dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.
Pengujian statistik terhadap koefisien relasi baik sederhana maupun ganda digunakan untuk menjawab hipotesis mengenai ada tidaknya
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Adapun rosedur pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Menentukan rumusan hipotesis H
dan H
1
H : r = 0 berati tidak ada hubungan signifikan antara X dan Y
H : r
≠ 0 berarti ada hubungan signiikan antara X dan Y
2. Menghitung nilai uji statistik
Nilai uji statistik regresi sederhana adalah t, sedangkan nilai uji statistik untuk regresi beganda adalah F. Nilai t diperoleh dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.
Demikian juga halnya dengan nilai F diperoleh melalui perbandingan nilai hitung dengan tabel pada taraf nyata.
3. Menentukan kriteria pengambilan keputusan
H diterima H
1
ditolak apabila t atau F hitung t atau F tabel H
ditolak H
1
diterima apabila t atau F hitung ≥ t atau tabel
Taraf kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 0.05.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 3 peternakan penggemukan sapi potong skala besar yang berada di wilayah Sumatera yaitu Peternakan Sapi
Bali di siantar, peternakan sapi Aceh di BPTU Indrapuri Aceh dan sapi Brahman Cross di Langkat. Jumlah masing-masing sapi yang ditimbang dan
diukur statistik vitalnya panjang badan dan lingkar dada adalah sebanyak 100 ekor sapi Bali, 100 ekor sapi Aceh dan 100 ekor sapi Brahman Cross.
Lokasi Balai Pembibitan Ternak Unggul BPTU Sapi Aceh Indrapuri berupa perbukitan dan lembah yang agak landau, di bagian tengah
dengan ketinggian dari permukaan laut antara 30 – 80 m. iklim rata-rata panasmdengan suhu 27,5
C dan tingkat kelembaban 81,8. BPTU Sapi Aceh Indrapuri terletak di Blang Lam Lhui, Desa Reukih Dayah,
Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh besar. Ternak sapi Aceh yang terdapat pada BPTU Sapi Aceh berjumlah 513 ekor dengan luas lahan
adalah 430 Ha bptu-hptindrapuri.com. Sapi Aceh memiliki ciri-ciri w arna
dominan merah bata dan pada daerah pundak, berpunuk, tanduk mengarah ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan
agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm Salim, B. 1990. Sapi Bali memiliki karakteristik ukuran badan berukuran sedang dan
bentuk badan memanjang, kepala agak pendek dengan dahi datar, badan padat dengan dada yang dalam, tidak berpunuk dan seolah tidak
bergelambir
,
kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau, pada
Universitas Sumatera Utara
punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis garis belut memanjang dari gumba hingga pangkal ekor, cermin hidung, kuku dan bulu
ujung ekornya berwarna hitam
,
tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian
dalam http:andiwawan-tonra.blogspot.com201002mengenal-sapi-
bali.html .
Sapi Brahman Cross memiliki karakteristik warna yang bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda
dan abu tua. Sapi jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher, bahu, dan paha bagian bawah. Sapi Brahman
dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas tanpa gangguan selera makan dan produksi susu. Sedangkan pada sapi Aceh memiliki ciri-ciri w
arna dominan merah bata dan pada daerah pundak, berpunuk, tanduk mengarah
ke atas dan lebih besar, kuping dan daun telinga tidak jatuh, tidak besar dan agak runcing dan tinggi gumba rata-rata 110 cm Salim, 1990.
Penimbangan bobot badan dan pengukuran statistic vital yaitu panjang badan dan lingkar dada dilakukan pada sapi dengan rataan umur 2
tahun dengan tujuan untuk memperoleh keseragaman data pengukuran sehingga variasi data yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh umur ternak.
Sapi yang telah mencapai umur 2 tahun umumnya memiliki pertambahan bobot badan yang konstan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Taylor 1995,
yang menyatakan bahwa berdasarkan kurva sigmoid pertumbuhan ternak, pertumbuhan yang konstan pada ternak dimulai pada ssat ternak berumur 22
bulan atau kurang lebih 1 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Penimbangan bobot badandilakukan dengan cara sapi dinaikkan ke atas bantalan timbangan dengan posisi kaki sejajar satu sama lain. Sapi
diusahakan tidak banyak bergerak saat dilakukan pencatatan bobot badan. Penimbangan dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan, hal ini
dilakukan agar ternak dalam kondisi bobot badan kosong empty day weight karena ternak telah dipuasakan pada sore hari. Menurut Fry 2008,
menyatakan bahwa ternak sebaiknya dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan pengukuran dengan tujuan agar kondisi ternak tersebut mencapai
bobot badan kosong. Pendugaan Bobot Badan berdasarkan Rumus Schrool, Winter dan Smith
Hasil pendugaan bobit badan sapi Bali berdasarkan rumus Schrool, Winter dan Smith dapat dilihat pada data berikut ini.
Tabel 1. Rataan Bobot Badan Sapi Brahman Cross, Sapi Aceh dan Sapi Bali berdasarkan Bobot Badan Timbang dan Rumus Schrool, Winter,
Smith dan Regresi
Jenis Sapi Rumus
Pendugaan Bobot Badan
Timbang BBTkg
Bobot Badan Rumus BBRkg
BBT – BBR kg
Sapi Brahman Cross Schrool
422.59 ± 17.92 421.95 ± 18.89
-0.64 0.15
Winter 422.59 ± 17.92
569.88 ± 43.04 147.29
34.70 Smith
422.59 ± 17.92 405.68 ± 18.53
-16.91 4.00
Regresi 422.59 ± 17.92
422.69 ± 17.97 0.10
0.023 Sapi Aceh
Schrool 209 ± 23.5
281.88 ± 21.74 73.36
35.76 Winter
209 ± 23.5 208.38 ± 23.45
-0.14 0.03
Smith 209 ± 23.5
268.62 ± 21.22 60.10
29.34 Regresi
209 ± 23.5 208.52 ± 23.5
-0.48 0.229
Sapi Bali Schrool
207.33 ± 25.35 277.92 ± 27.30
70.59 34.80
Winter 207.33 ± 25.35
204.62 ± 26.51 -2.71
1.37 Smith
207.33 ± 25.35 267.95 ± 20.22
60.62 30.05
Regresi 207.33 ± 25.35
207.33 ± 25.35
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata pendugaan bobot badan pada sapi Brahman cross, sapi Aceh dan sapi Bali hasilnya yang paling mendekati adalah dengan
menggunakan rumus persamaan regresi yaitu rata-rata bobot badan sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Rumus Schrool, Smith
dan inter terdapat selisih yang cukup besar terhadap rata-rata bobot badan sebenarnya. Perbedaan bobot badan sebenarnyatertimbang dengan
pendugaan bobot badan dengan rumus disebabkan karena rumus tersebut digunakan untuk bangsa sapi Eropa dan tidak cocok untuk sapi-sapi lokal,
serta pada pendugaan bobot badan dengan persamaan regresi baik koefisien korelasi maupun koefisien determinasi memiliki nilai hampir mendekati
nilai 1 yang menunjukkan hubungan signifikan antar variabel, baik lingkar dada, panjang badan dan bobot badan ternak Mansyur, 2010.
Pendugaan bobot badan sapi Brahman Cross dengan menggunakan rumus Shrool diperoleh bobot badan sebesar
421.95 ± 18.89 kg, menggunakan rumus Winter diperoleh bobot badan sebesar 569.88 ± 43.04
kg dan dengan rumus Smith diperoleh bobot badan sebesar 405.68 ± 18.53 kg, sedangkan bobot badan sapi Brahman Cross berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 422.59 ± 17.92 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus pendugaan bobot badan
antara lain Schrool yaitu –0.64 kg dengan persentase penyimpangan 0.15, Winter yaitu 147.29 kg dengan persentase penyimpangan 34.7 dan Smith
yaitu 16.91 kg dengan persentase penyimpangan 4. Dari hasil data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai penyimpangan yang
paling rendah diperoleh pada rumus Schrool yaitu – 0.64 kg dengan
Universitas Sumatera Utara
persentase penyimpangan 0.15 . Rendahnya nilai penyimpangan pada rumus Schrool terjadi karena rumus Schrool biasa digunakan pada sapi
potong yang berasal dari luar yang memiliki konformasi tubuh yang berbeda dengan sapi potong lokal pada umumnya, dimana rumus Schrool biasa
digunakan pada sapi berukuran badan besar 350 kg. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williamson dan Payne 1978, yang menyatakan bahwa
menyatakan bahwa pendugaan berat badan sapi menggunakan rumus Schoorl biasa dilakukan pada sapi yang berukuran besar yaitu seperti sapi Frisien
Holstein FH atau Brahman Cross. Pendugaan bobot badan sapi Aceh dengan menggunakan rumus Schrool
diperoleh bobot badan sebesar
281.88 ± 21.74 kg, dengan rumus Winter diperoleh bobot badan sebesar
208.38 ± 23.45 kg, sedangkan bobot badan sapi Aceh berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 209 ± 23.5 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan penggunaan rumus pendugaan bobot badan antara lain Schrool yaitu 73.36
kg dengan persentase penyimpangan 35.76, dengan rumus Winter yaitu - 0.14 dengan persentase penyimpangan 0.03 dan rumus Smith yaitu 60.10
kg dengan persentase penyimpangan 29.34.
Sedangkan pada pendugaan bobot badan sapi Bali dengan menggunakan rumus Schrool diperoleh bobot
badan sebesar
277.92 ± 27.30 kg, dengan rumus Winter diperoleh bobot badan sebesar 204.62 ± 26.51 kg dan
rumus Smith diperoleh bobot badan sebesar 267.95 ± 20.22 kg, sedangkan bobot badan sapi Bali berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 207.33 ± 25.35 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan penggunaan rumus pendugaan
Universitas Sumatera Utara
bobot badan antara lain Schrool 70.59 kg dengan persentase penyimpangan 34.80, dengan rumus Winter yaitu -2.71 kg dengan persentase
penyimpangan 1.37 dan dengan rumus Smith yaitu 60.62 kg dengan persentase penyimpangan 30.05.
Dari data hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai penyimpangan yang paling rendah pada pendugaan bobot badan sapi Aceh
terdapat pada rumus Winter yaitu -0.14 dengan persentase penyimpangan 0.03. Sama halnya dengan data hasil penelitian terhadap sapi Bali
diketahui bahwa nilai penyimpangan yang paling rendah terdapat pada rumus Winter yaitu -2.71 kg dengan persentase penyimpangan 1.37. Data
penyimpangan tersebut menunjukkan bahwa persamaan regresi linier dengan menggunakan lebih dari satu parameter ukuran tubuh memberikan
nilai koefisien determinasi lebih tinggi atau dengan kata lain memberikan hasil penyimpangan yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai
persamaan regresi linier sederhana, yaitu pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus regresi yang menggunakan beberapa parameter tubuh
antara lain panjang badan dan lingkar untuk bobot badan sapi 200 – 350 kg memiliki penyimpangan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan bobot
badan sapi 300 – 656 kg. Nilai penyimpangan bobot badan sapi akan semakin besar apabila menggunakan rumus linier sederhana yaitu hanya
menggunakan satu parameter tubuh saja, yaitu dapat dilihat pada hasil rumus Schrool dan Smith yang hanya menggunakan nilai lingkar dada,
sehingga penyimpangan bobot badan sapi Aceh dan Bali dalam penelitian mencapai 30 - 75. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwiyanto
Universitas Sumatera Utara
1982, yang menyatakan bahwa menggunakan parameter tubuh ternak antara lain lingkar dada dan panjang badan untuk menduga bobot badan
ternak, krena panjang badan dan lingkar dada adalah komponen tubuh ternak yang berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai
penyimpangan yang semakin kecil. Dari data penelitian diketahui bahwa nilai penyimpangan pendugaan
bobot badan sapi Aceh dan sapi Bali dari hasil rumus Winter yaitu 0.03 untuk sapi Aceh dan 1.37 untuk sapi Bali lebih kecil dibandingkan hasil
rumus Schrool, yaitu sebesar 35.76 pada sapi Aceh dan 34.80 pada sapi Bali. Sedangkan hasil dari persamaan pendugaan Smith memberikan nilai
29.34 pada sapi Aceh dan 30.05 pada sapi bali. Hal ini menunjukkan bahwa hasil koefisien regresi linier yang diperoleh dari persamaan
pendugaan bobot badan oleh Winter lebih mendekati pada nilai bobot badan ternak dengan menggunakan timbangan, karena rata-rata penyimpangan
yang diperoleh dalam pendugaan bobot badan tersebut mencapai 5 – 10. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williamson dan Payne 1978, yang
menyatakan bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya berkisar antara 5 sampai 10 dari bobot sebenarnya.
Pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Schrool, Winter dan Smith dalam penelitian memberikan hasil bahwa untuk menduga
bobot badan sapi lokal seperti sapi Aceh dan sapi Bali dapat menggunakan rumus Winter, karena nilai penyimpangan yang dihasilkan dari regresi lebih
kecil dibandingkan rumus Schrool dan Smith. Hal ini disebabkan karena pada rumus Winter menggunakan parameter panjang badan dan lingkar
Universitas Sumatera Utara
dada. Menurut Dwiyanto 1982, komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Demikian
halnya menurut Williamson dan Payne 1986 bahwa pemakaian ukuran lingkar dada, panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan
seekor ternak dengan tepat. Tingginya nilai penyimpangan pada rumus Schrool dan Smith dapat
disebabkan karena rumus Schrool dan Smith diperoleh dengan penelitian terhadap hubungan bobot badan ternak dengan ukuran statistik vital yang
dilakukan pada kondisi lingkungan dan bangsa sapi yang berbeda dengan kondisi penelitian. Variasi berat alat pencernaan merupakan sumber utama
penyimpangan dalam pengukuran bobot badan ternak. Penggunaan rumus- rumus pendugaan bobot badan ini akan lebih efektif apabila pengukuran
lingkar dada dan panjang badan dilakukan dengan benar dan tepat. Rumus regresi linier berganda akan memberikan hasil yang terbaik apabila
digunakan untuk menduga bobot badan sapi hasil persilangan ternak lokal dan ternak luar dengan manajemen pemeliharaan ternak yang intensif.
Analisis, Korelasi dan Regresi Linier Berganda pada Lingkar Dada, Panjang
Badan dan Bobot Badan Sapi
1. Sapi Brahman Crosss