commit to user 28
bukan karena tidak adanya pengunjung. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada tahun 2009 jumlah pengunjung karamba dijadikan satu dengan jumlah
pengunjung di Waduk Gajah Mungkur.
B. Sejarah Agrowisata Karamba di Kabupaten Wonogiri
Adanya karamba di Wonogiri setelah adanya pembangunan Waduk Gajah Mungkur di tahun 1982, dimana Karamba tersebut masih berada pada satu
kawasan di Waduk Gajah Mungkur . Karamba mulai ada setelah adanya penelitian di perairan Waduk Gajah Mungkur yang dari hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa perairan di Waduk Gajah Mungkur cocok untuk pembudidayaan ikan air tawar. Terdapat Pembagian Zonasi atau Kawasan Di
Perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang terdapat pada Peraturan Daerah
Kabupaten Wonogiri No. 9 Tahun 2003 yaitu :
I. Zona Bahaya yaitu kawasan atau zona yang terletak dipintu air Waduk
Gajah Mungkur. II.
Zona Wisata yaitu kawasan atau zona yang digunakan sebagai wisata untuk keseluruhan kegiatan wisata .
III. Zona Suaka yaitu kawasan atau zona yang di pergunakan untuk
melindungi keseluruhan potensi bawah air di Waduk Gajah Mungkur dan penduduk atau masyarakat dilarang untuk merusak atau menagkap ikan di
kawasan tersebut. IV.
Zona Bebas yaitu kawasan atau zona yang bebas di pergunakan untuk kegiatan menangkap ikan.
commit to user 29
V. Zona Usaha yaitu kawasan atau zona yang bisa di pergunakan untuk
kegiatan perikananan seperti pembudidayaan ikan bagi petani ikan. Pada awalnya belum ada petani ikan yang membudidayakan ikan,
masyarakat sekitar hanya berprofesi sebagai nelayan dan menjadikannya tempat memancing. Pada awal tahun 90an diadakan penelitian yang dilakukan oleh
Badan Penelitian tentang perikanan dan air dari Jakarta yang dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata model pembudidayaan ikan air tawar yang cocok untuk
wilayah Waduk Gajah Mungkur adalah model Jaka Apung yaitu kepanjangan dari jala dan karamba terapung sebagai lahan untuk budidaya ikan. Segala jenis ikan
air tawar bisa dibudidayakan tetapi yang paling menguntungkan dan khusus dari karamba di Waduk Gajah Mungkur adalah ikan nila merah. Setelah adanya
penelitian dari Badan Penelitian Jakarta banyak pihak yang juga menjadikan Karamba di Waduk Gajah Mungkur sebagai obyek penelitian contohnya dari
UNS, universitas di Jogjakarta dan bahkan lembaga atau instansi dari Semarang. Sejak dilakukan penelitian di Waduk Gajah Mungkur, Dinas Perikanan dan
Kelauatan mulai memberikan pembinaan dan penyuluhan tentang Jaka Apung dan pembuatannya kepada masyarakat. Dari pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas
Perikanan mulai banyak penduduk sekitar yang beralih profesi menjadi petani ikan. Pada tahun 1999 Dinas Pariwisata Wonogiri kemudian menjadikan Karamba
tersebut sebagai obyek wisata di kawasan Waduk Gajah Mungkur dan menjadi Agrowisata Karamba yang selain memanfaatkan keindahan alam yang ada juga
menjadikan pembudidayaan ikan sebagai daya tarik wisata. Selain penduduk lokal yang menjadi petani ikan dan pemilik karamba terdapat juga pihak swasta yang
commit to user 30
ikut membudidayakan ikan di wilayah tersebut yaitu PT.Aqua Farm. Jadi dalam pengelolaannya karamba adalah milik dari beberapa pihak yaitu :
a. Instansi pemerintah yaitu : Dinas Pariwisata dan Dinas Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Wonogiri. b.
Pemilik karamba yaitu : petani ikan dan juga pihak swasta PT.Aqua Farm.
C. Pengembangan Infrastruktur Pariwisata