Land Expectation Value LEV disebut juga formula Faustmann. LEV merupakan kasus khusus dari NPV dimana 1 lahan dikeluarkan dari
cashflow sehubungan dengan perhitungannya sebagai sisa 2 investasi diawali pada lahan
yang kosong, tidak ada tegakan 3 lahan yang secara terus menerus terdapat tegakan yang sama 4
cash flow tegakan tersebut secara pasti sama. Untuk hutan alam, biasanya nilai harapan lahan disebut nilai hutan
forest value.
3. Internal Rate of Return IRR
Internal Rate of Return IRR sama dengan Rate of Return atau tingkat
rendemen atas investasi bersih. IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat suatu proyek akan mengembalikan semua investasi selama umur usaha. Suatu usaha dapat
dilaksanakan apabila nilai IRR lebih besar atau sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku
discount factor, apabila terjadi keadaan sebaliknya, maka usaha tersebut ditolak tidak layak. IRR juga merupakan nilai diskonto yang membuat NPV dari
kegiatan usaha sama dengan nol. Dengan demikian IRR merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha tersebut untuk sumberdaya yang
digunakan.
4. Benefit Cost Ratio BCR
Benefit Cost Ratio BCR adalah perbandingan antara pendapatan dan biaya yang didiskonto. Suatu usaha yang memiliki nilai BCR lebih besar dari satu dikatakan
layak feasible dan bila terjadi sebaliknya, maka usaha tersebut dikatakan tidak layak
unfeasible. Nilai IRR dan BCR menentukan tingkat efesiensi suatu usaha dalam
penggunaan sumberdaya apakah efisien atau tidak. Sedangkan NPV adalah ukuran absolut yang ditentukan oleh umur usaha, yang berarti NPV pada umumnya akan
menjadi besar sesuai dengan besarnya umur usaha. Jika terdapat sejumlah modal atau dana uang pada suku bunga tertentu akan dipilih proyek yang mempunyai nilai NPV,
BCR dan IRR terbesar.
Usaha Perdagangan Karbon pada Hutan Alam Produksi
Carbon sink merupakan istilah yang sering dipakai di bidang perubahan iklim. Istilah ini berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penyerap
sink dan penyimpan
reservoir karbon. Emisi karbon ini umunya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil dari sektor industri, transportasi dan rumah tangga Rusmatoro
2006. Perdagangan emisi karbon mampu memberikan NPV positif lebih awal dalam
rotasi dibandingkan dengan waktu yang dicapai pada pengelolaan hutan sebagai penghasil kayu, menggeser
break-even point finansial dan secara umum meningkatkan nilai
Internal Rate of Return IRR. Pengelola hutan dimungkinkan memilih untuk mengelola tegakannya dengan tujuan murni penyerapan karbon atau
mengkombinasikan antara menghasilkan kayu dan karbon Harrison et al. 2000.
Biomassa
Biomassa adalah berat dari bahan tanaman hidup yang terdapat di atas maupun di bawah suatu unit luas permukaan tanah pada suatu titik pada waktu
tertentu Catur, 2002. Pendugaan biomassa ini sangat diperlukan, khususnya pada hutan-hutan di daerah tropis karena berpengaruh besar dalam siklus karbon.
Bila ditinjau dari sisi manajemen hutan, biomassa hutan sangat penting karena keseluruhan operasional pengelolaan hutan sangat dipengaruhi oleh potensi hutan
melalui penentuan biomassa. Hutan-hutan tersebut mempunyai potensi yang
besar dalam pengurangan kadar CO
2
melalui konservasi dan manajemen tegakan hutan. Biomassa dapat memberikan informasi mengenai nutrisi dan kandungan
karbon suatu tegakan secara keseluruhan.
Reduce Emission from Deforestation and Degradation REDD
REDD adalah mekanisme memberi insentif kepada negara-negara pemilik hutan untuk mempertahankan hutan mereka dari deforestasi dan degradasi.
Degradasi hutan merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca. Di Indonesia stok hutan berkurang 5 setiap tahun akibat degradasi Marklund dan Schoene
2006 diacu dalam Mudiyarso et al, 2008. Degradasi di daerah tropis umumnya
terjadi karena aktivitas logging, kebakaran hutan dalam skala besar, pengambilan kayu bakar dan hasil hutan non kayu, produksi arang, padang penggembalaan,
dan perladangan berpindah GOFC-GOLD 2008. IPPC 2003 menyebutkan ada lima karbon pool yang digunakan memonitoring deforestasi dan degradasi yaitu
biomassa bagian atas, biomassa bagian bawah, serasah, kayu mati, dan carbon yang berasal dari tanah.
Provinsi Papua mendedikasikan setengah dari total luas hutan produksinya untuk kepentingan mereduksi emisi karbon atau
Reduction Emission from Deforestation in Developing Country. Seperempat dari luas hutan konversi Papua
juga akan diperuntukkan bagi kepentingan Mekanisme Pembangunan Ramah Lingkungan atau
Clean Development Mechanism CDM. Komitmen pemerintah Papua dalam Konvensi
Perubahan Iklim di Bali tahun 2007 menyediakan 15 3.285.217 ha dari total luas hutan produksi bagi
kegiatan perdagangan karbon merupakan upaya yang cukup strategis dilihat dari kepentingan politik, namun dari sisi ekonomi dan sosial budaya
hal tersebut belum memberikan jaminan yang pasti. Setiap 1 juta ha hutan produksi konversi
yang diputuskan untuk tetap dipertahankan sebagai hutan alam infact forest dan
diikutsertakan dalam program carbon trade melalui pendekatan pencegahan
deforestasi avoided deforestation, bisa menghasilkan penerimaan tunai sampai
mencapai kurang lebih Rp 3 triliun Suebu 2007. Apabila penerimaan ini diberikan kepada kurang lebih 2 juta penduduk Papua, maka setiap orang
memiliki penerimaan cash sebesar Rp 1.500.000,- atau Rp 375.000,- per orang
untuk hutan seluas 15 dari luasan hutan Papua untuk kepentingan tersebut.
Analisis Finansial dan Analisis Ekonomi
Tujuan dari analisis suatu usaha adalah untuk memperbaiki penilaian investasi akibat keterbatasan sumberdaya, sehingga perlu dilakukan pemilihan terhadap
berbagai macam usaha. Kesalahan dalam melakukan penilaian berakibat pada pengorbanan sumber-sumber yang langka oleh karena itu sebelum usaha
dilaksanakan perlu diadakan perhitungan percobaan untuk mengetahui hasil dan kemungkinan memilih alternatif lain dengan cara menghitung biaya dan manfaat
yang dapat diharapkan dari masing-masing usaha Kadariah 1986. Analisis finansial dan analisis ekonomi merupakan dua alternatif yang dapat
dipergunakan dalam evaluasi usaha. Analisis finansial atau analisis privat ditujukan untuk menghitung manfaat dan biaya usaha dari sudut pandang individu-individu
atau swasta sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek. Analisis ekonomi atau
sosial ditujukan untuk menghitung manfaat dan biaya proyek dari sudut pandang pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan sebagai pihak yang berkepentingan
dalam usaha tersebut McLeish, et al. 2002.
Menurut Gittinger 1986, pada dasarnya perhitungan dalam analisis finansial dan ekonomi berbeda dalam 4 empat hal yaitu :
1. Harga Dalam analisis finansial harga yang digunakan adalah harga pasar. Harga ini
telah memperhitungkan pajak dan subsidi, akan tetapi dalam analisis ekonomi harga yang dipergunakan adalah harga yang mencerminkan secara tepat nilai-nilai sosial
ekonomi. Harga yang sudah disesuaikan ini disebut harga bayangan shadow price
atau harga buku accounting price yang merupakan opportunity cost.
2. Pajak dan Subsidi Dalam analisis ekonomi pajak dan subsidi digunakan sebagai pembayaran
transfer. Pendapatan baru timbul oleh suatu usaha termasuk pajak-pajak yang ditanggung selama proses produksi dan pajak penjualan yang dibayar oleh pembeli
pada waktu membeli produk hasil usaha. Pajak tersebut merupakan bagian dari manfaat usaha secara keseluruhan. Sebaliknya, subsidi dari pemerintah kepada usaha
merupakan biaya masyarakat, karena subsidi menjadi pengeluaran dari sumberdaya sehingga perekonomian harus melakukan pengeluaran untuk menjalankan proyek.
Dalam analisis finansial pajak dianggap sebagai biaya dan subsidi dianggap sebagai hasil
return. 3. Bunga
Bunga terhadap modal dalam analisis ekonomi tidak dipisahkan dan dikurangkan dari hasil bruto
gross return, karena modal merupakan bagian dari hasil bruto
total return terhadap modal yang tersedia untuk masyarakat secara keseluruhan dan sebagai hasil keseluruhan. Bunga merupakan hal yang diperkirakan
dalam analisis ekonomi. Dalam analisis finansial bunga dibedakan menjadi bunga yang dibayarkan kepada orang-orang luar dan bunga atas modal sendiri. Bunga yang
dibayarkan kepada orang-orang yang meminjamkan uangnya pada kegiatan usaha dianggap
cost. Bunga atas modal sendiri tidak dianggap sebagai biaya karena bunga merupakan bagian dari finansial
return yang diterima.
4. Manfaat dan Biaya Usaha Dalam hubungan dengan usaha segala sesuatu yang menambah pendapatan
nasional atau menambah persediaan barang-barang konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung digolongkan sebagai manfaat usaha. Sebaliknya segala
sesuatu yang berhubungan dengan pengurangan barang-barang konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung digolongkan sebagai biaya proyek.
Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ekonomi Daerah
Dari berbagai indikator ekonomi pendapatan daerah merupakan salah satu indikator penting yang sering kali dirancukan pengertiannya dengan pendapatan
masyarakat. Pendapatan daerah dalam nomenklatur pembangunan di Indonesia
mencerminkan pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah Gambar 1. Pendapatan daerah di Indonesia bersumber dari : Pendapatan Asli Daerah PAD,
Dana Perimbangan Pembangunan, Pinjaman Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah lainnya, Hibah, Dana Darurat, dan lain-lain.
Berdasarkan Gambar 1 dapat dipahami bahwa Pendapatan Asli Daerah PAD yang tinggi belum merupakan jaminan tingginya pendapatan masyarakat di
suatu daerah. Namun demikian tingginya pendapatan asli daerah PAD dapat menjadi sumberdaya yang sangat penting bagi pemerintah daerah di dalam
pengembangan wilayah termasuk peningkatan pendapatan masyarakat Rustiadi et
al, 2005. Walaupun demikian pendapatan asli daerah jarang digunakan oleh suatu
daerah bahkan negara sebagai ukuran produktivitas wilayah. Pada umumnya yang digunakan sebagai tolak ukur pembangunan daerah adalah Produk Domestik
Regional Bruto PDRB atau Gross Domestic Regional Product GDRP, karena ukuran ini yang paling operasional dan diterima secara universal oleh semua
negara. Besarnya PDRB suatu wilayah yang diperoleh pada akhirnya akan berpotensi menjadi pendapatan daerah. PDRB merupakan total nilai barang dan
jasa yang dihasilkan suatu daerah yang telah dihilangkan unsur-unsur
intermediate-cost dalam kurun waktu tertentu.
Gambar 1. Sumber Pendapatan Daerah Berdasarkan UU 332004
Penerimaan Daerah dari Sektor Kehutanan
Secara operasional kegiatan pengusahaan hutan atau pemanfaatan hutan diatur dalam UU No 41 Tahun 1999 tentang kehutanan dan PP No 6 Tahun 2007
jo PP 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunanan Rencana Pemanfaatan Hutan. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, terdapat 6 macam pungutan
yang dikenakan kepada pengusaha:
Sumber-Sumber Penerimaan Daerah
Pendapatan Asli Daerah PAD
Dana Perimbangan Pinjaman daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Lainnya yang dipisahkan
Lain-lain Hibah, Dana Darurat,
Penerimaan Lainnya
Pajak Retribusi
Keuntungan perusda
Pengelolaan Aset Daerah
Lain-lain D
an a
B ag
i H
as il
D an
a A
lo k
as i
U m
u m
D an
a A
lo k
as i
K h
u su
s
D al
am N
eg er
i L
u ar
N eg
er i
B ag
ia n
L ab
a D
iv id
en P
en ju
al an
S ah
am
Pajak Bumi dan Bangunan
BPHTB Hasil hutan,
tambang umum, perikanan
Minyak Bumi Gas Alam
Kebutuhan di luar alokasi umum
Prioritas Nasional Dana Reboisasi
Macthing grant
a. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan IIUPH b. Dana Reboisasi DR
c. Provisi Sumberdaya Hutan PSDH d. Dana Jaminan Kinerja DJK
e. Dana Investasi Untuk Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Latihan, serta Penyuluhan Kehutanan.
f. Dana Investasi Pelestarian Hutan DIPH Namun demikian pada saat ini yang sudah berjalan karena sudah ada aturan
pelaksanaannya hanyalah tiga jenis pungutan yaitu IHPHIIUPH, DR dan PSDHIHH. Sedangkan untuk DJK, DIPH , dan Dana Investasi Untuk Penelitian
dan Pengembangan, Pendidikan dan Latihan, serta Penyuluhan Kehutanan sama sekali belum diatur.
1. Iuran Hak Pengusahaan Hutan IHPHIUPHH Iuran Hak Pengusahaan Hutan
licence fee merupakan iuran yang harus dibayar oleh pemegang HPH. Pungutan ini dikenakan hanya sekali pada saat
penetapan konsesi. Dasar hukum pungutan ini adalah PP Nomor 22 Tahun 1967 perubahannya dengan PP Nomor 21 Tahun 1980.
Selain itu, tertuang juga dalam beberapa surat keputusan menteri sebagai berikut : SK Menteri Pertanian Nomor 415Kptsum71979, SK Menhut Nomor
479Kpts-II1992, serta SK Dirjen PH Nomor 403KPtsIV-TPHH1989. 2. Provisi Sumberdaya Hutan PSDH
PSDH adalah nilai hasil hutan yang menjadi bagian pemerintah sebagai pemilik sumberdaya. Nilai ini ditentukan harga jual dan jumlahvolume hasil
hutan yang dijual. Iuran PSDH ditetapkan berdasarkan Surat Edaran Dirjen BPK Nomor 02VI-BIKPHH2005, penetapan harga patokan PSDH berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 436MPPKep72004, sedangkan tarif PSDH berdasarkan Peraturan Pemerintah PP Nomor 74 Tahun
1999. Petunjuk teknis tentang tata cara pengenaan, pemungutan, pembayaran, dan penyetoran PSDH diatur dengan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 124Kpts-
II2003.
3. Dana Reboisasi Jenis pungutan ini pertama kali diberlakukan pada tahun 1980 dengan nama
Dana Jaminan Reboisasi DJR. Pungutan ini dikenakan terhadap setiap m
3
kayu yang diambil oleh HPHIUPHHK sebagai dana jaminan reboisasi.
Namun perkembangan selanjutnya pada tahun 1989 pungutan berubah menjadi Dana
Reboisasi DR, dengan ketentuan HPHIUPHHK wajib melakukan penanaman pengayaan di areal HPHIUPHHK dan tetap membayar DR. Dana ini juga identik
dengan Dana Jaminan Kinerja DJK, Dana Investasi Pelestarian Hutan DIPH Tim Fahutan IPB, 2003. Dana Reboisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 35 Tahun 2002 merupakan dana untuk reboisasi dan rehabilitasi hutan serta kegiatan pendukungnya yang dipungut dari Pemegang Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan dari hutan alam yang berupa kayu. Penentuan tarif DR berdasarkan PP Nomor 29 Tahun 1999, sedangkan
petunjuk teknis tentang tata cara pengenaan, pemungutan, pembayaran, dan penyetoran DR diatur dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 128Kpts-
II2003. 4. Pajak Bumi dan Bangunan PBB
Pajak merupakan iuran yang diwajibkan kepada warga negara untuk disetor kepada kas negara berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan jasa
timbal balik yang langsung, dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum Mardiasmo 2006. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak
yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan. Areal konsesi HPH merupakan salah satu obyek pajak, wajib dibayarkan
PBB yang besarnya tergantung luasan dan bangunan yang ada. Jika pada luasan terdapat areal yang tidak produktif maka pemegang konsesi dapat mengajukan
pengurangan pembayaran. Dasar hukum penetapan PBB adalah UU No. 12
Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994. Jumlah dan jenis pungutan ini berimplikasi terhadap kelestarian hutan.
Disamping pungutan-pungutan pemerintah pusat dengan adanya desentralisasi kehutanan pungutan di tingkat daerah semakin banyak baik jumlah maupun jenis.
Hal ini berarti beban pengusaha makin besar sehingga untuk mempertahankan
kelayakan usaha berbagai cara dapat ditempuh termasuk illegal logging.
Model dan Simulasi
Model merupakan abstraksi dari kenyataan sebenarnya Hannon dan Ruth, 1994; Grant et al 1997; Banks et al. 1999, yang merupakan penggambaran formal
elemen-elemen esensial dari suatu masalah Grant at el. 1997. Selain itu model didefinisikan sebagai representasi dari suatu sistem untuk
tujuan studi sistem. Model penting untuk mempertimbangkan aspek yang diteliti dari sistem yang mempengaruhi sistem yang diinvestigasi. Aspek-aspek ini
direprensetasikan dalam model dari sistem. Disamping itu, model secara detail cukup memungkinkan kesimpulan yang valid untuk menjelaskan sistem yang
nyata real system. Komponen dari sistem adalah unsur entitas, atribut dan aktifitas dari model.
Pembangunan suatu model dapat membantu menganalisa data dari petak percobaan
dan observasi.
Model dapat
membantu mensintesis
dan mengkomunikasi pengetahuan yang ada dan mengidentifikasi kesenjangan
pemahaman kita. Pemodelan memungkinkan cara yang paling efisien untuk menguji data percobaan, menginvestigasi implikasi dan merumuskan petunjuk
silvikultur yang optimal Vanclay 2002. Model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau
proses. Model biasanya diambil dari berbagai asumsi yang berhubungan dengan operasi sistem. Asumsi ini diekspresikan dalam hubungan matematik, logik dan
simbolik antara obyek atau unsur entities dari sistem. Model dapat dikelompokan menjadi model kualitas, model ikonik dan
model kuantitatif. Model kuantitatif adalah model yang berbentuk rumus matematik, statistik atau komputer. Model matematik sering dibagi dalam 2
kategori yaiti model statik dan model dinamis. Model statik mempelajari tentang perilaku sistem yang statis tidak memasukan unsur waktu. Sedangkan model
dinamis membantu kita berpikir tentang bagaimana suatu sistem berubah menurut waktu. Pertumbuhan growth, kerusakan decay dan osilasi adalah dasar dari
pola sistem dinamis.
Model simulasi dapat digunakan untuk 1 analisa terperinci dari kebijakan tertentu, 2 analisa sensitifitas 3 perbandingan antara beberapa alternatif
kebijakan skenario dan 4 perilaku antara biaya dan manfaat Eriyatno 1999.
Pendekatan Sistem Dinamik
Menurut Eriyatno 1999 sistem adalah totalitas himpunan hubungan yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta matra dimensional terutama
dimensi ruang dan waktu. Sistem dapat dibayangkan sebagai suatu koleksi yang terisolir dari
komponen-komponen yang berinteraksi. Elemen-elemen sistem dapat berupa benda, fakta, metode, prosedur kebijakan, bagian organisasi, dan sebagainya.
Hubungan antar sistem dapat berupa transaksi, interaksi, transmisi, koreksi kaitan, hubungan, dan lain-lain. Dalam sistem terdapat proses transformasi yang
mengolah input menjadi output sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Eriyatno 1999, terdapat tiga pola pikir yang menjadi pegangan
pokok oleh para ahli sistem dalam menganalisis permasalahan yaitu 1 sibernetik cybernetic, yaitu berorientasi pada tujuan, 2 holistik holistic, yaitu cara
pandang yang utuh terhadap keputusan sistem, dan 3 efektif effectiveness, yaitu prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat
dilaksanakan daripada pendalaman teoritis untuk mencapai eksistensi keputusan. Para ahli memberikan batasan permasalahan yang sebaiknya menggunakan
pendekatan sistem dalam pengkajiannya, yaitu permasalahan yang memenuhi karakteristik : 1 kompleks, 2 dinamis dan 3 probabilistik
Sistem dinamik adalah studi mengenai perubahan sistem menurut waktu dengan memperhatikan faktor umpan balik Purnomo 2004. Sistem dinamik
adalah metodologi yang dapat digunakan untuk memahami suatu permasalahan yang rumit dan kompleks. Model sistem dinamik akan melibatkan input-input,
hubungan dan output diantara bagian-bagian sistem dan model. Masalah-masalah yang akan dibuat model sistem dinamika harus memiliki sedikitnya dua ciri utama
yaitu 1 bersifat dinamis, meliputi kuantitas yang berubah menurut waktu yang dapat digambarkan dalam bentuk grafik perubahan menurut waktu. 2 pemikiran
mengenai umpan balik karena semua sistem pada dasarnya mempunyai sistem
umpan balik. Ekosistem hutan adalah suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari berbagai interaksi komponen, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, maka
suatu motode khusus yaitu analisis sistem seharusnya diterapkan. Esensi dari analisis sistem bukan terletak pada kumpulan teknik kuantitatif, tetapi lebih pada
strategi pemecahan masalah yang sulit atau tidak dapat dipecahkan secara matematis ataupun statistik, seperti disajikan pada Gambar 2.
Banyak Banyak data
Banyak data Pemahaman rendah
Pemahaman tinggi statistik
fisika
Sedikit data Sedikit data
Pemahaman rendah Pemahaman tinggi
Analisis Sistem dan Simulasi Sedikit
Rendah tinggi
Tingkat pemahaman proses relatif
Gambar 2. Perbandingan Metode Pemecahan Masalah Grant et al. 1997
Ju m
la h
d at
a re
la ti
f
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka pemikiran pengaturan hasil dalam pengelolaan hutan alam dapat dilihat pada Gambar 3. Kelestarian hasil, baik pengusahaan hutan seumur maupun
tidak seumur adalah tercapainya suatu kondisi tertentu dari suatu tegakan hutan sehingga dapat diperoleh hasil secara lestari dengan cara pengaturan produktifitas
hutan, baik pertumbuhan maupun pemungutan hasil. Hutan yang memiliki manfaat ganda
multiple use baik secara ekonomi maupun ekologis merupakan ekosistem yang kompleks dan dinamik. Hutan tersebut dikelola berdasarkan unit-unit yang
sesuai dengan tujuan pengelolaan. Pengelolaan hutan sebagai suatu ekosistem harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar hutan adaptif sehingga diperoleh
preskripsi spesifik yang memungkinkan keseimbangan dinamis ekosistem secara optimal Purnomo
et al. 2003; Purnomo, 2004. Oleh sebab itu pembagian unit-unit pengelolaan hutan ini harus berdasarkan karakteristik ekosistem wilayah setempat
yang bersifat spesifik. Pada setiap unit pengelolaan hutan terdapat kegiatan perencanaan, pemanenan
dan pembinaan. Kegiatan perencanaan pangaturan hasil seperti penentuan preskripsi penebangan intensitas penebangan dan siklus tebang hutan yang optimal dilakukan
berdasarkan kondisi tegakan awal, informasi biaya dan manfaat serta perilaku dinamika struktur tegakan. Intensitas dan siklus tebang optimal berimplikasi
terhadap penerimaan pemerintah daerah dan penerimaan masyarakat adat dari kompensasi, yang didasarkan atas informasi biaya dan manfaat pengelolaan hutan.
Perilaku dinamika struktur tegakan berdasarkan informasi pertumbuhan dan hasil yang diperoleh dari Petak Ukur Permanen PUP.
Pemahaman terhadap struktur tegakan tidak terlepas dari informasi keanekaragaman jenis pohon dalam PUP dan
hutan primer. Untuk menentukan preskripsi penebangan intensitas dan siklus tebang yang
optimal dikembangkan model dinamika sistem yang terdiri dari model dinamika struktur tegakan, model pengembalian ekonomi dan model pengaturan hasil serta
model penerimaan masyarakat adat. Sedangkan keanekaragaman jenis pohon merupakan informasi yang mendukung model dinamika struktur tegakan. Berbagai
model simulasi yang berkaitan dengan intensitas penebangan dan siklus tebang dilakukan untuk menentukan preskripsi pengaturan hasil yang optimal dipandang
dari aspek kelestarian produksi dan aspek ekonomi.
Hutan memiliki kompleksitas dan ketidakpastian, sehingga pemanfaatan hasil hutan kayu pada unit manajemen tidak dapat dilakukan secara parsial terpisah
melainkan secara holistik. Salah satu pendekatan yang dapat mengakomodasi
kompleksitas pengelolaan hutan adalah pendekatan analisis sistem dinamik Grant
et al. 997. Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak dari setiap alternatif kebijakan dengan spektrum yang luas sehingga
memudahkan pemilihan alternatif terbaik yang dapat diambil Purnomo, et al 2003;
Grant et al. 1997.
Informasi Keanekaragaman
Jenis
Petak Ukur Permanen
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Model Dinamik Pengaturan Hasil Tidak Seumur
Pemanenan
Inventarisasi Tegakan Awal
Informasi Pertumbuhan
Hasil
Simulasi Model Dinamik Manfaat
Ekonomi Manfaat
Ekologis
Perencanaan Pembinaan
Pengaturan Hasil
Penentuan Intensitas Penebangan dan siklus Penebangan yang optimal
Model Pengembalian Ekonomi
Informasi Biaya dan Manfaat
Unit Manajemen Hutan Kerakteristik Ekosistem
Petak Ukur Permanen
Model Dinamika Struktur Tegakan
Model Pengaturan Hasil
Kelestarian Hasil
Kontribusi terhadap Ekonomi
masyarakat adat dan daerah
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada pada hutan hujan tropis dataran rendah, pada
lokasi contoh hutan alam produksi pada wilayah konsesi IUPHHK PT. Bina Balantak Utama BBU Kabupaten Sarmi Propinsi Papua. Secara geografis
kelompok hutan ini terletak di antara 138 05’ - 139
00’ Bujur Timur dan 01 30’ -
02 30’ Lintang Selatan, dengan luas 325.300 ha. Pengumpulan data dilakukan
pada bulan maret sampai dengan mei 2008 di lokasi PUP petak 56 KK RKT 20002001.
Gambar 4 Lokasi penelitian hutan alam produksi PT. BBU Kabupaten Sarmi
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data primer pada tegakan hutan alam bekas tebangan dan tegakan hutan primer. Tegakan hutan alam bekas
tebangan diambil dari Petak Ukur Permanen PUP yang terletak di blok-blok bekas tebangan yang telah dilakukan pengukuran dan pengamatan selama 5 tahun.
Sedangkan data tegakan hutan primer diperoleh dari kawasan hutan primer yang berada dalam areal konsesi.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : pita ukur, kompas, meteran, haga, tambang plastik, tally sheet, alat-alat tulis serta seperangkat
Personal Computer dengan program-program aplikasi : Microsof Excel, dan Stella Research 9.0.2.
Metode Penelitian Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi : data pertumbuhan dan hasil tegakan, serta data struktur tegakan hutan primer. Data pertumbuhan tegakan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran PUP-PUP pada Blok RKT yang merupakan areal bekas tebangan 1-2 tahun dan hutan primer.
Data-data lain yang dikumpulkan berkaitan dengan aspek ekonomi adalah : produksi kayu bulat, pendapatan daerah, biaya -biaya TPTI, kompensasi bagi
masyarakat lokal, penerimaan perusahaan dan pengeluaran untuk negara . Data pendukung penelitian ini adalah data risalah PUP, data Laporan Hasil
Produksi LHP, data iklim, buku Rencana Karya Tahunan RKT, Rencana Karya Lima Tahunan RKL, dan Rencana Karya Pengusahaan Hutan RKPM,
peta-peta, laporan keuangan dan laporan TPTI serta sumber-sumber lain yang menunjang penelitian. Data tersebut bersumber dari pencatatan di lapangan Base
Camp, dan informasi dari instansi terkait.
Teknik Pengumpulan Data
Data primer yang dikumpulkan meliputi : data pertumbuhan tegakan, data struktur tegakan hutan primer. Data pertumbuhan tegakan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hasil pengukuran PUP-PUP pada Blok RKT 19992000 yang merupakan areal bekas tebangan 2 tahun. Pengukuran dilakukan pada tahun 2001
sampai dengan tahun 2005. Pengukuran dilakukan ulang setiap satu tahun sekali. Data struktur tegakan yang diperoleh dari PUP dan hutan primer dipresentasikan
dalam beberapa Kelas Diameter Phn_D menurut kelompok jenis dengan interval 10 cm ke atas, diameter terkecil Phn_D
15
berukuran 10-20 cm. Pembagian menurut kelompok jenis dilakukan dengan mengelompokan ke dalam jenis
dipterocarpaceae, non dipterocarpaceae dan non komersil. Pembagian kelompok jenis ini berdasarkan pengelompokan yang dilakukan oleh PT. BBU dengan
pertimbangan bahwa kelompok jenis ini mepakan jenis komersil utama yang diperdagangkan.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif sebagai berikut: 1. Dinamika Struktur Tegakan
Komponen penyusun dinamika struktur tegakan terdiri dari jumlah pohon pada berbagai kelas diameter dan kelompok jenis, dengan melibatkan unsur
dinamika tegakan seperti alih tumbuh ingrowth, tambah tumbuh upgrowth,
dan kematian Mortality.
Model umum
struktur tegakan
didekati dengan
persamaan eksponensial negatif yang dirumuskan sebagai berikut Meyer 1961
dalam Davis et al. 2001 :
N = N e
-kd
dimana: N = jumlah pohon pada setiap kelas diameter
No = kostanta, yang menunjukan besarnya kerapatan tegakan pada kelas diameter terkecil
e = bilangan eksponensial 2,71828182 k = laju penurunan jumlah pohon pada setiap kenaikan diameter pohon
D = titik tengah kelas diameter
2. Ukuran Kelestarian Hasil Pengelolaan Hutan Ukuran kelestarian hasil kayu diukur berdasarkan ukuran fisik dan
finansial. Apabila besarnya hasil pada tahun ke-t dilambangkan dengan Vt,
maka kelestarian hasil dapat dinyatakan dengan persamaan : Vt AAC, untuk t
= 1,2,3...... r, r+1....
AAC Annual Allowable Cut merupakan jatah tebang tahunan yang
dibenarkan agar kelestarian hasil dap at dicapai, r melambangkan rotasi tebang
yang menyatakan rentang waktu antar penebangan. Apabila AAC pada rotasi tebang ke
t dinyatakan dengan AAC
t
dan AAC pada siklus tebang selajutnya sebagai
AAC
t+1
maka kelestarian hasil dapat dicapai pada saat q
t
1. Apabila riap dinyatakan dengan
I m
3
hatahun, maka q
t
= 1 akan dicapai pada saat I
t
x r
t
= AAC
t+1
. Besar kecilnya nilai q menggambarkan kemungkinan dicapai tidaknya kelestarian hasil.
3. Perhitungan Biomassa Tegakan Rumus
Allometric yang digunakan untuk menghitung biomassa tegakan hutan adalah rumus pendugaan biomassa secara umum yang dikemukakan oleh
Brown 1997, yaitu : Y = 42.69 -12.8D + 1.24D
2
Dimana : Y = Biomassa pohon Kg pohon D = Diameter setinggi dada 1,3 m m
Penggunaan rumus ini didasarkan pada pertimbangan tempat tumbuh dengan curah hujan 1500
– 4000 mmtahun, jumlah sampel pohon 172 serta kisaran diameter 5-148 cm.
Diasumsikan dalam penelitian bahwa karbon yang diserap adalah 50 dari keseluruhan bagian tumbuhan yang menjadi biomassa Motagnini dan Poras
1998. Pendekatan yang digunakan dalam menduga perubahan karbon berdasarkan
stock – difference method IPCC 2006 yaitu ∆C
B
=
Ct
2
– Ct
1
t
2
-t
1
, dimana ∆C
B
adalah perubahan stok carbon tahunan, Ct
1
merupakan perubahan stok karbon pada tahun t
1
Ton C, Ct
2
perubahan stok karbon pada tahun t
2
Ton C.
Analisis Sistem dan Simulasi
Berdasarkan perumusan masalah dan untuk memperoleh hasil sesuai tujuan penelitian ini maka penyusunan model dilakukan dengan membagi model dalam sub
model : sub model dinamika tegakan yang terdiri dari dinamika tegakan dipterocarpacea, non dipterocarpaceae dan tegakan non komersil, dan tegakan
total, sub model pengembalian ekonomi terdiri dari biaya produksi dan sub model pengembalian ekonomi, sub model pengaturan hasil, sub model penerimaan
masyarakat adat dan Sub model usaha karbon Tahap- tahap analisis dan simulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut
Grant et al. 1997; Purnomo 2004 :
Identifikasi Isu, Tujuan dan Batasan
Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi isu-isu sehingga permasalahan dapat dilihat dengan tepat. Selanjutnya menentukan tujuan pemodelan tersebut.
Kemudian isu yang diangkat dan tujuan yang ditetapkan dinyatakan secara eksplisit.
Setelah itu ditentukan komponen-komponen sistem yang berkaitan dengan pencapaian tujuan model tersebut. Komponen-komponen tersebut diidentifikasi
keterkaitannya dan merepresentasikan model tersebut dalam diagram kotak-panah box-arrow. Pembatasan dan defenisi komponen-komponen dalam sistem sebagai
berikut : 1. Siklus tebang adalah interval waktu dalam tahun antara dua penebangan
yang berurutan di tempat yang sama dalam sistem silvikultur polisiklik. 2. Ingrowth didefinisikan sebagai besarnya tambahan terhadap banyaknya pohon
per hektar pada kelas diameter terkecil selama periode waktu tertentu. 3. Upgrowth adalah besarnya tambahan jumlah pohon per hektar terhadap kelas
diameter tertentu yang berasal dari kelas diameter dibawahnya dalam periode waktu tertentu.
4. Mortality adalah banyaknya pohon per hektar yang mati pada setiap kelas diameter dalam periode waktu tertentu.
5. Efek penebangan merupakan kematiankerusakan tegakan yang terjadi akibat kegiatan penebangan kayu.
6. Masyarakat adat adalah masyarakat yang secara tradisional tergantung dan memiliki ikatan sosio-kultural dan religius erat dengan lingkungan lokalnya
Perumusan Model Konseptual dan Spesifikasi Model Kuantitatif
Tahapan ini bertujuan untuk membangun pemahaman terhadap sistem yang diamati ke dalam sebuah konsep untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh
tentang model yang akan dibuat, serta untuk membentuk model kuantitatif dari konsep model yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil eksekusi yang dicoba
dibuat daftar yang lebih ringkas dari skenario yang memenuhi tujuan pemodelan.
1. Sub Model Dinamika Struktur Tegakan