65, 51, 39. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library, yang lebih mendekati adalah senyawa golongan yaitu Dillapiole
1,2-Methylenedioxy sebanyak 71,79 dengan spektrum seperti Gambar 4.22 dan pola fragmentasi Dillapiole 1,2-Methylenedioxy secara hipotesis ditunjukkan
pada Gambar 4.23. a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS
b.Spektrum Standart Library Wiley
Gambar 4.22 Spektrum massa senyawa Dillapiole 1,2-Methylenedioxy
Pola fragmentasi dari senyawa Dillapiole 1,2-Methylenedioxy pada gambar 4.23
H
2
C O
H
3
C HC
H
2
C O
O O
CH
3
H
2
C O
H
3
C HC
H
2
C O
O O
CH
3
+e - 2e
me = 222 C
12
H
14
O
4
- CH
3
O 31
H
2
C O
H
3
C HC
H
2
C O
O
-
me = 191 C
11
H
11
O
3
- CH
2
O 30
H
2
C HC
H
2
C O
O
me = 161 C
10
H
9
O
2
- C
2
H
3
27
H
3
C O
O
me =134 C
8
H
6
O
2
- CO 28
H
3
C OH
me =106 C
7
H
6
O
- CHO 29
me =77 C
6
H
5
Gambar 4.23 Pola Fragmentasi senyawa Dillapiole 1,2-Methylenedioxy
4.2.4. Uji Pestisida Nabati Dari Isolasi Minyak Atsiri Dan Ekstrak Etanol Daun Sirih Hutan Piper aduncum L
Dari gambar 4.5 diketahui bahwa daun sirih hutan dapat membunuh larva lalat buah Bactrocela carambolae. Hal ini disebabkan senyawa aktif pada daun sirih hutan
mengandung gugus metoksi dan eter yang bersifat sebagai pestisida nabati yaitu Dillapiole 1,2-Methylenedioxy dan Apiole isodilapiole.
Senyawa aktif yang terdapat pada tumbuhan piperaceae merupakan golongan piperamida. Senyawa tersebut bersifat sebagai anti racun saraf dengan menggangu
impuls saraf pada akson saraf seperti cara kerja insektisida piretroid Muliya, 2010. Bernard et al 1995 melaporkan bahwa dilapiol merupakan senyawa aktif
utama yang bersifat insektisida dari ektrak etanol daun sirih hutan. Selain bersifat insektisida, dilapiole juga bersifat sinergis dengan cara kerja menghambat enzim
polisubrat monooksigenase PSMO yang berfungsi sebagai daya racun senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh serangga melalui oksidasi.
Uji pestisida nabati minyak atsiri dan ektrak etanol daun sirih hutan menunjukkan bahwa adanya pengaruh mortalitas kematian larva bactrocela
carambolae dengan konsentrasi masing-masing 5. Pestisida nabati ekstrak etanol memiliki pengaruh kematian larva uji yang lebih baik yaitu 35 vv dibandingkan
pestisida minyak atsiri yaitu 30 vv. Hal ini karena ekstrak daun sirih hutan mengandung senyawa metabolit sekunder yang tergolong senyawa non polar seperti
alkaloid, falvonoid, fenolik, terpenoid, steroid, saponin dan kumarin Arneti, 2009. Disamping itu, minyak atsiri dengan sifat aslinya yang mudah menguap dan
terdegradasi oleh lingkungan, mengakibatkan kurang bertahan lama saat aplikasi. Menurut pendapat Priono 2007 bahwa insektisida nabati dengan pelarut air efektif
jika hasilnya mencapai 95 mematikan hama.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Komponen senyawa kimia mayor daun sirih hutan Piper aduncum L yang
terkandung didalamnya adalah Dillapiole 71,79, Apiolle 8,54, Germacrene 6,17,
Caryophyllene 4,33, β-Ocimene 2,98, kadar minyak atsiri daun sirih hutan yang diperoleh dengan metode hidrodestilasi
adalah 0,52 bb dalam setiap 150 gram dan kadar ekstrak etanol ampas atau sisa hasil isolasi dengan alat Sokhlet 7,61 bb dalam 140 gram daun sirih
hutan. 2.
Minyak atsiri dan ekstrak etanol daun sirih hutan konsentrasi 5 vv memiliki kematian terkoreksi tertinggi yaitu 30 dan 35, sehingga minyak atsiri dan
ekstrak etanol Piper aduncum L, memiliki aktifitas insektisida namun kurang efektif jika dibandingkan dengan insektisida sintetis.
5.2. Saran
1. Perlu adanya uji pestisida minyak atsiri dan ekstrak etanol Piper aduncum L
pada spesies hama serangga yang lain 2.
Perlu adanya optimasi terhadap konsentrasi yang digunakan untuk uji aktivitas pestisida.
3. Perlu adanya validasi metode yang paling tepat untuk digunakan dalam uji
pestisida dari minyak atsiri dan ekstrak etanol.