Prinsip kedaulatan negara dalam hukum internasional Masyarakat internasional dalam peralihan

Menurut Mochtar, bahwa adanya hukum internasional itu menanggapi terlebih dahulu adanya suatu masyarakat internasional yang terdiri atas negara-negara merdeka, sederajat dan berdaulat. Untuk memenuhi adanya masyarakat internasional dibutuhkan tiga unsur pokok, yaitu: 1. Adanya sejumlah negara yang merdeka, sederajat dan berdaulat 2. Adanya hubungan yang tetap dan saling membutuhkan satu sama lain 3. Adanya asas-asas yang bersamaan, antara lain: pacta sunt servanda, bonafide dan servitut. Masyarakat dan hukum tidak dapat di pisahkan, jadi dimana ada masyarakat disitu ada hukum yang mengatur masyarakat itu ubi societas ibi ius. Adagium ini sesuai dengan pendapat Brierly yang mengatakan bahwa Law exists only in society and a society cannot exist without a system of law that regulates the relations of its members with one and another. Intinya bahwa hukum hanya ada dalam suatu masyarakat dan suatu masyarakat tidak akan ada taanpa suatu sistem hukum yang mengatur hubungan antar anggotanya satu dan yang lainnya. Hukum internasional adalah hukum yang lemah the weak law apabila di bandingkan dengan hukum internasional suatu negara, Prof. Charles Rosseau mengatakan bahwa hukum nasional lebih solid atau bersifat subordinasi, sementara hukum internasional hanyalah hukum yang bersifat kordinasi.

F. Prinsip kedaulatan negara dalam hukum internasional

prinsip kedaulatan negara adalah salah satu prinsip yang sangat fundamental di dalam hukum internasional, di samping prinsip-prinsip hukum lainnya seperti: pengakuan, kesepakatan, itikad baik, tanggung jawab internasional, bela diri, dan kebebasan di laut lepas. Kedaulatan padan katanya adalah sovereignty atau dalam bahasa latin supranus, artimya ‘yang teratas’. Jika terlalu mengagung-agungkan konsep kedaulatan negara yang di artikan sebagai kekuasaan yang tertinggi dan tidak mengakui kekuasaan lain yang lebih tinggi, maka paham yang demikian merupakan penyangkalan terhadap adanya hukum internasional. Hakikat kedaulatan suatu negara di dalam masyarakat internasional adalah bahwa negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi, tetapi ruang berlakunya kekuasaan tertinggi itu hanya berdaulat terbatas di wilayah sendiri. Dengan perkataan lain, bahwa kedaulatan negara berakhir, jika telah masuk dalam batas kedaulatan wilayah negara lain.

G. Masyarakat internasional dalam peralihan

Perubahan pertama adalah pada peta bumi politik yang terjadi terutama pasca perang dunia II 1945-sekarang. Perkembangan kedua adalah di pengaruhi oleh kemajuan teknologi yang mempunyai akibat besar sekali terhadap perkembangan masyarakat internasional dan hukum internasional. Kemudian, perubahan ketiga, adalah yang terjadi di dalam struktur organisasi masyarakat internasional. Perkembangan yang penting dalam golongan ini adalah timbulnya lembaga atau organisasi internasional yang mempunyai eksistensi terlepas dari negara sehingga dalam perkembangan lebih lanjut masyarakat internasional tidak lagi identik dengan masyarakat antarnegara, mengingat anggota masyarakat internasional itu menjadi bertambah dengan munculnya lembaga dan organisasi internasional yang mempunyai eksistensi terlepas dari negara- negara. PERLATIHAN 1. Jelaskan pengertian hukum internasional 2. Jelaskan definisibatasan HI menurut Mochtar dan apa alasan beliau menggunakan istilah hukum internasional 3. Bandingkan antara HI dan hukum dunia 4. Bandngkan pula antara HI dan hukum nasional menurut Prof. Charles Rosseau 5. Bagaimana hakikat dan fungsi kedaulatan negara di dalam masyarakat internasional 6. Jelaskan beberapa hal penting tentang masyarakat internasional dalam peralihan 7. Jelaskan apa saja yang telah anda pelajari dalam konsep dasar HI JAWABAN 1. Hukum internasional adalah keseluruhan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas antar negara dengan negaara, negara dengan subyek lain bukan negara non state entity dan antara subyek lain bukan negara satu sama lain. 2. Mochtar kusumaatmadja, menyatakan bahwa hukum internasional adalah keseluruhan dari asas yang mengatur hubungan atau persoalan yyang melintasi batas negara antara: a. Negara dengan negara b. Negara dengan subyek hukum lain bukan negara c. Subyek hukum lain bukan negara satu sama lain. Alasan Mochtar kusumaatmadja sebagai pakar hukum internasional indonesia memakai istilah hukum internasional: 1. Istilah hukum internasional paling mendekati kenyataan dengan sifat hubungan dan masalah yang menjadi objek bidang hukum tersebut 2. Istilah itu tidak mengandung keberatan karena perkataan internasional sudah lazim dipakai untuk segala hal yang melintasi batas negara 3. Untuk membedaan dengan beberapa istilah lainnya. 3. hukum internasional merupakan suatu tertib hukum yang bersifat kordinasi antara anggota masyarakat internasional. Negara-negara itu tunduk pada hukum internasional sebagai suatu tertib hukum yang diterima atau tidak ada paksaan, sementara hukum dunia world law banyak di pengaruhi oleh analogi ilmu Hukum Tata Negara,yaitu di gaambarkan dunia ini seolah-olah ada negara federasi dunia yang berada di atas semua negara sehingga secara hierarkis kedudukannya lebih tinggi daripada negara- negara lainnya. Tertib hukummnya bersifat subordinasi. 4. Hukum internasional adalah hukum yang lemah the weak law apabila di bandingkan dengan hukum internasional suatu negara, Prof. Charles Rosseau mengatakan bahwa hukum nasional lebih solid atau bersifat subordinasi, sementara hukum internasional hanyalah hukum yang bersifat kordinasi 5. Hakikat kedaulatan suatu negara di dalam masyarakat internasional adalah bahwa negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi, tetapi ruang berlakunya kekuasaan tertinggi itu hanya berdaulat terbatas di wilayah sendiri. Dengan perkataan lain, bahwa kedaulatan negara berakhir, jika telah masuk dalam batas kedaulatan wilayah negara lain. 6. Perkembangan yang penting dalam golongan ini adalah timbulnya lembaga atau organisasi internasional yang mempunyai eksistensi terlepas dari negara sehingga dalam perkembangan lebih lanjut masyarakat internasional tidak lagi identik dengan masyarakat antarnegara, mengingat anggota masyarakat internasional itu menjadi bertambah dengan munculnya lembaga dan organisasi internasional yang mempunyai eksistensi terlepas dari negara-negara. 7. Hukum internasional adalah keseluruhan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas antar negara dengan negaara, negara dengan subyek lain bukan negara non state entity dan antara subyek lain bukan negara satu sama lain. Hukum nternasional terdiri dari hukum publik internasional HI dan hukum perdata internasional HPI. Hukum internasional adalah HI secara umum masih ada perwujudan lain seperti HI regional dan HI khusus dengan ciri-ciri tertentu. Konsep tertib HI lebih bersifat kordinasi jika dibandingkan dengan tertib hukum dunia yang bersifat subordinasi. Masyarakat internasional yang diatur dengan HI sebagai norma hukum internasional akan berjalan dengan tertib apabila negara-negara dan subyek hukum lainnya bersama-sama menghormati norma hukum internasional tersebut berdasarkan prinsip-prinsip HI dan tanpa pengaruh hagemoni suatu negara tertentu. Masyarakat internasional dalam perlihan di tandai dengan adanya pengubahan peta politik dunia, terutama pasca perang dunia II, dan diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi serta struktur masyarakat internasional yang di tandai dengan munculnya organisasi internaasional states group dengan eksistensinya yang terlepas dari negara. BAB II SEJARAH HUKUM INTERNASIONAL A. Perjanjian Perdamaian West Phalia 1648 Apabila hukum internasional diasrtikan sebagai hukum yang mengatur hubungan anatarbangsa, maka itu telah terjadi sejak beberapa abad yang lalu sejak adanya bangsa. Namun, jika hukum internasional dalam arti hukum yang mengatur hubungan antarnegara, yaitu negara dalam arti kesatuan politik teritorial, maka ini terjadi sejak ditanda tanganinya perjanjian perdamaian west phalia 1648 dan peristiwa ini merupakan tonggak dari sejarah perkembangan hukum internasional. Isi perjanjian West Phalia 1648: 1. Mengakhiri perang tiga puluh tahun 2. Mengakhiri untuk selama lamanya usaha kaisar romawi un tuk menegakkan kembali imperium roma; dan 3. Hubungan antarnegara dilepaskan dari persoalan gerejadan didasarkan pada kepentingan nasional negara masing masing 4. Kemerdekaan negara Nedherland, Swiss dan negara kecil lainnya di Jerman diakui. Dengan demikian perjanjian West Phalia 1648 meletakkan konsep dasar bagi suatu susunan masyarakat unternasional yang baru, baik mengenai bentuknya sebagai negara nasional maupun hakikatnya, yaitu terpisahnya kekuasaan negara dan pemerintahan dari pengaruh gereja. B. Tahap Perkembangan Hukum Internasional 1. Tahap memperjuangkan hak hidup bangsa 1648-1907 Pada periode ini yaitu pada tahun 1899 dan 1907 telah diadakan perjanjian perdamaian di Den Haag yang menghasilkan tiga hal, yaitu: a. Negara sebagai kesatuan politik teritorial yang didasarkan pada kebangsaan telah menjadi kenyataan b. Diadakannya berbagai konferensi internasional untuk membuat perjajian internasional dan meletakkan kaidah hukum yang berlaku secara universal c. Dibentuknya Mahkamah Arbritase Permanen yang merupakan peristiwa penting dalam mewujudkan masyarakat internasional. 2. Tahap konsolidasi masyarakat internasional modern 1907-1945 a. Didirikannya Liga Bangsa Bangsa LBB melalui perjanjian Versailles tahun 1919 b. Disepakatinya perjanjian larangan perang yang dikenal dengan Brian Kellog Pact tahun 1928 c. Disetujui berdirinya PBB tahun 1945 3. Tahap emansipasi negara baru dan penghormatan HAM 1945- sekarang Pada tahap ini telah lahir negara negara baru yang merdeka, sederajat dan berdaulat sehingga mereka mampu mengadakan hubungan satu sama lain. Sementara itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari hasil hubungan tersebut juga ikut mendorong berkembangnya ilmu hukum internasional sehingga muncul cabang cabang hukum internasional. C. Dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional 1. Teori hukum alam Teori hukum alam ini diciptakan oleh Hugo de Groot atau Grotius. Ajaran ini semula mempunyai ciri keagamaan yang kuat. Kemudian untuk pertama kalinya urusan kerajaan dilepaskan dari hubungannya dengan keagaan oleh Grotius sehingga ajaran ini dikenal sebagai sekularisme. Jadi menurut ajaran hukum alam ini, hukum internasional mengikat karena hukum internasional adalah bagian dari hukum alam yang diterapkan pada kehidupan masyarakat bangsa bangsa atau hukum alam itu merupakan bagian daripada hukum yang lebih tinggi, yaitu hukum alam. 2. Teori kehendak negara Tokoh aliran ini adalah George Jellineck. Berdasrkan teori kehendak negara, negara adalah sumber segala hukum dan hukum internasional itu mengikat karena negara negara atas kemaunnya sendiri mau tunduk kepada hukum internasional. 3. Teori madzhab Wina Hans Kelsen sebagai tokoh madzhab ini berpendapat bahwa kekuatan mengikatnya suatu kaidah hukum internasional didasarkan pada suatu kaidah yang lebih tinggi dan kaidah yang lebih tinggi tersebut juga mengikat karena ada kaidah yang lebih tinggi lagi dan seterusnya sampai pada kaidah yang paling tinggi dan mendasar yang disebut grundnorm yang tidak dapat lagi dikembalikan pada suatu kadah yang lain yang lebih tinggi, tetapi harus diterima sebagai hipotesa asal yang tidak dapat dijelaskan secara hukum. 4. Teori madzhab perancis Tokoh madzhab perancis adalah Fauchille, Scelle dan Leon Duguit. Mereka mengatakan bahwa kekuatan mengikatnya hukum internasional seperti juga segala hukum, yaitu pada faktor faktor biologis, sosial dan sejarah kehidupan manusia yang mereka namakan fakta kemasyarakatan fait social yang menjadi dasar dari kekuatan mengikatnya segala hukum termasuk hukum internasional. D. Hubungan hukum internasional dan hukum nasional Persoalan yang dibahas dalam teori hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional ini adalah penerapan hukum internasional itu dalam hukum nasional atau undang undang nasional suatu negara. Selanjutnya, apabila dianatara kedua sistem hukum itu ada kebedaan atau konflik, maka akan dibahas manakah dari kedua sistem hukum itu yang lebih diutamakan dalam menyelesaikan suatu peristiwa hukum yang nyata. Mengenai hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional dapat diambil suatu aturan umum, yaitu bahwa hukum nasional tidak mempunyai pengaruh pada kewajiban negara di tingkat internasional, tetapi hukum internasional tidak sama sekali mengabaikan hukum nasional. Menurut teori dualisme, hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Sedangkan menurut teori monisme, hukum internasional dan hukum nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dari satu sistem hukum pada umumnya. Teori monisme dibagi menjadi dua, yaitu: teori monisme dengan primat hukum internasional dan teori monisme dengan primat hukum nasional. PELATIHAN 1. Jelaskan secara singkat sejarah hukum internasional 2. Sebutkan 4 isi pokok perjanjian perdamaian West Phalia 1648 3. Jelaskan tahap-tahap perkembangan hukum intenasional 4. Jelaskan bagaimana dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional 5. Jelaskan pengertian dualisme dan monisme dalam teori hubungan antara hukum hubungan kerajaan nasional dan hukum internasional Jawab: 1. Sejarah hukum internasional ini diteliti oleh Bannerjce, yaitu pada beberapa abad sebelum masehi diketahui bahwa kerajaan india sudah mengadaakan hubungan satu sama lain yang diatur oleh adat kebiasaan disebut Desa Dharma. Sejak zaman india kuno sudah ada semacam hukum, yaitu hukum bangsa bangsa. Lingkungan kebudayaan lain yang sudah mengenal ini adalah kebudayaan yahudi, yaitu terbukti dari adanya buku buku kuno mereka. Pelajaran hukum alam yunani ini diteruskan ke rima dan melalui kekuasaan kaisar roma, hukum alam ini diperkenalkan kepada dunia. Hukum internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan kerajaan tidak mengalami perkembangan yang pesat dizaman romawi. Runtuhnya imperium romawi diwarnai dengan perang tiga puluh tahun yang menyebabkan bangkitnya negara negara nasional untuk menentukan nasibnya sendiri the right to self determinatiion dan kemudian, pada tahun 1648 negara negara berhasil mengadakan perjanjian damai yang disebut perjanjian perdamaian West Phalia 1648 2. Isi perjanjian West Phalia 1648: 1. Mengakhiri perang tiga puluh tahun 2. Mengakhiri untuk selama lamanya usaha kaisar romawi un tuk menegakkan kembali imperium roma; dan 3. Hubungan antarnegara dilepaskan dari persoalan gerejadan didasarkan pada kepentingan nasional negara masing masing 4. Kemerdekaan negara Nedherland, Swiss dan negara kecil lainnya di Jerman diakui. 3. Tahap perkembangan hukum internasional: 1 Tahap memperjuangkan hak hidup bangsa 1648-1907 Pada periode ini yaitu pada tahun 1899 dan 1907 telah diadakan perjanjian perdamaian di Den Haag yang menghasilkan tiga hal, yaitu: a. Negara sebagai kesatuan politik teritorial yang didasarkan pada kebangsaan telah menjadi kenyataan b. Diadakannya berbagai konferensi internasional untuk membuat perjajian internasional dan meletakkan kaidah hukum yang berlaku secara universal c. Dibentuknya Mahkamah Arbritase Permanen yang merupakan peristiwa penting dalam mewujudkan masyarakat internasional. 2 Tahap konsolidasi masyarakat internasional modern 1907- 1945 a. Didirikannya Liga Bangsa Bangsa LBB melalui perjanjian Versailles tahun 1919 b. Disepakatinya perjanjian larangan perang yang dikenal dengan Brian Kellog Pact tahun 1928 c. Disetujui berdirinya PBB tahun 1945 3 Tahap emansipasi negara baru dan penghormatan HAM 1945-sekarang Pada tahap ini telah lahir negara negara baru yang merdeka, sederajat dan berdaulat sehingga mereka mampu mengadakan hubungan satu sama lain. Sementara itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari hasil hubungan tersebut juga ikut mendorong berkembangnya ilmu hukum internasional sehingga muncul cabang cabang hukum internasional 4. Dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional dikemukakan dalam 4 teori yaitu: teori hukum alam, teorikehendak negara, teori madzhab wina, teori madzhab perancis 5. Dualisme: hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Monisme: hukum internasional dan hukum nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dari satu sistem hukum pada umumnya. Teori monisme dibagi menjadi dua, yaitu: teori monisme dengan primat hukum internasional dan teori monisme dengan primat hukum nasional. BAB III SUMBER DAN SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL A. SUMBER HUKUM INTERNASIONAL 1. Pengertian dan dasar hukum Sumber hukum internasional dapat diberi makna sebagai suatu konsep tentang apa dan mengapa suatu norma, ketentuan atau prinsip yang harus diterapkan atau digunakan untuk memecahkan masalh-masalah dalam hukum internasional. Dalam kepustakaan Hukum Internasional, para pakar hukum internasional sering membuat kebendaan mengenai pengertian tentang sumber hukum ini dalam dua katagori yakni sumber hukum formal adalah faktor yang merupakan proses yang menentukan suatu ketentuan yang bersifat umum menjadi ketentuan hukum yang mengikat dan biasanya melalui kebiasaan atau perundang-undangan. Adapun sumber hukum material adalah faktor yang merupakan asas atau prinsip yang menyebabkan si ketentuan hukum itu meningkat. Dalam menelaah sumber hukum bagi hukum internasional biasanya dikaitkan dengan pasal 38 1 statuta mahkamah internasional, yaitu : 1. Perjanjian internasional International convention yang dibuat oleh subyek hukum internasional terutama negara dan perjajian internasional diatur dalam pasal 2 1a konvensi wina 1969; 2. Kebiasaan International International Custom yang diakui oleh negara-negara beradab dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat; 3. Prinsip Hukum Umum General Principles of Law prinsip-prinsip umum hukum yang mendasari sitem hukum modern dan meliputi smua prinsip hukum umum; 4. Keputusan Pengadilan judicial decisions dan pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya Theachings of the most highly qualified publicists. Dasar hukum lain yang digunaka oleh hakim mahkamah internasionaldalm memutuskan suatu perkara disamping pasal 31 1, juga dengan pasal 38 2, yaitu hakim mahkamah internasional memutus perkara berdasarkan prinsip kepatutan atau yang disebut ex nequo et bono. 2. Perjanjian internasional sumber hukum utama. Pada awalnya sumber hukum internasional adalah berdasarkan kepada kebiasaan internasional yang tidak tertulis dan telah diterima oleh masyarakat internasional sebagai hukum. Kemudian, dengan perkembangan IPTEK maka hampir sebagian besar kebiasaan internasional itu akhirnya telah dikodifikasi secara tertulis sehingga memudahkan para hakim internasional dalam menerapkan putusan untuk peristiwa nyata yang terjadi dalam masyarakat internasional. 3. Cara pembentukan perjanjian internasional Umumnya perjanjian yang dibuat oleh 2 negara bilateral atau banyk negara multilateral dan kalau menyangkut persoalan yang tidak begitu penting maka dilakukan 2 tahap, tetapi apabila pokok persoalannya sangat penting dan membutuhkan persetujuan wakil rakyat atau DPR seperti dinegara RI terutama bentuk perjanjian yang multilateral, maka untuk dapat diberlakukan dalam hukum nasional dilakukan pengesahan yang lazim dikenal ratification. Namun, dalam praktik sangat sulit untuk membedakan mana yang penting dan mana yang tidak begitu penting. B. SUBYEK HUKUM INTERNASIONAL 1. Pengertian Subyek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban atau segala sesuatu yang menurut hukum dianggap mempunyai memiliki kepribadian hukum, karena itu mempunyai kapasitas untuk melakukan presentasi hukum. Secara teoritis subyek hukum internasional sebenernya hanyalah Negara, karena itu perjanjian internasional konvensi PMI 1949 memberikan hak dan kewajiban tertentu secara tidak langsung kepada individu melalui negaranya yang menjadi peserta konvensi. Wacana tentang siapa yang menjadi subyek hukum, apakah negara saja ataukah individu saja memiliki relevansi secara teoritis. 2. Macam-macam subyek hukum internasional Subyek hukum internasional dewasa ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Negara, yaitu sebagai subyek hukum yang pertama dan utama dalam hukum internasional; b. Tahta suci yang diakui seperti negara, yaitu negara vatican; c. Palang merah internasional international committee of the red cross crescent ICRC, suatu organisasi privat internasional yang mempunyai keistimewaan dalam pembentukan hukum humaniter perikemanusiaan internasional; d. Organisasi internasional, ialah kelompok negara yang telah diakui segala subyek hukum internasional; e. Individu, yaitu apabila hak dan kewajibannya berkaitan dengan kepentingan masyarakat internasional; f. Insurgensi dan beligenerasi. 3. Kepribadian hukum dan kapasitas subyek hukum internasional. Pasal 104 Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa yan berbunyi : State as a subject of international law has a legal personality thus it has the following capacities : a. Able to make contracts; b. Has capacity to acquire and dispose movable and immovable properties; c. Has capacity to institute legal proceedings Pasal 104 piagam PBB diatas mengandung maksud bahwa sebagai subyek hukum yang mempunyai kedudukan sebagai pribadi hukum maka memiliki kapasitas untuk memiliki dan melepas harta kekayaan, dan dapat menuntut apabila kepentingannya dirugikan. PELATIHAN 1. Jelaskan pengertian sumber hukum formil dan materiil dan sumber hukum bagi hukum internasional Jawab : Sumber Hukum Internasional adalah sumber-sumber yang digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-masalah hubungan internasional. Sumber hukuminternasional dibedakan menjadi : - sumber hukum formil adalah faktor yang merupakan proses yang menentukan suatu ketentuan yang bersifat umum menjadi ketentuan hukum yang mengikat dan biasanya melalui kebiasaan atau perundang- undangan. - sumber hukum materiil adalah faktor yang merupakan asas atau prinsip yang menyebabkan si ketentuan hukum itu meningkat. 2. Jelaskan dimana anda dapat mengetahui sumber hukum internasional dan berikan beberapa contoh minimal 3 perjanjian internasional sebagai sumber hukum utama Jawab : Dari dasar hukum lain yang digunaka oleh hakim mahkamah internasionaldalm memutuskan suatu perkara disamping pasal 31 1, juga dengan pasal 38 2, yaitu hakim mahkamah internasional memutus perkara berdasarkan prinsip kepatutan atau yang disebut ex nequo et bono. Atau dari kebiasaan internasional yang tidak tertulis dan kebiasaan internasional yang telah dikodifikasi secara tertulis. Contoh : 1. New York convention on special missions and optinal protocols 1969 2. Vienna convention on consular relations and optinal protocol 1963 3. General Treaty for the Renunciation of War, 27 Agustus 1928 4. Vienna convention on law of treaties. 3. Jelaskan pengertian subyek hukum, kepribadian hukum dan sebutkan macam-macam subyek hukum internasional Jawab : - Subyek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban atau segala sesuatu yang menurut hukum dianggap mempunyai memiliki kepribadian hukum, karena itu mempunyai kapasitas untuk melakukan presentasi hukum. - Kepribadian hukum adalah Negara dan subyek hukum internasional lainnya mempunyai kedudukan sebagai pribadi hukum atau memiliki kepribadian sehingga secara hukum mereka memiliki kapasitas untuk melakukan presentasi hukum. - Subyek hukum internasional dewasa ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Negara, yaitu sebagai subyek hukum yang pertama dan utama dalam hukum internasional; b. Tahta suci yang diakui seperti negara, yaitu negara vatican; c. Palang merah internasional international committee of the red cross crescent ICRC, suatu organisasi privat internasional yang mempunyai keistimewaan dalam pembentukan hukum humaniter perikemanusiaan internasional; d. Organisasi internasional, ialah kelompok negara yang telah diakui segala subyek hukum internasional; e. Individu, yaitu apabila hak dan kewajibannya berkaitan dengan kepentingan masyarakat internasional; f. Insurgensi dan beligenerasi. 4. Jelaskan kapasitas yang dimiliki oleh subyek hukum internasional dan sebutkan dasar hukumnya Jawab : Negara dan subyek hukum internasional lainnya mempunyai kedudukan sebagai pribadi hukum atau memiliki kepribadian sehingga secara hukum mereka memiliki kapasitas untuk melakukan presentasi hukum sebagai mana diatur dalam pasal 104 Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa yang berbunyi : a. Able to make contracts; b. Has capacity to acquire and dispose movable and immovable properties; c. Has capacity to institute legal proceedings Pasal 104 piagam PBB diatas mengandung maksud bahwa sebagai subyek hukum yang mempunyai kedudukan sebagai pribadi hukum maka memiliki kapasitas untuk memiliki dan melepas harta kekayaan, dan dapat menuntut apabila kepentingannya dirugikan. BAB IV PENGAKUAN NEGARA A. Pengertian Pengakuan adalah tindakan sepihak suatu negara untuk menerima atau membenarkan akan sesuatu dalam masyarakat Indonesia. Pengakuan bukanlah suatu hak bagi pihak yang menerima pengakuan. B. Macam-macam Pengakuan Pengakuan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Pengakuan de-facto, ialah pengakuan yang diberikan berdasarkan fakta bahwa pihak yang diakui telah ada. Jadi, karakteristik dari pengakuan ini adalah bersifat sementara atau ada kemungkinan untuk dicabut kembali dengan melihat kemantapan negara atau pemerintahan yang diakui. 2. Pengakuan de-yure, ialah pengakuan yang bersifat penuh yang diberikan apabila pihak yang akan diakui semakin efektif dan permanen keberadaannya sehingga mampu menguasai wilayah dan rakyat ditempat tersebut serta menunjukan kesediaan untuk mentaati kewajiban internasional. C. Teori-teori Pengakuan 1. Teori Konstitutif, menyatakan bahwa suatu kesatuan dapat diakui sebagai subjek hukum internasional seperti negara hanya melalui pengakuan. Jadi penakuan bersifat menentukan, artinya tanpa pengakuan maka kesatuan itu tidak dapat diakui sebagai negara. 2. Teori Deklaratif, menyatakan bahwa pengakuan adalah suatu penerimaan formal dari fakta yng sudah ada. Jadi, negara yang menurut fakta betul- betul ada tanpa adanya pengakuan dari negara lain tetap mempunyai hak untuk diperlakukan sebagai negara. 3. Teori gabungan atau teori jalan tengah, yaitu teori yang menghendaki adanya pembedaan antara negara sebagai pribadi hukum internasional disatu pihak yang tidak memerlukan pengakuan dan kemampuan negara itu dalam melaksanakan hak dan kewajiban internasionalnya dipihak lain yang memerlukan pengakuan. D. Cara Melakukan Pengakuan 1. Pemberian pengakuan yang dilakukan secara terang-terangan atau tegas 2. Pengakuan secara diam-diam, yaitu dengan melihat pada tindakan pihak yang akan mengakui. E. Pengakuan bersyarat dan penarikan kembali pengakuan Pada prinsipnya pengakuan tidak boleh disertai syarat, tetapi pengkuan diberikan tanpa keraguan secara utuh. Namun demikian, dapat juga terjadi pengakuan dengan syarat tertentu yang akhirya menimbulkan perbedaan pendapat sebagai berikut: 1. Pengakuan dapat ditarik kembali jika pihak yang diakui tidak mau melaksankan syarat diajukan; 2. Pengakuan tidak dapat ditarik kembali walaupun pihak yang diakui tidak mau memenuhi syarat dengan alasan bahwa tidak dipenuhi syarat tersebut tidak akan menghapus keberadaan pihak yang diakui. F. Pengakuan Negara Untuk mengakui suatu negara baru, pada umumnya negara-negara mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Keyakinan akan adanya stabilitas di negara tersebut 2. Adanya dukungan umum dari penduduk, dan 3. Kesanggupan dan kemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban internasional. G. Pengakuan Kepala Negara Pengakuan terhadap pemerintah baru jika diperoleh dengan cara konstitusional tidak memerlukan pengakuan. Menurut Van Glahn, ada 3 hal yang harus dinilai atas kompetensi pemerintah baru untuk mewakili negara dalam pergaulan internasional, yaitu: 1. Apakah pemerintah baru secara de-facto menguasai roda pemerintahan; 2. Apakah tidak ada perlawanan terhadap pemerintah baru; 3. Apakah pemerintah baru itu memperoleh dukungan pendapat umum di negara tersebut. H. Pengakuan Insurgensibeligerensi dan Gerakan Pembebasan Nasional Insurgensi adalah pihak-pihak bertikai berperang dalam suatu pertikaian non-internasional. Adapun beligerensi adalah pihak-pihak yang bertikai berperang dalam suatu pertikaian internasional. Jadi, inti Konvensi Montevideo diatas adalah bahwa negara sebagai subjek hukum internasional harus memenuhi 4 unsur, yaitu mempunyai penduduk yang tetap, wilayah tertentu, pemerintahan yang sah dan memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan internasional dengan negara lain. I. Kedaulatan Negara atas wilayah Wilayah berkaiatan dengan kedaulatan wilayah, yaitu kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam melaksanakan Jurisdiksi eksklusif di wialyahnya. Kedaulatan wilayah suatu negara mencakup 3 dimensi, yaitu tanah atau daratan, termasuk segala sesuatu yang ada diatasnya, laut, dan udara. Wilayah suatu negara memiliki 4 macam rezim sebagai berikut: 1. Kedaulatan teritorial; 2. Wilayah yang tidak berada dibawah kedaulatan negara lain dan yang memiliki status tersendiri, seperti daerah mandat; 3. terra nullius, yaitu suatu wilayah yang tidak dimiliki atau tidak berada didalam kedaulatan suatu negara, tetapi dapat dimiliki’ 4. terra cpmmunis, yaitu suatu wilayah yang secara umum tidak berada di wilayah kedaulatan suatu negara dan tidak dapat dimiliki atau menjadi milik bersama, seperti laut bebas dan ruang angkasa. Wilayah daratan adalah bagian dari daratan yaitu tempat pemukiman dari warga negara atau penduduk negara yang bersangkutan dan juga dilaksanakannya pemerintahan. Wilayah daratan ditentukan oleh garis-garis batas wilayah yang ditentukan dalam perjanjian garis batas dan dapat berupa tembok, pasar, kawat berduri atau sungai. Sementara kedaulatan negara atas wilayah laut terus berkembang terutama setelah disahkannya Konvensi Hukum Laut PBB 1982 United Nations Convention on The Law of the Sea UNCLOS di teluk Montega, Jamaica. Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut melalui Undang-Undang No. 17 Tahun 1985. High sea atau laut bebas yang sekarang menjadi salah satu prinsip fundamental dalam hukum internsional khusunya di bidang kelautan. Secara sederhana, wilayah lautb dibagi menjadi: 1. Perairan Pedalaman, yaitu perairan yang ada di sisi darat atau dalam garis pangakal. 2. Laut teritorial, yaitu bagian laut yang terletak pada sisi luar dari garis pangkal base line tidak lebih 12 mil dan disebelah luarnya dibatasi oleh garis batas luar outer limit. Sebelum Indonesia merdeka, wilayah perairannya diatur berdasarkan Staatblaad Nomor 442 tahun 1939, yaitu Ordonansi tentang laut teritorial dan lingkungan maritim. Menurut ketentuan ini teritorial Indonesia Hindia Belanda adalah hanya 3 mil laut diukur dari garis pangkat normal. Namun, setelah Indonesia merdeka maka menjadi 12 mil yaitu ditarik berdasarkan sistem penarikan garis pangakl ujung yang menghubungkan titik terluar dari pulau-pulau Indonesia. Dimensi lain dalam kedaulatan RI adalah wilayah udara. Konvensi idak chicago tidak menentukan batas, terutama ketinggian udara, dan ternyata disana ada wilayah hampa udara dan merupakan batat antara ruang udara dan ruang angkasa. PERLATIHAN 1. Jelaskan pengertian pengakuan recognition  Pengakuan adalah tindakan sepihak suatu negara untuk menerima atau membenarkan akan sesuatu dalam masyarakat Indonesia. 2. Bandingakan antara pengakuan secara de facto dan secara de jure  Pengakuan de-facto, ialah pengakuan yang diberikan berdasarkan fakta bahwa pihak yang diakui telah ada. Jadi, karakteristik dari pengakuan ini adalah bersifat sementara atau ada kemungkinan untuk dicabut kembali dengan melihat kemantapan negaraatau pemerintahan yang diakui. Sedangkan Pengakuan de-yure, ialah pengakuan yang bersifat penuh yang diberikan apabila pihak yang akan diakui semakin efektif dan permanen keberadaannya sehingga mampu menguasai wilayah dan rakyat ditempat tersebut serta menunjukan kesediaan untuk mentaati kewajiban internasional. 3. Jelaskan teori-teori yang mendasari adanya pengakuan a. Teori Konstitutif, menyatakan bahwa suatu kesatuan dapat diakui sebagai subjek hukum internasional seperti negara hanya melalui pengakuan. Jadi penakuan bersifat menentukan, artinya tanpa pengakuan maka kesatuan itu tidak dapat diakui sebagai negara. b. Teori Deklaratif, menyatakan bahwa pengakuan adalah suatu penerimaan formal dari fakta yng sudah ada. Jadi, negara yang menurut fakta betul- betul ada tanpa adanya pengakuan dari negara lain tetap mempunyai hak untuk diperlakukan sebagai negara. c. Teori gabungan atau teori jalan tengah, yaitu teori yang menghendaki adanya pembedaan antara negara sebagai pribadi hukum internasional disatu pihak yang tidak memerlukan pengakuan dan kemampuan negara itu dalam melaksanakan hak dan kewajiban internasionalnya dipihak lain yang memerlukan pengakuan. 4. Jelaskan pula pengakuan bersyarat  Pada prinsipnya pengakuan tidak boleh disertai syarat, tetapi pengkuan diberikan tanpa keraguan secara utuh. Namun demikian, dapat juga terjadi pengakuan dengan syarat tertentu yang akhirya menimbulkan perbedaan pendapat. 5. Sebutkan dasar hukum pengakuan dan jelaskan 4 persyaratan yang harus dimiliki oleh negara sebagai subjek hukum internasional  Dasar hukum pengakuan negara sebagai subjek hukum internasional diatur dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo. Dan 4 persyaratannya , yaitu mempunyai penduduk yang tetap, wilayah tertentu, pemerintahan yang sah dan memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan internasional dengan negara lain. 6. Jelaskan dimensi kedaulatan suatu wilayah dan batas-batasnya  Kedaulatan wilayah suatu negara mencakup 3 dimensi, yaitu tanah atau daratan, termasuk segala sesuatu yang ada diatasnya, laut, dan udara. a. Wilayah daratan ditentukan oleh garis-garis batas wilayah yang ditentukan dalam perjanjian garis batas dan dapat berupa tembok, pasar, kawat berduri atau sungai. b. Sebelum Indonesia merdeka, wilayah perairannya diatur berdasarkan Staatblaad Nomor 442 tahun 1939, yaitu Ordonansi tentang laut teritorial dan lingkungan maritim. Menurut ketentuan ini teritorial Indonesia Hindia Belanda adalah hanya 3 mil laut diukur dari garis pangkat normal. Namun, setelah Indonesia merdeka maka menjadi 12 mil yaitu ditarik berdasarkan sistem penarikan garis pangakl ujung yang menghubungkan titik terluar dari pulau-pulau Indonesia. c. Dimensi lain dalam kedaulatan RI adalah wilayah udara. Konvensi idak chicago tidak menentukan batas, terutama ketinggian udara, dan ternyata disana ada wilayah hampa udara dan merupakan batat antara ruang udara dan ruang angkasa. 7. Sebutkan dan jelaskan 4 rezim wilayah dalam hukum internasional a. Kedaulatan teritorial; b. Wilayah yang tidak berada dibawah kedaulatan negara lain dan yang memiliki status tersendiri, seperti daerah mandat; c. terra nullius, yaitu suatu wilayah yang tidak dimiliki atau tidak berada didalam kedaulatan suatu negara, tetapi dapat dimiliki. d. terra cpmmunis, yaitu suatu wilayah yang secara umum tidak berada di wilayah kedaulatan suatu negara dan tidak dapat dimiliki atau menjadi milik bersama, seperti laut bebas dan ruang angkasa. 8. Jelaskan pengertian perairan pedalaman, laut teritorial, dan laut bebashigh sea a. Perairan Pedalaman, yaitu perairan yang ada di sisi darat atau dalam garis pangakal. b. Laut teritorial, yaitu bagian laut yang terletak pada sisi luar dari garis pangkal base line tidak lebih 12 mil dan disebelah luarnya dibatasi oleh garis batas luar outer limit. c. High sea atau laut bebas bermakna bahwa laut adalah terbuka, bebas untuk dilayari oleh semua bangsa. 9. Jelaskan dimana peraturan rezim wilayah laut, udara, dan ruang angkasa diatur  Diatur di dalam UNCLOS 1982, Paris Convention 1919 dan Chicago Convention 1944, serta space Treaty 1967. BAB V JURISDIKSI

A. Pengertian