Tabel 12. Persentase jumlah telur yang berkembang menjadi larva
3
selama 5 minggu
Kelompok Jumlah telur yang menetas pergram tinja pengamatan minggu
n=5 Ke 0
Ke 1 Ke 2
Ke 3 Ke 4
Ke 5 K
66,8 ± 17,74
a
75,5 ±
18,04
a
54,75 ± 9,5
a
81,25 ± 9,53
a
74,5 ± 11,90
a
46,5 ± 21,02
a
DF
85,2 ± 8,32
a
71,4 ±
20,98
a
43,8 ± 11,39
a
55,2 ±
23,08
a
50,6 ± 6,91
b
15 ± 4,52
b
SC
76,6 ± 13,97
a
50,4 ±
29,05
a
38.4 ± 13,90
a
47,6 ±
15,59
a
62,8 ± 12,29
ab
23,4 ± 9,81
ab
DF+SC
84,4 ± 11,39
a
63 ±
34,38
a
44,2 ± 8,58
a
55,2 ±
14,70
a
50,4 ± 4,33
b
28,4 ± 16,33
ab
Keterangan: Angka-angka dengan huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata P 0,05
Tabel 13. Fekunditas cacing H. contortus pada minggu ke-5
Kelompok n=5
Produksi telur cacing betina hari
Kontrol 1664,8 ± 814,7
a
D. flagrans 1506,4 ± 510,1
a
S. cerevisiae 3418,4 ± 2468,9
a
D. flagrans + S. cerevisiae 3136,8 ± 1640,1
a
Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama superskrip tidak berbeda nyata P0,05
Pengamatan terhadap fekunditas cacing H. contortus pada minggu ke-5
perlakuan menunjukkan setiap ekor cacing betina memproduksi telur 1506-3418 butirhari. Tidak ada perbedaan signifikan dalam fekunditas cacing betina antara
kelompok kontrol dan perlakuan Tabel 13. Pengamatan tersebut menunjukkan pemberian kedua cendawan ini tidak mempengaruhi fekunditas cacing betina.
Jumlah cacing H. contortus yang ditemukan di abomasum postmortem
pada kelompok kontrol serta kelompok perlakuan D. flagrans dan D. flagrans +
S. cerevisiae kurang lebih berjumlah 180 ekor Tabel 14. Jumlah cacing yang ditemukan lebih rendah pada domba yang diberi
S. cerevisiae, namun pada analisa statistik belum menunjukkan perbedaan yang signifikan antara keempat
kelompok perlakuan. Tabel 14.
Jumlah cacing yang ditemukan di abomasum domba Kelompok Jumlah
cacing
n=5 Jantan
Betina Total
K 47 ± 52
a
133 ± 104
a
180 ± 140
a
DF 59 ± 64
a
125 ± 26
a
184 ± 83
a
SC 35 ± 20
a
99 ± 54
a
134 ± 60
a
DF+SC 46 ± 22
a
134 ± 51
a
181 ± 59
a
Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama superskrip pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata P0,05
Hasil pengamatan terhadap perubahan patologis pada organ reproduksi cacing jantan disajikan pada Gambar 14 dan Tabel 15. Ditemukan peningkatan
yang sangat signifikan dalam persentase spermatosit yang rusak pada kelompok domba yang diberi perlakuan
D. flagrans, S. cerevisiae dan kombinasi keduanya dibandingkan kelompok kontrol P0,01. Sel spermatosit yang normal,
mengalami perubahan patologi pada testis terutama sel normal berubah menjadi piknotis, tepi-tepi selnya bentuknya tidak beraturan, serta sebagian lain
mengalami degenerasi dan lisis hancur. Tidak ditemukan perubahan ukuran bursa kopulatriks dan spikulum cacing jantan akibat perlakuan Tabel 16.
Gambar 14. Potongan longitudinal inti spermatosit pada testis cacing jantan
A. Kontrol tanda panah inti normal B. D.flagrans.tanda panah inti telah lisis.