PENGARUH PDRB, PENGELUARAN PEMERINTAH, DAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (Studi Pada 33 Provinsi di Indonesia Periode 2010-2014)

(1)

(Studi Pada 33 Provinsi di Indonesia Periode 2010-2014)

THE INFLUENCE OF GDP, GOVERNMENT EXPENDITURE, AND THE NUMBER OF POOR ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX

(Studies on 33 Provinces in Indonesia Period 2010-2014)

Oleh

FITRIA RESQY ANANDA 20120430152

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

THE NUMBER OF POOR ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX (Studies on 33 Provinces in Indonesia Period 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

FITRIA RESQY ANANDA 20120430152

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

Dengan ini saya,

Nama : Fitria Resqy Ananda Nomor Mahasiswa : 20120430152

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “Pengaruh PDRB, Belanja Daerah, dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap IPM (Studi Studi pada 33 Provinsi di Indonesia Periode 2010-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 03 Mei 2016


(4)

merupakan cara Tuhan mengajari kita tentang arti kesungguhan” (Laskar Pelangi)

“jadikanlah sabar dan sholat itu sebagai penolong mu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(QS. Al-Baqarah: 153)

“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk

kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. At Talaq: 11)


(5)

Skripsi ini ku persembahkan teruntuk….. Mama dan Bapak tercinta,

Terima Kasih untuk semua kasih sayang, perhatian tulus, ridha dan do’a tak terhingga

yang selalu mengiringi langkahKu untuk meraih pencapaian hidupKu sampai saat ini.

Kakak PerempuanKu satu-satunya, Rory Astriani Ananda Yang selalu berusaha menjadi Kakak terbaik untukKu, Keponakanku Nazaha Farzana Adenoray

SahabatKu…..

Kikin Nur Atikah, Alifurriza Qurnia Septia, Siti Muhafilah kalian salah satu dari sahabat terbaik,tulus

yang selalu memberikan arahan dalam menyelesaikan tugas akhirKu ini. Semua sahabat (kelas D IE beserta geng cantik) dan

Teman-teman seperjuanganKu (Faza, Rina, Arni, Intan)

And The Last name Wawan Firman Syah sahabat lekat 5 tahun ini…

Orang Tua keduaKu, Bapak Amir dan Ibu Yulli,

yang memberikan perhatian dan kasih sayang tulus disini, Terima Kasih untuk semuanya..

Papuk Tuan Jamilah, Papuk Jami’ah dan Keluarga Besarku, Ini Ku persembahkan untuk Semuanya..

Untuk kuda liar ku dengan nomer plat DR 2498 KU bernama beaty, Yang selalu menemani aku mengukur jalan di Jogja…

Tanpa kamu aku nggak bias kemana-mana Almamaterku,…


(6)

Provinsi di Indonesia Periode 2010-2014)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si yang telah memberikan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

2. Bapak Agus Tri Basuki, S.E., M.Si yang telah memberikan masukan serta bimbingan elam proses penyelesaian karya tulis ini.

3. Mama Baiq Rohaniah dan Bapak Zohri serta kakakku Rory Astriani Ananda yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.

4. Keluarga besar dan sahabat-sahabatku serta semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan, semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.

Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, krtik saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 29 April 2016


(7)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Pembangunan Manusia ... 11

2. Pengertian Pembangunan Manusia ... 11

3. Indeks Pembangunan Manusia ... 16

4. Komponen-Komponen Indeks Pembangunan Manusia ... 17

4.1 Indeks Harapan Hidup... 17

4.2 Indeks Pendidikan ... 18

4.3 Indeks Hidup Layak ... 19

5. Konsep Pembangunan Manusia ... 20

6. Pertumbuhan Ekonomi ... 21


(8)

C. Penelitian Terdahulu ... 30

D. Kerangka Pikir ... 35

E. Penurunan Hipotesa ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Objek/Subjek Penelitian ... 37

B. Jenis Data ... 37

C. Teknik Pengumpulan Data ... 38

D. Definisi Operasional Variabel ... 38

E. Alat Analisis ... 40

F. Analisis Data ... 40

1. Uji Asumsi Klasik ... 40

a. Uji Multikolinearitas ... 40

b. Uji Heteroskedastisitas ... 41

2. Model Penelitian ... 42

3. Pengujian Statistik Analisis Regresi ... 48

a. Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 48

b. Uji F ... 48

c. Uji Parsial (t-statistik) ... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM VARIABEL ... 50

A. Kondisi Geografis Indonesia ... 50

B. Demografi ... 52

C. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 53

1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia .... 53

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 55

3. Belanja Daerah ... 57

4. Jumlah Penduduk Miskin ... 59

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 62


(9)

2. Uji Multikolinearitas ... 63

B. Analisis Model ... 63

1. Uji Chow ... 64

2. Uji Hausman ... 64

C. Hasil Regresi ... 65

D. Hasil Estimasi Data Panel ... 67

E. Uji Statistik ... 74

1. Koefisien Determinasi ... 74

2. Uji F ... 74

3. Uji T ... 75

F. Pembahasan ... 76

BAB VI PENUTUP ... 82

A. Simpulan ... 82

B. Saran ... 83

C. Keterbatasan Penelitian ... 84 DAFTAR PUSTAKA


(10)

Tabel 2.1 Keterkaitan Millenium Development Goals dengan Pembangunan .... 21

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 30

Tabel 4.1 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia ... 53

Tabel 4.2 PDRB Per Kapita Menurut Provinsi di Indonesia Atas Dasar Harga 2010 (Rbu Rupiah) ... 55

Tabel 4.3 Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi di Indonesia Menurut Jenis Belanja (Milliyar Rupiah) 2010-2014 ... 57

Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi (2010-2014) Ribu Jiwa ... 59

Tabel 5.1 Uji Park ... 62

Tabel 5.2 Uji Korelasi ... 63

Tabel 5.3 Uji Chow ... 64

Tabel 5.4 Uji Hausman ... 65

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect ... 66

Tabel 5.6 Hasil Estimasi Model Random Effect ... 67


(11)

Gambar 1.1 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia ... 7 Gambar 2.1 Alur Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan

Pembangunan... 24 Gambar 2.2 Skema Penarikan Hipotesis ... 36 Gambar 4.1Peta Negara Indonesia ... 50


(12)

(13)

viii ABSTRACT

One of the most important indicators that describe the success of economic development is improving the quality of human resources or commonly called the human development. This study aims to analyze the influence of gross regional domestic product, government expenditure, and the number of poor to the human development index in 33 provinces in Indonesia. This research uses secondary data which obtained from the Central Bureau of Statistic with the observation period from 2010 to 2014. Analysis tool used in this study is the pooled regression with a random effects model.

The results showed the gross regional domestic product per capita and government expenditure affect positively and significantly to the human development index in Indonesia. The number of poor affect negatively and significantly to the human development index in Indonesia.

Keyword: Human Development Index, Gross Regional Domestic Product, Government Expenditure, The Number of Poor.


(14)

vii INTISARI

Salah satu indikator terpenting yang menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia atau dikenal dengan pembangunan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produk domestik regional bruto, belanja daerah, dan penduduk miskin terhadap indeks pembangunan manusia pada 33 Provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data skunder dari Badan Pusat Statistik dengan periode pengamatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi data panel dengan model efek acak (Random Effect Model).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB per kapita dan belanja daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan di Indonesia. Selanjutnya jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia.

Kata kunci: Indeks Pembangunan Manusia, Produk Domestik Regional Bruto, Belanja Daerah, Jumlah Penduduk Miskin.


(15)

1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Proses pembangunan tersebut meliputi perubahan diberbagai aspek, baik itu aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

Komponen dasar atau nilai keberhasilan pembangunan ekonomi antara lain kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) dan kebebasan (freedom), yang merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap masyarakat (Todaro, 2000). Kecukupan dalam hal ini mencerminkan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, papan, sandang, kesehatan dan keamanan yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk menjalankan kehidupannya. Dalam pelaksanaan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-negara berkembang, karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara.

Pembangunan ekonomi dimaknai sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan, menanggulangi ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja. Salah satu indikator terpenting yang menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia atau dikenal dengan pembangunan manusia.


(16)

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpatisipasi di segala bidang pembangunan (United Nation Development Programme, UNDP).

Untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan manusia, UNDP telah menerbitkan suatu indikator yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk mengukur kesuksesan pembangunan dan kesejahteraan suatu negara. IPM adalah suatu tolak ukur angka kesejahteraan suatu negara atau daerah yang dilihat berdasarkan tiga indikator, yaitu : indikator angka harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan yang terakhir indikator daya beli mengukur standar hidup. Ketiga indikator tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, selain itu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja yang ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah sehingga IPM akan meningkat apabila ketiga unsur tersebut dapat ditingkatkan dan nilai IPM yang tinggi menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. (United Nation Development Programme, UNDP, 1990).

Keberhasilan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau yang sering disebut dengan modal manusia di suatu daerah juga tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang ada, karena kedua hal tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor


(17)

penting dalam proses pertumbuhan ekonomi (teori Cobb-Douglas). Dalam teori Cobb-Douglas mengemukakan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari kualitas human capitalnya. Dengan modal manusia yang berkualiatas kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik. Oleh sebab itu, dalam rangka rangka memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan manusia, termasuk dalam konteks ekonomi daerah. Kebijakan pembangunan yang tidak mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia hanya akan membuat daerah yang bersangkutan tertinggal dari daerah yang lain, termasuk dalam hal kinerja ekonominya.

Mengenai kebijakan dalam perekonomian, pemerintah memiliki berbagai peran. Terdapat tiga peran utama yang harus dapat dilaksanakan dengan baik dalam perekonomian oleh pemerintah, menurut Guritno (2001), yaitu : (1) Peran Stabilisasi, pemerintah lebih berperan sebagai stabilitator untuk menjaga perekonomian berjalan normal. (2) Peran Distribusi, pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar alokasi sumber daya ekonomi dilaksanakan secara efisien agar kekayaan suatu negara dapat terdistribusi dengan baik dalam masyarakat. (3) Peran Alokasi, pada dasarnya sumber daya yang dimiliki suatu negara adalah terbatas. Pemerintah harus menentukan seberapa besar dari sumber daya yang dimiliki akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang individu. Pemerintah harus menentukan dari barang-barang publik yang diperlukan oleh warganya, seberapa besar yang harus disediakan oleh pemerintah,dan seberapa besar yang dapat disediakan oleh rumah tangga perusahaan.


(18)

Seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan pemerintah dalam rangka menjalankan ketiga peran yang ada, maka tentunya diperlukan pula dana yang besar sebagai bentuk pengeluaran segala kegiatan yang berkaitan dengan ketiga peran tersebut. Pengeluaran pemerintah ini merupakan konsekuensi dari berbagai kebijakan yang diambil dan diterapkan melalui ketiga peran tersebut.

Sumber dana pengeluaran pemerintah dalam daerah telah di tetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Hal ini sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 Pasal 1 tentang otonomi daerah. Dengan kebijakan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk menciptakan pendapatan daerahnya serta melakukan alokasi untuk prioritas pembnagunan di daerahnya secara mandiri dan diharapkan dapat lebih memeratakan pembangunan sesuai dengan potensi dan aspirasi lokal untuk mengembangkan wilayah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah dengan APBD merupakan slah satu bentuk campur tangan pemerintah dalam memajukan daerahnya. Maryani (2010) menjelaskan bahwa pemerintah menggunakan APBD untuk membiayai pembangunan di sektor-sektor terkait pembangunan manusia. Lebih spesifiknya pemerintah daerah harus bisa mengalokasikan belanja melalui pengeluaran pembangunan di sektor-sektor pendukung untuk meningkatkan IPM.

Selain dari sisi anggaran, kondisi sosial ekonomi masyarakat juga dapat mempengaruhi IPM yakni apabila jumlah penduduk miskin disuatu daerah tinggi maka akan menurunkan IPM.

Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup serius bagi pembangunan manusia karena masalah kemiskinan merupaka sebuah masalh yang komples yang


(19)

bermula dari ketidak mampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan lain seperti pendidikan dan kesehatan pun terabaikan. Hal tersebut menjadikan gap pembangunan manusia diantara keduanya pun menjadi besar dan pada akhirnya target pencapaian IPM yang ditentukan pemerintah menjadi tidak terealisasikan dengan baik (Mirza, 2012). Dari sudut pandang ekonomi kesemuanya itu akan menghasilkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas, atau dapat dikatakan memiliki tingkat poduktifitas yang rendah. Hal ini pada akhirnya akan berimbas pada terbatasnya upah atau pendapatan yang mereka peroleh. Sehingga dalam perkembangannya hal ini akan berdampak pada tingkat pembangunan manusia.

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak daerah yang memiliki perbedaan alokasi anggaran, potensi, serta keunggulan. Perbedaan dalam pengalokasian anggaran terlihat dalam jumlah anggaran yang diberikan pemerintah untuk tiap daerah tersebut. Ada beberapa sumber dana yang diberikan oleh pemerintah untuk kemajuan tiap daerah. Dana tersebut antara lain dana yang bersumber dari Anggara Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kabupaten/Kota, juga beberapa pinjaman dari luar negeri serta sumber dana pemerintah yang lain.

Indonesia termasuk negara yang memiliki kemajuan dalam hal pembangunan manusianya. Di regional ASEAN Indonesia masuk dalam kelompok medium setara dengan Filipina, Vietnam, Timor Leste, Kamboja dan Laos. Hal tersebut bisa dilihat dari tabel dibawah ini :


(20)

Tabel 1.1

Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Negara-Negara ASEAN, Tahun 2013

No Negara Skor

IPM Peringkat

Perubahan Peringkat IPM

2008-2013

Rata-rata Pertumbuhan

(%) 2000-2013

Kelompok

1 Singapura 0,901 9 14 0,92 Very High

2 Brunai

Darussalam 0,852 30 2 0,27 Very High

3 Malaysia 0,773 62 1 0,58 High

4 Thailand 0,722 89 3 0,83 High

5 Indonesia 0,684 108 4 0,90 Medium

6 Filiphina 0,660 118 -1 0,49 Medium

7 Vietman 0,638 121 2 2 Medium

8 Timor Leste 0,620 128 5 2,25 Medium

9 Kamboja 0,584 136 -1 1,75 Medium

10 Laos 0,569 139 3 1,44 Medium

11 Myanmar 0,524 150 0 1,64 Low

Sumber : UNDP, 2014

Dilihat dari tabel diatas, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2013 sebesar 0,648. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,44 persen bila dibandingkan dengan skor IPM pada tahun 2012 yang sebesar 0,681. Meski mengalami kenaikan, peringkat IPM Indonesia tetap berada di urutan 108 dari 187 negara. Keadaan ini tidak mengalami perubahan sampai dengan tahun 2014. Progres Indonesia dalam soal pembangunan manusia boleh dibilang sedikit lambat. Sepanjang periode 2000-2013 pertumbuhan skor IPM Indonesia rata-rata sebesar 0,9 per tahun. Progres yang lambat juga tercermin dari perubahan peringkat IPM Indonesia sepanjang periode 2008-2013 yang hanya naik empat peringkat. Namun pencapaian IPM Indonesia masih tetap unggual di bandingkan


(21)

dengan Filiphina (118), Vietnam (121). Timor Leste (128), Kamboja (136), Laos (139), dan terakhir Myanmar (150)

Disamping itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sendiri setiap tahunnya mengalami peningkatan secara terus menerus. Hal tersebut dilihat dari gambar berikut :

Gambar 1.1

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Gambar 1.1 menunjukkan perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia pada kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014 menggunakan perhitungan metode dengan metode baru. Pada tahun 2010 nilai indeks pembangunan manusia Indonesia sebesar 66,53. Kemudian pada tahun 2011 naik menjadi 67,09. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2012 tidak terlalu besar yaitu hanya sebesar 67,70 tidak jauh dari tahun

66.53 67.09 67.7 68.31 68.9

30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80

2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Pembangunan Manusia

Indonesia


(22)

sebelumnya. Sampai pada tahun 2014 peningkatan indeks pembangunan manusia mencapai 68,90 dengan rata-rata peningkatan 0.87% setiap tahunnya.

Di balik peningkatan IPM yang terjadi di Indonesia, ada sumbangan dari provinsi-provinsi yang menjadi pendukung, di antaranya : (1) Provinsi dengan IPM tinggi meliputi : DKI Jakarta, DI. Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Bali, Riau. (2) Provinsi dengan IPM sedang meliputi : Sulawesi Utara, Banten, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jambi, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Maluku, Sulawesi Tengah, Lampung, Maluku Utara, Gorontalo, Kalimantan Barat, NTB, NTT, Sulawesi Barat, Papua Barat. Dan yang terakhir dengan IPM terendah adalah Provinsi Papua.

Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia, beberapa faktor yang mempengaruhinya perlu mendapatkan perhatian. Perlu diketahui besarnya peranan yang diberikan oleh pemerintah terhadap faktor tersebut. Peran serta pemerintah yang telah bejalan saat ini yaitu : kebijakan pemberian anggaran dana untuk pendidikan dan kesehatan serta peningkatan kesejahteraan ekonomi melalui pendekatan PDRB riil per kapita. Dengan peran serat pemerintah, maka diharapkan pembangunan manusia di Indonesia dapat berjalan dan berkualitas, sehingga sumber daya manusia dapat semakin meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dilihat sejauh mana pengaruh beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi yang diliha, pengeluaran pemerintah dan kemiskinan dapat mempengaruhi Indeks


(23)

Pembangunan Manusia di 33 Provinsi di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Pengaruh PDRB, Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap IPM Tahun 2010-2014 (Studi Pada 33 Provinsi Di Indonesia)”.

B. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan pembahasan dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan agar tidak menyimpang dari dari sasaran yang dituju. Penelitian ini hanya membahas besarnya pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk Miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimana pengaruh pertumbuhaan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh belanja daerah terhadp Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia?


(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian yang dilakukan adalah

a. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

b. Untuk mengetahui pengaruh belanja daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

c. Untuk mengetahui dan pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan perumusan dan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan terkait dengan masalah indeks pembangunan manusia.

b. Bagi akademis, diharapkan diharapkan penelitian ini dapat menambah literatur dan sebagai pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

c. Bagi publik, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai indeks pembangunan manusia di Indonesia.


(25)

11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia merupakan hal yang mutlak dilakukan guna mencetak sumber daya manusia yang memadai untuk melaksanakan pembangunan. Dengan sumber daya manusia yang baik dan memadai maka pelaksanaan pembangunan akan semakin lancar dalam berbagai sektor. Dibutuhkan kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan kualitas SDM. Pemerintah hendaknya memperhatikan hal tersebut terlebih jika memandang manusia merupakan subjek dan objek pembangunan, sehingga pembangunan manusia yang kemudian menunjang pembangunan diberbagai sektor akan mewujudkan kesejahteraan bagi manusia yang berada dalam wilayah pemerintahan tersebut. Pembangunan manusia merupakan hal yang penting terutama bagi sebagian negara yang sedang berkembang hal ini disebabkan oleh karena banyak banyak negara dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi namun gagal dalam menghadapai kesenjangan sosial dan meningkatnya kemiskinan selain itu pembangunan manusia sebenarnya merupakan investasi tidak langsung terhadap pencapaian tujuan perekonomian nasional.

2. Pengertian Pembangunan Manusia

Definisi Indeks Pembangunan Manusia menurut UNDP (United Nation Development Program) adalah suatu proses untuk memeperluas pilihan-pilihan


(26)

bagi penduduk. Jika mengacu pada pengertian tersebut, maka penduduk menjadi tujuan akhir dari pembangunan, sedangkan upaya pembangunan merupakan sarana (principal means) untuk tujan tersebut. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta diapahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonomi.

Dari definisi yang diberikan oleh UNDP tersebut mencerminkan bahwa manusia dalam suatu wilayah selayaknya memiliki dan diberikan pilihan-pilihan yang luas dan dibutuhkan dukungan dari pemerintah guna memberikan sarana bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dan mengambil keputusan sesuai dengan pilihan yang diambilnya. Paradigma tersebut memunculkan pilihan-pilihan yang lebih luas bagi masyarakat seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial serta kesempatan untuk menjadi lebih kreatif dan produktif sesuai dengan hak-hak manusia yang menjasi paradigma tersebut.

Pemerintah dalam hal ini merupakan fasilitator bagi masyarakat untuk mendapatkan pilihan-pilihan yang lebih luas. Gambaran yang dapat diambil guna melihat seberapa jauh peran pemerintah untuk menjadi fasilitator dari Pembangunan Manusia adalah melalui kebijaksanaan pengeluaran pemerintah yang diambil. Salah satu yang paling menentukan dalam suksesnya Pembangunan Manusia adalah pengeluaran pemerintah disektor pendidikan dan kesehatan, sehingga dua sektor tersebut menjadi menjadi prioritas bagi pemerintah guna mewujudkan Pembanguna Manusia yang pada akhirnya menjadi input dalam prose pembangunan di berbagai sektor.


(27)

Besarnya pengeluaran pemerintah merupakan indikasi dari komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Pengeluaran Rumah Tangga juga merupakan faktor yang menentukan lancarnya Pembangunan Manusia. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggota keluarga, untuk biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar, serta untuk kegiatan lain yang serupa. Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga hubungan anatara kedua veriabel tersebut berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting karena pencipataan lapangan kerja merupakan “jembatan

utama” yang mengaitkan keduanya (UNDP, 1996).

Dalam pembangunan manusia terdapat hal-hal penting yang perlu menjadi perhatian utama (UNDP, 1995), yaitu :

1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. 2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbear pilihan-pilihan bagi

penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan pada hanya aspek ekonomi saja.

3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

4. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu : produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.


(28)

5. Pembangunan manusia menjadi dasar penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu diperhatikan lebih lanjut pilar pokok yang mendukung pembangunan manusia, dijabarkan lebih lanjut UNDP (1995), empat pilar pokok yang mendukung pembangunan manusia tersebut adalah :

1. Produktivitas. Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan. Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

3. Kesinambungan. Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan. Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.


(29)

Pembangunan manusia pada hakikatnya adalah memperluas pilihan bagi masyarakat dengan tujuan akhir mencapai kesejahteraan tiap-tiap anggota masyarakat sehingga pembangunan manusia dalam hal ini juga mencakup berbagai aspek lain yaitu selain aspek ekonomi terdapat pula aspek sosial, politik, budaya serta aspek lainnya untuk menjadikan manusia lebih produktif dalam berkegiatan. Dengan demikian paradigma pembangunan mencakup dua sisi yaitu : berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik.

Aspek pembangunan manusia ini dapat dilihat dari Indek Pembangunan Manusia (IPM).Indek Pembangunan Manusia ini merupakan salah satu alternatif pengukuran pembangunan selain menggunakan Gross Domestik Bruto. Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunujukkan seberapa jauh negara atau wilayah tersebut itu telah mencapai sasaran yang dietentukan yaitu angka harapan hidup, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tampa kecuali), dantingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak.

Tingkat pendidikan dan kesehatan individu penduduk merupakan faktor dominan yang perlu mendapat prioritas utama dalam peningkatan sumber daya manusia.Dengan tingkat pendidikan yang tinggi menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai kelembagaan yang penting dalam upaya meningkatkan kesejahtaeraan penduduk itu sendiri yang semuanya bermuara pada aktivitas perekonomian yang maju.


(30)

3. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah indikator untuk mengukur kualitas (dereajat perkembangan manusia) dari hasil pembangunan ekonomi. Human Development Index diperkenalkan pertama kali oleh UNDP pada tahun 1990. IPM menggunakan ukuran sosial-ekonomi yang lebih komprehensif dari pada GNP dan memungkinkan untuk membandingkan negara dengan cara yang berbeda. Perhitungan IPM sebgai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya :

a) Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih.

b) Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana.

c) Membentuk suatu indek komposita dari pada menggunakan sejumlah indeks dasar.

d) Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi. Dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga komposisi indikator yang disunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan manusia sautu negara, yaitu :

1. Tingkat kesehatan diukur dengan harapan hidup saat lahir (tingkat kematian bayi).

2. Tingkat pendidikan diukur dengan jumlah penduduk yang melek huru atau tingkat pendidikan seorang penduduk.


(31)

3. Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluaran perkapita pertahun. Rumusan umum yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia adalah sebagai berikut :

IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3)………..(1)

Di mana :

X1 = Indeks Harapan Hidup

X2 = Indeks Pendidikan

X3 = Indeks Standart Hidup Layak

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam analisa biasanya indeks ini dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut :

IPM = ∑ =

………..(2)

Di mana :

Ii = Indeks komponen IPM ke i di mana I = 1,2,3 Xi = Nilai indikator komponen IPM ke i

Max Xi = Nilai maksimum Xi Min Xi = Nilai minimum Xi

4. Komponen-Komponen Indeks Pembangunan Manusia 4.1Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan masukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel e0 diharapkan


(32)

akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat. Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel).Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses perhitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpark. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.

4.2Indeks Pendidikan

Perhitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lam sekolah (MYS). Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya menginat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya. Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan proprsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.


(33)

4.3Indeks Hidup Layak

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP menggunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk mengitung IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan dat rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP dengan tahapan sebagai berikut (berdasarkan ketentuan UNDP) : a. Menghitung rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita per tahun untuk 27

komoditi dari SUSENAS Kor yang telah disesuaikan (A).

b. Menghitung nilai pengeluaran riil (B) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran (A) dengan IHK tahun yang bersangkutan.

c. Agar indikator yang diperoleh nantinya dapat menjamin keterbandingan

antar daerah, diperlukan indeks “Kemahalan” wilayah yang biasa disebut

dengan daya beli per unit (PPP/Unit). Metode perhitungannya disesuaikan dengan metode yang dipakai International Comparsion Project (ICP) dalam menstandarkan GNP per kapita suatu negara. Data yang digunakan adalah data kuantum per kapita per tahun dari suatu basket komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari SUSENAS Modul sesuai


(34)

dengan ketetapan UNDP (Tabel 6). Perhitungan PPP/unit dilaksanakan dengan rumus :

PPP/Unit = Ri ∑

………(3)

Di mana :

E (i,j) = Pengeluaran utntuk komoditi j di Provinsi i P (i,j) = Harga komoditi j di Provinsi i

Q (i,j) = Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Provinsi i

5. Konsep Pembangunan Manusia

Beberapa kalimat pembuka dari Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United Development program (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan manusia baik di tingkat global, nasional maupun di tingkat daerah, yaitu pembangunan manusia yang terpusat pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan nasional dan bukan sebagai alat pembangunan.

“People are the real wealth of nation. The basic objective of development is to create an enabling environment for people to enjoy long, healthy, and creative lives. This may appear to be a simple truth. But it is often forgotten in the immediate concern with the accumulation of commodities an financial wealth.”

Berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan


(35)

konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan (UNDP, 2004).

Tabel 2.1

Keterkaitan Millenium Development Goals dengan Pembangunan Indikator Pembangunan Manusia Millenium Development Goals Hidup yang sehat dan usia yang

panjang

Tujuan : menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan menangani penyakit utama.

Pendidikan yang memadai

Tujuan : menuntaskan pendidikan dasar, kesetaraan gender dalam pendidikan, dan memberdayakan wanita.

Standar hidup yang layak Tujuan : menguragi kemiskinan dan kelaparan

Sumber : UNDP (2003)

Tujuan utama dari pembangunan manusia yaitu untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia. Hal tersebut tidak mungkin akan tercapai tanpa adanya kebebasan memilih apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka akan menjalani hidup. Oleh karena itu, manusia harus bebas melakukan apa yang menjadi pilihannya dalam suatu sistem yang berfungsi dengan baik (BPS, Bappenas, UNDP, 2001).

6. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2000), pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar. Terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa,


(36)

ketiganya adalah : akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia. Pertumbuhan penduduk beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah akumulasi kapital dan kemajuan tekhnologi.

Kuznet dalam Susanti (2013) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemapuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya.Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan tekhnologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis Negara yang bersangkutan.

Teori Kasik juga membahas pertumbuhan ekonomi dengan penekanan pada akumulasi modal kapital yang dapat meningkatkan output. Asumsinya bahwa fleksibilitas harga dan upah akan menciptakan kesempatan kerja penuh. Model pertumbuhan klasik didasari oleh dua faktor utama yaitu : pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Adam Smith dalam Yunitasari (2007) mengatakan bahwa penigkatan output atau pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu peningkatan spesialisasi kerja, sistem pembagian kerja, dan penggunaan mesin untuk meningkatkan produktivitas. Apabila ketiga metode tersebut dilakukan, maka peningkatan akumulasi kapital akan terjadi.

B. Hubungan Antar Variabel dengan Indeks Pembangunan Manusia. 1. Pertumbuhan Ekonomi dengan IPM

Menurut Midgley (1995), menjelaskan bahwa pembangunan sosial merupakan pendekatan pembangunan secara eksplisit berusaha


(37)

mengintegrasikan proses pembangunan ekonomi dan sosial. Pembangunan sosial tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pembangunan ekonomi, sedangkan pembangunan ekonomi tidaklah bermakna kecuali diikuti dengan peningkatan kesejahteraan sosial dari populasi sebagai suatu kesatuan. Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi merupakan syarat bagi tercapainya pembangunan manusia karena dengan pembangunan ekonomi terjamin peningkatan produktivitas.

Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi juga akan lebih baik. Menurut Todaro (2000), sumber daya manusia dari suatu bangsa merupakan faktor paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi dari bangsa yang bersangkutan.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia dapat dijelaskan melalui 2 jalur seperti yang digambarkan pada Gambar 1.Jalur pertama adalah melalui kebijakan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini, faktor yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial yang terangkum dalam belanja modal.Besarnya pengeluaran tersebut besarnya pengeluaran tersebut mengindikasikan besarnya peran pemerintah terhadap pembangunan manusia.

Jalur kedua adalah melalui kegiatan pengeluaran rumah tangga. Dalam hal ini, faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggota keluarganya, biaya pelayanan pendidikan dan kesehatan dasar, serta untuk kegiatan lain yang


(38)

serupa. Selain pengeluaran pemerintah dan rumah tangga, hubungan antara kedua variabel itu berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja.Aspek ini sangat penting karena merupakan jembatan yang mengkaitkan antara keduanya (UNDP dalam Soebeno, 2006) dalam Mailendra 2009.

Sumber : Soebeno dalam Mailendra, 2009 Gambar 2.1

Alur Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan

Menurut teori Kuznet salah satu karakteristik pertumbuhan ekonomi modern adalah tingginya pertumbuhan output perkapita (Todaro, 2000).

Pertumbuhan Ekonomi

Distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan

Rasio Pengeluaran

Pemerintah

Pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan

dasar

Rasio tingkat pendidikan,

pelayanan kesehatan, pelayanan air bersih dan sanitasi

Pembangunan manusia Kebijakan dan

Pengeluaran Pemerintah


(39)

Pertumbuhan output yang dimaksudkan adalah PDRB per kapita, tingginya pertumbuhan output menjadikan perubahan pola konsumsi dalam pemenuhan kebutuhan. Artinya semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan semakin tinggi pertumbuhan output perkapita dan merubah pola konsumsi dalam hal ini tingkat daya beli masyarakat akan semakin tinggi. Tingginya daya beli masyarakat akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia karena daya beli masyarakat merupakan salah satu indikator komposit dalam IPM yang disebut dengan indikator pendapatan.

2. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan IPM

Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan fiskal (Sadono Sukirno, 2000), yaitu suatu tidakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu atau mendorong pertumbuhan ekonomi.

Model dalam pengeluaran pemerintah ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase


(40)

investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya (Dumairy,1997).

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan invesatsi swasta sudah semakin besar akan menimbulkan banyak kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak.

Musgrave (1980) berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase terhadap PDB semakin besar dan persentase investasi pemerintah terhadap PDB akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi lanjut, Rostow mengatakan bahwa aktivitas pemerintah dalam pembangunan ekonomi beralih dari penyediaan prasaran ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua, program pendidikan, program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya (Dumairy, 1997).

Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul dari pengamatan atas pengalaman pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara tetapi tidak didasari oleh suatu teori tertentu. Selain tidak jelas apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi terjadi dalam tahap demi tahap atau beberapa tahap dapat terjadi secara simultan (Mangkoesoebroto, 1994) dalam Devianti Patta, 2012)


(41)

Priambodo (2015) manyatakan bahwa pengeluaran pemerintah untuk pembangunan manusia yang diwujudkan melalui peningkatan daya beli akan mendorong kenaikan permintaan produk kebutuhan rumah tangga lokal secara menyeluruh. Meningkatnya permintaan barang produk lokal akan memberikan ransangan yang besar kepada produsen lokal, memperbesar kesempatan kerja, dan menumbuhkan investasi. Kemudian stuktur belanja APBD baik itu dari belanja modal, belanja pegawai, dan belanja daerah direalisasikan untuk pembangunan dan pelayanan publik, dimana dari komponen belanja daerahtersebut terdapat salah satu faktor pembentuk IPM yang tentunya akan meningkatkan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia.

Pengeluaran pemerintah yang berpengaruh terhadap pembangunan manusia juga disebutkan oleh Brata (dalam Ginting, 2008) yang menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah merupakan salah satu determinan pembangunan manusia. Mardiasmo (dalam Christy, 2009) menyatakan bahwa dalam era otonomi daerah pemerintah harus semakin mendekatkan diri pada pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, alokasi pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan memegang peran penting guna meningkatkan pelayanan ini. Sejalan dengan peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia.


(42)

3. Hubungan Jumlah Pnduduk Miskin dengan IPM

Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hal dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup, kebebasan, harga diri dan rasa dihormati seperti orang lain.

Todaro (2000) mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar terciptanya pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.

Menurut Napitupulu (2007) dalam Cholili (2014) indeks pembangunan manusia memuat tiga dimensi penting dalam pembangunan yaitu terkait dengan yaitu terkait dengan aspek pemenuhan akan hidup panjang umur (longevity) dan hidup sehat (healty life), untuk mendapatkan pengetahuan (the knowledge) dan mempunyai akses kepada sumber daya yang bisa memenuhi standar hidup. Artinya, tiga dimensi penting dalam pembangunan manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap kemiskinan. Lanjouw, dkk (2001)


(43)

menyatakan pembangunan manusia di Indonesia indentik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin asset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktivitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan.

Menurut UNDP (1996) hubungan antara tingkat kemiskinan dan pembangunan manusia, yaitu banyaknya penduduk miskin turut mempengaruhi pembangunan manusia. Karena penduduk yang masuk kelompok ini, pada umumnya memiliki keterbatasan faktor produksi, sehingga akses terhadap kegiatan ekonomi mengalami hambatan. Akibatnya produktivitas menjadi rendah, pada gilirannya pendapatan yang diterima pun jauh dari cukup. Dampaknya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan mengalami kesulitan. Apalagi kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan dan lainnya menjadi terhambat. Implikasinya pada wilayah-wilayah yang terdapat banyak penduduk miskin, akan mengalami kesulitan untuk mencapai keberhasilan pada pembangunan manusianya.

Mirza (2012) juga menyatakan kualitas sumber daya manusia yang dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia dapat menjadi penyebab terjadinya penduduk miskin. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerjas berimbas pada rendahnya perolehan pendapatan. Sehingga dapat disimpulkan rendahnya pendapatan


(44)

akan menyebabkan tingginya kemiskinan. Semakin tinggi populasi penduduk miskin akan menekan tingkat pembangunan manusia, sebab penduduk miskin memiliki daya beli yang rendah.

C. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan skripsi ini. Secara lengkap penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu N

O

Penulis (th) dan Judul

Variabel Model Analisis Hasil Penelitian 1 . Charisma Kurista Ginting S.(2008) “Analisis Pembangunan Manusia di

Indonesia”

Indeks

Pembangunan Manusia,

Kosumsi rumah tangga untuk makanan dan bukan makanan, Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan, Rasio penduduk miskin, Krisis Ekonomi

Menggunakan metode panel, dengan model Analasis Random Effect

IPM = x0+x1

PRM+x2PRB

+x3PPD+x4R

PM+x5D+ԑi

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang antara konsumsi rumah tangga untuk makanan dan bukan makanan,pengeluaran pemerintah untuk pendidikan , rasio penduduk miskin dan krisis ekonomi terhadap pembangunan di Indonesia. 2 . Muhammad Bakti Setiawan, Abdul Halim

(2013) “Indeks

Pembangunan Manusia Indonesia

Indeks

Pembangunan Manusia, PDB, PPN, variabel dummy

desentralisasi pemerintah, dummy krisis 1997 dan 2008

Menggunakan estimasi model ECM (Error

Correction Model)

IPM= β0 +

β1PDBt +

β2PPNt + ԑt

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB, PPN dan krisis ekonomi tahu 2008 signifikan mempengaruhi IPM. Sedangkan variabel desentralisasi pemerintahan dan krisis ekonomi tahun 1997 tidak memiliki pengruh yang signifikan terhadap IPM


(45)

3 .

Nur Isa Prawoto

(2011)

“Analisis

Faktor- Faktor yang

Berpengaruh Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia 2002-2009”

Indeks

Pembangunan Manusia,Belanja Daerah, Gini Rasio, Proporsi Pengeluaran non Makanan, Ratio Ketergantungan

metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah

analisis

regresi data panel model efek acak (REM) Log(IPMit) =

β0 + β1

log(BDit) + β2

log(GRit) + β3

log(PNMit) +

β4 log(RKit)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, proporsi pengeluaran non makanan dan rasioketergantungan berpengeruh positif dan signifikan terhadap indeks pembanbangunan manusia. Sedangkan variabel gini rasio memiliki pengaruh negative terhadap indeks pembangunan manusia.

4 .

Denni Sulitio Mirza (2012)

“Pengaruh

Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009

Indeks

Pembangunan Manusia,Kemiski nan,Pertumbuhan ekonomi, dan Belanja Modal

Model regresi data penel (fixed effect model)

IPMit= ai + β1

KMSit + β2

GRWTit + β3

lnBMODit +

uit

Hasil penelitian menujukkan menggunakan regresi panel menunjukkan kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM dan Belanja Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM

5 Devianti Patta (2012) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Selatan

Periode Tahun 2001-2010 IPM, Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan dan Ketimpangan Distribusi

Pendapatan

Menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) Model persamaaan linear berganda (multipleregre ssion)

Y = Ln β0 +

β1X1+ β2X2 +

β3LnX3 +

β4LnX4 +

β5X5 +

Hasil penelitian ini bahwa pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM. Sedangkan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap IPM memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM


(46)

6 Anugrah Priambodo (2015) “Analisis Pengaruh Belanja Pemerintah Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia”

(studi pada kabupaten/kota di pulau Jawa 2007-2013

Indeks

Pembangunan Manusia, Kesejahteraan, Belanja Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Modal, Belanja Pegawai.

Metode yang digunakan data panel FEM

Model FEM pertama : IPMit = β1 +

β2lnBDit +

β3PEit +

Model FEM kedua :

IPMit = β1 +

β2lnBMit +

β3lnBPit +

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel terkait yaitu : belanja daerah, belanja pegawai, belanja modal dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Charisma Ginting (2008) meneliti tentang “Analisis Pembangunan

Manusia di Indonesia” di 26 provinsi pada periode 1996, 1999, 2002, 2004,

2005 dan 2006. Teknik analisis yang diguakan yaitu menggunakan analisis data panel dengan pendekatan metode Random Effect. Variabel yang digunakan dalam penelitiannya adalah konsumsi rumah tangga untuk makanan dan bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, rasio penduduk miskin dan krisis ekonomi sebagai variabel Independent, sedangkan variabel dependennya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM, sedangkan variabel konsumsi rumah tangga untuk makanan, rasio penduduk miskin, dan dummy menunjukkan pengaruh negatif terhadap IPM.

Setiawan dan Halim (2013) meneliti tentang “Indek Pembangunan Manusia Indonesia”. Metode analisis yang digunakan adalah ECM (Error


(47)

Correction Model). Varibel input yang digunakan dalam peneliatan ini adalah PDB, PPN, krisis ekonomi tahun 2008 dan 1997, serta desentralisasi fiskal sebagai variabel independent, sedangkan variabel dependentnya adalah Indeks Pembangunan Manusia. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh adalah bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel PDB yang memiliki pengaruh positif karena peningkatan PDB akan memperbaiki kesejahteraan penduduk, varibel PPN memiliki pengaruh yang negatif terhadap IPM karena pajak yang ditarik oleh pemerintah secara tidak langsung akan mengurangi disposable income. Sedangkan varibel desentralisasi fiskal dan krisis ekonomi (2008 dan 1997) tidak memilki pengaruh yang signifikan terhadap IPM.

Nur Isa Prawoto (2011) meneliti tentang “Analisis Faktor- Faktor yang Berpengaruh Terhadap Indeks Pembangunan Manusia 2002-2009”. Model analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi data panel model efek acak (REM). Varibel independent dalam penelitian ini adalah belanja daerah, gini rasio, proporsi pengeluaran non makanan, rasio ketergantungan dengan variabel dependent IPM. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, gini rasio, proporsi pengeluaran non makanan, rasio ketergantungan baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. Gini rasio berpengaruh negatif terhadap IPM, sedangkan belanja modal, proporsi pengeluaran non makanan dan rasio ketergantungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM.

Mirza (2012) meniliti tentang “Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal Terhadap Indek Pembangunan Manusia di Jawa


(48)

Tengah Tahun 2006-2009”. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah IPM dengan variabel independent yaitu : kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan belanja modal. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi data panel dengan metode pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemiskinan berpengaruh negatif terhadap IPM, sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap IPM.

Devianti (2012) meneliti tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Selatan Periode 2001-2010”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : pertumbuhan ekonomi, persentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan, dan ketimpangan distribusi pendapatan sebagai independent, sedangkan variabel dependentnya adalah IPM. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode analisis regresi linier berganda (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM, sedang variabel persentase penduduk miskin, ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Sulawesi Selatan.

Priambodo (2015) meneliti tentang “Analisis Pengaruh Belanja

Pemerintah Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Studi pada Kabupaten/Kota di Pulau Jawa Tahun 2007-2013)”. Obyek penelitian yang


(49)

digunakan dalam penelitian ini terdiri 110 kabupaten/kota di Pulau Jawa, sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu : belanja daerah, belanja modal, belanja pegawai dan pertumbuhan ekonomi dengan varibel dependent IPM. Metode Analisis yang digunkan dalam penelitian ini adalah analisis data panel menggunakan model pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil estimasi penelitian menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, belanja modal, belanja pegawai dan pertumbuhan ekonomi berpenagruh positif dan signifikan terhadap IPM di Pulau Jawa.

D. Kerangka Pikir

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, dalam melakukan penelitian mengenai IPM khusunya pada 33 Provinsi di Indonesia maka variabel yang akan di ukur, yaitu : pertumbuhan ekonomi, belanja daerah dan jumlah penduduk miskin. Alasannya dalam pemilihan variabel peneliatan ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya. Oleh karena itulah dalam menguji pengaruh faktor (pertumbuhan ekonomi, belanja daerah, dan jumlah penduduk miskin) terhadap IPM. Hal ini dapat dilihat dari dilihat dari kerangka pikir yaitu sebagai berikut :


(50)

Gambar 2.2 Skema Penarikan hipotesis

E. Penurunan Hipotesa

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesi yang dapat dirumuska dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Diduga bahwa PDRB berpengaruh positif terhadap Indeks

Pembangunan Manusia.

H2 : Diduga bahwa belanja daerah berpengaruh positif terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

H3 : Diduga bahwa jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif

terhadap Indeks Pembangunan Manusia

-

+

+

Pertumbuhan

Ekonomi (X1)

Jumlah penduduk miskin (X3) Belanja daerah

(X2)

IPM (Indeks Pembangunan Manusia) (Y)


(51)

37

METODELOGI PENELTIAN

A. Obyek/Subyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia serta sumber lain yang terkait dalam penelitian ini. Secara rinci data yang dipergunakan :

1. IPM : menggunakan data tentang Indeks Pembangunan Manusia di 33 Provinsi di Indonesia tahun 2010-2014

2. Pertumbuhan Ekonomi : menggunakan data Produk Domestik Bruto Per Kapita pada 33 Provinsi atas dasar harga konstan 2010 data yang digunakan adalah data tahun 2010-2014.(Dalam satuan Ribu)


(52)

3. Belanja Daerah : menggunakan data realisasi pengalokasian belanja pemerintah daerah provinsi pada 33 Provinsi tahun 2010-2014.(dalam satuan ribu rupiah)

4. Jumlah Penduduk Miskin : menggunakan data jumlah penduduk miskin yang ada pada 33 Provinsi tahun 2010-2014.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dengan metode:

1. Studi Pustaka

Yaitu metode pengumpulan data melalui membaca catatan, arsip-arsip dan laporan yang telah ada. Studi pustaka diarahkan untuk landasan teori yang relevan dengan cara mengkaji berbagai literatur dan sumber-sumber lain seperti dokumen-dokumen dan media cetak, dan mengakses internet yang dapat digunakan dalam penelitian

2. Dokumentasi

Yaitu metode penelitian dengan melakukan pengumpulan data, membaca catatan, arsip-arsip dan laporan yang telah ada.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional untuk variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :


(53)

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana kapasitas produksi meningkat sepanjang waktu. Besarnya pertumbuhan ekonomi diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita atas dasar harga konstan 2010 yang dinyatakan dalam ribu rupiah.

2. Belanja Daerah

Belanja Daerah yaitu suatu tidakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Dalam penelitian ini satuan Belanja daerah adalah ribu rupiah.

3. Jumlah Penduduk Miskin

Penduduk yang pendapatan perkapitanya kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan perkapita nasional, maka termasuk dalam kategori miskin. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah jumlah penduduk miskin 33 provinsi Indonesia.

4. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang digunkan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu :1) Indeks Harapan Hidup, yang diukur dengan angka harapan ketika lahir; 2) Indeks Pendidikan, yangd diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf


(54)

penduduk usia 15 ke atas; 3) Indeks Pendapatan, yang diukur dengan daya beli konsumsi per kapita. Nilai indeks pembangunan manusia Indonesia yang dinyatakan dengan basis 100 pertahun.

E. Alat Analisis

Dalam penelitian ini, alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi Data Panel. Sementara itu, pada pengolahan regresi penulisan menggunakan program computer E-Views 7.0.

F. Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebagai syarat sebelum melakukan regresi agar hasilnya estimator linear tidak bias yang terbaik. Adapun tahapan dalam pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini yaitu hanya uji multikolinearitas dan uji heteroskedatisitas.

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel lainnya. Artinya, jika diantara variabel-variabel bebas yang digunakan


(55)

sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lainya maka bisa dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

Pada penelitian ini pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8 maka itu menandakan bahwa terjadi multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas, yaitu keadaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap. Untuk mengindikasikan terjadinya masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini penulis menggunakan uji Park. Dalam metodenya uji Park menyarankan suatu bentuk fungsi spesifik diantara varian kesalahan

σ

=

α

X

Persamaan diatas dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga menjadi :

Ln

σ

=

α

+ β Ln Xi + vi

Karena varian kesalahan (

σ

) tidak teramati, maka digunakan e sebagai penggantinya. Sehingga persamaan menjadi:

Ln e =

α

+

β Ln Xi + vi

Menurut Park dalam Sumodiningrat (2010), apabila parameter β dari persamaan regresi signifikan secara statistik, berarti didalam data terdapat


(56)

masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika β tidak signifikan maka asumsi homokedastisitas pada data dapat diterima.

2. Model Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah model analisis regresi panel data. Data panel merupakan gabungan antara data berkala (time series) dan data indivudul (cross section). Data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Sedangkan data cross section merupakan data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu.

Menurut Agus Widarjono (2009) penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan lebih menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time seriesdan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel).

Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan perilaku data yang lebih dinamis. Adapun kelebihan dari penggunaan metode data panel adalah sebagai berikut:

a. Data panel mampu menyediakan lebih banyak data, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga dapat diperoleh


(57)

degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan akan lebih baik.

b. Data panel mampu mengurangi kolinearitas variabel.

c. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. d. Dengan menggabungkan informasi dari time series dan cross section

dapat mengatasi masalah yang timbul karena adanya masalah penghilang variabel.

e. Data panel lebih mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana dilakukan oleh data time series murni maupun cross section murni.

f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data diobservasi lebih banyak.

Permodelan dengan menggunakan teknik regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga pendekatan alternatif metode pengolahannya yaitu, Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Fixed Effect Model.

1. Common Effect Model

Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.


(58)

2. Fixed Effect Model

Pendekatan model ini menggunakan variabel dummy yang dikenal dengan sebutan efek tetap atau Least Square Dummy Variabel (LSDV). Pada metode Fixed Effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobotan (no weight) atau LSDV dan dengan pembobotan (Cross-section weight) atau Generated Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati, 2012). Penggunaan model ini tepat untuk melihat perilaku data dari masing-masing variabel sehingga data lebih dinamis dalam menginterprestasi data.

Metode GLS (Generated Least Square) dipilih dalam penelitian ini karena adanya nilai lebih yang dimiliki oleh GLS dibanding OLS dalam mengestimasi parameter regresi. Metode ini sudah memperhitungkan heterogenitas yang terdapat pada variabel independen secara eksplisit sehingga metode ini mampu menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)

3. Random Effect Model

Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing perusahaan. Keuntungan menggunkan model Random Effect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan


(59)

Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).

Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan yakni: 1. Uji Chow (Likelihood Test Radio)

Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effet atau Common Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Untuk membuktikan apakah terbukti atau tidak antara common effect dan fixed effect, dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0: Model yang digunakan Common Effect

H1: Model yang digunakan Fixed Effect

Apabila hasil uji spesifikasi ini menunjukkan probabilitas Chi-Square lebih dari 0,05 maka model yang dipilih adalah common effect. Sebaiknya dipakai adalah fixed effect. Ketika model yang terpilih adalah fixed effect maka perlu dilakukan uji lagi, yaitu Uji Hausman untuk mengetahui apakah model fixed effect model (FEM) atau random effect model (REM) yang baik untuk digunakan.

2. Uji Hausman

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan. Dimana uji hausman memiliki hipotesa sebagai berikut:


(60)

H0: Model yang digunakan Random Effect Model

H1: Model yang digunakan Fixed Effect Model

Jika tes hausman tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,05) itu mencerminkan bahwa random estimator tidak tepat digunakan dalam model regresi. Tatapi jika hasilnya signifikan (p < 0,05) maka model yang tepat untuk digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). 3. Uji Lagrange Multiplier (LM test)

Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik daripada metode Common Effect (OLS) digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Uji signifikasi Random Effect ini dikembangkan oleh Breusch Pagan. Metode Bruesch Pagan untuk menguji signifikasi Random Effect didasarkan pada nilai residual dari metode Common Effect. Adapun nilai statistik LM dihitung berdasarkan formula sebagai berikut:

[

∑ ∑

]

Dimana:

n = jumlah individu; T = jumlah periode waktu;

e = residual metode common effect Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Common Effect Model H1 : Random Effect Model

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-square dengan degree of freedom sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai LM statistik lebih


(61)

besar dari nilai kritis statistik chi-square maka kita menolak hipotesis nol, berarti estimasi yang lebih tepat dari regresi data panel adalah model random effect. Sebaliknya jika nilai LM statistik lebih kecil dari nilai kritis statistik chi-square maka kita menerima hipotesis nol yang berarti model common effect lebih baik digunakan dalam regresi

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah IPM (Indek Pembangunan Manusia), sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Pertumbuhan Ekonomi (dilihat dari nilai proporsi PDRB antara kabupaten/kota dengan provinsi), Pengeluaran Pemerintah dan Kemiskinan (jumlah penduduk miskin). Adapun regresi data panel yang digunakan yaitu sebagai berikut :

IPM it = β0 + β1 PDRBit+ β2 BDit+ β3 JPMit + et

Keterangan :

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

PDRB : Pertumbuhan Produk Domestik Bruto BD : Belanja Daerah

JPM : Jumlah penduduk miskin β0 : Konstanta

β1,... β3 : Koefisien regresi e : error

i : Provinsi t : Tahun


(62)

3. Pengujian Statistik Analisis Regresi a. Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar variasi dari variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variabel independen (X). Bila nilai koefisien determinasi = 0 (R2 = 0), artinya variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari variabel dependen secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh variabel independen. Dengan kata lain jika R2 mendekati 1 (satu), maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen. Tetapi jika R2 mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen. b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji F dengan pengujian sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho: Bila probabilitas β1 > 0,05 artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. H1: Bila probabilitas β1 < 0,05 artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(63)

Uji-t statistik adalah uji parsial (individu) dimana uji ini digunakan untuk menguji seberapa baik variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen secara individu. Pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan menganggap variabel independen bernilai konstan. Pengujian t-statistik dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho: Bila probabilitas β1 > 0,05 artinya tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

H1: Bila probabilitas β1 < 0,05 artinya ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(1)

Uji Park

Dependent Variable: LOG(RESID2)

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/01/16 Time: 23:19

Sample: 2010 2014 Periods included: 5

Cross-sections included: 33

Total panel (balanced) observations: 165

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.437558 7.867381 0.564045 0.5735 LOG(PDRB) -0.641143 0.983286 -0.652042 0.5153 LOG(BD) 0.247070 0.547327 0.451412 0.6523 LOG(JPM) -0.537126 0.470337 -1.142002 0.2551

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 2.036779 0.5691

Idiosyncratic random 1.772453 0.4309

Weighted Statistics

R-squared 0.009474 Mean dependent var 0.014090 Adjusted R-squared -0.008983 S.D. dependent var 1.757019 S.E. of regression 1.764893 Sum squared resid 501.4902 F-statistic 0.513304 Durbin-Watson stat 1.899558 Prob(F-statistic) 0.673680

Unweighted Statistics

R-squared 0.035908 Mean dependent var 0.038850 Sum squared resid 1103.770 Durbin-Watson stat 0.863051


(2)

Lampiran 4

Random Effect Model

Dependent Variable: LOG(IPM?)

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/15/16 Time: 21:11

Sample: 2010 2014 Included observations: 5 Cross-sections included: 33

Total pool (balanced) observations: 165

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.960356 0.080185 36.91912 0.0000 LOG(PDRB?) 0.053655 0.011268 4.761886 0.0000 LOG(BD?) 0.033958 0.002840 11.95800 0.0000 LOG(JPM?) -0.009382 0.004020 -2.333482 0.0209 Random Effects

(Cross)

_ACEH--C -0.001775 _SUMUT--C 0.009497 _SUMBAR--C 0.038055 _RIAU--C -0.032991 _JAMBI--C -0.001704 _LAMPUNG--C -0.019308 _SUMSEL--C 0.048585 _BENGKULU--C 0.000209 _BABEL--C 0.013827 _KEPRI--C 0.028759 _DKI--C -0.012449 _JABAR--C -0.010643 _JATENG--C 0.008607 _DIY--C 0.165872 _JATIM--C -0.029522 _BANTEN--C 0.022330 _BALI--C 0.058880 _NTB--C 0.000438 _NTT--C -0.009915 _KALBAR--C -0.029382 _KALTENG--C 0.005901 _KALSEL--C -0.011689 _KALTIM--C -0.041170 _SULUT--C 0.052489 _SULTENG--C 0.005579 _SULSEL--C 0.015210


(3)

_GORONTALO--C 0.024551 _SULBAR--C -0.025660 _MALUKU--C 0.051293 _MALUT--C 0.013802 _PUABAR--C -0.152293 _PAPUA--C -0.218238

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.059536 0.9933

Idiosyncratic random 0.004895 0.0067

Weighted Statistics

R-squared 0.866551 Mean dependent var 0.154319 Adjusted R-squared 0.864065 S.D. dependent var 0.013413 S.E. of regression 0.004945 Sum squared resid 0.003937 F-statistic 348.4854 Durbin-Watson stat 1.079797 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.129779 Mean dependent var 4.199520 Sum squared resid 0.609287 Durbin-Watson stat 0.006978


(4)

Lampiran 5 Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests Pool: PANEL

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 673.318620 (32,129) 0.0000 Cross-section Chi-square 845.478386 32 0.0000

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LOG(IPM?) Method: Panel Least Squares Date: 04/15/16 Time: 21:00 Sample: 2010 2014

Included observations: 5 Cross-sections included: 33

Total pool (balanced) observations: 165

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.438893 0.113689 30.24835 0.0000 LOG(PDRB?) 0.016600 0.014226 1.166834 0.2450 LOG(BD?) 0.032138 0.010398 3.090945 0.0024 LOG(JPM?) -0.019128 0.007395 -2.586640 0.0106 R-squared 0.258125 Mean dependent var 4.199520 Adjusted R-squared 0.244302 S.D. dependent var 0.065339 S.E. of regression 0.056800 Akaike info criterion -2.874616 Sum squared resid 0.519425 Schwarz criterion -2.799320 Log likelihood 241.1558 Hannan-Quinn criter. -2.844051 F-statistic 18.67261 Durbin-Watson stat 0.010128 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PANEL

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 6.296164 3 0.0981

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LOG(PDRB?) 0.065960 0.053655 0.000042 0.0582 LOG(BD?) 0.031888 0.033958 0.000002 0.1446 LOG(JPM?) -0.007229 -0.009382 0.000003 0.2343 Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: LOG(IPM?) Method: Panel Least Squares Date: 04/15/16 Time: 21:09 Sample: 2010 2014

Included observations: 5 Cross-sections included: 33

Total pool (balanced) observations: 165

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.867066 0.088296 32.47116 0.0000

LOG(PDRB?) 0.065960 0.013006 5.071316 0.0000 LOG(BD?) 0.031888 0.003174 10.04496 0.0000 LOG(JPM?) -0.007229 0.004409 -1.639692 0.1035

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.995585 Mean dependent var 4.199520 Adjusted R-squared 0.994387 S.D. dependent var 0.065339 S.E. of regression 0.004895 Akaike info criterion -7.610849 Sum squared resid 0.003091 Schwarz criterion -6.933188 Log likelihood 663.8950 Hannan-Quinn criter. -7.335763 F-statistic 831.0799 Durbin-Watson stat 1.293059 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)