Alih Kode dan Campur Kode

dan bahasa Jawa jika dibandingkan dengan bahasa Inggris. Bahasa Inggris mereka dapat dikatakan pasif, karena tidak digunakan oleh siswa ketika berinteraksi dengan warga sekolah.

2.2.5 Alih Kode dan Campur Kode

Dalam masyarakat yang bilingual maupun multilingual seringkali terjadi peristiwa yang disebut alih kode, yaitu beralihnya penggunaan suatu kode entah bahasa atau pun ragam bahasa tertentu ke dalam kode yang lain bahasa atau ragam bahasa lain Chaer, 2007: 67. Menurut Nababan 1984: 31 konsep alih kode mencakup kejadian di mana kita beralih dari satu ragam fungsiolek umpamanya ragam santai ke ragam lain umpamanya ragam formal, atau dari satu dialek ke dialek yang lain, dan sebagainya. Hymes dalam Chaer dan Agustina, 2010: 107 menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Secara umum alih kode disebabkan oleh beberapa hal, antara lain adalah 1 pembicara atau penutur, 2 pendengar atau lawan tutur, 3 perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, 4 perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, 5 perubahan topik pembicaraan Chaer dan Agustina, 2010: 108. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alih kode adalah pengalihan bahasa atau ragam bahasa ketika sedang bertutur oleh orang yang memiliki kemampuan menggunakan dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa yang dilakukan secara sengaja. Pembicaraan mengenai alih kode biasanya diikuti dengan pembicaraan mengenai campur kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang bilingual ini mempunyai kesamaan yang besar, sehingga seringkali sukar dibedakan. Kesamaan yang ada antara lain digunakannya dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur Chaer dan Agustina, 2010: 114. Perbedaannya, kalau alih kode terjadi karena bersebab, sedangkan campur kode terjadi tanpa sebab. Dalam campur kode, dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan; dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Kalau dalam situasi formal terjadi juga campur kode, maka biasanya karena ketiadaan ungkapan yang harus digunakan dalam bahasa yang sedang digunakan Chaer, 2007: 69. Menurut Nababan 1984: 32 campur kode yaitu suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa speech act atau discourse tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa campur kode adalah pencampuran dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa tanpa adanya unsur kesengajaan dalam penggunaannya.

2.2.6 Ranah Penggunaan Bahasa