Pengukuran dan Analisa Packet Loss Jitter

48 dikirim perdetik, maka nilai throughput juga semakin besar. Semakin besar bandwidth yang diberikan maka paket yang dapat dikirim perdetik juga akan semakin besar, yang artinya throughput juga akan semakin besar pula.

4.3.3 Pengukuran dan Analisa Packet Loss

Packet loss menentukan besarnya paket yang hilang pada saat video call berlangsung dari source address ke destination address dan sebaliknya. Hasil pengukuran parameter packet loss yang ditangkap oleh wireshark ditunjukkan pada Gambar 4.9. Gambar 4.9 Hasil pengukuran Packet Loss pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Berdasarkan Gambar 4.9 dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi bandwidth maka packet loss akan semakin kecil. Pada bandwidth 512 Kbps untuk resolusi 352 x 288 keadaan packet loss sudah 0 yang artinya pada bandwidth ini sudah memadai untuk melakukan panggilan. Sedangkan untuk resolusi 704 x 576 nilai packet loss 0 pada bandwidth 1024 Kbps yang artinya untuk resolusi ini panggilan sebaiknya dilakukan pada bandwidth 1024 Kbps. Untuk resolusi 352 x 288 nilai paket loss saat sistem melakukan video call berkisar 0,00 sampai 5 10 15 20 25 128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps Packet Loss 352 x 288 704 x 576 Universitas Sumatera Utara 49 23,7 , sedangkan pada resolusi 704 x 576 nilai packet loss berkisar dari 0,00 sampai 23,3 dimana besar packet loss yang masih diperbolehkan adalah lebih kecil dari 10. Yang artinya pada bandwidth 128 Kbps dan 256 Kbps tidak diperkenankan karena melewati batas toleransi. Dari Gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa packet loss yang paling besar terletak pada bandwidth 128 Kbps. Hal ini dikarenakan bandwidth yang diberikan yang terlalu kecil, sehingga pengiriman informasi menjadi terganggu. Tingkat packet loss yang besar dapat mengurangi nilai throughput. Tingkat packet loss yang besar pada pangilan video call mengakibatkan ada bagian tertentu dari video atau suara yang terputus. Jika bagian yang terputus cukup banyak, maka informasi yang sampai juga berkurang.

4.3.4 Jitter

Jitter merupakan variasi waktu kedatangan tiap paket. Jitter diakibatkan oleh lintasan tempuh yang berbeda-beda antar paket, variasi-variasi dalam panjang antrian, dan waktu pengolahan data. ITU-T G.1010 merekomendasikan jitter yang baik adalah kurang dari 30 ms. Pada saat uji coba, jitter yang diukur merupakan jitter rata-rata average yang tertangkap oleh wireshark. Hasil pengukuran parameter jitter ditunjukkan pada Gambar 4.10. Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 4.10 Hasil pengukuran jitter pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Pada Gambar 4.10 terlihat bahwa penurunan jitter mengikuti besarnya bandwidth yang diujikan. Nilai jitter terkecil terletak pada bandwidth 1024 Kbps sebesar 0,49 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 1,96 untuk resolusi 704 x 576. Penurunan paling besar terletak pada bandwidth 512 Kbps yaitu sebesar 2,92 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 2,11 ms untuk resolusi 704 x 576. Besar nilai jitter dari pengamatan pada resolusi 352 x 288 bernilai 0,49 – 3,73 ms, sedangkan untuk resolusi 704 x 576 bernilai 1,96 – 6,71 ms. Hasil dari percobaan ini menyatakan nilai jitter masih memenuhi standar untuk Quality of Service. 1 2 3 4 5 6 7 8 128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps Jitter 352 x 288 704 x 576 Universitas Sumatera Utara 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada implementasi aplikasi Video Call mengunakan perangkat NSN FlexiPacket Radio dengan variasi bandwidth 128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps, 1024 Kbps maka diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan acuan: 1. Pengujian video call untuk codec H.263 pada resolusi 352 x 288 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps dengan acuan dari ITU-T. 2. Pengujian video call untuk codec H.264 pada resolusi 352 x 288 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 512 Kbps dengan acuan dari ITU-T. 3. Pengujian video call untuk codec H.263 pada resolusi 704 x 576 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps dengan acuan dari ITU-T. 4. Pengujian video call untuk codec H.264 pada resolusi 704 x 576 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps dengan acuan dari ITU-T.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan pada tugas akhir ini adalah : Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Kualitas Layanan Video Streaming Dengan Codec H.265 dan Codec H.264 Pada Jaringan WLAN

19 60 78

Analisis perbandingan kualitas video call pada VOIP dengan menggunakan codec video H.261, H.263, dan H.264.

2 11 97

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 13

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 1

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 5

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 21

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 1

Analisis Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.263 Dan H.264 Terhadap Lebar Pita Jaringan Yang Tersedia (Aplikasi Pada Laboratorium Sistem Komunikasi Radio FT-USU)

0 0 12

Analisis Perbandingan Kualitas Layanan Video Streaming Dengan Codec H.265 dan Codec H.264 Pada Jaringan WLAN

0 0 13

Analisis perbandingan kualitas video call pada VOIP dengan menggunakan codec video H.261, H.263, dan H.264 - USD Repository

0 0 95