Tingkat Tutur Bahasa Jawa

Hymes dalam Chaer, 2007: 63 mengatakan bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni: 1 Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan. 2 Participants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan. 3 Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan. 4 Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentu dan isi percakapan. 5 Key, yaitu yang menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan. 6 Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan; apakah secara lisan atau bukan. 7 Norms, yaitu menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan. 8 Genres, yaitu menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan. Maksud dari kedelapan unsur tersebut adalah dalam berkomunikasi melalui bahasa harus diperhatikan faktor-faktor siapa lawan atau mitra bicara kita, tentang atau topiknya apa, situasinya bagaimana, tujuannya apa, jalurnya apa lisan atau tulisan, dan ragam bahasa yang digunakan yang mana.

2.2.3 Tingkat Tutur Bahasa Jawa

Menurut Haryana Harjawiyana dan Supriya 2009: 2 ada dua tingkatan dalam bahasa Jawa, yaitu bahasa ngoko dan bahasa krama. Bahasa ngokodigunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang sudah terbiasa serta dianggap sesama atau satu strata sosial. Adapun bahasa krama digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang belum terbiasa dan strata sosialnya lebih tinggi. Bahasa ngoko masih dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu bahasa ngoko biasa disebut bahasa ngoko serta bahasa ngoko-alus, yang terdiri atas bahasa ngoko disertai kata-kata krama inggil untuk lebih menghormati orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang dibicarakan.Bahasa krama juga masih dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu bahasa krama biasa disebut bahasa krama dan bahasa krama-alus, yang terdiri atas bahasa krama disertai kata-kata krama-inggil untuk lebih menghormati orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang dibicarakan. Tingkat-tingkat bahasa tersebut dapatlah digambarkan seperti skema di bawah ini: krama-alus Krama krama ngoko-alus Ngoko ngoko Menurut Padmasusastra dalam Hardyanto dan Utami, 2001: 47 tingkat tutur bahasa Jawa unggah-ungguhing basa pada dasarnya ada dua macam, yaitu raga ngoko dan ragam krama. Ragam ngoko meliputi ngoko lugudan ngoko alus. Ragam krama meliputi krama lugu dan krama alus. Ngoko lugu adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang seluruhnya dibentuk dengan kosakata ngoko. Ngoko lugu digunakan oleh peserta tutur yang mempunyai hubungan akrabintim, dan tidak ada usaha untuk saling menghormati. Ngoko alus adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang dasarnya ragam ngoko, namun juga menggunakan kosakata krama inggil. Ngoko alusdigunakan oleh peserta tutur yang mempunyai hubungan akrab, tetapi di antara mereka ada usaha untuk saling menghormati. Krama lugu adalah ragam pemakaian bahasa Jawa untuk seluruhnya dibentuk dengan kosakata krama, demikian juga imbuhannya. Krama lugu digunakan oleh peserta tutur yang belum atau tidak akrab, misalnya baru kenal. Krama alus adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang dasarnya krama lugu, namun juga menggunakan kosakata krama inggil. Krama alus digunakan oleh peserta tutur yang hubungannya kurang akrab dan ada usaha untuk saling menghormati.

2.2.4 Bilingualisme Dalam Tarigan 2009: 2 istilah bilingualism diberi padanan kata dengan