Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS KUALITAS LAYANAN VIDEO CALL MENGGUNAKAN CODEC H.263 DAN H.264 TERHADAP LEBAR PITA JARINGAN

YANG TERSEDIA

(Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

Oleh :

090402066

NUZUL LUTHFIHADI

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KUALITAS LAYANAN VIDEO CALL MENGGUNAKAN CODEC H.263 DAN H.264 TERHADAP LEBAR PITA JARINGAN

YANG TERSEDIA

(Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU) Oleh :

090402066 NUZUL LUTHFIHADI

Disetujui oleh: Pembimbing,

NIP.

19631128 199103 1003 Ir. ARMAN SANI, MT

Diketahui oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,

Ir. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si

NIP. 19540531 198601 1002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

Saat ini sistem komunikasi dengan mengunakan Video Call sering kali menjadi alternatif dalam melakukan komunikasi jarak jauh. Video Call merupakan suatu layanan yang dapat digunakan untuk mentransmisikan gambar serta suara dalam bentuk video sehingga terlihat seperti nyata (real-time). Salah satu software pilihan untuk layanan komunikasi Video Call adalah Ekiga.

Pada Tugas Akhir ini dilakukan analisis kualitas layanan Video Call menggunakan codec H.263 dan H.264 pada perangkat NSN FlexiPacket Radio yang ada pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU. Penelitian ini menggunakan software Ekiga untuk memvariasikan codec serta resolusi gambar dan perangkat NSN FlexiPacket

Radio untuk memvariasikan bandwidth dengan mengamati kualitas layanan Video Call yang dihasilkan berupa jitter, packet loss, delay dan throughput

dengan menggunakan software network packet analyzer yaitu Wireshark. Adapun resolusi gambar yang digunakan pada penelitian ini adalah CIF (352 x 288) dan 4CIF (704x576).

Dengan mengacu pada standar ITU-T G.1010 tentang parameter QoS dan setelah melakukan pengujian dengan variasi bandwidth 128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps, dan 1024 Kbps diperoleh bahwa untuk Codec H.263 pada resolusi 352 x 288 Video Call dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps, untuk Codec H.264 pada resolusi 352 x 288 Video Call dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 512 Kbps, dan pada resolusi 704 x 576 untuk

Codec H.263 dan H.264 Video Call dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi pendidikan sarjana strata satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:

“ANALISIS KUALITAS LAYANAN VIDEO CALL MENGGUNAKAN CODEC H.263 DAN H.264 TERHADAP LEBAR PITA JARINGAN

YANG TERSEDIA”

Penulisan Tugas Akhir ini dapat berlangsung dengan baik karena adanya dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Arman Sani, MT selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas nasehat, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Maksum Pinem, ST. MT selaku Penasehat Akademis penulis, atas

bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan selama ini. 3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, Msi dan Bapak Rahmad Fauzi, ST. MT

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Keluarga tercinta, ayahanda Zulfikar Zakaria, SE, ibunda dr. Nurna Fauziah, adik-adik Hadyan Fauzan, SE dan Halizha Nadirha yang telah memberikan banyak dukungan dengan sepenuh hati dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis.

6. Teman baik penulis yang selalu memberi masukan, nasihat, pendapat, dan motivasi kepada penulis, Maya Angelia

7. Sahabat – sahabat terbaik di Elektro: si bats Oloni Simanjuntak, Dea Reo, si bet James, Kevin Pinem, Muhammad Farizi, Samuel Aland, Eko Kurniawan, Nicholas Tanzil, bang Anes, bang Luis, bang Jo, bang Sandy, bang Marthin, dan kepala preman esdua bang Dian.

8. Keluarga besar Laboratorium Komunikasi Radio FT USU: Bapak Ir. Arman Sani, MT, Bang Mukhlis, Bang Auliya, dan Irsyad yang telah memberikan banyak bantuan.

9. Rekan – rekan ‘09 lainnya yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini menjadi teman seperjuangan dalam hari – hari kuliah, semoga kita semua sukses di masa depan.

10.Seluruh pegawai di Departemen Teknik Elektro yang telah membantu dalam penyelesaian semua keperluan selama perkuliahan.


(6)

Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak sekali kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan tujuan mendekati kesempurnaan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan wacana bagi rekan – rekan mahasiswa.

Medan, Mei 2014 Penulis,

NIM. 090402066 Nuzul Luthfihadi


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metodologi Penulisan ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

II. DASAR TEORI 2.1 Umum ... 6

2.2 Pengertian Video Call ... 7

2.3 Perkembangan Video Call ... 8

2.3.1 2.3.2 2.4 Faktor Pendukung Aplikasi Video Call ... 10

2.4.1 Video ... 10

2.4.2 Audio ... 10


(8)

2.4.4 Bandwidth ... 12

2.5 Prinsip Kerja Video Call ... 12

2.6 Codec ... 13

2.6.1 Lossy Codec ... 14

2.6.2 Lossless Codec ... 14

2.7 Kompresi Video ... 14

2.7.1 H.261 ... 14

2.7.2 H.263 ... 15

2.7.3 H.264 ... 15

2.8 Metode Transmisi ... 16

2.8.1 Simplex ... 16

2.8.2 Half Duplex ... 16

2.8.3 Full Duplex ... 17

2.9 Protokol Penunjang Video Call ... 17

2.9.1 Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) ... 18

2.9.2 Lapisan Aplikasi ... 18

2.9.3 Lapisan Transport ... 18

2.9.4 Lapisan Internet ... 19

2.9.5 Lapisan Akses Jaringan ... 20

2.9.6 RTP ... 20

2.10 Quality of Service Pada Video Call ... 21

2.10.1 Delay ... 21

2.10.2 Throughput ... 23


(9)

2.10.4 Jitter ... 25

2.11 Pemanfaatan Video Call ... 26

III. INSTALASI DAN PENGUJIAN 3.1 Umum ... 27

3.2 Spesifikasi Sistem ... 27

3.2.1 Spesifikasi Perangkat Keras ... 27

3.2.2 Spesifikasi Perangkat Lunak ... 29

3.3 Langkah-langkah Pengukuran menggunakan Wireshark ... 31

3.4 Spesifikasi video ... 33

3.5 Uji Coba Video Call dengan menggunakan Ekiga ... 34

3.5.1 Pengujian Video Call Menggunakan Codec H.263 ... 36

3.5.2 Pengujian Video Call Menggunakan Codec H.264 ... 36

IV. DATA DAN ANALISA 4.1 Umum ... 37

4.2 Pengukuran dan Analisa Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 pada Resolusi 352x288 dan 704x576 ... 39

4.2.1 Pengukuran dan Analisa Delay ... 40

4.2.2 Pengukuran dan Analisa Throughput ... 41

4.2.3 Pengukuran dan analisa Packet Loss ... 42

4.2.4 Pengukuran dan Analisa Jitter ... 44

4.3 Pengukuran dan Analisa Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.264 pada Resolusi 352x288 dan 706x576 ... 45

4.3.1 Pengukuran dan Analisa Delay ... 46


(10)

4.3.3 Pengukuran dan Analisa Packet Loss ... 48

4.3.4 Pengukuran dan Analisa Jitter ... 49 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 51 5.2 Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Teknologi Komunikasi Video Call sederhana ... 8

Gambar 2.2 Arsitektur jaringan Video Call ... 9

Gambar 2.3 Konversi analog ke digital ... 11

Gambar 2.4 Diagram Bandwidth dengan Resolusi ... 11

Gambar 2.5 Proses Konversi Sinyal dari pengirim ke penerima ... 13

Gambar 2.6 Format dan kompresi di dalam Codec ... 13

Gambar 2.7 Protokol RTP pada TCP/IP ... 21

Gambar 3.1 Perangkat FlexiPacket Radio ... 29

Gambar 3.2 Tampilan Ekiga ... 30

Gambar 3.3 Tampilan Wireshark ... 31

Gambar 3.4 Proses Capture Interface ... 31

Gambar 3.5 Proses Capture paket menggunakan Wireshark... 32

Gambar 3.6 Pengukuran rata-rata Jitter dan Packet Loss ... 32

Gambar 3.7 Pengukuran Delay dan Throughput ... 33

Gambar 3.8 Flowchart Pengujian dan Pengukuran ... 35

Gambar 3.9 Uji Coba Video Call Menggunakan Codec H.263 ... 36

Gambar 3.10 Uji Coba Video Call Menggunakan Codec H.264 ... 36

Gambar 4.1 Hasil Capture pada perangkat lunak Wireshark ... 38

Gambar 4.2 Hasil Capture pada perangkat lunak Wireshark ... 39

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Delay Pada Resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 41 Gambar 4.4 Hasil pengukuran Throughput pada resolusi 352 x 288 dan 704x576 ... 42


(12)

Gambar 4.5 Hasil pengukuran Packet Loss pada resolusi 352 x 288 dan

704x576 ... 43 Gambar 4.6 Hasil pengukuran Jitter pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 44 Gambar 4.7 Hasil Pengukuran Delay Pada Resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 46 Gambar 4.8 Hasil pengukuran Throughput pada resolusi 352 x 288 dan

704x576 ... 47 Gambar 4.9 Hasil pengukuran Packet Loss pada resolusi 352 x 288 dan

704x576 ... 48 Gambar 4.10 Hasil pengukuran Jitter pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 50


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lapisan TCP/IP ... 18

Tabel 2.2 Pengelompokan Waktu Tunda ... 22

Tabel 2.3 Standar Tingkat Paket Hilang ... 25

Tabel 2.4 Standar Jitter ... 25

Tabel 4.1 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 352 x 288 menggunakan Codec H.263 ... 39

Tabel 4.2 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 704 x 576 menggunakan Codec H.263 ... 40

Tabel 4.3 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 352 x 288 menggunakan Codec H.264 ... 45

Tabel 4.4 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 704 x 576 menggunakan Codec H.264 ... 46


(14)

ABSTRAK

Saat ini sistem komunikasi dengan mengunakan Video Call sering kali menjadi alternatif dalam melakukan komunikasi jarak jauh. Video Call merupakan suatu layanan yang dapat digunakan untuk mentransmisikan gambar serta suara dalam bentuk video sehingga terlihat seperti nyata (real-time). Salah satu software pilihan untuk layanan komunikasi Video Call adalah Ekiga.

Pada Tugas Akhir ini dilakukan analisis kualitas layanan Video Call menggunakan codec H.263 dan H.264 pada perangkat NSN FlexiPacket Radio yang ada pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU. Penelitian ini menggunakan software Ekiga untuk memvariasikan codec serta resolusi gambar dan perangkat NSN FlexiPacket

Radio untuk memvariasikan bandwidth dengan mengamati kualitas layanan Video Call yang dihasilkan berupa jitter, packet loss, delay dan throughput

dengan menggunakan software network packet analyzer yaitu Wireshark. Adapun resolusi gambar yang digunakan pada penelitian ini adalah CIF (352 x 288) dan 4CIF (704x576).

Dengan mengacu pada standar ITU-T G.1010 tentang parameter QoS dan setelah melakukan pengujian dengan variasi bandwidth 128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps, dan 1024 Kbps diperoleh bahwa untuk Codec H.263 pada resolusi 352 x 288 Video Call dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps, untuk Codec H.264 pada resolusi 352 x 288 Video Call dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 512 Kbps, dan pada resolusi 704 x 576 untuk

Codec H.263 dan H.264 Video Call dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini teknologi dibidang telekomunikasi berkembang sangat pesat. Tidak hanya komunikasi dengan suara, komunikasi dengan video juga menjadi pilihan untuk melakukan komunikasi jarak jauh. Video Call merupakan panggilan dengan layar video yang mampu menangkap video (gambar) serta suara yang ditransmisikan. File dalam bentuk video dan audio tersebut dialirkan secara

real-time melalui jaringan internet.

Kualitas layanan (Quality of Service, QoS) dapat dilihat sebagai mekanisme untuk mencapai tingkat kinerja layanan pada jaringan. QoS dapat juga dipahami sebagai kemampuan jaringan untuk menangani trafik sehingga jaringan tersebut dapat mencapai tingkat layanan yang dibutuhkan oleh pengguna. Layanan

Video Call membutuhkan tingkat kinerja jaringan tertentu dalam mendistribusikan

video menggunakan jaringan internet agar penerimaan video tetap terjaga dalam kualitas yang baik.

Berbagai macam cara dilakukan agar layanan Video Call dapat dimanfaatkan secara maksimal. Mulai dari pemilihan codec sampai penyediaan

bandwidth yang besar. H.263 dan H.264 merupakan codec yang pupuler

digunakan saat ini. Fungsi codec ini adalah mengecilkan (compress) file video, gambar dan audio ke dalam ukuran yang mudah diatur dan kemudian mengembalikannya keukuran semula (decompress) agar dapat menghemat


(16)

Dengan menggunakan perangkat NSN FlexiPacket Radio maka pada Tugas Akhir ini akan dianalisa kualitas layanan Video Call menggunakan codec H.263 dan H.264, sehingga dapat memilih codec yang tepat dengan bandwidth minimum untuk digunakan dalam layanan Video Call. Adapun parameter yang akan diuji adalah delay, throughput, packet loss dan jitter.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana konfigurasi jaringan yang akan digunakan dalam layanan video

call dengan menggunakan perangkat FlexiPaket Radio?

2. Apa saja parameter yang digunakan untuk menguji kualitas video call dengan menggunakan perangkat FlexiPaket Radio?

3. Berapa bandwidth minimum yang dipakai untuk menjalankan panggilan

video call dengan menggunakan perangkat FlexiPaket Radio?

4. Bagaimana pengaruh penggunaan codec H.263 dan H.264 terhadap kualitas layanan (Quality of Service) yang dihasilkan pada layanan video

call?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah menganalisis kualitas layanan Video Call dengan menggunakan codec H.263 dan H.264 pada perangkat NSN FlexiPaket Radio, sehingga dapat memilih jenis codec yang tepat dengan


(17)

1.4 Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam Tugas Akhir ini, maka penulis membuat batasan cakupan masalah yang akan dibahas. Hal ini dilakukan agar isi dan pembahasan dari Tugas Akhir ini menjadi lebih terarah. Adapun batasan masalah pada penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas pengujian dilakukan menggunakan perangkat NSN FlexiPacket

Radio yang ada di Laboratorium Komunikasi Radio DTE FT USU.

2. Menggunakan dua buah mobile komputer sebagai client dan satu buah PC sebagai server yang terhubung dengan perangkat NSN FlexiPacket Radio. 3. Parameter yang dianalisa adalah packet loss, jitter, throughput dan delay

dengan menggunakan software Network Packet Analyzer yaitu Wireshark dan tidak dibahas secara khusus.

4. Untuk software pengujian digunakan software Ekiga dan tidak dibahas secara khusus.

5. Resolusi gambar yang digunakan adalah 352 x 288 dan 704 x 576.

6. Pembahasan dibatasi pada kondisi paket video ketika transmisi dengan menggunakan codec H.263 dan H.264.

1.5 Metode Penelitian

Metode penulisan yang dilakukan pada penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Studi literatur berupa studi kepustakaan dari kajian dari buku-buku dan

tulisan-tulisan lain yang terkait, serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.


(18)

2. Pengujian yaitu melaksanakan percobaan dan pengamatan menggunakan perangkat NSN FlexiPacket Radio.

3. Pengumpulan data dan Analisa yaitu dengan melakukan pengumpulan data lalu menganalisa dengan bantuan software untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai Tugas Akhir ini, secara singkat dapat diuraikan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI

Bab ini membahas tentang komunikasi data dan teknologi video call.

BAB III : INSTALASI DAN PENGUJIAN

Bab ini berisi penjelasan mengenai Quality of Service (QoS) dan

software yang mendukung. Pembahasannya meliputi instalasi dan

konfigurasi baik server maupun client dengan menggunakan perangkat Flexi Paket Radio dan penggunaan software untuk pengukuran.


(19)

Bab ini menjelaskan tentang analisa data pengujian untuk menunjukkan kualitas hasil video call dengan membandingkan beberapa codec serta bandwidth minimum yang diperlukan agar mendapatkan kualitas video yang baik.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil analisa data-data yang telah diperoleh.


(20)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Umum

Teknologi komunikasi berbasis IP (Internet Protocol) berkembang pesat seiring dengan berkembangnya teknologi. Saat ini jaringan internet tidak hanya terfokus pada layanan paket data dan aplikasi standar seperti www (world wide

web) atau http (hypertext transfer protocol) yang bersifat non real-time dan tidak

memilik QoS (Quality of Service). Kebutuhan akan layanan berbasis multimedia dilewatkan melalui jaringan IP telah menjadi sesuatu yang mungkin. Pada dasarnya jaringan IP dibuat untuk tidak melewati data yang bersifat real-time. Tetapi dengan ditemukannya teknologi penunjang QoS jaringan seperti RTP (Real

Time Protocol) membuat jaringan IP menjadi handal untuk mengirim data yang

bersifat real time seperti voice dan video.

Ide awal untuk melakukan komunikasi jarak jauh dengan menggabungkan suara dan video pertama kali dilakukan oleh perusahaan telepon AT&T (American

Telephone & Telegraph Company) pada tahun 1956, perusahaan telepon yang

didirikan oleh penemu telepon Alexander Graham Bell. Pertama kali video phone diperkenalkan tidak ada orang yang menduga bahwa teknologi ini akan berkembang pesat hingga dapat menggantikan telepon standar [1].

Pada tahun 1990-an, teknologi video phone berkembang pesat dan tersedia untuk masyarakat umum dengan harga yang terjangkau. Akhirnya, teknologi kompresi muncul dan terus dikembangkan sehingga komputer pribadi juga dapat menggunakan layanan video phone ini.


(21)

Seiring dengan perkembangannya, nama video phone sudah tidak digunakan lagi, sekarang ini nama video call menjadi lebih populer digunakan masyarakat umum [2].

2.2 Pengertian Video Call

Video Call merupakan suatu layanan yang dapat digunakan untuk mentransmisikan gambar serta suara dalam bentuk video sehingga terlihat seperti nyata (real-time). Hal ini bisa sama sederhananya dengan percakapan yang dilakukan oleh dua orang di tempat yang sama. Saat ini video call sangat berguna bagi orang tuli dan bisu karena mereka tetap dapat melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat.

Pada awalnya, informasi ataupun data yang dilewatkan melalui piranti teknologi informasi, internet, masih sebatas karakter teks yang direpresentasikan melalui ASCI code dan gambar yang terdiri dari bit-bit gambar . Sedangkan suara atau voice mulanya dilewatkan melalui jaringan kabel telepon ataupun sinyal seluler. Hal ini membuat data yang berupa suara dan karakter masih terpisah. Oleh karena itu, muncul sebuah konsep agar gambar dan suara dapat dikirimkan sekaligus sehingga merepresentasikan sumber suara yang dapat dilihat secara jarak jauh bersifat lebih dinamis dan real-time saat digunakan. Konsep inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya video phone yang kemudian dikenal di masyarakat sebagai video call. Gambar 2.1 memperlihatkan hubungan teknologi komunikasi video call sederhana [3].


(22)

Gambar 2.1 Hubungan Teknologi komunikasi video call sederhana

2.3

Berdasarkan perkembangannya video call dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu video call melalui jaringan internet dan video call melalui telepon selular. Berikut ini akan dibahas mengenai perkembangan video call.

2.3.1

Pada mulanya, video call berbentuk fisik seperti monitor komputer yang diintegrasikan dengan telepon kabel, sehingga panggilan maupun komunikasi jarak jauh yang akan dilakukan membutuhkan perangkat yang cukup banyak dan tidak fleksibel.

Seiring dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi internet, suara dan gambar yang sering disebut video dapat ditransmisikan melalui jaringan internet, sehingga biaya menjadi lebih murah. Hal inilah yang menjadi konsep, internet dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi secara real-time, dua arah dan menyajikan gambar dan suara secara bersamaan. Perangkat yang dibutuhkan pun menjadi semakin lebih praktis. Sekarang, orang tinggal menyambungkan komputer yang memiliki fasilitas video input seperti webcam, video output (monitor), audio input (mikrofon) dan audio output (loudspeaker) dengan jaringan internet atau WAN untuk bisa berkomunikasi secara langsung dan bertatap muka meskipun jarak jauh.


(23)

Biasanya komunikasi video call yang dibangun melalui jaringan internet memanfaatkan protokol internet atau IP. Selain itu, video call dapat pula diatur agar komunikasi hanya terjadi pada jaringan lokal tanpa menghubungkannya dengan internet.

Komponen yang diperlukan untuk membangun komunikasi melalui video

call terdiri dari lapisan internet dan aplikasi. Pada lapisan aplikasi terdapat kamera

dan mikrofon sebagai perangkat input gambar dan suara. Input ini akan ditransmisikan melalui jaringan internet dengan sebelumnya dikodekan menjadi bit-bit biner yang dapat dilewatkan di jaringan dan diatur dengan standar protokol yang digunakan. Gambar 2.2 memperlihatkan komponen yang membangun komunikasi dengan video call [2].

Gambar 2.2 Arsitektur Jaringan video call

2.3.2

Saat ini manusia cenderung mobile dan dinamis. Hal ini menyebabkan segala bentuk komunikasi sudah beralih pada komunikasi mobile yang menyebabkan komunikasi maupun akses informasi dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Hal ini diikuti dengan perkembangan teknologi wireless atau nirkabel yang lebih fleksibel serta mudah dibangun dan dikonfigurasikan. Teknologi


(24)

seluler yang merupakan bagian dari teknologi nirkabel telah berubah dari pengiriman suara, data dan akhirnya sampai pada gambar bergerak (video).

Banyak orang yang salah mengartikan video call melalui telepon seluler sebagai 3G (third-generation technology). Sebenarnya 3G difasilitasi oleh penyelenggara telepon genggam (celluler provider) sedangkan Video Call adalah panggilan video yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan jaringan 3G [2]. 2.4 Faktor Pendukung Aplikasi Video Call

Faktor-faktor pendukung keberhasilan jaringan aplikasi video call antara lain Video, Audio, Resolusi dan Bandwidth. Berikut ini akan dijelaskan faktor-faktor pendukung aplikasi video call.

2.4.1 Video

Video merupakan suatu teknologi untuk menangkap, memproses, dan mentransmisikan dalam bentuk sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak. Untuk melakukan video call, webcam digunakan sebagai input. Webcam memiliki resolusi pengambilan gambar yang berbeda-beda. Dahulu, webcam masih memiliki resolusi yang kecil, misalnya 160x120. Namun sekarang sudah ada

webcam yang memiliki resolusi beberapa megapixel. Semakin besar ukuran

resolusi semakin besar pula jumlah data yang dikirimkan, sehingga bandwidth yang digunakan juga semakin besar [4].

2.4.2 Audio

Untuk melakukan video call, sebuah microphone digunakan untuk input audio. Sama halnya dengan data video terdapat faktor yang dapat mempengaruhi ukuran data yang dikirimkan, misalnya sampling rate (dalam satuan kHz) dan jumlah channel. Pada umumnya ukuran data audio yang dikirimkan lebih kecil


(25)

dibandingkan dengan data video. Gambar 2.3 memperlihatkan proses konversi gelombang analog ke digital [4].

Gambar 2.3 Konversi analog ke digital 2.4.3 Resolusi

Resolusi adalah ukuran yang digunakan untuk memperlihatkan banyaknya jumlah pixel yang terdapat pada suatu layar. Resolusi sering digunakan sebagai jumlah pixel dalam pencitraan gambar digital [5].

Semakin besar resolusi yang dipakai maka semakin besar bandwidth yang dipakai, hal ini diperlihatkan Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Diagram Bandwidth dengan Resolusi

2.4.4 Bandwidth

Bandwidth adalah lebar atau jarak rentang frekuensi dari frekuensi yang

rendah sampai frekuensi yang tinggi dalam sebuah transmisi atau pengiriman data. Jika sebuah jaringan memiliki bandwidth sebesar 10 Mbps, hal ini berarti jaringan


(26)

tersebut mampu mengirimkan 10 juta bit setiap detiknya. Dalam kasus video call, semakin kecil bandwidth yang disediakan untuk komunikasi, semakin rendah pula kecepatan transfer data dan kualitas gambar video yang sedang berlangsung juga buruk.

Bila digambarkan aliran telpon itu sebagai pipa air, bandwidth adalah ukuran dari pipa itu sendiri sedangkan isi yang mengalir di dalamnya adalah informasi, isinya dalam bentuk Kbps (Kilo bits persecond). Untuk video call,

bandwidth yang direkomendasikan 384 Kbps untuk bisa menghasilkan kualitas

video yang cukup baik [6]. 2.5 Prinsip Kerja Video Call

Sinyal suara yang masuk melalui microphone dan sinyal gambar yang direkam melalui kamera/webcam dikonversikan menjadi sinyal digital. Kemudian kedua sinyal tersebut dikompresi menggunakan perangkat yang disebut codec. Sinyal yang sudah dikompresi tersebut ditransmisikan melalui jaringan internet dalam hal ini menggunakan IP. Setelah informasi yang berbentuk video dan audio tersebut sampai pada alamat yang dituju, sinyal dari internet dapat didekompresikan kembali menjadi sinyal suara dan gambar. Setelah itu pada

receiver, video dapat ditampilkan di layar monitor dan audio dapat diputar pada

speaker. Proses konversi sinyal analog menjadi digital dari pengirim ke penerima dapat dilihat pada gambar 2.5 [7].

Sample Quantizing Encoding

Transmissio n Channel Decoder Sinyal Analog Sinyal Analog Sinyal Digital


(27)

2.6 Codec

Codec (Coder-Decoder atau Compressor-Decompressor) adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan sampling terhadap sinyal analog kemudian sebelum ditransmisikan sinyal analog tersebut dikonversi ke dalam bit-bit digital, lalu mengubahnya kembali agar dapat digunakan. Selain itu, Codec juga mempunyai fungsi untuk mengecilkan (compress) file berupa video dan audio ke dalam ukuran data yang lebih kecil kemudian mengembalikannya keukuran semula (decompress) [8]. Format kompresi dalam codec ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Format kompresi di dalam Codec

Codec digunakan untuk menghemat bandwidth. Namun, resikonya suara

dan gambar yang dihasilkan menjadi kurang jernih. Terdapat 2 jenis codec, yaitu

lossy codec dan lossless codec. Berikut ini akan dibahas jenis codec tersebut.

2.6.1 Lossy Codec

Lossy Codec merupakan jenis kompresi di mana ukuran data yang

dihasilkan akan berkurang dari ukuran data yang sebenarnya. Banyak codec yang popular termasuk dalam katagori ini. Codec ini akan mengurangi kualitas data. Biasanya codec ini digunakan untuk menyimpan data pada media penyimpanan yang berukuran terbatas seperti CD-ROM dan DVD. [4].

Input

Output Reforma t

Format Compres s

Tx Network

Decompres s


(28)

2.6.2 Lossless Codec

Lossless codec merupakan jenis kompresi di mana ukuran data hasil

dekompres sama persis dengan ukuran data yang sebenarnya atau tidak terjadi pengurangan data seperti halnya Lossy Codec. Konsekuensinya ukuran data

Lossless Codec lebih besar dari Lossy Codec. Biasanya Lossless Codec ini

digunakan pada video yang masih memerlukan editing, karena dalam proses

editing dilakukan encode-decode berulang kali, sehingga jika menggunakan lossy codec kualitas video akan jauh menurun dibandingkan video aslinya [4].

2.7 Kompresi Video

ITU-T (International Telecommunication Union – Telecommunication

Sector) membuat beberapa standar yang direkomendasikan untuk video call.

Beberapa standar yang dikenal antara lain [8]: 2.7.1 H.261

Standar video coding ini diresmikan pada tahun 1990. Pada awalnya didesain untuk transmisi di atas ISDN (Integrated Service Digital Network). Algoritma video coding ini didesain untuk dapat beroperasi pada bitrate antara 40 kbit/s sampai 2 Mbit/s. Standar ini mendukung dua ukuran video frame: CIF (Common Intermediate Format 352 x 288) dan QCIF (Quarter Common

Intermediate Format 176 x 144) [8].

2.7.2 H.263

H.263 merupakan standar yang didesain oleh ITU-T pada tahun 1995/1996 sebagai format kompresi dengan bitrate rendah untuk video phone (biasanya 20-30 Kbps dan tentu di atasnya). H.263 merupakan hasil perkembangan dari H.261, MPEG-1 dan MPEG-2. Standar ini mendukung lima ukuran video frame, yaitu


(29)

sub-QCIF (82x72), QCIF (176x144), CIF (352x288), 4CIF (704x576), dan 16CIF (1408x1152).

Secara umum prinsip kerja H.263 adalah video frame yang akan ditransmisikan di sumber / pengirim dienkode (dikompresi) terlebih dahulu dengan video enkoder. Kemudian aliran video yang terkompres ditransmisikan melalui jaringan atau saluran telekomunikasi dan di ujungnya di dekode (dekompresi) menggunakan video dekoder. Frame yang didekode ini kemudian akan ditampilkan. Draft awalnya bahkan menspesifikasikan kecepatan komunikasi data kurang dari 64 Kbps, akan tetapi batasan ini telah dibuang. Oleh karena itu, diharapkan standar H.263 dapat digunakan untuk berbagai kecepatan, tidak hanya aplikasi dengan kecepatan rendah. Bukan mustahil, standar H.263 akan menggantikan standar H.261 pada banyak aplikasi [8].

2.7.3 H.264

H.264 merupakan standar terbaru codec yang dikembangkan oleh ITU-T dan MPEG (Moving Picture Group) yang merupakan upaya kemitraan yang dikenal sebagai JVT (Joint Video Team). H.264 menyediakan perkembangan yang signifikan melebihi H.263.

Tujuan dari standar H.264 adalah memberikan kualitas video yang bagus dengan harga yang sedikit lebih rendah daripada standar sebelumnya tanpa meningkatkan kompleksitas desain yang banyak sehingga akan menjadi tidak praktis dan terlalu mahal untuk diterapkan. H.264 digunakan dalam aplikasi seperti Blu-ray Disc, video dari YouTube, Real-Time video conference dan lain-lain.


(30)

Selain itu codec ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas untuk diterapkan pada berbagai aplikasi diberbagai jaringan dan sistem. Sebagian besar produk video conferencing mengikutsertakan standar video H.264, H.263 dan H.261 [9].

Pada Tugas Akhir ini codec yang digunakan adalah codec H.263 dan

codec H.264.

2.8 Metode Transmisi

Setiap sistem trasmisi mempunyai metode transmisi sendiri. Metode transmisi dibedakan menjadi tiga, yaitu [10]:

2.8.1 Simplex

Simplex merupakan metode transmisi dimana informasi dapat ditransmisikan dalam satu arah. Dengan kata lain, kita hanya dapat menerima informasi yang disampaikan. Contoh metode transmisi ini adalah televisi, radio, dan telegraph.

2.8.2 Half Duplex

Sistem komunikasi dapat dikatakan memiliki metode transmisi

half-duplex, jika sistem komunikasi tersebut mampu mengirimkan informasi

bolak-balik atau dua arah tetapi ditransmisikan secara bergantian. Pada sistem komunikasi ini dikenal istilah turn around time yaitu waktu tambahan untuk proses perubahan arah. Dengan kata lain, kita dapat menerima dan mengirimkan infomasi tetapi secara bergantian. Contoh metode transmisi ini adalah walkie talkie.


(31)

2.8.3 Full Duplex

Sistem komunikasi dapat dikatakan memiliki metode transmisi full-duplex, jika pada sistem komunikasi tersebut dapat mengirimkan informasi dalam dua arah dan pada waktu yang sama. Biasanya sistem komunikasi ini memiliki dua kanal yang terpisah untuk setiap arahnya. Hal ini sama sederhananya seperti saat melakukan percakapan seperti biasa. Contoh metode transmisi ini adalah telepon. 2.9 Protokol Penunjang Video Call

Pada dasarnya jika dua buah perangkat akan melakukan pertukaran informasi memerlukan sebuah protokol yang bertugas mengatur komunikasi antar perangkat tersebut. Protokol merupakan sekumpulan aturan yang mendefinisikan beberapa fungsi seperti pembuatan hubungan, pengiriman pesan atau file, serta pemecahan berbagai masalah khusus yang berhubungan dengan komunikasi data agar komunikasi dapat berjalan dan dilakukan dengan benar.

Terdapat 2 standar penting dalam komunikasi data, yaitu OSI (Open

System Interconnection) yang dikembangkan oleh ISO (International Organization for Standardization) dan TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) yang dikembangkan oleh DARPA (Defense Advanced Reseacrh Project Agency). Standar TCP/IP merupakan standar yang digunakan

saat ini [11].

Ada beberapa protokol yang menjadi penunjang jaringan Video Call, antara lain:

2.9.1 Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)

Pada TCP/IP tidak ada model protokol yang resmi sebagaimana yang ada dalam OSI. Pada saat ini, TCP/IP memiliki keunggulan sehubungan dengan


(32)

kompatibilitasnya pada berbagai perangkat keras dan sistem operasi. Sekumpulan protokol TCP/IP dimodelkan dalam empat lapis/ layer, keempat layer itu bisa dilihat pada tabel 2.1 [11].

Tabel 2.1 Lapisan TCP/IP

2.9.2 Lapisan Aplikasi (Application Layer)

Fungsi utama lapisan ini adalah untuk mendefinisikan aplikasi-aplikasi yang dijalankan pada jaringan. Terdapat banyak protokol pada lapisan ini, sesuai dengan banyaknya aplikasi TCP/IP yang dijalankan. Beberapa contoh aplikasi yang telah dikenal misalnya HTTP (Hypertext Transfer Protocol) untuk web, SMTP (Simple Mail Transfer Protocol) untuk pengiriman e-mail, FTP (File

Transfer Protocol) untuk transfer file, dan lain-lain [12].

2.9.3 Lapisan Transport (Transport Layer)

Pada layer ini menyediakan layanan transfer data dari asal sampai ke tujuan. Lapisan ini meliputi mekanisme keandalan. Pada lapisan ini terdapat dua protokol yaitu TCP (Transmission Control Protocol) dan UDP (User Datagram Protocol) [11].

TCP merupakan protokol yang berorientasi sambungan

(connection-oriented) yang artinya menjaga reliabilitas hubungan komunikasi end – to – end.

Konsep dasar cara kerja TCP adalah mengirim dan menerima segmen– segmen informasi dengan panjang data bervariasi pada suatu datagram internet. TCP

Application Layer Transport Layer

Internet Layer Network Access Layer


(33)

membangun koneksi yang kuat antara host pengirim dan host penerima. TCP menjamin realibilitas hubungan komunikasi karena melakukan perbaikan terhadap data yang rusak, hilang atau kesalahan kirim [13].

Dalam UDP pesan akan dikirimkan dalam bentuk datagram. UDP merupakan protokol connectionless. Pada UDP tidak ada mekanisme untuk pemeriksaan data, sehingga UDP disebut juga sebagai unreliable protocol atau protokol yang tidak andal. Koneksi yang andal selalu memberikan keterangan apabila paket yang dikirimkan mengalami kegagalan, sedangkan koneksi yang tidak andal tidak akan mengirimkan keterangan meskipun pengiriman data gagal. UDP lebih tepat digunakan untuk pengiriman data-data kecil dengan jumlah yang banyak. Aplikasi-aplikasi yang bersifat real-time seringkali menggunakan UDP sebagai protokolnya.

2.9.4 Lapisan Internet (Internet Layer)

Pada protocol TCP/IP, setiap komputer diidentifikasi dengan alamat IP. Tiap-tiap komputer memiliki alamat IP yang unik, masing-masing berbeda satu sama lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kesalahan alamat pada transfer data. Tugas internet layer adalah untuk mengirimkan paket-paket IP ke tempat tujuan yang seharusnya [11].

Untuk komunikasi datanya, Internet Protokol mengimplementasikan dua fungsi dasar yaitu addressing dan routing. Addressing digunakan untuk melengkapi setiap datagram dengan alamat internet dari tujuan. Alamat pada protokol inilah yang dikenal sebagai IP Address. Routing digunakan untuk menentukan ke mana datagram akan dikirim agar mencapai tujuan. Fungsi ini merupakan fungsi terpenting dari internet protokol [12].


(34)

2.9.5 Lapisan Akses Jaringan (Network Access Layer)

Lapisan ini bertanggung jawab untuk mengirimkan dan menerima data dari dan ke media fisik. Lapisan ini biasanya memberikan servis untuk deteksi dan koreksi kesalahan dari data yang ditransmisikan [12].

2.9.6 Real-time Transport Protocol (RTP)

RTP merupakan standar utama untuk keperluan transport audio dan video dalam jaringan IP. RTP (Real Time Transport Protocol) adalah sebuah protokol yang dapat memperlihatkan masalah waktu dan merupakan standar internet untuk melakukan pengiriman data secara Real-Time yang meliputi audio dan video yang bergantung pada protokol transport. Aplikasi tipikal yang menjalankan RTP berada diatas protokol UDP. RTP tidak menyediakan mekanisme apapun untuk memastikan pengiriman yang tepat waktu. RTP menggunakan protokol kendali yang disebut RTCP (Real-Time Trasnport Control Protocol) yang mengendalikan QoS dan sinkronisasi media stream yang berbeda. RTP berhasil diimplementasikan untuk aplikasi-aplikasi multimedia real-time seperti

videophone, webcasting, video broadcast dan lain-lain [7]. Letak protokol RTP

pada TCP/IP ditunjukkan oleh gambar 2.7


(35)

Quality of Service (QoS) merupakan metode pengukuran tentang seberapa

baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari suatu layanan. QoS digunakan untuk mengukur sekumpulan atribut jaringan.

QoS didesain untuk membatu user menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa user mendapatkan kinerja yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan. QoS mengacu pada kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu melalui teknologi yang berbeda-beda [14].

Ketika paket dikirimkan dari asal ke tujuan banyak hal yang bisa terjadi, yang mengakibatkan berbagai masalah dan disebut sebagai parameter-parameter QoS. Parameter-parameter tersebut, yaitu waktu tunda (delay), variasi waktu tunda (jitter), paket hilang (packet loss), dan throughput. Berikut akan dijelaskan parameter-parameter tersebut.

2.10.1 Delay

Delay merupakan akumulasi berbagai waktu tunda pada jaringan internet. Delay adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Delay mempengaruhi kualitas layanan (QoS) karena waktu tunda menyebabkan suatu paket lebih lama mencapai tujuan. ITU-T G.1010 merekomendasikan Delay tidak lebih besar dari 150 ms untuk berbagai aplikasi, dengan batasan 400 ms untuk komunikasi multimedia yang masih dapat diterima.

����� = ��������


(36)

Keterangan:

Duration = total waktu pengiriman paket Total packet = total paket yang dikirim

Total waktu tunda merupakan penjumlahan dari waktu tunda pemrosesan, waktu tunda paketisasi, waktu tunda antrian, waktu tunda propagasi, dan waktu tunda akibat jitter buffer di sisi penerima. Waktu tunda merupakan salah satu permasalahan yang harus diperhitungkan karena kualitas suara dan gambar menjadi baik sangat tergantung dari delay yang terjadi. ITU G.1010 membagi karakteristik waktu tunda berdasarkan tingkat kenyamanan user, seperti pada Tabel 2.2 [15].

Tabel 2.2 Pengelompokan Waktu Tunda

Waktu Tunda Kualitas

0 – 150 ms Baik

150 – 300 ms Cukup, masih dapat diterima

> 300 ms Buruk

Ada beberapa komponen waktu tunda yang terjadi di jaringan. Berikut ini penjelasan mengenai beberapa jenis waktu tunda yang dapat mempengaruhi kualitas layanan telepon internet:

1. Processing delay

Waktu tunda yang terjadi akibat proses coding, compression,

decompression, dan decoding.

2. Packetization delay

Waktu tunda ini terjadi akibat proses paketisasi sinyal suara menjadi paket-paket yang siap ditransmisikan ke dalam jaringan.


(37)

3. Queueing delay

Waktu tunda yang disebabkan oleh antrian paket data akibat terjadinya kongesti jaringan.

4. Propagation delay

Waktu tunda ini disebabkan oleh medium fisik jaringan dan jarak yang harus dilalui oleh sinyal suara pada media transmisi data antara pengirim dan penerima.

5. Serialization delay

Waktu tunda ini terjadi karena adanya waktu yang dibutuhkan untuk pentransmisisan paket IP dari sisi pengirim.

6. Jitter Buffer

Waktu tunda ini disebabkan oleh adanya buffer untuk mengatasi jitter. 2.10.2 Throughput

Throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran

waktu tertentu. Throughput lebih menggambarkan bandwidth yang sebenarnya (aktual) pada suatu waktu tertentu yang digunakan untuk mendownload suatu file dengan ukuran tertentu. Throughput merupakan jumlah bit yang berhasil dikirim pada suatu jaringan. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai throughput adalah [15]:

�ℎ����ℎ��� =����� ℎ������� �������

����� ���������� ����� …………... (2.2) Beberapa faktor yang menentukan nilai throughput adalah :

1. Piranti jaringan

2. Tipe data yang ditransfer 3. Topologi jaringan


(38)

4. Banyaknya pengguna jaringan 5. Spesifikasi komputer client/user 6. Spesifikasi komputer server 7. Induksi listrik dan cuaca

2.10.3 Packet Loss

Packet Loss merupakan penyebab utama dalam pelemahan audio dan

video streaming, VoIP, dan Conference Call. Packet Loss dapat disebabkan oleh pembuangan paket di jaringan (Network Loss) atau pembuangan paket di gateway atau terminal sampai kedatangan terakhir (Late Loss). Network Loss secara normal disebabkan oleh kemacetan, perubahan rute secara seketika, kegagalan link dan

lossy link seperti saluran nirkabel. Selain itu packet loss dapat disebabkan oleh

penurunan sinyal dalam media jaringan. Kemacetan atau kongesti dalam jaringan merupakan penyebab utama dari packet loss. Tabel 2.3 memperlihatkan standar tingkat paket hilang pada jaringan [15].

Tabel 2.3 Standar Tingkat Paket Hilang Tingkat Paket Hilang Kualitas

0 – 5 % Baik

5 – 10 % Cukup

> 10 % Buruk

Rumus yang digunakan untuk menghitung packet loss adalah:

����������=������ �������� −������ ��������


(39)

2.10.4 Jitter

Jitter merupakan perbedaan selang waktu kedatangan antar paket di

terminal tujuan. Jitter dapat disebabkan oleh terjadinya kongesti, kurangnya kapasitas jaringan, variasi ukuran paket, serta ketidakurutan paket.

Untuk meminimalisasi atau mengatasi jitter dalam jaringan maka paket data yang datang dikumpukan dulu dalam jitter buffer selama waktu yang telah ditentukan sampai paket dapat diterima pada sisi penerima dengan urutan yang benar. Namun adanya buffer tersebut akan memepengaruhi waktu tunda total sistem akibat adanya tambahan proses untuk mengompensasi jitter. Tabel 2.4 menjelaskan mengenai standar nilai jitter yang mempengaruhi kualitas layanan

video call [15].

Tabel 2.4 Standar Jitter

Jitter Kualitas

0 – 20 ms Baik

20 – 50 ms Cukup

>50 ms Buruk

Semakin besar nilai jitter maka akan semakin menurunkan performansi dari jaringan, karena itu nilai jitter harus seminimum mungkin. Rumus yang digunakan untuk menghitung jitter adalah:

���� − ���������� = �����������

��������������� ����� ……….. (2.4)

Dengan adanya teknologi video call yang menyebabkan setiap orang dapat berkomunikasi dan seperti bertatap muka langsung. Saat ini pemanfaatan video


(40)

call tidak hanya untuk kepentingan pribadi saja. Berbagai hal dapat didukung oleh video call sebagai sarana komunikasi real-time yang sangat membantu [2].

1. Bisnis : Dengan adanya Video Call, individu-individu di tempat yang jauh yang akan mengadakan rapat dapat dilakukan dengan menggunakan video

conference, semacam video call tetapi dalam skala lebih besar.

2. Kesehatan dan obat-obatan : Dengan adanya Video Call, penanganan medis secara jarak jauh pun dapat dilakukan. Ini biasa dilakukan di daerah terpencil yang sarana pengobatannya tidak begitu baik, sehingga dibutuhkan yang lebih canggih dan professional untuk kasus tertentu. Dengan melakukan komunikasi dan tatap muka, pasien dapat dilihat secara langsung mengenai gejala penyakitnya.

3. Pendidikan : Dengan adanya teknologi Video Call, antar siswa ataupun guru dapat saling berdiskusi, bereksperimen dan bereksplorasi baik dalam maupun luar negeri tanpa adanya batasan tempat dan waktu.


(41)

BAB III

INSTALASI DAN PENGUJIAN

3.1 Umum

Pada bab ini akan dibahas mengenai kualitas layanan (Quality of Service, Qos). Parameter QoS yang akan dibahas dalam tugas akhir ini hanya pada parameter yang utama dalam QoS yaitu delay, jitter, throughput, dan packet loss. Untuk mendapatkan keempat parameter itu dibutuhkan sebuah software yang dapat menghitung keempat parameter tersebut. Wireshark merupakan software yang paling tepat untuk menghitung keempat parameter tersebut.

3.2 Spesifikasi Sistem

Spesifikasi sistem terbagi atas dua yaitu spesifikasi perangkat keras dan spesifikasi perangkat lunak. Adapun spesifikasi tersebut akan dibahas pada sub bab berikut ini.

3.2.1 Spesifikasi Perangkat keras a. Komputer Server LCT

Spesifikasi sitem perangkat keras pada computer server pada LCT yaitu: Jenis : Dekstop PC

Prosesor : Pentium intel dual core 3 Ghz Memori : 2 GB DDR II


(42)

b. Komputer User A

Spesifikasi sitem perangkat keras pada computer user a yaitu: Jenis : LAPTOP

Tipe : ASUS A43S

Prosesor : 2.2 GHz Intel Core i3-2330M Memori : 2 GB

Hard disk : 500 GB

Camera : Webcam 2.0 MP

Audio : Realtek High Definition c. Komputer User B

Spesifikasi sitem perangkat keras pada computer user b yaitu: Jenis : LAPTOP

Tipe : Compaq Presario CQ42 Prosesor : Intel Core i5 2.27 GHz Memori : 4GB

Hardisk : 512 GB

Camera : Webcam 2.0 MP Audio : Realtek High Definition d. Perangkat Flexy Packet Radio

Spesifikasi sitem perangkat keras pada computer server pada LCT yaitu: 2 buah antenna microwave 12 inchi

2 buah HUB A-2200


(43)

Dari spesifikasi di atas dapat digambarkan skema yang terjalin antar perangkatnya. Ini dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Perangkat FlexiPacket Radio Keterangan gambar :

• A = antenna microwave 12 inchi • B = HUB A-2200

C = komputer server D = komputer user

Dari gambar 3.1 di atas dapat dilihat bagaimana hubungan antara komputer user a(D1) dapat berhubungan dengan komputer user b (D2), dan komputer (C) sebagai server yang berfungsi mengatur besar bandwidth yang akan dilewatkan pada FlexiPacket Radio.

3.2.2 Spesifikasi Perangkat Lunak a. Sistem Operasi

Sistem operasi yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah system operasi windows xp pada sisi server dan windows 7 pada sisi client.


(44)

b. Wireshark

Wireshark merupakan salah satu network analysis tool atau disebut Network Packet Analyzer. Wireshark dapat digunakan untuk troubleshooting

jaringan, analisis jaringan, pengembangan software dan protocol. Wireshark akan mencoba “menangkap” paket-paket jaringan dan berusaha untuk menampilkan semua informasi di paket tersebut sedetail mungkin.

Dulunya, tool-tool semacam ini sangatlah mahal harganya, dan biasanya dengan embel-embel hak cipta. Namun dengan adanya WireShark, semua menjadi dimudahkan. Oleh karenanya tidak sedikit yang mengatakan bahwa WireShark adalah salah satu tool gratis terbaik untuk menganalisa paket jaringan [17].

c. Ekiga

Ekiga dikenal juga dengan GnomeMeeting merupakan free software atau open source untuk melakukan aplikasi VoIP dan Video Conferencing.

Kekurangan ekiga hanya dapat melakukan peer-to-peer audio dan video

conference, membutuhkan koneksi internet ke server agar dapat berjalan.

Kelebihan ekiga dapat berjalan pada sistem operasi windows dan LinuxGnome.

Ekiga mendukung protokol SIP dan H.323 sehingga dapat beroperasi baik dengan


(45)

3.3 Langkah-Langkah Pengukuran Menggunakan Wireshark: Berikut ini merupakan langkah-langkah pengambilan data dengan menggunakan perangkat lunak wireshark adalah sebagai berikut :

1. Buka aplikasi wireshark. Tampilan wireshark seperti Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Tampilan Wireshark

2. Pilih device capture interfaces yang digunakan. Tampilan menu capture

interface seperti Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Menu Capture Interface

3. Jalankan aplikasi video call pada kedua computer user. Kemudian tunggu hingga paket UDP ter-capture oleh Wireshark. Proses capture paket oleh


(46)

Gambar 3.5 Proses Capture Paket Menggunakan Wireshark 4. Klik tab Telephony, kemudian pilih RTP, selanjutnya klik Show All

Streams. Hasil pengukuran menampilkan jumlah rata-rata jitter dan data

yang hilang (packet lost) seperti Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Pengukuran rata-rata Jitter dan Packet Lost 5. Klik tab Statistics, kemudian pilih Summary. Hasil pengukuran

menampilkan delay dan throughput dari data yang di tangkap seperti Gambar 3.7


(47)

Gambar 3.7 Pengukuran Delay dan Throughput 3.4 Spesifikasi Video

Pada Tugas Akhir ini, pengujian dilakukan sebanyak empat kali dengan menggunakan 2 jenis codec dan 2 jenis resolusi yaitu :

1. H.263 352x288 2. H.263 704x576 3. H.264 352x288 4. H.264 704x576

Pemilihan jenis codec dan resolusi video ini karena kualitasnya yang lumayan bagus disamping itu jenis codec dan resolusi ini juga tidak membutuhkan kapasitas yang terlalu besar.


(48)

3.5 Uji Coba Video Call dengan Menggunakan Ekiga

Video Call dijalankan dengan memanfaatkan teknologi jaringan LAN

yang diakses melalui flexi packet radio. Uji coba video Call dan pengukuran dilakukan di Laboratorium Telkom I Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

Untuk menghubungkan komputer dengan koneksi LAN dari Flexi Packet

Radio maka digunakan kabel UTP dengan karakteristik CAT 5. Setelah terhubung

untuk memastikannya maka lakukan terlebih dahulu ping untuk mengetahui telah terhubung atau tidaknya dengan computer server. Jika sudah terhubung software

Ekiga dijalankan. Berikut ini akan dijelaskan tahapan menjalankan software Ekiga.

a. Buka aplikasi Ekiga.

b. Lalu pilih menu “edit” kemudian pilih “preferences”.

c. Kemudian pilih devices untuk memilih resolusi dan pilih codecs untuk memilih jenis codec yang akan digunakan.

d. Kemudian masukkan alamat IP yang dituju.

e. Lalu klik gambar telepon untuk memulai panggilan.

Pengukuran dilakukan dengan cara meng-capture transmisi paket-paket

video Call dari komputer server ke komputer client/user menggunakan software WireShark. Diagram alur kerja (flowchart) dalam analisa kualitas layanan video call ditunjukkan pada Gambar 3.8.


(49)

Input Video

Codec H.263 dan H.264 Resolusi 352x288 dan

704x576

Output Video Codec H.263 dan H.264

Resolusi 352x288 dan 704x576

Gambar 3.8 Flowchart Pengujian dan Pengukuran

Start

Pemanggilan Video Call dijalankan bersamaan dengan menggunakan

LCT

Pengaturan Bandwidth 128Kbps, 256Kbps, 512Kbps, dan 1024 Kbps

Menjalankan wireshark untuk pengambilan data

Pengamatan Parameter QoS


(50)

NSN Flexi packet radio

H.263

NSN Flexi packet radio

H.263

3.5.1 Pengujian Video Call Menggunakan Codec H.263

Proses pengujian video call dengan jenis Codec H.263 dilakukan dengan memvariasikan resolusi dan bandwidthnya. Maka pengujian yang pertama menggunakan resolusi 352 x 288 dengan variasi bandwidth 128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps, dan 1024 Kbps. Proses selanjutnya menggunakan resolusi 704 x 576 dengan variasi bandwidth yang sama.

User User

Gambar 3.9 Uji Coba video call dengan mengunakan Codec H.263 3.5.2 Pengujian Video Call Menggunakan Codec H.264

Proses pengujian video call dengan jenis Codec H.264 dilakukan dengan memvariasikan resolusi dan bandwidthnya. Maka pengujian yang pertama menggunakan resolusi 352 x 288 dengan variasi bandwidth 128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps, dan 1024 Kbps. Proses selanjutnya menggunakan resolusi 704 x 576 dengan variasi bandwidth yang sama.

User User


(51)

BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1 Umum

Dalam hal komunikasi data, kualitas layanan dikatakan maksimal apabila setiap paket data yang dikirim sama persis dengan setiap paket data yang diterima dengan nilai waktu tunda seminimal mungkin. Bagi pengguna, kualitas maksimal merupakan tingkat kepuasan dalam menggunakan suatu layanan.

Pada bab ini diperlihatkan kualitas layanan Video Call ketika dijalankan dengan menggunakan layanan NSN Flexi Packet Radio. Data yang di tampilkan merupakan hasil dari pengukuran dengan menggunakan software wireshark.

Adapun parameter – parameter QoS (Quality of Service) yang diukur dengan mengunakan software wireshark adalah jitter, packet loss, delay dan

troughput. Pengukuran parameter-parameter ini dilakukan ketika jaringan

menjalankan Video Call dengan beban 1 (satu) server dan 2 (dua) user.

Berikut ini merupakan langkah-langkah pengukuran data dengan menggunakan perangkat lunak wireshark adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan untuk mencari nilai delay :

Delay mempengaruhi QoS karena waktu tunda menyebabkan suatu paket lebih lama mencapai tujuan. Dari persamaan (2.1) didapatkan pengukuran delay sebagai berikut:

�����= 61,039

2485


(52)

Gambar 4.1 Hasil Capture pada perangkat lunak Wireshark 2. Perhitungan untuk mencari nilai throughput :

Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang

diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Dari persamaan (2.2) didapatkan pengukuran throughput sebagai berikut:

�ℎ����ℎ���= 1356208

61,039

Throughput = 22218,712 bps = 178 Kbit/sec 3. Perhitungan untuk mencari packet loss :

Packet loss merupakan suatu parameter yang menunjukkan jumlah total paket

yang hilang, dapat terjadi karena collision atau tabrakan antar paket dan

congestion atau penuhnya trafik data pada jaringan. Dari persamaan (2.3)

didapatkan pengukuran packet loss sebagai berikut:

����������=9844−7507

9844 � 100%


(53)

Gambar 4.2 Hasil Capture pada perangkat lunak Wireshark 4. Perhitungan untuk mencari nilai rata-rata jitter :

Jitter, atau variasi kedatangan paket, diakibatkan oleh variasi – variasi dalam

panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dan dalam waktu penghimpunan ulang paket – paket di akhir perjalanan. Dari persamaan (2.4) didapatkan pengukuran jitter sebagai berikut:

���� − ���������� =25298,5

7507

Rata – rata jitter = 3,37 ms

4.2 Pengukuran dan Analisa Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 pada Resolusi 352 x 288 dan Resolusi 704 x 576

Hasil dari pengukuran kualitas layanan video call menggunakan codec H.263 pada resolusi 352 x 288 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 352 x 288 menggunakan codec H.263 Bandwidth

(Kbps) Delay (s)

Throughput (Kbit/sec)

Packet Loss (%)

Jitter

(ms) Keterangan

128 0,02456 178 23,7 3,73 Buruk

256 0,01438 239 19,9 3,15 Buruk

512 0,01228 303 6,6 0,89 Cukup


(54)

Pada Tabel 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa untuk resolusi 352 x 288,

bandwidth yang tepat untuk codec H.263 adalah 1024 Kbps. Suara dan video yang

dikirim juga sudah baik selain itu dapat dilihat pula packet loss sebesar 0.00 % . Hasil dari pengukuran kualitas layanan video call menggunakan codec H.263 pada resolusi 704 x 576 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 704 x 576 menggunakan codec H.263 Bandwidth

(Kbps) Delay (s)

Throughput (Kbit/sec)

Packet Loss (%)

Jitter

(ms) Keterangan

128 0,03269 186 27,5 4,59 Buruk

256 0,02456 244 23,7 3,73 Buruk

512 0,01480 339 7,6 2,15 Cukup

1024 0,01401 491 0 1,93 Baik

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada bandwidth 1024 Kbps adalah

bandwidth yang tepat untuk resolusi 704 x 576, suara dan video yang dikirim juga

sudah baik selain itu dapat dilihat pula packet loss adalah 0.00 % .

4.2.1 Pengukuran dan Analisa Delay

Pada uji coba pengukuran delay akan dilakukan Video Call antar kedua

client. Paket yang lewat akan ditangkap di client dengan menggunakan parangkat

lunak wireshark. Berdasarkan ITU-T G1010 nilai delay untuk kualitas layanan

Video Call yang baik adalah lebih kecil dari 150 ms. Hasil pengukuran parameter delay dapat dilihat Gambar 4.3.


(55)

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Delay Pada Resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Dari grafik dari Gambar 4.3 di atas dapat diamati hubungan delay dan

bandwidth berbanding terbalik. Semakin tinggi bandwidth yang diberikan maka

nilai delay semakin rendah. Jika kita anggap bandwidth itu sebagai jalur data, maka delay terjadi akibat jalur data yang kecil sehingga terjadi waktu tunda ketika data tersebut ditransmisikan. Pada bandwidth 512 Kbps dan 1024 Kbps untuk kedua resolusi keadaan delay sudah stabil, yang artinya bandwidth yang digunakan sudah memadai. Jika bandwidth dinaikkan maka pengurangan nilai

delay hanya sedikit.

4.2.2 Pengukuran dan Analisa Throughput

Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Hasil pengukuran parameter throughput yang ditangkap oleh

wireshark dapat dilihat Gambar 4.4. 0

0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035

128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Delay

352 x 288 704 x 576


(56)

Gambar 4.4 Hasil pengukuran Throughput pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4 dapat dilihat hubungan throughput terhadap bandwidth yang berbanding lurus. Semakin tinggi bandwidth yang diberikan dalam jaringan maka semakin tinggi pula nilai throughput. Pada

bandwidth 1024 Kbps terjadi kenaikan yang cukup besar.

Besarnya nilai throughput tergantung oleh besarnya ukuran file dan jumlah paket yang dikirim perdetik, semakin besar ukuran data dan jumlah paket yang dikirim perdetik, maka nilai throughput juga semakin besar. Semakin besar

bandwidth yang diberikan maka paket yang dapat dikirim perdetik juga akan

semakin besar, yang artinya throughput juga akan semakin besar pula. 4.2.3 Pengukuran dan Analisa Packet Loss

Packet loss menentukan besarnya paket yang hilang pada saat video call

berlangsung dari source address ke destination address dan sebaliknya. Hasil pengukuran parameter packet loss yang ditangkap oleh wireshark ditunjukkan pada Gambar 4.5.

0 100 200 300 400 500 600

128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Throughput

352 x 288 704 x 576


(57)

Gambar 4.5 Hasil pengukuran Packet Loss pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi

bandwidth maka packet loss akan semakin kecil. Pada bandwidth 1024 Kbps

untuk kedua resolusi keadaan packet loss sudah 0 % yang artinya pada bandwidth ini sudah memadai untuk melakukan panggilan. Untuk resolusi 352 x 288 nilai

paket loss saat sistem melakukan video call berkisar 0,00 % sampai 23,7 %,

sedangkan pada resolusi 704 x 576 nilai packet loss berkisar dari 0,00 % sampai 27,5 % dimana besar packet loss yang masih diperbolehkan adalah lebih kecil dari 10%. Yang artinya pada bandwidth 128 Kbps dan 256 Kbps tidak diperkenankan karena melewati batas toleransi.

Dari Gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa packet loss yang paling besar terletak pada bandwidth 128 Kbps. Hal ini dikarenakan bandwidth yang diberikan yang terlalu kecil, sehingga pengiriman informasi menjadi terganggu. Tingkat packet loss yang besar dapat mengurangi nilai throughput. Tingkat packet

loss yang besar pada pangilan video call mengakibatkan ada bagian tertentu dari 0

5 10 15 20 25 30

128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Packet Loss (%)

352 x 288 704 x 576


(58)

video atau suara yang terputus. Jika bagian yang terputus cukup banyak, maka informasi yang sampai juga berkurang.

4.2.4 Pengukuran dan Analisa Jitter

Jitter merupakan variasi waktu kedatangan tiap paket. Jitter diakibatkan oleh lintasan tempuh yang berbeda-beda antar paket, variasi-variasi dalam panjang antrian, dan waktu pengolahan data. ITU-T G.1010 merekomendasikan

jitter yang baik adalah kurang dari 30 ms.

Pada saat uji coba, jitter yang diukur merupakan jitter rata-rata (average) yang tertangkap oleh wireshark. Hasil pengukuran parameter jitter ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Hasil pengukuran jitter pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa penurunan jitter mengikuti besarnya

bandwidth yang diujikan. Nilai jitter terkecil terletak pada bandwidth 1024 Kbps

sebesar 0,61 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 1,93 ms untuk resolusi 704 x 576. Penurunan paling besar terletak pada bandwidth 512 Kbps yaitu sebesar 2,26 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 1,57 ms untuk resolusi 704 x 576.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Jitter

352 x 288 704 x 576


(59)

Besar nilai jitter dari pengamatan pada resolusi 352 x 288 bernilai 0,61 – 3,7 ms, sedangkan untuk resolusi 704 x 576 bernilai 1,93 – 4,59. Hasil dari percobaan ini menyatakan nilai jitter masih memenuhi standar untuk Quality of

Service.

4.3 Pengukuran dan Analisa Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.264 pada Resolusi 352 x 288 dan Resolusi 704 x 576

Hasil dari pengukuran kualitas layanan video call menggunakan codec H.264 pada resolusi 352 x 288 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 352 x 288 menggunakan codec H.264 Bandwidth

(Kbps) Delay (s)

Throughput (Kbit/sec)

Packet Loss (%)

Jitter

(ms) Keterangan

128 0,02437 114 23,7 3,73 Buruk

256 0,01347 199 10,4 0,81 Buruk

512 0,01238 345 0 0,76 Baik

1024 0,00963 487 0 0,49 Baik

Pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa untuk resolusi 352 x 288,

bandwidth yang tepat untuk codec H.264 adalah 512 Kbps. Suara dan video yang

dikirim juga sudah baik selain itu dapat dilihat pula packet loss sebesar 0.00 %. .Hasil dari pengukuran kualitas video call menggunakan codec H.264 pada resolusi 704 x 576 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 704 x 576 menggunakan codec H.264 Bandwidth

(Kbps) Delay (s)

Throughput (Kbit/sec)

Packet Loss (%)

Jitter

(ms) Keterangan

128 0,03170 121 23,3 6,71 Buruk


(60)

512 0,01285 371 6,0 3,77 Cukup

1024 0,01116 554 0 1,96 Baik

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada bandwidth 1024 Kbps adalah

bandwidth yang tepat untuk resolusi 704 x 576, suara dan video yang dikirim juga

sudah baik selain itu dapat dilihat pula packet loss adalah 0.00 % . 4.3.1 Pengukuran dan Analisa Delay

Pada uji coba pengukuran delay akan dilakukan Video Call antar kedua

client. Paket yang lewat akan ditangkap di client dengan menggunakan parangkat

lunak wireshark. Berdasarkan ITU-T G1010 nilai delay untuk kualitas layanan

Video Call yang baik adalah lebih kecil dari 150 ms. Hasil pengukuran parameter delay dapat dilihat Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Hasil Pengukuran Delay Pada Resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Dari grafik dari Gambar 4.7 di atas dapat diamati hubungan delay dan

bandwidth berbanding terbalik. Semakin tinggi bandwidth yang diberikan maka

nilai delay semakin rendah. Jika kita anggap bandwidth itu sebagai jalur data, maka delay terjadi akibat jalur data yang kecil sehingga terjadi waktu tunda ketika

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035

128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Delay

352 x 288 704 x 576


(61)

data tersebut ditransmisikan. Pada bandwidth 512 Kbps dan 1024 Kbps untuk kedua resolusi keadaan delay sudah stabil, yang artinya bandwidth yang digunakan sudah memadai. Jika bandwidth dinaikkan maka pengurangan nilai

delay hanya sedikit.

4.3.2 Pengukuran dan Analisa Throughput

Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Hasil pengukuran parameter throughput yang ditangkap oleh

wireshark dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Hasil pengukuran Throughput pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Berdasarkan grafik pada Gambar 4.8 dapat dilihat hubungan throughput terhadap bandwidth yang berbanding lurus. Semakin tinggi bandwidth yang diberikan dalam jaringan maka semakin tinggi pula nilai throughput. Pada

bandwidth 1024 Kbps terjadi kenaikan yang cukup besar.

Besarnya nilai throughput tergantung oleh besarnya ukuran file dan jumlah paket yang dikirim perdetik, semakin besar ukuran data dan jumlah paket yang

0 100 200 300 400 500 600

128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Throughput

352 x 288 704 x 576


(62)

dikirim perdetik, maka nilai throughput juga semakin besar. Semakin besar

bandwidth yang diberikan maka paket yang dapat dikirim perdetik juga akan

semakin besar, yang artinya throughput juga akan semakin besar pula. 4.3.3 Pengukuran dan Analisa Packet Loss

Packet loss menentukan besarnya paket yang hilang pada saat video call

berlangsung dari source address ke destination address dan sebaliknya. Hasil pengukuran parameter packet loss yang ditangkap oleh wireshark ditunjukkan pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Hasil pengukuran Packet Loss pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Berdasarkan Gambar 4.9 dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi

bandwidth maka packet loss akan semakin kecil. Pada bandwidth 512 Kbps untuk

resolusi 352 x 288 keadaan packet loss sudah 0 % yang artinya pada bandwidth ini sudah memadai untuk melakukan panggilan. Sedangkan untuk resolusi 704 x 576 nilai packet loss 0% pada bandwidth 1024 Kbps yang artinya untuk resolusi ini panggilan sebaiknya dilakukan pada bandwidth 1024 Kbps. Untuk resolusi 352 x 288 nilai paket loss saat sistem melakukan video call berkisar 0,00 % sampai

0 5 10 15 20 25

128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Packet Loss (%)

352 x 288


(63)

23,7 %, sedangkan pada resolusi 704 x 576 nilai packet loss berkisar dari 0,00 % sampai 23,3 % dimana besar packet loss yang masih diperbolehkan adalah lebih kecil dari 10%. Yang artinya pada bandwidth 128 Kbps dan 256 Kbps tidak diperkenankan karena melewati batas toleransi.

Dari Gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa packet loss yang paling besar terletak pada bandwidth 128 Kbps. Hal ini dikarenakan bandwidth yang diberikan yang terlalu kecil, sehingga pengiriman informasi menjadi terganggu. Tingkat packet loss yang besar dapat mengurangi nilai throughput. Tingkat packet

loss yang besar pada pangilan video call mengakibatkan ada bagian tertentu dari

video atau suara yang terputus. Jika bagian yang terputus cukup banyak, maka informasi yang sampai juga berkurang.

4.3.4 Jitter

Jitter merupakan variasi waktu kedatangan tiap paket. Jitter diakibatkan oleh lintasan tempuh yang berbeda-beda antar paket, variasi-variasi dalam panjang antrian, dan waktu pengolahan data. ITU-T G.1010 merekomendasikan

jitter yang baik adalah kurang dari 30 ms.

Pada saat uji coba, jitter yang diukur merupakan jitter rata-rata (average) yang tertangkap oleh wireshark. Hasil pengukuran parameter jitter ditunjukkan pada Gambar 4.10.


(64)

Gambar 4.10 Hasil pengukuran jitter pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Pada Gambar 4.10 terlihat bahwa penurunan jitter mengikuti besarnya

bandwidth yang diujikan. Nilai jitter terkecil terletak pada bandwidth 1024 Kbps

sebesar 0,49 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 1,96 untuk resolusi 704 x 576. Penurunan paling besar terletak pada bandwidth 512 Kbps yaitu sebesar 2,92 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 2,11 ms untuk resolusi 704 x 576.

Besar nilai jitter dari pengamatan pada resolusi 352 x 288 bernilai 0,49 – 3,73 ms, sedangkan untuk resolusi 704 x 576 bernilai 1,96 – 6,71 ms. Hasil dari percobaan ini menyatakan nilai jitter masih memenuhi standar untuk Quality of

Service. 0 1 2 3 4 5 6 7 8

128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Jitter

352 x 288 704 x 576


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada implementasi aplikasi Video

Call mengunakan perangkat NSN FlexiPacket Radio dengan variasi bandwidth

128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps, 1024 Kbps maka diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan acuan:

1. Pengujian video call untuk codec H.263 pada resolusi 352 x 288 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps dengan acuan dari ITU-T.

2. Pengujian video call untuk codec H.264 pada resolusi 352 x 288 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 512 Kbps dengan acuan dari ITU-T.

3. Pengujian video call untuk codec H.263 pada resolusi 704 x 576 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps dengan acuan dari ITU-T.

4. Pengujian video call untuk codec H.264 pada resolusi 704 x 576 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps dengan acuan dari ITU-T.

5.2 Saran


(66)

1. Untuk selanjutnya akan lebih baik jika hasil parameter yang ditampilkan pada software wireshark dibandingkan dengan perhitungan manual.

2. Untuk selanjutnya pengujian video call dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari dua user.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

1. Konferensi Video, http://id.wikipedia.org/wiki/konferensi_video, Februari 2014.

2. Aristian, Tiar. 11 Juli 2010. Teknologi Video Call.

http://itoftiar.blogspot.com/2010/07/teknologi-video-call.html, Februari 2014

3. Telepon Video, http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_video, Februari 2014.

4. Handojo, Andreas dan justinus andjarwirawan. 2009. Aplikasi video

conference dengan kemampuan beroperasi pada IPV4 dan IPV6. Jurusan

teknik informatika universitas Kristen petra. Hal 2-3.

5. Screen Resolution, http://android_magz.com/2013/09.html, Maret 2014. 6. Agung. 26 April 2013. Video Over IP - Video Conference.

http://agungborn91.wordpress.com/2013/04/26/video-over-ip-video-conference, Januari 2014.

7. Ardiansyah. 2010. Implementasi dan analisa perbandingan QoS pada

PPTP dan L2TP/IPSEC Remote Access VPN untuk layanan secured mobile IP based Video Thelephony. Jurusan teknik komputer. Hal 11-15.

8. Nanang. April 2010. H.264 / MPEG-4 / AVC

http://anangss.blogspot.com/2010/04/h264-mpeg-4-avc.html.

9. Herryawan, kusti. 2009. Modul pelatihan teknisi jardiknas dan sim keuangan, “video conference”. Hal 6-9, 10.

10.Fadilah, Rijal, S.Si. Metode Transmisi Lanjutan. Komunikasi Data & Jaringan Komputer. STMIK Balik Papan. Teknik Informatika. Hal 1.


(68)

LAMPIRAN

1. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.263 untuk resolusi 352x288

a. Bandwidth 128 Kbps


(69)

c. Bandwidth 512 Kbps

d. Bandwidth 1024 Kbps

2. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.263 untuk resolusi 352x288


(70)

b. Bandwidth 256 Kbps

c. Bandwidth 512 Kbps


(71)

3. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.263 untuk resolusi 704x576

a. Bandwidth 128 Kbps

b. Bandwidth 256 Kbps


(72)

d. Bandwidth 1024 Kbps

4. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.263 untuk resolusi 704x576


(73)

b. Bandwidth 256 Kbps

c. Bandwidth 512 Kbps


(74)

5. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.264 untuk resolusi 352x288

a. Bandwidth 128 Kbps

b. Bandwidth 256 Kbps


(75)

d. Bandwidth 1024 Kbps

6. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.264 untuk resolusi 352x288


(76)

b. Bandwidth 256 Kbps

c. Bandwidth 512 Kbps


(77)

7. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.264 untuk resolusi 704x576

a. Bandwidth 128 Kbps

b. Bandwidth 256 Kbps


(78)

d. Bandwidth 1024 Kbps

8. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.264 untuk resolusi 704x576

a. Bandwidth 128 Kbps


(79)

c. Bandwidth 512 Kbps


(1)

5. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.264 untuk resolusi 352x288

a. Bandwidth 128 Kbps

b. Bandwidth 256 Kbps


(2)

d. Bandwidth 1024 Kbps

6. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.264 untuk resolusi 352x288


(3)

b. Bandwidth 256 Kbps

c. Bandwidth 512 Kbps


(4)

7. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.264 untuk resolusi 704x576

a. Bandwidth 128 Kbps

b. Bandwidth 256 Kbps


(5)

d. Bandwidth 1024 Kbps

8. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.264 untuk resolusi 704x576

a. Bandwidth 128 Kbps


(6)

c. Bandwidth 512 Kbps


Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Kualitas Layanan Video Streaming Dengan Codec H.265 dan Codec H.264 Pada Jaringan WLAN

19 60 78

Analisis perbandingan kualitas video call pada VOIP dengan menggunakan codec video H.261, H.263, dan H.264.

2 11 97

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 13

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 1

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 5

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 21

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 1

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 12

Analisis Perbandingan Kualitas Layanan Video Streaming Dengan Codec H.265 dan Codec H.264 Pada Jaringan WLAN

0 0 13

Analisis perbandingan kualitas video call pada VOIP dengan menggunakan codec video H.261, H.263, dan H.264 - USD Repository

0 0 95