Identifikasi Gulma Resisten Herbisida Paraquat Pada Lahanjagung Di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo

(1)

KABUPATEN KARO

KRISTIAN ADINATA GINTING 080301027

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN


(2)

IDENTIFIKASI GULMA RESISTEN HERBISIDA PARAQUAT PADA LAHAN JAGUNG DI KECAMATANTIGABINANGA

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh

KRISTIAN ADINATA GINTING 080301027

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN


(3)

IDENTIFIKASI GULMA RESISTEN HERBISIDA PARAQUAT PADA LAHAN JAGUNG DI KECAMATANTIGABINANGA

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh

KRISTIAN ADINATA GINTING 080301027/AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN


(4)

Judul Skripsi : Identifikasi gulma resisten herbisida paraquat pada lahanjagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo

Nama : Kristian Adinata Ginting

NIM : 080301027

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D. Ketua

Ir. Jonis Ginting, M.S. Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc. Ketua Program Studi Agroteknologi


(5)

ABSTRAK

KRISTIAN ADINATA GINTING: Identifikasi Gulma Resisten Herbisida Paraquat Pada Lahan Jagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo, dibimbing oleh EDISON PURBA dan JONIS GINTING.

Herbisida paraquat merupakan salah satu herbisida yang sering digunakan oleh petani di Kecamatan Tigabinanga (KT) untuk mengendalikan gulma di lahan jagungnya.Penggunaan herbisida yang sama secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama pada lahan yang sama akan memicu terbentuknya populasi gulma yang resisten herbisida. Oleh karena itu, dilaksanakan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi gulma yang sudah resisten terhadap herbisida paraquat pada lahan jagung di kecamatan tersebut.Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan biji gulma, penapisan gulma resisten herbisida paraquat, dan uji dose response.Biji gulma yang diduga resisten diambil dari 28 lahan jagung yang berbeda di KT. Pada uji penapisan, paraquat dengan dosis 150 g/ha diaplikasikan terhadap populasi gulma untuk menentukan biotip resisten dan sensitif.Tahap ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan.Uji

dose response disusun dalam rancangan acak kelompok dan 4 ulangan dengan

perlakuan herbisida paraquat (0, 25, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 g/ha).Parameter yang diamati adalah persentase kerusakan gulma, jumlah gulma bertahan hidup, dosis letal 50 (LD50), dan bobot kering gulma.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Echinochloa colonum dari semua lokasi yang diuji masih sensitif terhadap herbisida paraquat sedangkan Eleusine

indica dari lahan jagung di Desa Benjire 14) dan Desa Perlamben

(ETB-19), KT sudah resisten terhadap herbisida paraquat.Indeks resistensi ETB-14 sudah >5 dan ETB-19 sudah >9.


(6)

ABSTRACT

KRISTIAN ADINATA GINTING: Identification of Weed Resistant to Paraquat Herbicide In Corn Fields of Tigabinanga Subdistrict Karo District, supervised by EDISON PURBA and JONIS GINTING.

Paraquat is one of most intensive used herbicides by farmers in Tigabinanga Subdistrict (TS) for weed control in their corn fields. Repeated use of same herbicide for long time will lead to development of weed resistant to herbicide. Therefore, a research had been conducted to identify paraquat resistant weed species at corn fields of TS. This research consist of 3 steps: seed collection, screening of resistant and susceptible biotypes, and dose response test. Seed of putative paraquat resistant biotypes were collected from 28 random corn fields in TS. At screening test, paraquat at rate 150 g/ha was evaluated against weed populations to find resistant and susceptible biotypes. The experiment was performed in a randomized block design with three replications. Dose response test was arranged in a randomized block design and four replications with treatment 8 leves paraquat dose (0,25,50,100, 200, 400, 800, 1600 g/ha). The parameter observed were visual assessment, number of survival weeds, lethal dose (LD50), and weed dry weight.

The result show that all Echinochloa colonum population was identified as susceptible biotype to paraquat whereas Eleusine indica from Benjire Village (ETB-14) and Perlamben Village (ETB-19), TS were identified as paraquat-resistant biotype. Resistant index of ETB-14 and ETB-19 biotype were >5 and >9.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bertungen Julu Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi pada tanggal 11 Desember 1989 dari Ayah Kiran Ginting S. (+) dan Ibu Maria br Sinulingga. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara.

Penulis menempuh sekolah menengah atas di SMA Swasta Katolik St. Don Bosco KAM, Kaban Jahe dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama-Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (UMB-SPMB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota LITBANG Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian.Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Membang Muda PT. Perkebunan Nusantara III Labuhan Batu Utara.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Gulma Resisten Herbisida Paraquat Pada Lahan Jagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo”dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya K. Ginting (+) dan M. br Sinulingga yang telah merawat dan memembesarkan saya dengan penuh cinta kasih. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D. dan Bapak Ir. Jonis Ginting, M.S. sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Secara khusus penulis ucapkan terimakasih kepada keluarga Wira Ginting yang sudah bersedia mendampingi penulis selama melaksanakan survei di Kecamatan Tigabinanga.Terimakasih juga kepada sahabat saya Dewi, Nelson, Onzie, Saddam, Ananda, Leo R., Daniel, Josua, Muchtar.Terimakasih juga kepada adik-adik Program Studi Agroekoteknologi stambuk 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada keluarga besar mahasiswa Departemen Budidaya Pertanian stambuk 2005 dan 2008 yang tetap setia memberikan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan pada masa yang akan datang.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2014


(9)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Gulma Resisten Herbisida ... 4

Evolusi Resistensi ... 5

Karakteristik Gulma Eleusine indica ... 7

Karakteristik Gulma Echinochloa colonum ... 9

Herbisida Paraquat ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian... 13

Pengambilan Biji Gulma... 13

Penapisan Gulma Resisten Herbisida Paraquat ... 13

Persiapan Lahan dan Media Tanam ... 13

Pengecambahan dan Penanaman ... 14

Pemeliharaan ... 14

Aplikasi Herbisida ... 15

Uji Dose Response ... 15

Pengamatan Parameter ... 16

Persentase Kerusakan Gulma ... 16

Jumlah Gulma Bertahan Hidup ... 16

Dosis Letal 50 (LD50) ... 16

Bobot Kering Gulma ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

Sejarah Pengendalian Gulma di Lokasi Pengambilan Sampel ... 18

Penapisan Gulma Resisten Herbisida Paraquat ... 18

Uji Dose Response ... 20

Persentase Kerusakan Gulma ... 20

Jumlah Gulma Bertahan Hidup ... 21


(10)

Hal. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan mortalitas gulma dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) dari tiga ulangan pada 3 MSA... 19 2. Rataanpersentasekerusakangulma antara biotip resisten (ETB-14 dan

ETB-19)dan sensitif (EFH) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA. ... 20 3. Rataan jumlah gulma bertahan hidup antara biotip resisten (ETB-14 dan

ETB-19) dan sensitif (EFH) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA. ... 22 4. Rataan bobot kering gulma antara biotip resisten (ETB-14 dan ETB-19)

dan sensitif (EFH) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA. ... 23 5. Dosis paraquat yang dibutuhkan untuk mengendalikan 50% (LD50)


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Grafik perbandingan persentase kerusakan E. indica antara biotip resisten dan sensitif akibat herbisida paraquat pada 3 MSA. ... 21 2. Grafik jumlah E. indica bertahan hidup antara biotip resisten dan sensitif

pada beberapa taraf dosis paraquat pada 3 MSA.. ... 22 3. Grafik bobot kering E. indica antara biotip resisten dan sensitif pada


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Tabel kuesioner ... 32

2. Bagan lahan penelitian. ... 33

3. Bagan plot penelitian. ... 34

4. Sejarah pengendalian gulma di lahan pengambilan sampel.. ... 35

5. Jadwal kegiatan penelitian. ... 37

6. Peta lokasi lahan jagung tempat pengambilan sampel biji gulma di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo . ... 38

7. Mortalitas gulma Echinochloa colonum dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) pada 3 MSA ... 39

8. Sidik ragam mortalitas gulma Echinochloa colonum dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) pada 3 MSA ... 39

9. Mortalitas gulma Eleusine indica dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) pada 3 MSA ... 40

10. Sidik ragam mortalitas gulma Eleusine indica dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) pada 3 MSA ... 40

11. Persentase kerusakan gulma biotip ETB-14 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 41

12. Sidik ragam persentase kerusakan gulma biotip ETB-14 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 41

13. Persentase kerusakan gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 42

14. Sidik ragam persentase kerusakan gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 42

15. Persentase kerusakan gulma biotip ETB-19 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 43

16. Sidik ragam persentase kerusakan gulma biotip ETB-19 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 43


(14)

17. Persentase kerusakan gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-19) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 44 18. Sidik ragam persentase kerusakan gulma biotip EFH sensitif (kontrol

ETB-19) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 44 19. Jumlah gulma bertahan hidup biotip ETB-14 resisten akibat herbisida

paraquat pada 3 MSA ... 45 20. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup biotip ETB-14 resisten akibat

herbisida paraquat pada 3 MSA ... 45 21. Jumlah gulma bertahan hidup biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14)

akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 46 22. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup biotip EFH sensitif (kontrol

ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 46 23. Jumlah gulma bertahan hidup biotip ETB-19 resisten akibat herbisida

paraquat pada 3 MSA ... 47 24. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup biotip ETB-19 resisten akibat

herbisida paraquat pada 3 MSA ... 47 25. Jumlah gulma bertahan hidup biotip EFH sensitif (kontrol ETB-19)

akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 48 26. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup biotip EFH sensitif (kontrol

ETB-19) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 48 27. Bobot kering gulma biotip ETB-14 resisten akibat herbisida paraquat

pada 3 MSA ... 49 28. Sidik ragam bobot kering gulma biotip ETB-14 resisten akibat herbisida

paraquat pada 3 MSA ... 49 29. Bobot kering gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14) herbisida

paraquat pada 3 MSA ... 50 30. Hasil transformasi (√Y+0.5) bobot kering gulma biotip EFH sensitif

(kontrol ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 50 31. Sidik ragam bobot kering gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14)

akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 50 32. Bobot kering gulma biotip ETB-19 resisten akibat herbisida paraquat


(15)

33. Sidik ragam bobot kering gulma biotip ETB-19 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 51 34. Bobot kering gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-19) akibat

herbisida paraquat pada 3 MSA ... 52 35. Hasil transformasi (√Y+0.5) bobot kering gulma biotip EFH sensitif

(kontrol ETB-19) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 52 36. Sidik ragam bobot kering gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-19)

akibat herbisida paraquat pada 3 MSA ... 52 37. Anggaran biaya penelitian ... 53


(16)

ABSTRAK

KRISTIAN ADINATA GINTING: Identifikasi Gulma Resisten Herbisida Paraquat Pada Lahan Jagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo, dibimbing oleh EDISON PURBA dan JONIS GINTING.

Herbisida paraquat merupakan salah satu herbisida yang sering digunakan oleh petani di Kecamatan Tigabinanga (KT) untuk mengendalikan gulma di lahan jagungnya.Penggunaan herbisida yang sama secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama pada lahan yang sama akan memicu terbentuknya populasi gulma yang resisten herbisida. Oleh karena itu, dilaksanakan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi gulma yang sudah resisten terhadap herbisida paraquat pada lahan jagung di kecamatan tersebut.Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan biji gulma, penapisan gulma resisten herbisida paraquat, dan uji dose response.Biji gulma yang diduga resisten diambil dari 28 lahan jagung yang berbeda di KT. Pada uji penapisan, paraquat dengan dosis 150 g/ha diaplikasikan terhadap populasi gulma untuk menentukan biotip resisten dan sensitif.Tahap ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan.Uji

dose response disusun dalam rancangan acak kelompok dan 4 ulangan dengan

perlakuan herbisida paraquat (0, 25, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 g/ha).Parameter yang diamati adalah persentase kerusakan gulma, jumlah gulma bertahan hidup, dosis letal 50 (LD50), dan bobot kering gulma.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Echinochloa colonum dari semua lokasi yang diuji masih sensitif terhadap herbisida paraquat sedangkan Eleusine

indica dari lahan jagung di Desa Benjire 14) dan Desa Perlamben

(ETB-19), KT sudah resisten terhadap herbisida paraquat.Indeks resistensi ETB-14 sudah >5 dan ETB-19 sudah >9.


(17)

ABSTRACT

KRISTIAN ADINATA GINTING: Identification of Weed Resistant to Paraquat Herbicide In Corn Fields of Tigabinanga Subdistrict Karo District, supervised by EDISON PURBA and JONIS GINTING.

Paraquat is one of most intensive used herbicides by farmers in Tigabinanga Subdistrict (TS) for weed control in their corn fields. Repeated use of same herbicide for long time will lead to development of weed resistant to herbicide. Therefore, a research had been conducted to identify paraquat resistant weed species at corn fields of TS. This research consist of 3 steps: seed collection, screening of resistant and susceptible biotypes, and dose response test. Seed of putative paraquat resistant biotypes were collected from 28 random corn fields in TS. At screening test, paraquat at rate 150 g/ha was evaluated against weed populations to find resistant and susceptible biotypes. The experiment was performed in a randomized block design with three replications. Dose response test was arranged in a randomized block design and four replications with treatment 8 leves paraquat dose (0,25,50,100, 200, 400, 800, 1600 g/ha). The parameter observed were visual assessment, number of survival weeds, lethal dose (LD50), and weed dry weight.

The result show that all Echinochloa colonum population was identified as susceptible biotype to paraquat whereas Eleusine indica from Benjire Village (ETB-14) and Perlamben Village (ETB-19), TS were identified as paraquat-resistant biotype. Resistant index of ETB-14 and ETB-19 biotype were >5 and >9.


(18)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kecamatan Tigabinanga merupakan salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Kabupaten Karo. Luas wilayah Kecamatan Tigabinanga adalah 160,38 km2atau 7,45 persen dari total luas Kabupaten Karo. Seluruh wilayah Kecamatan Tigabinanga berada pada ketinggian antara 490—700 meter di atas permukaan laut, tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Pada tahun 2013, luas lahan jagung Kecamatan Tigabinanga sekitar 18.652 ha dengan produksi tanaman jagung sebesar 118.006 ton atau rata-rata produktivitas sebesar 6,30 ton/ha. Varietas jagung yang sekarang dikembangkan adalah hibrida (95%) (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2013).

Pengendalian gulma merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya tanaman jagung. Pemakaian varietas jagung hibrida serta penambahan populasi tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa disertai pengendalian tanaman pengganggu (gulma). Kehadiran gulma dapat secara nyata menekan pertumbuhan dan produksi jagung karena menjadi pesaing dalam memperebutkan unsur hara serta cahaya matahari (Tanveer et al, 1999). Beberapa spesis gulma juga menyebabkan kerusakan lebih besar pada tanaman karena adanya bahan

toksik (allelopati) yang dilepaskan dan menekan pertumbuhan jagung (Fadhly dan Tabri, 2007). Selain itu, gulma juga dapat menjadi inang alternatif

bagi beberapa hama dan patogen yang menyerang tanaman jagung (Maqsood dkk, 1999).

Mohammadi (2007) melaporkan bahwa gulma dapat menurunkan hasil panen jagung sebesar 37-75% apabila tidak dikendalikan.Penelitian Simaremare


(19)

(2010) menunjukkan bahwa gulma dapat menurunkan produksi jagung pipil per plot hingga 48% untuk varietas DK 979 dan 56% untuk varietas Pioneer 12. Selanjutnya, Nasution (2009) menunjukkan bahwa gulma dapat menurunkan produksi jagung varietas DK 3 sebesar 18,63% per hektar.

Secara umum petani jagung di Kecamatan Tigabinanga menanam jagung sebayak 2 kali dalam satu tahun.Dalam satu musim tanam petani mengendalikan gulma di lahan jagung mereka sebanyak dua kali. Pengendalian gulma pertama menggunakan herbisida glyfosat (2-3 l/ha) atau paraquat (1,2-1,8 l/ha) pada sebelum tanaman atau sebelum tanaman jagung tumbuh. Pengendalian gulma kedua menggunakan herbisida paraquat (1,8-2,7 l/ha) pada saat menjelang tanaman jagung berbunga ( + 40 hari setelah tanam).

Pola bercocok tanam petani jagung di Kecamatan Tigabinanga yang monokultur dan sangat jarang dirotasikan dengan tanaman lain membuat petani cenderung untuk menggunakan herbisida yang sama secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Konsekuensi dari penggunaan herbisida yang sama secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan memicu terbentuknya populasi gulma yang resisten terhadap herbisida (Juraimi et al, 2012).

Hasil survei pendahuluan menunjukkan bahwa populasi gulma yang dominan secara umum pada lahan jagung di Kecamatan Tigabinanga adalah

Eleusine indica, Echinochloa colonum, Erechtites valerianifolia, dan Borreria latifolia.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian identifikasi

gulma resisten herbisida paraquat pada lahan jagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.


(20)

Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi gulma yang sudah resisten terhadap herbisida paraquat pada lahan jagung di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.

Hipotesis Penelitian

Ada penyebaran populasi Eleusine indica dan Echinochloa colonumresisten paraquat pada lahan jagung di Kecamatan Tigabinanga

Kabupaten Karo Kegunaan Penelitian

Untuk mendapatkan data sebagai bahan penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjanadi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi petani untuk dapat melakukanpengendalian gulma dengan tepat.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Gulma Resisten Herbisida

Tidak semua gulma di lahan pertanian mempunyai susunan genetik yang sama. Keragaman genetik tersebut memungkinkan spesis gulma tertentu untuk bertahan dan beradaptasi pada berbagai keadaan lingkungan sehingga paling sedikit beberapa individu gulma tertentu hidup dan bereproduksi setiap tahun. Keragaman genetik tersebut tidak sama untuk setiap spesis gulma. Suatu populasi gulma yang mempunyai karakter khusus yang membuatnya mampu bertahan pada tekanan seleksi yang diberikan disebut biotip (Gaussoin et al, 2012).

Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktifatau sama cara kerja) secara berulang-ulang dalam periode yang lama padasuatu areal maka ada dua kemungkinan masalah yang timbul pada arealtersebut yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten-herbisida ataudominansi gulma toleran herbisida(Purba, 2009).

Resisten herbisida didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu gulma yang dapat diwariskan untuk bertahan hidup dan bereproduksi pada dosis herbisida yang biasanya efektif mengendalikan gulma tersebut. Aspek utama dalam konteks ini adalah bahwa resistensi merupakan sebuah proses evolusi, dimana satu populasi gulma berubah dari sensitif menjadi resisten. Individu gulma tidak berubah dari sensitif menjadi resisten melainkan proporsi dari individu resisten yang meningkat dalam populasi setelah beberapa waktu (Cobb dan Reade, 2010; Moss, 2002; Prather et al, 2000).


(22)

Toleran herbisida adalah kemampuan dari satu spesis yang dapat diwariskan untuk bertahan hidup dan bereproduksi setelah aplikasi herbisida.Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa toleransi terjadi secara alami tanpa ada seleksi atau manipulasi genetik sebelumnya yang membuat spesis tersebut toleran herbisida (Vencill et al, 2012).

Resistensi gulma terhadap herbisida pertama kali dilaporkan oleh Hilton (1957) terhadap herbisida 2,4-D (golongan phenoxy) pada tahun 1957 di Hawai. Pada tahun 1968, laporan pertama tentang resistensi herbisida pada Senecio

vulgaris terhadap herbisida triazine ditetapkan(Chaudhry, 2008).Pada tahun 1980, Conyza canadensis, Erigeron philadelphicus L., E. sumatrensis dan Youngia japonica DC.diidentifikasi resisten terhadap paraquat pada kebun buah-buahan di

Jepang (Heap, 1997). Evolusi Resistensi

Peranan evolusi dalam keberagaman genetik pada populasi-populasi besar menjelaskan bagaimana organisme biologi bertahan hidup dari peristiwa bencana alam yang besar.Diawali dengan pengetahuan cemerlang dari ilmuan alam abad 19 seperti Darwin, Lamarck, Mendel, Wallace yang mengembangkan pemahaman bahwa seleksi alam memainkan peranan dalam keragaman genetik yang

memungkinkannya tetap hidup dalam keadaan lingkungan yang berubah (Powles dan Yu, 2010).

Tingkat evolusi resistensi terhadap herbisida dipengaruhi oleh karakteristik gulma dan herbisida. Karakteristik gulma yang penting meliputi frekuensi gen, ukuran dan viabilitas simpanan biji gulma dalam tanah dan


(23)

ketahanan gulma sementara faktor herbisida meliputi potensi, dosis, frekuensi aplikasi, dan persistensi herbisida dalam tanah (Valverde, 2000).

Dua karakter penting gulma yang lainnya yang berhubungan dengan evolusi resistensi terhadap herbisida yaitu ukuran dan viabilitas dari simpanan biji gulma dalam tanah dan kemampuan gulma. Hal ini karena sudah bertahun-tahun simpanan biji gulma dalam tanah diperkaya oleh biji yang berasal dari individu utama yang sensitif. Dalam beberapa kejadian, individu yang membawa mutasi tertentu (seperti membawa sifat resistensi terhadap herbisida) ditiadakan oleh gulma yang kurang adaptif atau kurang kuat pada ketidakhadiran herbisida. Berkurangnya kemampuan tersebut sulit untuk diukur tetapi itu dapat dihubungkan dengan terganggunya proses fisiologi utama seperti proses fotosintesis atau seluruh karakteristik tumbuhan seperti berkurangnya produksi biji atau berkurangnya kemampuan untuk bersaing. Sering sekali biotip yang resisten tidak lebih kuat daripada gulma yang normal (sensitif) (Valverde, 2003).

Resistensi gulma terhadap herbisida bukan karena mutasi melainkan karena herbisida. Ilmuan mengungkapkan bahwa gulma tidak berubah menjadi resisten melainkan populasi dari gulma tersebutlah yang berubah. Populasi gulma sangat beranekaragam, walaupun kelihatan sama tetapi sangat berbeda pada level genetik(Santhakumar, 2003).

Walaupun demikian, jika sebuah herbisida dari grup yang sama diaplikasikan secara berulang-ulang pada populasi gulma tertentu, seluruh keadaan bisa berubah. Sebagian besar biotip gulma yang peka akan mati setelah aplikasi herbisida secara berulang, sementara disisi lain beberapa biotip gulma


(24)

karena itu, penggunaan herbisida tertentu secara terus-menerus selama beberapa tahun dapat secara drastis mengurangi jumlah biotip gulma yang peka di dalam populasi gulma alami dan secara dramastis juga meningkatkan jumlah biotip gulma yang resisten (Jasieniuk et al (1996) dalam Ashigh dan Sterling, 2010). Karakteristik Gulma Eleusine indica

E. indica (L.) Gaertn., rumput tahunan yang dikenal dengan nama rumput

gajah merupakan gulma yang umum pada lahan sayuran, kebun buah-buahan, perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet serta di tanah kosong dan tepi jalan. Penelitian menunjukkan bahwa gulma rumput gajah dapat menurunkan produksi kebun buah-buahan dan sayur-sayuran juga mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kekeringan dan sangat subur. Satu gulma rumput gajah dapat memproduksi 140.000 biji (Chuah et al, 2005).

Rumput gajah (E. indica) merupakan gulma tahunan yang menyerbuk sendiri, spesis gulma diploid yang mempunyai ukuran genom yang relatif kecil sekitar 8.03 x 108 bp. Meskipun gulma rumput gajah digunakan sebagai makanan ternak dan sumber dari biji padi-padian di beberapa daerah, gulma ini termasuk satu dari lima gulma dunia yang berbahaya dan dilaporkan menjadi masalah gulma di 46 jenis tanaman budidaya yang berbeda di lebih dari 60 negara (Baerson et al, 2002).

Gulma E. indica tumbuh dengan baik di tempat yang mendapat cahaya penuh atau agak ternaungi, tanah rawa, gurun, tepi jalan, disepanjang tepi lahan yang beririgasi dan kanal, di halaman rumput dan padang rumput, dan secara khusus menjadi masalah di lahan yang dapat ditanami. Gulma ini dapat tumbuh mulai dari bibir pantai sampai ketinggian paling sedikit 2000 meter di atas


(25)

permukaan laut dan merupakan masalah utama pada hampir semua bidang pertanian di daerah tropis ( Waterhouse, 1994).

Rumput gajah mempunyai sejarah perkembangan menjadi biotip gulma yang resisten terhadap herbisida di seluruh dunia. Resistensi rumput gajah terhadap bidang sasaran herbisida dinitroaniline paling disoroti. Dari awal tahun 1980 sampai awal tahun 2000 biotip rumput gajah dilaporkan resisten terhadap trifluralin di Alabama, Arkansas, Florida, Georgia, Mississippi, Carolina Utara, dan Tennessee (Mueller et al, 2011).

Buker et al (2002) melaporkan bahwa pengendalian gulma E. indica yang berkurang di lahan tomat Negara Bagian Manatee Florida setelah penggunaan paraquat secara berulang dalam beberapa tahun. Biotip E. indica dari lokasi tersebut sudah 30 kali lebih resisten terhadap herbisida paraquat.

Pada tahun 2010, Seng et al melaporkan terjadinya multiple-resistens gulma E. indica biotip Malaysia terhadap herbisida glufosinat dan paraquat.Gulma tersebut diambil dari lahan yang disemprot herbisida glufosinat dan paraquat baik secara tunggal maupun digabungkan selama 6 kali per tahun dalam lebih dari 4 tahun secara terus-menerus. Berdasarkan penelitiannya diketahui bahwa E. indica biotip Malaysia sudah 3,4 kali lebih resisten terhadap herbisida glufosinat dan sudah 3,6 kali lebih resisten terhadap herbisida paraquat.

Pada beberapa tahun terakhir, gulma rumput gajah dilaporkan menjadi resisten terhadap acetyl coenzyme A carboxilase dan penghambat photosistem II di Brazil, Bolivia, Malaysia, and Hawaii. Brosnan et al (2008) dalam Mueller et al(2011)melaporkan bahwa dua biotip gulma rumput gajah memperlihatkan 100


(26)

Ngim melaporkan bahwa tingkat resistensi gulma E. indica biotip malaysia terhadap glyphosat dilaporkan menjadi 8 sampai 12 kali. Jalaludin et al (2010) melaporkan bahwa gulma E. indica memperlihatkan 8 kali lebih resisten terhadap herbisida glufosinate-ammonium.

Data dari International Survey of Herbicide Resistant Weeds (2014) memperlihatkan bahwa gulma E. indica sudah resisten terhadap herbisida berbahan aktif paraquat, glyphosat, clethodim, cyhalofop-butyl, fluazifop-P-butyl, haloxyfop-methyl, fenoxaprop-P-ethyl, sethoxydim, imazapyr, propaquizafop, glufosinate-ammonium, trifluralin, pendimethalin, prodiamine, dan metribuzin. Karakteristik Gulma Echinochloa colonum

E. colonumadalah rumput semusim yang tumbuh pada tanah agak kering

dan lembab tapi tidak lama tergenang, situasi terbuka atau sedikit ternaungi, daerah penyebarannya meliputi 0—1100 m di atas permukaan laut, berbunga sepanjang tahun (Nasution, 1986).

Jajagoan leutik tumbuh lebih cepat daripada tanaman padi karena gulma ini mempunyai tingkat efisiensi fotosintesis yang lebih tinggi (tumbuhan C4). Bila dibandingkan antara empat spesis gulma Echinochloa termasukE. colona dengan dua kultivar padi, Krishnamurthy et al (1989) dalam Valverde et al(2000)menemukan bahwa gulma tersebut mempunyai pertumbuhan dan kemampuan menangkap cahaya yang lebih tinggi daripada tanaman padi. Tambahan pula, semua spesis Echinochloa menunjukkan penggantian CO2 yang rendah dan stomata resisten tinggi yang memberi keuntungan lebih kompetitif daripada tanaman padi sebagai spesis C3.


(27)

Kebanyakan spesis Echinochloa menyerbuk sendiri. Persilangan antara jajagoan leutik dengan jajagoan menghasilkan keturunan yang steril. Spesis

Echinochloa dapat memproduksi biji yang banyak dalam waktu yang singkat. Biji Echinochloa mempunyai masa dormansi yang singkat hanya beberapa bulan.

Meskipun termasuk gulma tahunan, jajagoan leutik dapat memperbanyak diri secara vegetatif dengan memproduksi akar-akar baru dan buku pada batang ketika gulma mulai rebah karena sudah tua (Valverde et al, 2000).

Pengendalian E. colonum dalam jangka pendek bisa dengan menggunakan herbisida pre-emergent garam sodium 2,4-D. Pengendalian gulma tersebut untuk jangka yang lebih lama bisa menggunakan trifluralin. E. colonum yang muda dapat dikendalikan dengan menggunakan herbisida parquat. Di Australia, gulma

E. colona dikendalikan dengan Stam F-34 (3,4dichloropropionanilide) pada 2-3

setelah tumbuh (FAO, 2014).

Berdasarkan data dari International Survey of Herbicide Resistant Weeds (2014), gulma E. colonum dilaporkan sudah resisten terhadap herbisida berbahan aktif glyphosat, atrazine, cyhalofop-butyl, fenoxaprop-P-ethyl, fluazifop-P-butyl, haloxyfop-P-methyl, bispyribac-sodium, propanil, quinclorac, azimsulfuron, imazapic, imazapyr, dan metribuzin.

Herbisida Paraquat

Nama umum : paraquat, paraquat diclorida Nama kimia : 1,1-dimethyl-4,4-bipyridinium Kelompok kimia : bipyridyl


(28)

Bentuk : kristal padat berwarna putih, larutan cair atau butiran, tersedia khusus dalam Rumus molekuler

: Paraquat (C12H14N2), paraquat diclorida (C12H14N2Cl2)

Struktur molekuler :

Paraquat merupakan salah satu herbisida yang paling luas penggunaannya di dunia, dan di kebanyakan negara dimana herbisida paraquat tersebut terdaftar dapat digunakan tanpa pembatasan. Paraquat digunakan pada lebih dari 100 tanaman budidaya di sekitar 100 negara. Gramoxone, produksi Syngenta, merupakan nama dagang utama herbisida paraquat, tetapi herbisida paraquat juga dijual dengan nama dagang yang berbeda oleh beberapa perusahaan yang berbeda pula. Saat ini, Republik Rakyat Cina merupakan negara yang memproduksi paraquat terbesar di dunia dengan produksi lebih dari 100.000 ton per tahun (Watts, 2011).

Mekanisme kerja paraquat melalui reduksi mediasi fotosistem I oleh dikation paraquat. Hal ini menyebabkan terbentuknya monokation radikal. Monokation radikal mereduksi O2 menjadi O2- (anion superoksida radikal) mengakibatkan terbentuknya kembali paraquat dikation. Sesudah itu, H2O2 dan hidroksil radikal terbentuk dari berbagai reaksi. Hidroksil radikal diketahui menyebabkan peroksidasi asam lemak. Hal ini rupanya menyebabkan hilangnya integritas membran sel (Fuerst et al, 1985).


(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan biji gulma, penapisan gulma resisten, dan uji dose response. Tahap pertama dilaksanakan di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo pada bulan April-Juli 2012. Tahap kedua dan ketigadilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medanpada bulan Februari2013 sampai Maret 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas biji gulmaE. indica dan E. colonumyang diambil dari 28 lahanjagungdi Kecamatan Tigabinanga sebagai populasi yang diduga resisten (R) terhadap paraquat,sebagai populasi pembandingE. indica diambil dari Lapangan Bola Jl. Dr. Sofyan USU sedangkan

E. colonum diambil dari Desa Bingkawan Kecamatan Sibolangit. Kedua populasi

pembanding tersebut tidak pernah mendapat perlakuan herbisida sehingga dinyatakan sebagai populasi sensitif (S) terhadap herbisida.Herbisida paraquat (Gramoxone® 276 SL), KNO3, pupuk Growmore® (NPK 32:10:10), insektisida berbahan aktif deltametrin 25 g/l, air, top soil, pasir, kompos, dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pot plastik, knapsack sprayer, label nama, amplop, oven, timbangan digital, gelas ukur,bak perkecambahan, cangkul,gembor, gunting, dan alat lainnya yang mendukung penelitian ini.


(30)

Metode Penelitian

Pengambilan Biji Gulma

Pengambilan biji gulma dilakukan dalam dua tahap yaitu pertama pengambilanbiji gulma yang diduga resisten dan yang kedua pengambilan biji gulma yang sensitif terhadap herbisida.Penentuan lahan jagung tempat pengambilan biji gulma adalah secara acak.Metode pengambilan biji gulma adalah diambil dari 30 titik secara acak pada masing-masing lokasi yang sudah ditetapkan.Biji gulma yang diduga resisten diambil dari 28 lahan jagungpetani yang berbeda di Kecamatan Tigabinanga. Sebelum pengambilan biji, terlebih dahulu petani pemilik lahan jagung diberi kuesioner (lampiran 1) untuk mengetahui sejarah pengendalian gulma di lahan lokasi pengambilan sampel biji gulma tersebut. Biji yang diambil adalah biji yang sudah matang ditandai dengan warna malai sudah kuning kecokelatan dan biji mudah lepas dari malainya. Setelah diambil dari gulma induk, bijinya dimasukkan kedalam amplop coklat yang kering lalu amplop diklip. Pada amplop diberi keterangan berupa tanggal pengambilan, pemilik lahan, lokasi pengambilan sampel, dan nama gulma. Pengambilan biji gulma yang sensitif dilakukan dengan cara yang sama seperti pengambilan biji gulma yang diduga resisten.

Penapisan Gulma Resisten Herbisida Paraquat Persiapan Lahan dan Media Tanam

Lahan disiapkan dengan cara dibersihkan dari gulma. Lalu dibuat parit keliling sebagai saluran drainase. Media tanam yang digunakan adalah topsoil dan pasir yang sudah diayak serta kompos dengan perbandingan 2:1:1


(31)

(volume).Setelah dicampur secara merata, media tersebut dimasukkan kedalam pot sebanyak 6 kg.

Pengecambahan dan Penanaman

Media kecambah yang digunakan adalah kompos dan pasir yang sudah diayak dengan perbandingan 1:1 (volume). Setelah dicampur secara merata, media kecambah tersebut dimasukkan kedalam bak perkecambahan yang berukuran33cm ×24 cm dan sudah diberi keterangan nomor sampelsebanyak 3,5 kg. Sebelum ditanam di dalam bak kecambah, benih gulma terlebih dahulu direndam dalam larutan kalium nitrat 0,2%selama 30 menit ( Hawton dan Drennan, 1980). Setelah itu, benih gulma disebar secara merata di atas media kecambah lalu ditutup dengan kompos yang halus secara tipis.Kemudian bak perkecambahan diletakkan pada tempat yang terkena cahaya langsung.Tiga hari setelah dikecambahkan, media perkecambahan disemprot dengan insektisida deltametrin 1 cc/l air untuk mencegah serangan semut merah terhadap biji gulma.

Setelah bibit gulma berdaun 2-3 helai, bibit gulma dipindah tanam kedalam pot sebanyak 20 bibit per pot. Satu minggu setelah pindah tanam, gulma dipupuk dengan larutan pupuk NPK 0,2% yang disemprot secara merata pada tajuk gulma.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan menggunakan gembor yang lobangnya halus agar akar bibit tidak terbongkar dari media tanam.Jika hujan maka penyiraman tidak dilaksanakan.


(32)

Aplikasi Herbisida

Untuk mengkonfirmasi apakah populasi gulma yang berasal dari Kecamatan Tigabinanga telah resisten terhadap herbisida paraquat maka gulma tersebut disemprot dengan herbisida paraquat pada dosis yang direkomendasikan (150g bahan aktif per hektar) dengan volume semprot 500 l/ha. Setiap gulma dari lokasi yang berbeda disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan (satu pot sebagai satu ulangan).Penyemprotan herbisida dilakukan pada 4 minggu setelah pindah tanam (4 MSPT).Sebelum penyemprotan, gulma yang pertumbuhannya abnormal dibuang dari dalam pot.Penyemprotan dilakukan pada waktu cuaca cerah dan diusahakan mengenai seluruh tajuk gulma.Jumlah gulma bertahan hidup kemudian diamati pada saat tiga minggu setelah aplikasi (3MSA). Data hasil pengamatan terhadap jumlah gulma bertahan hidup dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA). Data yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 0.05 (Kaloumenos dan Eleftherohorinos, 2009; Rahman et al, 2010,2011; Stoklosa dan Kiec, 2006).

Untuk gulma yang menunjukkan telah resisten terhadap herbisida paraquat, selanjutnya sebanyak dua populasi gulma yang paling resisten dilanjutkan ke pengujian dose response.

Uji Dose Response

Untuk menentukan tingkat resistensi biotip E. Indica(R dan S), gulma tersebut dikecambahkan dengan metode yang sama dengan uji sebelumnya.Setelah gulma berdaun 2-3 helai, dipindahkan kedalam pot yang sudah berisi media tanam yang sama dengan uji sebelumnya sebanyak 10 bibit per pot. Pada 4 MSPT, disemprot dengan herbisida paraquatdengan taraf dosis


(33)

sebagai berikut:0, 25, 50, 100 , 200, 400, 800, 1600 g/ha. Herbisida paraquat diaplikasikan dengan knapsack sprayer pada volume semprot 182 l/ha.

Setiap perlakuan dibuat dalam empat ulangan. Perlakuan tersebut disusun berdasarkan RAK.Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA.Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 0.05.

Pengamatan Parameter Persentase Kerusakan Gulma

Persentase kerusakan gulma dilakukan dengan melihat keadaan fisik gulma pada 3MSA herbisida.Pengamatan visual persentase kerusakan gulma akibat perlakuan herbisida didasarkan pada level nekrosis dari daun dan batang gulma dalam skala 0-100% (0 menunjukkan tidak ada kerusakan jaringan dan 100 menunjukkan kerusakan total jaringan gulma) (Jalaludin et al, 2010).

Jumlah Gulma Bertahan Hidup

Jumlah gulma yang bertahan hidup dihitungpada 3MSA herbisida. Gulma dikatakan mati apabila titik tumbuh gulma sudah nekrosis dan tidak ada titik tumbuh baru yang terbentuk (Owen et al, 2012).

Dosis Letal 50 (LD50)

Letal dosis 50merupakan dosis yang dapat mematikan 50% dari populasi yang diuji.LD50 dihitung dengan menggunakan analisis probit berdasarkan jumlah gulma yang bertahan hidup pada masing-masing taraf herbisida.

Tingkat resistensi∶Lethal Dose 50 R Lethal Dose 50 S (Beckie et al, 2000)


(34)

Bobot Kering Gulma

Gulma yang hidup sampai 3 MSA, dipotong tepat pada leher akar dari masing-masing pot kemudian dimasukkan kedalam plastik bening. Setelah itu kotoran yang melekat pada gulma dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih dan gulma dikeringanginkan. Kemudian gulma dimasukkan kedalam amplop coklat yang sudah diberi keterangan. Gulma dari pot yang sama dimasukkan kedalam satu amplop. Kemudian diovenkan pada temperatur 80ºC selama 48 jam, lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Sejarah Pengendalian Gulma di Lokasi Pengambilan Sampel

Biji gulma yang diduga resisten diambil dari 28 lahan jagung secara acak di Kecamatan Tigabinanga (98 o 13’ Bujur Timur dan 03 o 05’ Lintang Utara) Kabupaten Karo pada bulan April dan Juli 2014.Umumnya, petani jagung di Kecamatan Tigabinanga menanam jagung sebanyak dua kali dalam setahun.Pengendalian gulma dilakukan sebanyak dua kali dalam satu musim tanam dengan menggunakan herbisida. Pengandalian gulma pertama dilaksanakan pada saat tanaman jagung belum tumbuh (pratumbuh) dengan menggunakan herbisida glifosat dan paraquat baik secara tunggal maupun dicampur dengan herbisida 2,4-D, metilmetsulfuron, atau atrazine. Pengendalian gulma yang kedua dilaksanakan pada + 40 hari setelah tanam (menjelang berbunga) dengan menggunakan herbisida paraquat baik secara tunggal maupun dicampur dengan herbisida lain seperti 2,4-D atau metilmetsulfuron. Untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai sejarah pengendalian gulma di lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran 4.

Penapisan Gulma Resisten Herbisida Paraquat

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa respons mortalitas

E. colonum dari lokasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata pada dosis paraquat

150 g/ha (Lampiran 8), sementara respons mortalitas E. indica dari lokasi yang berbeda berpengaruh nyata pada dosis paraquat 150 g/ha (Lampiran 10). Respons masing-masing gulma tersebut terhadap herbisida paraquat (150 g b.a./ha) pada 3


(36)

Tabel 1. Rataan mortalitas gulma dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) dari tiga ulangan pada 3 MSA.

Nomor Sampel

Lokasi Pengambilan Sampel

Mortalitas

E. colonum E. indica

……….…..….….… % ….……..……….…

1 Desa Gunung - 100,00 e

2 Simp. Bunga Baru 100 85,00 c

3 Desa Gunung - 96,49 de

5 Desa Perbesi - 88,33 cd

6 Simp. Perbesi 100 98,33 de

7 Desa Simolap - 100,00 e

8 Desa Kuta Bangun - 100,00 e

9 Desa Perbesi 100 100,00 e

10 Desa Gunung - 100,00 e

11 Desa Perbesi 100 -

12 Simp. Pergendangen 100 98,04 de

13 Desa Simolap 100 95,00 cde

14 Desa Benjire 100 43,86 a

15 Desa Tigabinanga 100 95,00 cde

16 Desa Perbesi 100 100,00 e

17 Desa Perlamben - 98,33 de

18 Simp. Pergendangen - 98,33 de

19 Desa Perlamben 100 43,33 a

20 Desa Kemkem 100 100,00 e

21 Simp. Pergendangen 100 96,67 de

22 Desa Simolap 100 98,33 de

23 Desa Simolap 100 100,00 e

24 Desa Simolap 100 100,00 e

26 Desa Gunung - 100,00 e

27 Desa Tigabinanga - 98,33 de

28 Desa Kuta Bangun 100 100,00 e

29 Desa Tigabinanga - 53,33 a

30 Desa Kuala 100 78,33 b

Kontrol - 100 91,37 cde

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji beda nyata terkecil pada taraf uji 0.05.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa mortalitas gulma E. colonum yang diambil dari beberapa lahan jagung di Kecamatan Tigabinanga sama dengan mortalitas E. colonum yang diambil dari Bingkawan (kontrol) yaitu sebesar yaitu


(37)

100%. Mortalitas gulma E. indica yang paling kecil adalah dari sampel nomor 19 sebesar 43,3% yang berbeda tidak nyata dengan sampel nomor 14 sebesar 43,86% dan sampel nomor 29 sebesar 53,3%. Sementara mortalitas E. indica yang diambil dari fakultas hukum (kontrol) adalah sebesar 91,37%%. Peta lokasi lahan jagung tempat pengembilan biji gulma dapat dilihat pada Lampiran 6.

Uji Dose Response

Persentase Kerusakan Gulma

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa herbisida paraquat berpengaruh nyata terhadap persentase kerusakan gulma ETB-14 (R), ETB-19 (R), dan EFH (S) (Lampiran 12, 14, 16, dan 18). Respons persentase kerusakan gulma biotip R dan S terhadap herbisida paraquat pada 3 MSA dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Rataan persentase kerusakan gulma antara biotip resisten (ETB-14 dan ETB-19) dan sensitif (EFH) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA. Herbisida Paraquat

(g b.a./ha)

Persentase Kerusakan E. indica

ETB-14 (R) EFH (S) ETB-19 (R) EFH (S)

………. % .………

0 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a

25 5,00b 42,50b 11,25b 37,50b

50 8,75c 63,75c 20,00c 68,75c

100 8,75c 81,25d 15,00bc 85,00d

200 7,50c 96,50e 20,00c 98,25e

400 7,50c 95,00e 11,25b 99,25e

800 4,50b 94,50e 20,00c 95,00e

1600 13,75d 99,00e 21,25c 100,00e

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji beda nyata terkecil pada taraf uji 0.05.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase kerusakan gulma ETB-14 dan ETB-19 pada dosis 200 g paraquat/ha adalah 7,5% dan 20% sedangkan persentase


(38)

1600 g paraquat/ha, persentase kerusakan gulma ETB-14 dan ETB-19 masih 13,75% dan 21,25% sedangkan persentase kerusakan EFH sudah mencapai 99% dan 100%. Grafik perbandingan persentase kerusakan gulma antara biotip R dan S dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Grafik perbandingan persentase kerusakan E. indica antara biotip resisten dan sensitif akibat herbisida paraquat pada 3 MSA. Garis bar menunjukkan nilai standar deviasi.

Jumlah Gulma Bertahan Hidup

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa herbisida paraquat berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah gulma bertahan hidup ETB-14 (R) dan ETB-19 (R) sedangkan terhadap jumlah gulma bertahan hidup EFH (S), herbisida paraquat berpengaruh nyata (Lampiran 20, 22, 24, dan 26). Respons jumlah gulma bertahan hidup biotip R dan S terhadap herbisida paraquat pada 3 MSA dapat dilihat pada Tabel 3.

0 20 40 60 80 100

0 400 800 1200 1600

P ers en ta se K eru sa k a n ( %)

Paraquat (g b.a./ha)

ETB-14 (R) ETB (S) 0 20 40 60 80 100

0 400 800 1200 1600

Paraquat (g b.a./ha)

ETB-19 (R) EFH (S)


(39)

Tabel 3.Rataan jumlah gulma bertahan hidup antara biotip resisten (ETB-14 dan ETB-19) dan sensitif (EFH) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA. Herbisida Paraquat

(g b.a./ha)

Jumlah E. indica Bertahan Hidup

ETB-14 (R) EFH (S) ETB-19 (R) EFH (S)

………%………

0 100,00 100,00c 100,00 100,00c

25 100,00 90,00c 97,50 100,00c

50 100,00 87,50c 95,00 97,50c

100 100,00 60,00b 97,50 50,00b

200 100,00 17,50a 92,50 7,50a

400 100,00 10,00a 97,50 5,00a

800 100,00 7,50a 95,00 5,00a

1600 97,50 17,50a 97,50 0,00a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji beda nyata terkecil pada taraf uji 0.05

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada 3 MSA, jumlah gulma bertahan hidup ETB-14 dan ETB-19 pada dosis 200 g paraquat/ha adalah 100% dan 92,5% sedangkan jumlah gulma bertahan hidup EFH sebesar 17,5% dan 7,5%. Pada dosis tertinggi 1600 g paraquat/ha, jumlah gulma bertahan hidup ETB-14 dan ETB-19 masih 97,5% sedangkan jumlah gulma bertahan hidup EFH adalah 17,5% dan 0%. Grafik perbandingan jumlah gulma bertahan hidup antara biotip R dan S dapat dilihat pada Gambar 2.

0 20 40 60 80 100

0 400 800 1200 1600

J um la h B er ta ha n H idup ( %)

Paraquat (g b.a./ha)

ETB-14 (R) EFH (S) 0 20 40 60 80 100

0 400 800 1200 1600

Paraquat (g b.a./ha)

ETB-19 (R) EFH (S)


(40)

Bobot Kering Gulma

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa herbisida paraquat berpengaruh nyata terhadap bobot kering gulma ETB-14 (R), ETB-19 (R), dan EFH (S) (Lampiran 28, 31, 33, dan 36). Respons bobot kering gulma R dan S terhadap herbisida paraquat pada 3MSA dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan bobot kering gulma antara biotip resisten (ETB-14 dan ETB-19) dan sensitif (EFH) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA.

Herbisida Paraquat (g b.a./ha)

Bobot Kering E. indica

ETB-14 (R) EFH (S) ETB-19 (R) EFH (S)

………g/pot………

0 10,68cd 11,93d 16,80b 14,15e

25 10,48cd 5,28c 13,38a 6,00d

50 10,73d 5,50c 13,00a 4,60cd

100 9,65bc 4,85bc 11,35a 2,48bc

200 9,23ab 1,83ab 11,05a 0,80ab

400 9,13ab 2,75abc 11,15a 0,38a

800 8,20a 2,38abc 12,40a 1,85ab

1600 9,95bcd 1,28a 12,15a 0,00a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji beda nyata terkecil pada taraf uji 0.05.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada dosis 200 g/ha, paraquat dapat menurunkan bobot kering gulma ETB-14 sebesar 13,57% dan ETB-19 sebesar 34,23% sementara pada dosis yang sama, paraquat sudah dapat menurunkan bobot kering gulma EFH sebesar 84,6% dan 94,35%. Pada dosis 1600 g/ha, paraquat menurunkan bobot kering gulma ETB-14 hanya 6,83% dan ETB-19 hanya 27,67%. Sedangkan bobot kering gulma EFH pada dosis 1600 g/ha sudah menurun sampai 89,28% dan 100%. Grafik perbandingan bobot kering gulma antara biotip R dan S dapat dilihat pada Gambar 3.


(41)

Gambar 3.Grafik bobot kering E. indica antara biotip resisten dan sensitif pada beberapa taraf dosis paraquat pada 3 MSA. Garis bar menunjukkan nilai standar deviasi.

Letal Dosis 50 (LD50)

Letal dosis 50 gulma dihitung berdasarkan jumlah gulma yang bertahan hidup dari masing-masing dosis herbisida paraquat pada 3 MSA dengan menggunakan analisis probit.Nilai LD50 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Dosis paraquat yang dibutuhkan untuk mengendalikan 50% (LD50) gulma E. indica

Biotip LD50 (g b.a./ha) Indeks Resistensi

ETB-14 (R) >1600 >5

EFH (S) 331,928

ETB-19 (R) >1600 >9

EFH (S) 184,432

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai LD50 dari gulma 14 dan ETB-19 adalah >1600 g/ha sedangkan gulma EFH (kontrol ETB-14) adalah 331,928 g/ha dan gulma EFH (kontrol-19) adalah 184,432 g/ha.Dari nilai LD50 antara biotip R dan S diperoleh bahwa indeks resistensi gulma ETB-14 adalah >5 dan ETB-19 adalah >9.

0 2 4 6 8 10 12

0 400 800 1200 1600

B ob ot K er in g (g/ p ot )

Paraquat (g b.a./ha)

ETB-14 (R) ETB (S) 0 4 8 12 16

0 400 800 1200 1600

Paraquat (g b.a./ha)

ETB-19 (R) EFH (S)


(42)

Pembahasan

Hasil penapisan gulma E. colonum resisten paraquat menunjukkan bahwa mortalitas gulma tersebut pada dosis paraquat 150 g/ha baik biotip yang diduga resisten paraquat yang diambil dari Kecamatan Tigabinanga maupun biotip sensitif yang diambil dari Desa Bingkawan Kecamatan Pancur Batu adalah sebesar 100%.Hal tersebut menunjukkan bahwa gulma E. colonum tidak resisten terhadap paraquat karena herbisida paraquat masih bisa mengendalikan gulma tersebut hingga 100%. Hasil yang sama diperoleh dari FAO (2014) yang menyatakan bahwa gulma E. colonum dapat dikendalikan herbisida paraquat. Selain itu data dari International Survey of Herbicide Resistant Weeds (2014) memperlihatkan bahwa belum ada laporan tentang resistensi gulma E. colonum terhadap herbisida paraquat.

Hasil penapisan gulma E. indica resisten paraquat menunjukkan mortalitas masing-masing biotip gulma tersebut beragam pada dosis paraquat 150 g/ha. Mortalitas gulma E. indica (EFH) dari lokasi yang diketahui belum pernah diaplikasi herbisida paraquat pada dosis tersebut 91,37%. Sementara mortalitas gulma E. indica dari lahan jagung di Kecamatan Tigabinanga yang paling kecil ditemukan pada tiga lahan yaitu Desa Benjire (ETB-14) yang sudah diaplikasikan paraquat selama 10 tahun, Desa Perlamben (ETB-19) yang sudah diaplikasikan paraquat selama 12 tahun, dan Desa Tigabinanga (ETB-29) yang sudah diaplikasikan paraquat selama 20 tahun hanya 43,86%, 43,3%, dan 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa gulma ETB-14, ETB-19, ETB-29 sudah reisten terhadap herbisida paraquat.Dalam penelitian ini, gulma E. indica yang dilanjutkan ke uji


(43)

Dari hasil uji dose response dapat dilihat bahwa jumlah gulma bertahan hidup pada 3 MSA antara biotip resisten dan sensitif bervariasi pada berbagai dosis paraquat. Pada dosis paraquat 200 g/ha, jumlah gulma bertahan hidup ETB-14 (R) dan ETB-19 (R) adalah 100% dan 92,5%. Bila dibandingkan dengan jumlah gulma bertahan hidup EFH (S), pembanding gulma ETB-14 dan ETB-19, adalah 17,5% dan 7,5% pada dosis paraquat 200 g/ha. Pada dosis paraquat tertinggi (1600 g/ha), jumlah gulma bertahan hidup EFH (S) adalah 17,5% dan 0%. Sementara jumlah gulma bertahan hidup ETB-14 (R) dan ETB-19 (R) pada dosis yang sama masing-masing adalah 97,5% dan 97,5%.

Dalam penelitian ini, nilai LD50 dari ETB-14 dan ETB-19 tidak bisa didapat. Hal ini karena untuk mendapat LD50 dibutuhkan dosis paraquat yang bisa membunuh 50% dari populasi yang diuji sementara dari hasil penelitian pada uji

dose response, mortalitas gulma ETB-14 dan ETB-19 pada dosis paraquat

tertinggi (1600 g/ha) hanya 2,5%. Berdasarkan hal tersebut, nilai LD50 gulma ETB-14 dan ETB-19 dianggap >1600 g/ha.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai indeks resisten ETB-14 adalah >5 dan ETB-19 adalah >9. Hal ini menunjukkan bahwa ETB-14 sudah >5 lebih resisten terhadap herbisida paraquat dan ETB-19 sudah >9 lebih resisten terhadap herbisida paraquat dibandingkan gulma EFH. Sebagai pembanding, Buker et al (2002) melaporkan bahwa biotip E. indica dari lahan tomat Negara Bagian Manatee Florida sudah 30 kali lebih resisten terhadap herbisida paraquat. Pada tahun 2010, Seng et al melaporkan bahwa E. indica biotip Malaysia sudah 3,6 kali lebih resisten terhadap herbisida paraquat


(44)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Gulma Echinochloa colonum yang diambil dari 17 lahan jagung di Kecamatan Tigabinanga sensitif terhadap paraquat

2. Gulma Eleusine indica yang diambil dari 27 lahan jagung di Kecamatan Tigabinanga, dua populasi diantaranyayaitu dari Desa Benjire (ETB-14) dan Desa Perlamben (ETB-19) resisten terhadap paraquat.

3. Gulma E. indica dari lahan jagung Desa Benjire sudah >5 kali lebih resisten terhadap paraquat dan gulma E. indica dari lahan jagung Desa Perlamben sudah >9 kali lebih resisten terhadap paraquat dibandingkan dengan gulma E. indica sensitif paraquat (EFH).

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan nilai letal dosis 50 gulma E. indica dari Desa Benjire dan Desa Perlamben Kecamatan Tigabinanga.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ashigh, J. dan T.M. Sterling. 2010. Herbicide Resistance : Development and Management. New Mexico State University, Las Cruces New Mexico. Diakses dar

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2013. Statistik Daerah Kecamatan Tigabinanga 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. Berastagi. Diakses dari http://www.karokab.bps.go.id [21 Juni 2014].

Baerson, S.R; D.J. Rodriquez; M. Tran; Y. Feng; N.A. Biest, dan G.M. Dill. 2002. Glyphosate-Resistant Goosegrass. Identification of a Mutation in the Target Enzyme 5-Enolpyruvylshikimate-3-Phosphate Synthase.Plant

Physiology. Vol.129:1265-1275. Diaksesdari

http://www.plantphysiol.org [26 Agustus 2012].

Beckie, H.J.; I.M. Heap; R.J. Smeda, dan L.M. Hall. 2000. Screening for Herbicide Resistance in Weeds. Weed Technology. Vol.14:428-445. Buker, R.S., S.T. Steed, dan W.M. Stall. 2002. Confirmation and Control of a

Paraquat-Tolerant Goosegrass (Eleusine indica) Biotype. Abstract. Weed

Technology. Vol.16(2):309-313. Diakses dari www.bioone.org [21

Agustus 2014].

Chaudhry, O. 2008. Herbicide-Resistance and Weed-Resistance Management. Biology/Environmental Science Albert Campbell Collegiate Institute Toronto, Canada. Diakses dari http://www.weedscience.org [28 Agustus 2012].

Chuah, T.S; S. Salmijah; Y.T. Teng, dan B.S. Ismail. 2005. Response of Glyphosate-Resistant and Susceptible Biotypes of Goosegrass (Eleusine

indica (L.) Gaertn.) to Fertilizer Use. Plant Protection Quarterly. Vol.20(1): 22-24. Diakses dari http://www.weedinfo.com [26 Agustus

2012].

Cobb, A.H. dan J.P.H. Reade. 2010. Herbicides and Plant Physiology. Second Edition. Wiley-Blackwell, Singapore.

Fadhly, A.F. dan F. Tabri. 2007. Pengendalian Gulma Pada Pertanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Diakses darihttp://balitsereal.litbang.deptan.go.id [5 September 2012].

FAO. 2014. Echinochloa colona (L.) Link. Diakses dari http://www.fao.org pada [21 Agustus 2014].


(46)

Gaussoin, R.E; R.N. Klein; S.Z. Knezevic; G.R. Kruger; D.J. Lyon; Z.J. Reicher; L.D. Sandell; S.L. Young; R.G. Wilson; P.J.Shea, dan C.L. Ogg. 2012. Weed Management. University of Nebraska, Lincoln. Diakses darihttp://www.ianrpubs.unl.edu [24 Agustus 2012].

Hawton, D. dan D.S.H. Drennan. 1980. Studies on the Longevity and Germination of Seed of Eleusine indica and Crotalaria goreensis. Weed Research.

Vol.20(4):217-223. Diakses dari http://onlinelibrary.wiley.com [6

Januari 2013].

Heap, I.M. 1997.The Occurrence of Herbicide-Resistant Weeds Worldwide.Pesticide Science. Vol.51:235-243.

International Survey Of Herbicide Resistant Weeds. 2014. Herbicide Resistant Junglerice Globally(Echinochloa colona). Diakses dari www.weedscience.org [21 Agustus 2014].

Jalaludin, A.; J. Ngim, B.H.J. Bakar, dan Z. Alias. 2010.Preliminary Findings of Potentially Resistant Goosegrass (Eleusine indica) to Glufosinate Ammonium in Malaysia. Weed Biology and Management.

Vol.10:256-260. Diakses dari http://www.wssa.net [26 Agustus 2012].

Juraimi, A.S; M. Begum; M.P. Anwar; E.S. Shari; I. Sahid, dan A. Man. 2012. Controlling Resistant Limnocharis flava (L.) Buchenau Biotype Through Herbicide Mixture. Food, Agriculture, and Environment.

Vol.10:1344-1348. Diakses dari http://www.world-food.net [7 Desember 2012].

Kaloumenos, N.S. dan I.G. Eleftherohorinos. 2009. Identification of a Johnsongrass (Sorghum halepense) Biotype Resistant to ACCase-Inhibiting Herbicides in Northern Greece. Weed Science Society of

America. Vol.23:470-476. Diakses dari http://www.wssa.net [26 Agustus

2012].

Lee, L.J. dan J. Ngim. 2010. A First Report of Glyphosate-Resistant Goosegrass (Eleusine indica (L) Gaertn) in Malaysia. Pest Management Science.

Vol.56:336-339.

Maqsood, M; M. Akbar; N. Yousaf; M.T. Mahmood, dan S. Ahmed. 1999. Studies on Weed-Crop Competition in Maize. International Journal of

Agriculture and Biology. Vol.1(4): 270-272. Diakses dari

http://www.fspublishers.org [24 Agustus 2012].

Mohammadi, G.R. 2007. Growth Parameters Enhancing The Competitive Ability of Corn (Zea mays L.) Against Weeds.Weed Biology and Management.


(47)

Moss, S.R. 2002.Herbicide-Resistant Weeds.Edited by R.E.L. Naylor. Weed Management Handbook. Ninth Edition.British Crop Protection Council, Great Britain.

Mueller, T.C; K.A. Barnett; J.T. Brosnan, dan L.W. Steckel. 2011. Glyphosate Resistant Goosegrass (Eleusine indica) Confirmed In Tennessee. Weed

Science Society of America. Vol.59:562-566.Diakses

darihttp://www.wssa.net [26 Agustus 2012].

Nasution, D.P. 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung(Zea mays L.) Varietas DK3. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Diakses dari http://www.usurepository.com [26 Agustus 2012].

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Tanjung Morawa.

Owen, M.J; D. E. Goggin, dan S. B. Powles. 2012. Identification of Resistance to either Paraquat or ALS-Inhibiting Herbicides in Two Western Australian

Hordeum leporinum Biotypes. Pest Management Science. Vol.68: 757– 763. Diakses dari www.soci.org [8Agustus 2012].

Powles, S.B. dan Q. Yu. 2010. Evolution in Action: Plants Resistant to Herbicides. Annual Riview Plant Biology. Vol.61:317-347.

Prather, T. S; J. M. Ditomaso, dan J. S. Holt. 2000. Herbicide Resistance:Definition andManagement Strategies. University of California. Diakses dari http://anrcatalog.ucdavis.edu [8Agustus 2012]. Purba, E. 2009. Keanekaragaman Herbisida Dalam Pengendalian Gulma

Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru BesarTetap Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rahman, M.M; I.B. Sahid, dan A.S. Juraimi. 2010. Study on Resistant Biotypes of

Echinochloa crus-galli in Malaysia. Australian Journal of Crop Science. Vol.4:107-115. Diakses dari http://www.cropj.com [8 Oktober 2012].

Rahman, M.M; S. Ismail, dan M. Sofian-Azirun. 2011. Identification of Resistant Biotypes of Leptochloa chinensis in Rice Field and Their Control with Herbicides. African Journal of Biotechnology.Vol.10(15):2904-2914. Diakses dari http://www.academicjournals.org/AJB [8Agustus 2012]. Santhakumar, N.T. 2003. Mechanism of Herbicide Resistance in Weed. Plant &


(48)

Seng, C.T., L.V. Lun, C.T. San, dan I.B. Sahid. 2010. Initial Report of Glufosinate and Paraquat Multiple Resistance that Evolved in a Biotype of Goosegrass (Eleusine indica) in Malaysia. Weed Biology and

Management. Vol.10:229-233.

Simaremare, F.S.Y. 2010. Periode Kritis Kompetisi Gulma Pada Dua Varietas Jagung (Zea mays L.) Hibrida. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Diakses dari http://www.usurepository.com [26 Agustus 2012]. Stoklosa, A. dan J. Kiec. 2006. Studies on Wild Oat (Avena fatua L.) Resistance

to Fenoxaprop-P.Journal of Plant Diseases and Protection.Diakses dari http://www.jpdp-online.com [8 Agustus 2012].

Tanveer, A; M. Ayub,dan A. A. R. Ahmad. 1999. Weed-Crop Competition in Maize Relation to Row Spacing and Duration. Pakistan Journal of

Biological Science. Vol.2(2):363-364. Diakses dari http://www.doaj.org

[28 Agustus 2012].

Valverde, B.E; C.R. Riches, dan J.C. Caseley. 2000. Prevention and Management of Herbicide Resistant Weeds in Rice: Experiences from Central

America withEchinochloa colona.Diakses dari http://www.weedscience.org [28 Agustus 2012].

Valverde, B.E. 2003. Herbicide-Resistance Management in Developing Countries.Diakses dari http://www.fao.org [28 Agustus 2012].

Vencill, W.K., R.L. Nichols, T.M. Webster, J.K. Soteres, C. Mallory-Smith, N.R. Burgos, W.G. Johnson, dan M.R. McClelland. 2012. Herbicide Resistance: Toward an Understanding of Resistance Development and the Impact of Herbicide-Resistant Crops. Weed Science. Special

Issue:2-30.

Waterhouse, D.F. 1994. Biological Control of Weeds: Southeast Asian Prospects. Australian Centre for International Agricultural Research.Canberra-Australia.Diakses dari http://www.aciar.gov.au[6 Agustus 2012].

Watts, M. 2011. Paraquat. Pesticide Action Network Asia and Pacific. Malaysia. Diakses dari http://www.paraquat.com [8 Agustus 2012].


(49)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel kuesioner

Data Keterangan

Nama petani

Nomor telepon/hp Luas lahan jagung

Lokasi lahan jagung

Sejak kapan tanaman jagung ditanam di lahan pengambilan sampel

Rotasi tanaman. Selain jagung, tanaman apa saja yang ditanam di lahan pengambilan sampel

Herbisida apa yang digunakan pada lahan pengambilan sampel serta dosisnya

Apakah ada rotasi herbisida yang digunakan

Berapa kali aplikasi herbisida per satu musim tanam....pada umur....,...,... Sudah berapa lama


(50)

Lampiran 2. Bagan lahanpenelitian

Keterangan: 1: 12,5 m 2: 7,8 m 3: 100 cm 4: 70 cm 5: 100 cm 6: 100 cm

BLOK I BLOK II BLOK III BLOK IV

400 g/ha 25 g/ha 1600 g/ha 0 g/ha 800 g/ha 50 g/ha 100 g/ha 200 g/ha 25 g/ha 50 g/ha 400 g/ha 0 g/ha 800 g/ha 200 g/ha 1600 g/ha 100 g/ha 400 g/ha 1600 g/ha 100 g/ha 50 g/ha 200 g/ha 0 g/ha 25 g/ha 800 g/ha

s

u

1

2

3

4

5

6

50 g/ha 400 g/ha 200 g/ha 0 g/ha 25 g/ha 100 g/ha 800 g/ha 1600 gr/ha


(51)

cm

Lampiran 3. Bagan plot penelitian

Keterangan :

:Gulma yang diduga resisten (R) : Gulma sensitif (S)

70 cm


(52)

Lampiran 4. Sejarah pengendalian gulma di lahan pengambilan sampel Nomor

Sampel Nama Petani Lokasi Lahan Luas Lahan (m 2

) Tahun dimulainya penanaman

jagung dilahan pengambilan sampel Rotasi Tanaman

1 Ras Sembiring K. Desa Gunung 6000 1981 Tidak ada

2 Juliana Sebayang Simpang Bunga Baru 20000 1982 Tidak ada

3 Bantusa Ginting Desa Gunung 4167 1976 Tidak ada

5 Burhan Tarigan Desa Perbesi 12000 2005 Ada, tanaman cabai

6 Arman Tarigan Simpang Perbesi 5000 1990 Tidak ada

7 Eki Ginting Desa Simolap 6000 2000 Tidak ada

8 Nd. Nambun Desa Kuta Bangun 10000 2004 Tidak ada

9 Andreas Purba Desa Perbesi 10000 1980 Tidak ada

10 Nd. Mesket Ginting Desa Gunung 5000 1992 Tidak ada

11 Bp. Agung Desa Perbesi 10000 1982 Tidak ada

12 Untung Ginting Simpang Pergendangen 10000 1987 Tidak ada

13 Perdana Sebayang Desa Simolap 5000 2002 Tidak ada

14 Mangkok Desa Benjire 6667 1987 Tidak ada

15 Pesmen Kendit Kenderan 3333 2002 Ada, tanaman cabai,kakao,pisang

16 Rasman Sebayang Desa Perbesi 13000 1982 Tidak ada

17 Rudi Sembiring K. Desa Perlamben 7500 1974 Tidak ada

18 Ramadan Ginting Simpang Pergendangen 2000 1999 Tidak ada

19 Nd. Jemput Tarigan Desa Perlamben 2500 2000 Tidak ada

20 Rina Sebayang Desa Kem-kem 11111 1990 Tidak ada

21 Raja H. Sembiring Simpang Pergendangen 10000 2000 Tidak ada


(53)

28 Batu Tarigan Desa Kuta Bangun 6000 1982 Tidak ada

29 Bp. Ardi Sembiring Kendit Kenderan 2778 1977 Tidak ada

30 Bp. Eka Sebayang Desa Kuala 11111 1982 Tidak ada

Lanjutan dari lampiran 4

No. Sampel

Herbisida yang Dipakai Rotasi

Bahan Aktif Herbisida

Lama Aplikasi Herbisida

Tersebut

Pratumbuh Menjelang Berbunga

Bahan aktif Dosis (ml/knapsac) Bahan aktif Dosis (ml/knapsac)

1 Paraquat + 2,4-D (1 ltr pqt + 200 ml 2,4-D) 100 Paraquat + 2,4-D (1 ltr pqt + 200 ml 2,4-D) 100 Tidak Ada 4 2 Glyfosat 100 Paraquat + Metilmetsulfuron + 2,4-D (1 ltr pqt + 6,4 g mms) 100 + 10 Tidak Ada 5

3 Glyfosat 100 Paraquat + 2,4-D 100 + 25 Tidak Ada 5

5 Glyfosat + 2,4-D 100 + 5 Paraquat + 2,4-D 75 + 5 Tidak Ada 7

6 Glyfosat + 2,4-D 100 + 25 Paraquat + 2,4-D 50-75 + 25 Tidak Ada 8

7 Paraquat + Metilmetsulfuron + 2,4-D (1 ltr pqt + 12,5 g mms) 100 + 25 Paraquat + Metilmetsulfuron + 2,4-D (1 ltr pqt + 12,5 g mms) 100 + 25 Tidak Ada 8

8 Glyfosat + Atrazine 100 + 25 Paraquat + 2,4-D 50-75 + 25 Tidak Ada 8

9 Paraquat + Metilmetsulfuron + 2,4-D (1 ltr pqt + 2 g mms) 140 + 10 Paraquat + Metilmetsulfuron + 2,4-D (1 ltr pqt + 2 g mms) 140 + 10 Tidak Ada 8

10 Paraquat + 2,4-D 100 + 50 Paraquat + 2,4-D 100 + 50 Tidak Ada 8

11 Glyfosat 100 Paraquat 50-75 Tidak Ada 8

12 Glyfosat 100 Paraquat + 2,4-D 75 + 25 Tidak Ada 10

13 Paraquat + Metilmetsulfuron (1 ltr pqt + 5 g mms) 75 Paraquat + Metilmetsulfuron (1 ltr pqt + 5 g mms) 75 Tidak Ada 10

14 Paraquat + 2,4-D 50-75 + 25 Paraquat + 2,4-D 50-75 + 25 Tidak Ada 10

15 Paraquat + 2,4-D 50 + 25 Paraquat + 2,4-D 50 + 25 Tidak Ada 10


(54)

22 Paraquat + 2,4-D 75 + 25 Paraquat + 2,4-D 75 + 25 Tidak Ada 13 23 Glyfosat + Metilmetsulfuron (1 ltr gly + 5 g mms) 120 Paraquat + 2,4-D 50-75 + 25 Tidak Ada 14 24 Glyfosat + Metilmetsulfuron (1 ltr gly + 5 g mms) 120 Paraquat + 2,4-D 50-75 + 25 Tidak Ada 14

26 Glyfosat 100 Paraquat 75 Tidak Ada 15

27 Glyfosat + Atrazine + 2,4-D 100-120 + 50 + 35 Paraquat + 2,4-D 110 + 35 Tidak Ada 15

28 Glyfosat + 2,4-D 100 + 25 Paraquat + 2,4-D 50-75 + 25 Tidak Ada 15

29 Glyfosat + Atrazine 100-125 + 25 Paraquat + Metilmetsulfuron (1 ltr pqt + 15 g mms) 90-100 Tidak Ada 20

30 Glyfosat 80 Paraquat + 2,4-D 50 + 25 Tidak Ada 20

Keterangan : pqt (paraquat), mms (metilmetsulfuron), gly (glyfosat) Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Jenis Kegiatan Minggu ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Persiapan lahan dan media tanam X

2 Pengecambahan X

3 Penanaman X

4

Pemeliharaan

Penyiraman Setiap sore hari, kecuali saat hujan penyiraman tidak dilaksanakan

Pemupukan X

5 Aplikasi herbisida X

6

Pengamatan parameter

Persentase kerusakan gulma X

Jumlah gulma bertahan hidup X

Letal dosis (LD50) X


(55)

1

2

3

5 6

7

9

1 0

1 1

1 2 1 3

1 4

1 5 1 6

1 7 1 9

2 2 2 4 2 3 2 6

2 7 2 8

2 9 3 0

8

Bunga baru

Lampiran 6.Peta lokasilahan jagung tempat pengambilan sampel biji gulma di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.


(56)

Lampiran 7. Mortalitas gulma Echinochloa colonum dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) pada 3 MSA.

Nomor Sampel

Mortalitas

Total Rataan

I II III

2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

6 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

9 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

11 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

12 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

13 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

14 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

15 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

16 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

19 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

20 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

21 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

22 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

23 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

24 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

27 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

29 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Kontrol 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

Total 1800.00 1800.00 1800.00 5400.00

Rataan 100.00

Lampiran 8. Sidik ragam mortalitas gulma Echinochloa colonum dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) pada 3 MSA.

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Kelompok 2 0.00 0 0tn 3.28 5.29

Perlakuan 17 0.00 0 0tn 1.93 2.54

Galat 34 0.00 0

Total 53

FK : 540000 KK : 0%


(57)

Lampiran 9. Mortalitas gulma Eleusine indica dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) pada 3 MSA.

Nomor Sampel

Mortalitas

Total Rataan

I II III

1 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

2 75.00 100.00 80.00 255.00 85.00

3 100.00 89.47 100.00 289.47 96.49

5 95.00 95.00 75.00 265.00 88.33

6 100.00 100.00 95.00 295.00 98.33

7 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

8 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

9 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

10 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

12 100.00 94.12 100.00 294.12 98.04

13 95.00 100.00 90.00 285.00 95.00

14 31.58 45.00 55.00 131.58 43.86

15 100.00 100.00 85.00 285.00 95.00

16 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

17 100.00 95.00 100.00 295.00 98.33

18 100.00 100.00 95.00 295.00 98.33

19 30.00 60.00 40.00 130.00 43.33

20 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

21 100.00 95.00 95.00 290.00 96.67

22 100.00 95.00 100.00 295.00 98.33

23 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

24 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

26 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

27 95.00 100.00 100.00 295.00 98.33

28 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00

29 65.00 60.00 35.00 160.00 53.33

30 70.00 75.00 75.00 220.00 78.33

Kontrol 80.00 94.12 100.00 274.12 91.37

Total 2536.58 2597.71 2520.00 7654.29

Rataan 91.12

Lampiran 10. Sidik ragam mortalitas gulma Eleusine indica dengan herbisida paraquat (150 g b.a./ha) pada 3 MSA.

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Kelompok 2 119.65 59.82 1.36tn 3.17 5.02

Perlakuan 27 22715.24 841.31 19.08** 1.69 2.11


(58)

Lampiran 11. Persentase kerusakan gulma biotip ETB-14 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

Dosis (g b.a./ha)

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

0 0 0 0 0 0 0.00

25 5 5 5 5 20 5.00

50 5 10 10 10 35 8.75

100 5 10 10 10 35 8.75

200 5 5 10 10 30 7.50

400 5 10 10 5 30 7.50

800 3 5 5 5 18 4.50

1600 10 15 15 15 55 13.75

Total 38 60 65 60 223

Rataan 6.97

Lampiran 12. Sidik ragam persentase kerusakan gulma biotip ETB-14 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01 Kelompok 3 54.59 18.20 6.99** 3.07 4.87 Perlakuan 7 445.72 63.67 24.46** 2.49 3.65 Galat 21 54.66 2.60

Total 31 554.97

FK :1554.03 KK : 23.15%


(59)

Lampiran 13. Persentase kerusakan gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

Dosis (g b.a./ha)

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

0 0 0 0 0 0 0.00

25 45 50 30 45 170 42.50

50 70 55 60 70 255 63.75

100 80 85 90 70 325 81.25

200 90 100 100 96 386 96.50

400 100 90 90 100 380 95.00

800 100 90 98 90 378 94.50

1600 100 98 98 100 396 99.00

Total 585 568 566 571 2290

Rataan 71.56

Lampiran 14. Sidik ragam persentase kerusakan gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01 Kelompok 3 27.63 9.21 0.23tn 3.07 4.87 Perlakuan 7 34283.38 4897.63 122.60** 2.49 3.65 Galat 21 838.88 39.95

Total 31 35149.88

FK :163878.13 KK : 8.83%


(60)

Lampiran 15. Persentase kerusakan gulma biotip ETB-19 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

Dosis (g b.a./ha)

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

0 0 0 0 0 0 0.00

25 10 10 15 10 45 11.25

50 15 15 20 30 80 20.00

100 10 15 20 15 60 15.00

200 25 15 20 20 80 20.00

400 5 15 20 5 45 11.25

800 20 20 20 20 80 20.00

1600 25 20 20 20 85 21.25

Total 110 110 135 120 475

Rataan 14.84

Lampiran 16. Sidik ragam persentase kerusakan gulma biotip ETB-19 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01 Kelompok 3 52.34 17.45 0.91tn 3.07 4.87 Perlakuan 7 1467.97 209.71 10.90** 2.49 3.65 Galat 21 403.91 19.23

Total 31 1924.22

FK :7050.78 KK : 29.55%


(61)

Lampiran 17. Persentase kerusakan gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-19) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

Dosis (g b.a./ha)

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

0 0 0 0 0 0 0.00

25 40 40 40 30 150 37.50

50 70 70 60 75 275 68.75

100 75 100 80 85 340 85.00

200 98 95 100 100 393 98.25

400 100 98 100 99 397 99.25

800 100 100 90 90 380 95.00

1600 100 100 100 100 400 100.00

Total 583 603 570 579 2335

Rataan 72.97

Lampiran 18. Sidik ragam persentase kerusakan gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB -19) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01 Kelompok 3 72.84 24.28 0.86tn 3.07 4.87 Perlakuan 7 37163.72 5309.10 188.84** 2.49 3.65 Galat 21 590.41 28.11

Total 31 37826.97

FK :170382.03 KK : 7.27%


(62)

Lampiran 19. Jumlah gulma bertahan hidup biotip ETB-14 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

Dosis (g b.a./ha)

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

0 100 100 100 100 400 100.00

25 100 100 100 100 400 100.00

50 100 100 100 100 400 100.00

100 100 100 100 100 400 100.00

200 100 100 100 100 400 100.00

400 100 100 100 100 400 100.00

800 100 100 100 100 400 100.00

1600 100 100 90 100 390 97.50

Total 800 800 790 800 3190 797.5

Rataan 99.69

Lampiran 20. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup biotip ETB-14 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01 Kelompok 3 9.38 3.13 1.00tn 3.07 4.87 Perlakuan 7 21.88 3.13 1.00tn 2.49 3.65 Galat 21 65.63 3.13

Total 31 96.88

FK :318003.13 KK : 1.77%


(63)

Lampiran 21. Jumlah gulma bertahan hidup biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

Dosis (g b.a./ha)

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

0 100 100 100 100 400 100.00

25 70 90 100 100 360 90.00

50 100 100 70 80 350 87.50

100 80 60 50 50 240 60.00

200 40 10 0 20 70 17.50

400 10 10 10 10 40 10.00

800 0 20 0 10 30 7.50

1600 0 30 20 20 70 17.50

Total 400 420 350 390 1560

Rataan 48.75

Lampiran 22. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01 Kelompok 3 325.00 108.33 0.72tn 3.07 4.87 Perlakuan 7 44450.00 6350.00 42.00** 2.49 3.65 Galat 21 3175.00 151.19

Total 31 47950.00

FK :76050.00 KK : 25.22%


(64)

Lampiran 23. Jumlah gulma bertahan hidup biotip ETB-19 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

Dosis (g b.a./ha)

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

0 100 100 100 100 400 100.00

25 100 90 100 100 390 97.50

50 100 100 100 80 380 95.00

100 100 100 90 100 390 97.50

200 80 100 100 90 370 92.50

400 100 100 90 100 390 97.50

800 90 100 100 90 380 95.00

1600 100 90 100 100 390 97.50

Total 770 780 780 760 3090

Rataan 96.56

Lampiran 24. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup biotip ETB-19 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01 Kelompok 3 34.38 11.46 0.26tn 3.07 4.87 Perlakuan 7 146.88 20.98 0.47tn 2.49 3.65 Galat 21 940.63 44.79

Total 31 1121.88

FK :298378.13 KK : 6.93%


(1)

(g b.a./ha) I II III IV

0 100 100 100 100 400 100.00

25 100 100 100 100 400 100.00

50 100 100 100 90 390 97.50

100 70 0 60 70 200 50.00

200 10 20 0 0 30 7.50

400 0 10 0 10 20 5.00

800 0 0 10 10 20 5.00

1600 0 0 0 0 0 0.00

Total 380 330 370 380 1460

Rataan 45.63

Lampiran 26. Sidik ragam jumlah gulma bertahan hidup biotip EFH sensitif (kontrol ETB-19) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Kelompok 3 212.50 70.83 0.40tn 3.07 4.87

Perlakuan 7 61837.50 8833.93 49.64** 2.49 3.65

Galat 21 3737.50 177.98

Total 31 65787.50

FK :66612.50 KK :29.24%


(2)

(g b.a./ha) I II III IV

0 9.6 9.7 11.6 11.8 42.7 10.68

25 10.6 11.2 10.4 9.7 41.9 10.48

50 9.6 11.3 12.1 9.9 42.9 10.73

100 9.5 9.6 10.1 9.4 38.6 9.65

200 8.9 9.5 9.7 8.8 36.9 9.23

400 9.4 9 8.6 9.5 36.5 9.13

800 7.5 7.4 9.4 8.5 32.8 8.20

1600 9.9 9.5 9.9 10.5 39.8 9.95

Total 75 77.2 81.8 78.1 312.1

Rataan 9.75

Lampiran 28. Sidik ragam bobot kering gulma biotip ETB-14 akibat resisten herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Kelompok 3 3.01 1.00 1.90 3.07 4.87

Perlakuan 7 21.80 3.11 5.90 2.49 3.65

Galat 21 11.09 0.53

Total 31 35.90

FK :3043.95 KK : 7.45%


(3)

(g b.a./ha) I II III IV

0 11.1 9.9 8.4 18.3 47.7 11.93

25 3.9 5.5 7.5 4.2 21.1 5.28

50 5.6 4.1 1.4 10.9 22 5.50

100 3.9 5.4 4.4 5.7 19.4 4.85

200 4.6 1.7 0 1 7.3 1.83

400 1 5.3 4.1 0.6 11 2.75

800 0 5.3 0 4.2 9.5 2.38

1600 0 1.5 1.9 1.7 5.1 1.28

Total 30.1 38.7 27.7 46.6 143.1

Rataan 4.47

Lampiran 30. Hasil transformasi (√Y+0.5) bobot kering gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

Dosis (g b.a./ha)

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

0 3.41 3.22 2.98 4.34 13.95 3.49

25 2.10 2.45 2.83 2.17 9.54 2.39

50 2.47 2.14 1.38 3.38 9.37 2.34

100 2.10 2.43 2.21 2.49 9.23 2.31

200 2.26 1.48 0.71 1.22 5.67 1.42

400 1.22 2.41 2.14 1.05 6.83 1.71

800 0.71 2.41 0.71 2.17 5.99 1.50

1600 0.71 1.41 1.55 1.48 5.15 1.29

Total 14.97 17.96 14.51 18.29 65.74

Rataan 2.05

Lampiran 31. Sidik ragam bobot kering gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-14) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Kelompok 3 1.46 0.49 1.33tn 3.07 4.87

Perlakuan 7 14.93 2.13 5.84** 2.49 3.65

Galat 21 7.67 0.37

Total 31 24.06

FK :135.04 KK :29.42%


(4)

(g b.a./ha) I II III IV

0 14.8 18.6 19.8 14 67.2 16.80

25 14 14.9 12.5 12.1 53.5 13.38

50 15.6 16.4 14.3 5.7 52 13.00

100 13.9 10.5 11 10 45.4 11.35

200 9.4 10.1 13.9 10.8 44.2 11.05

400 12.5 10.8 12.7 8.6 44.6 11.15

800 13.3 10.3 13.8 12.2 49.6 12.40

1600 12.3 9.8 15 11.5 48.6 12.15

Total 105.8 101.4 113 84.9 405.1

Rataan 12.66

Lampiran 33. Sidik ragam bobot kering gulma biotip ETB-19 resisten akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Kelompok 3 53.26 17.75 3.64* 3.07 4.87

Perlakuan 7 98.73 14.10 2.89* 2.49 3.65

Galat 21 102.36 4.87

Total 31 254.36

FK :5128.31 KK : 17.44%


(5)

(g b.a./ha) I II III IV

0 11 13.2 14.6 17.8 56.6 14.15

25 5.8 5.4 6.6 6.2 24 6.00

50 5.2 4.5 4.6 4.1 18.4 4.60

100 5.3 0 3 1.6 9.9 2.48

200 1.1 2.1 0 0 3.2 0.80

400 0 0.8 0 0.7 1.5 0.38

800 0 0 4.6 2.8 7.4 1.85

1600 0 0 0 0 0 0.00

Total 28.4 26 33.4 33.2 121

Rataan 3.78

Lampiran 35. Hasil transformasi (√Y+0.5) bobot kering gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-19) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

Dosis (g b.a./ha)

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

0 3.39 3.70 3.89 4.28 15.26 3.81

25 2.51 2.43 2.66 2.59 10.19 2.55

50 2.39 2.24 2.26 2.14 9.03 2.26

100 2.41 0.71 1.87 1.45 6.44 1.61

200 1.26 1.61 0.71 0.71 4.29 1.07

400 0.71 1.14 0.71 1.10 3.65 0.91

800 0.71 0.71 2.26 1.82 5.49 1.37

1600 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

Total 14.08 13.24 15.06 14.79 57.17

Rataan 1.79

Lampiran 36. Sidik ragam bobot kering gulma biotip EFH sensitif (kontrol ETB-19) akibat herbisida paraquat pada 3 MSA

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Kelompok 3 0.25 0.08 0.39 3.07 4.87

Perlakuan 7 30.21 4.32 20.58 2.49 3.65

Galat 21 4.40 0.21

Total 31 34.87

FK :102.13 KK : 25.63%


(6)

- Amplop A4 500 lbr

- Print dan fotocopy tabel quesioner Kertas A4 100 lbr - Klip kertas 6 kotak @ Rp 2.500

- Biaya transportasi Medan-Tigabinanga 2 kali PP @ Rp 70.000

- Uang makan 3 bulan @ Rp 700.000/bulan

- Bahan bakar sepeda motor (bensin) 24 liter @ Rp 6.000 - Biaya lain-lain

Rp 94.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 140.000 Rp 2.100.000 Rp 144.000 Rp 100.000 Persiapan Lahan dan Media Tanam

- Sewa lahan 160 m 2

- Pembersihan lahan dari gulma 2HKP @ Rp 50.000 - Tali plastik 200 meter

- Top soil 2 pickup@300.000 - Kompos

- Pasir

- Pot plastik 36lusin @ Rp 45.000

- Pencampuran media tanam dan penyusunan pot di lahan penelitian 4HKP @ Rp 50.000

- Kasa plastik 100 meter

Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 10.000 Rp 600.000 Rp 1.200.000 Rp 200.000 Rp 2.160.000 Rp 200.000 Rp 600.000 Pengecambahan dan Penanaman

- Bak perkecambahan 12 lusin @ Rp 7.500 - Penanaman 4HKP @ Rp 50.000

Rp 1.080.000 Rp 200.000 Penyiraman

- Gembor 2 buah @ Rp 35.000 - Ember plastik 2 buah @ Rp 40.000

Rp 70.000 Rp 80.000 Aplikasi Herbisida

- Gramoxone 276 SL 2 liter @ Rp 45.000

- Cat minyak, tiner, kuas, plank, spanduk penelitian

Rp 90.000 Rp 300.000 Pengamatan Parameter

- Amplop besar 128 buah @ Rp 1.000 - Plastik gula isi 5kg

- Sewa oven dan timbangan digital

Rp 128.000 Rp 100.000 Rp 100.000