Subyek dan Tempat Penelitian Faktor yang diteliti Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek dan Tempat Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X 1 SMA Negeri 1 Batang tahun pelajaran 20052006 dengan jumlah siswa 40 orang, terdiri dari 16 siswa putra dan 24 siswa putri. Subyek penelitian ditentukan dengan random sampling . Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Batang yang berlokasi di Jalan Ki Mangunsarkoro 8 Batang.

B. Faktor yang diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa, meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif diukur dengan tes tertulis, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotorik diamati dengan lembar observasi.

C. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas Classroom Action Research yang terbagi dalam tahapan bersiklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi. 34

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan yang dilakukan antara lain: a. Observasi awal dan identifikasi masalah mengenai hasil ulangan harian siswa pokok bahasan sebelumnya, metode pembelajaran yang biasa digunakan, fasilitas di dalam laboratorium, motivasi dan minat siswa terhadap Fisika dan situasi kelas. b. Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan tahapan pembelajaran berdasarkan masalah dan menyusun perangkat pembelajaran seperti silabus dan sistem penilaian, rencana pembelajaran RP, lembar kerja siswa LKS petunjuk pelaksanaan percobaan atau demonstrasi serta menyiapkan alat dan bahan yang terkait dengan pelaksanaan percobaan atau demonstrasi. c. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda multiple choice dengan lima alternatif jawaban. d. Menyusun lembar observasi untuk penilaian afektif dan psikomotorik siswa. Lembar observasi afektif dan psikomotorik yang digunakan berbentuk skala bertingkat rating scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan penskoran dengan skala penskoran sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. e. Menyusun kisi-kisi soal uji coba f. Melakukan uji coba dan analisis soal evaluasi Setelah perangkat tes disusun kemudian diujicobakan untuk mendapatkan perangkat tes yang valid, reliabel dan memiliki taraf kesukaran dan daya pembeda yang baik. Uji coba instrumen penelitian dilakukan tanggal 27 Agustus 2005 pada siswa kelas XI IA 1 SMA Negeri 1 Batang. Rumus yang digunakan untuk menganalisis hasil uji coba instrumen adalah sebagai berikut: 1 Validitas butir soal Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu soal yaitu rumus korelasi product moment. ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − − = } }{ { 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r XY Arikunto, 1998:240 Keterangan: r XY = koefisien korelasi X = skor tiap butir soal Y = skor total yang benar dari tiap subjek N = jumlah subjek Hasil perhitungan r xy dikonsultasikan pada tabel kritik r product moment dengan interval kepercayaan 95. Jika r xy r tabel maka soal itu valid. Soal objektif dengan interval kepercayaan 95 untuk N= 40 diperoleh r tabel = 0.312. Jika harga r xy 0.312, maka soal tersebut tidak valid. Sebaliknya jika harga r xy 0.312 maka soal tersebut valid. Contoh perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran. 2 Reliabilitas tes Reliabilitas dihitung dengan teknik korelasi KR-20 yang rumusnya adalah ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = ∑ t t V pq V k k r 1 11 Arikunto, 2002: 163 Keterangan: 11 r = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan V t = varians total P = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir q = proporsi subjek yang menjawab item salah q = 1 – p Vt = N N X X ∑ ∑ − 2 2 Di mana : X = skor siswa N = jumlah siswa Soal dikatakan reliabel jika r 11 r tabel , dengan interval kepercayaan 95. Dari hasil analisis diperoleh r sebesar 0,877 r 11 tabel untuk N=40 yang berarti instrumen tersebut reliabel. Untuk perhitungan selengkapnya pada lampiran. 3 Indeks kesukaran butir soal Indeks kesukaran dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut. JS B IK = Arikunto, 1998: 208 Keterangan: IK = Indeks kesukaran soal B = banyaknya jawaban yang benar JS = jumlah siswa peserta tes Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan IK = 0,00 adalah soal terlalu sukar Soal dengan 0,00 IK ≤ 0,3 adalah soal sukar Soal dengan 0,3 IK ≤ 0,7 adalah soal sedang Soal dengan 0,7 IK ≤ 1,00 adalah soal mudah Soal dengan IK = 1,00 adalah soal terlalu mudah Suherman, 1990:113 Untuk perhitungan selengkapnya pada lampiran. 4 Daya pembeda butir soal Untuk menentukan daya pembeda butir soal: PB PA JB BB JA BA DP − = − = Suherman, 1990: 202 Keterangan: JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB= Banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal itu dengan benar PA= JA BA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB= JB BB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan DP 0,00 adalah soal sangat jelek ≤ Soal dengan 0,00 DP ≤ 0,20 adalah soal jelek Soal dengan 0,2 DP ≤ 0,40 adalah soal cukup Soal dengan 0,4 DP ≤ 0,70 adalah soal baik Soal dengan 0,7 DP ≤ 1,00 adalah soal sangat baik Suherman, 1990: 202 Untuk perhitungan selengkapnya pada lampiran.

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah guru memberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa kemudian melaksanakan skenario pembelajaran. Adapun tindakan yang dilakukan oleh guru adalah orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Langkah terakhir yaitu memberikan postes di akhir siklus.

3. Pengamatan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Instruction. Guru peneliti dan observer mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mengisi lembar observasi untuk mengetahui kemampuan afektif dan psikomotorik siswa selama pembelajaran berlangsung. Melakukan koreksi dan penilaian jawaban LKS dan postes.

4. Refleksi

Refleksi berhubungan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan dan menyimpulkan. Dari hasil observasi, guru peneliti dapat merefleksi apakah dengan penerapan Problem Based Instruction telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil refleksi ini dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki kinerja guru dan melakukan revisi terhadap perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus atau kegiatan belajar pembelajaran selanjutnya. Tahap kegiatan ini terus berulang sampai suatu permasalahan dianggap teratasi. Banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas PTK bergantung pada terselesaikannya masalah yang diteliti. Jika pelaksanaan penelitian pada suatu siklus dikatakan berhasil maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Secara ringkas skema prosedur penelitian tindakan kelas dapat dijabarkan sebagai berikut. Observasi Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi Belum terselesaikan Terselesaikan Siklus selanjutnya SIKLUS Gambar 3.1. Skema prosedur penelitian tindakan kelas PTK

D. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data Sumber data berasal dari siswa dan guru SMA Negeri 1 Batang. 2. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data a. Data awal tentang hasil belajar siswa sebelum penelitian diperoleh dari nilai pretes. b. Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari nilai postes . c. Hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh dari hasil pengamatan pada lembar observasi. Lembar observasi afektif meliputi minat, sikap dan nilai. Aspek minat terdiri dari kehadiran di kelas, perhatian mengikuti pelajaran, partisipasi dalam kegiatan laboratorium, keaktifan mengerjakan tugas, laporan. Aspek sikap terdiri dari tanggung jawab, kejujuran, berinteraksi dengan guru, teliti dan sistematis. Aspek nilai terdiri dari kerjasama dalam kelompok, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, kerapian dan menggunakan peralatan. Lembar observasi psikomotorik terdiri dari mempersiapkan alat, merangkai alat, membaca hasil pengukuran, melakukan pengamatan atau percobaan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Cara mengamati minat, sikap dan nilai adalah dengan mengelompokkan siswa. Pada saat proses pembelajaran, dalam sebuah kelompok dapat terlihat siswa yang aktif, siswa yang pasif dan siswa yang lain termasuk siswa berkemampuan rata-rata, sehingga penilaiannya dilakukan secara global dalam suatu kelompok untuk beberapa individu. Hal ini untuk memudahkan guru mengobservasi siswa.

E. Metode Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pengembangan Model Inquiry Learning Sebagai Upaya meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Hukum Newton Tentang Gerak Siswa Kelas X Semester I SMA Negeri 8 Semarang

0 28 106

Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus Untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang Tahun Pelajaran 2005 2006

2 15 85

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KINEMATIKA GERAK LURUS DI KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 1 SUNGGAL T.P. 2016/2017.

1 13 21

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KINEMATIKA GERAK LURUS DI KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 14 MEDAN T.P. 2015/2016.

0 2 25

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KINEMATIKA GERAK LURUS DI KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 11 MEDAN T.P. 2013/2014.

0 5 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KINEMATIKA GERAK LURUS KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN T.P. 2013/2014.

0 2 19

Penerapan problem Based Instruction Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus Pada Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Batang Tahun Pelajaran 2005/ 2006.

0 0 1

Pengembangan Model Inquiry Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Hukum Newton Tentang Gerak Siswa Kelas X Semester I SMA Negeri 8 Semarang.

0 1 1

Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus Untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006.

0 0 1

PENERAPAN LEARNING CYCLE PADA POKOK BAHASAN KINEMATIKA GERAK LURUS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-E SMAK ST LOUIS 1 SURABAYA

0 0 20