Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pengeluaran Pemerintah Dan Investasi Terhadap PDRB Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK, PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP PDRB SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan oleh :
TUTI CHAIRANI BINTANG NIM : 070523002
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
NAMA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
: TUTI CHAIRANI BINTANG N I M : 070523002
JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN
J U DU L : ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK, PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP PDRB SUMATERA UTARA
Tanggal KETUA JURUSAN
Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc NIP. 132 206 574
Tanggal DEKAN
Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP.
(3)
Pertumbuhan ekonomi adalah tujuan dan cita-cita pemerintah. Pemerintah ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah atau negara. walaupun disadari bahwa peoses pembanguan bukan hanya ditentukan oleh faktor ekonomi seperti : Sumber daya alam, akumulasi modal, organisasi, kemajuan teknologi, pembagian kerja dan skala produksi tetapi juga faktor nonekonomi seperti : faktor sosial, faktor manusia, faktor politik dan adminsitratif.
Tujujan dari penelitian ini adalah untuk menganalis pengaruh pertumbuhan penduduk, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap PDRB Sumatera Utara dengan menggunakan data dalam kurun waktu 1987-2007 dengan metode OLS.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di dominasi oleh sektor pertanian sebagai sektor utama. Kondisi ini menggambarkan struktur ekonomi Sumatera Utara merupakan sektor pertanian.
Hasil estimasi data time series dengan model Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, dan investasi berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara.
(4)
ABSTRACT
High economic growth is all government target. All government want to reach this goal because economic growth can describe the society condition and can show us about welfare index in a country or region. It is true that development process affected not only by economic factors such as natural resources, capital accumulation, organization, technological progress, labour specialization, and production scale but also by non economic factors such as social factor, human factor, political factor, and administrative factor.
The research is aimed at analyzing the effect factors of people growth, government expenditures, investment in term of Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera, in periods of 1987-2007 using Ordinary Least Square (OLS).
Estimation result with series data using Ordinary Least Square (OLS) show that people growth, investment are significantly affecting Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera. On the other side, government expenditure has not significant affecting Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera.
Key words : Gross Domestic Region Bruto, People Growth, Government Expenditure, investment
(5)
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sejak masa perkuliahan sampai dengan selesainya penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Terhadap PDRB Sumatera Utara“ dimana isi dan materi skripsi ini didasarkan pada studi literatur dengan menganalisis data-data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait.
Dalam berbagai bentuk, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan tulisan ini pada masa mendatang.
Salah satu bagian yang paling menggembirakan dalam penulisan skripsi ini adalah kesempatan untuk menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan bimbingan, saran, dan dorongan moril baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, antara lain :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE,M. Ec, dan Bapak Irsyad Lubis, SE.M.Soc.Sc,PHD sebagai Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(6)
3. Bapak Syarif Fauzi, SE, M. Ak, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si, sebagai dosen penguji I yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini
5. Bapak Ingrita Gusti Sari, SE, M.Si, sebagai dosen penguji II dan sebagai dosen wali yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. 6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
7. Seluruh staf pegawai Badan Pusat Statistik Tingkat I Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi ini.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. H. Dja,far Bintang dan Ibunda Hj. R. Panggabean, yang telah mengasuh, mendidik, dan memberikan nasihat serta motivasi baik moril maupun materi.
9. Kepada semua kakak dan abang-abangku yang tersayang. Yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
10. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan Manda, Indah, Reffi, Winda, Kak Popi, Deka, Wina, Yeni, Benhard, Junawi, dan seluruh rekan-rekan EP Ekstension 07 atas kebersamaan kita selama ini dan juga inspirasi serta
(7)
bantuan ide yang diberikan, sahabat dan teman lama yang telah memberikan doa dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Medan, Maret 2010
Penulis,
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Hipotesis ... 6
1.4 Tujuan ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 8
2.1.1 Indikator Pertumbuhan Ekonomi... 8
(9)
2.1.2.1 Teori Harrod-Domar ... 10
2.1.2.2 Aliran Klasik ... 11
2.2 Produk Domestik Regional Bruto ... 12
2.2.1 Pengertian PDRB ... 12
2.2.2 Metode Perhitungan PDRB ... 13
2.2.3 PDRB Menurut Pendekatan Produksi ... 15
2.3 Pertumbuhan Penduduk ... 17
2.3.1 Faktor yang Mempercepat Perkembangan Penduduk17 2.3.2 Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi.18 2.3.3 Dinamika Penduduk ... 19
2.3.4 Teori-teori Kependudukan ... 20
2.3.4.1 Teori Malthus ... 20
2.3.4.2 Arseno Dumont ... 21
2.4 Pengeluaran Pemerintah ... 21
2.4.1 Teori Pengeluaran Pemerintah ... 23
2.4.2 Peranan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 25
(10)
2.4.5. Pengeluaran Pembangunan ... 26
2.5 Investasi ... 27
2.5.1 Pengertian Investasi ... 27
2.5.2 Teori Investasi ... 29
2.5.2.1 Teori Investasi dari Keynes ... 29
2.5.2.2 Aliran Neo klasik ... 29
2.5.3 Jenis-jenis Investasi ... 30
2.6 Peneliti Terdahulu ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 34
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 34
3.3 Pengolahan Data ... 35
3.4 Model dan Metode Analisis Data ... 35
3.4.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 36
3.4.2 Uji Kesesuaian ... 39
3.5 Definisi Operasional ... 41
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 42
(11)
4.1.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara ... 42
4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara ... 43
4.1.2.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha ... 44
4.1.2.2 PDRB Menurut Penggunaan ... 47
4.1.3 Jumlah Penduduk ... 49
4.1.4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 50
4.1.5 Investasi ... 54
4.2 Hasil dan Analisa ... 56
4.2.1 Interpretasi Model... 56
4.2.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 57
4.2.3 Uji Kesesuaian ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63
5.2 Saran... 64
DAFTAR PUSTAKA
(12)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara 2001-2005 45
4.2 Struktur Perekonomian Sumatera Utara Tahun 2001-2005 47
4.3 Distribusi Persentase PDRB Sumatera Utara
Menururt Penggunaan Tahun 2001-2005 48
4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk di
Sumatera Utara Tahun 1987-2007 51
4.5 Realisasi Pengeluaran Pemerintah Propinsi
Sumatera Utara Tahun 1987-2007 53
4.6 Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Penanaman Modal Asing 1987-2007 55
4.7 Hasil Uji Multikolinieritas 57
4.8 Hasil Regresi Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk,
Pengeluaran Pemerintah dan Investasi
(13)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kurva Uji D-W 39
(14)
Pertumbuhan ekonomi adalah tujuan dan cita-cita pemerintah. Pemerintah ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah atau negara. walaupun disadari bahwa peoses pembanguan bukan hanya ditentukan oleh faktor ekonomi seperti : Sumber daya alam, akumulasi modal, organisasi, kemajuan teknologi, pembagian kerja dan skala produksi tetapi juga faktor nonekonomi seperti : faktor sosial, faktor manusia, faktor politik dan adminsitratif.
Tujujan dari penelitian ini adalah untuk menganalis pengaruh pertumbuhan penduduk, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap PDRB Sumatera Utara dengan menggunakan data dalam kurun waktu 1987-2007 dengan metode OLS.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di dominasi oleh sektor pertanian sebagai sektor utama. Kondisi ini menggambarkan struktur ekonomi Sumatera Utara merupakan sektor pertanian.
Hasil estimasi data time series dengan model Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, dan investasi berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara.
(15)
ABSTRACT
High economic growth is all government target. All government want to reach this goal because economic growth can describe the society condition and can show us about welfare index in a country or region. It is true that development process affected not only by economic factors such as natural resources, capital accumulation, organization, technological progress, labour specialization, and production scale but also by non economic factors such as social factor, human factor, political factor, and administrative factor.
The research is aimed at analyzing the effect factors of people growth, government expenditures, investment in term of Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera, in periods of 1987-2007 using Ordinary Least Square (OLS).
Estimation result with series data using Ordinary Least Square (OLS) show that people growth, investment are significantly affecting Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera. On the other side, government expenditure has not significant affecting Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera.
Key words : Gross Domestic Region Bruto, People Growth, Government Expenditure, investment
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Menurut Todaro bahwa pembangunan haruslah diartikan sebagai proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, dalam lembaga-lembaga nasional, termasuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut.
Pembangunan Nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat agar menjadi manusia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kegiatan pembangunan nasional tidak lepas dari peran seluruh Pemerintah Daerah yang telah berhasil memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di daerah masing-masing serta memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan prakarsa dan peran aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah
(17)
secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata dinamis, serasi serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai upaya memperbesar peran dan kemampuan daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan operasional rumah tangga. Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, pemerintah daerah tingkat satu memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di daerah itu dan dituntut untuk bisa lebih mandiri. Terlebih dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka pemerintah daerah tingkat satu harus bisa mengoptimalkan pemberdayaan semua potensi yang dimiliki dan pemerintah daerah tingkat satu tidak boleh terlalu mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah adalah melalui pencapaian tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat daerah. Prof. Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan makin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh seiring dengan kemajuan tekhnologi. Ada beberapa kegunaan dari pertumbuhan ekonomi yaitu : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Memperluas kesempatan kerja, Memperbaiki distribusi pendapatan, Sebagai persiapan untuk kemajuan selanjutnya.
Pengkajian kependudukan sangat berguna dalam perencanaan perekonomian suatu negara, baik dalam jangka pendek dan juga dalam jangka panjang. Bahkan setiap negara perlu mengkaji kependudukan ini bukan hanya
(18)
ruang lingkup nasional tetapi juga harus mengkaji secara global. Pengaruh pertumbuhan penduduk pada pembangunan ekonomi telah menarik perhatian ekonom.
Pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat sebagai penghalang bagi pertumbuhan ekonomi. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena didukung oleh investasi yang tinggi, tekhnologi yang tinggi dan lain-lain. Akan tetapi di negara berkembang, akibat pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan tidaklah demikian, karena kondisi yang berlaku sama sekali berbeda dengan kondisi ekonomi negara maju. Ekonomi negara berkembang modal kurang, tekhnologi masih sederhana, tenaga kerja kurang ahli. Karena itu, pertumbuhan penduduk benar-benar dinggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi, dimana pertumbuhan penduduk yang cepat memperberat tekanan pada lahan dan menyebabkan pengangguran dan akan mendorong meningkatnya beban ketergantungan. Penyediaan fasilitas pendidikan dan sosial secara memadai samakin sulit terpenuhi (Todaro,1995). Positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja. Kemampuan itu dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.
Sumatera Utara merupakan provinsi yang jumlah penduduknya cukup besar. Besarnya jumlah penduduk di provinsi ini berdampak langsung dengan besarnya jumlah angkatan kerja (usia 15 tahun keatas) yang tersedia. Penambahan
(19)
angkatan kerja menuntut ketersediaan lapangan kerja agar mereka dapat terserap pada lapangan kerja tersebut. Penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara cukup baik, sebab dalam kurun waktu 2006–2007, penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 457.466 orang. Pada Agustus 2006, jumlah penduduk Sumatera Utara yang bekerja sebanyak 5.082.797, orang dan pada Agustus 2007 naik menjadi 5.540.263 orang. Sejalan dengan penambahan jumlah penduduk yang bekerja tersebut di atas, jumlah pengangguran turun sebanyak 16.795 orang. Pada Agustus 2006, jumlah pengangguran terbuka sebanyak 571.334 orang, dan pada Agustus 2007 turun menjadi 554.539 orang. Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun dari 10,10 persen pada Agustus 2006 menjadi 9,10 persen pada Agustus 2007. Penurunan tingkat pengangguran ini terkait dengan telah kucurnya dana-dana Pembangunan Daerah (APBD) baik Provinsi maupun Kabupaten / Kota yang bertindak sebagai stimulan dalam mendorong bergairahnya sektor-sektor kegiatan ekonomi baik secara regionan maupun nasional. (Berita Resmi Statistik, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hotma Marida mengenai Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Investasi terhadap PDRB Sumatera Utara selama lima belas tahun (1989-2004), di peroleh hasil bahwa pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap PDRB Sumatera Utara dan investasi berpengaruh positif terhadap PDRB Sumataera Utara.
Selain pertumbuhan penduduk, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah secara garis besar dikelompokkan menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada dasarnya terdiri atas pengeluaran untuk
(20)
membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari, belanja barang, berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang), angsuran dan bunga utang pemerintah, serta sejumlah pengeluaran lain. Pengeluaran pemerintah dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah karena semua kegiatan pemerintah selalu membutuhkan pembiayaan yang bersumber dari berbagai penerimaan daerah. Oleh karena itu, kemampuan dan kesanggupan daerah dalam melaksanakan pembangunan ekonomi akan sangat ditentukan oleh berbagai sumber penerimaan daerah tersebut dari pendapatan asli daerahnya.
Pembentukan modal tetap sektor swasta atau yang sering dinyatakan investasi merupakan pengeluaran untuk membeli barang modal yang dapat menaikkan produksi barang dan jasa pada masa yang akan datang. Investasi menurut Smith (1776) merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada pertumbuhan investasi (stok capital). Investasi di Provinsi Sumatera Utara dalam penelitian ini digunakan investasi yang berasal dari penanaman modal dalam negeri dan Penanaman Modal Asing (PMDN dan PMA) dalam kurun waktu 1987-2007.
Pembentukan modal membawa kepada pemanfaatan penuh sumber-sumber yang ada. Jadi pembentukan modal menghasilkan kenaikan besarnya output nasional, pendapatan dan pekerjaan, dengan demikian memecahkan masalah inflasi dan neraca pembayaran, serta membuat perekonomian bebas dari beban utang luar negeri. Investasi dalam peralatan modal tidak saja meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal menghasilkan kemajuan teknik yang menunjang tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan spesialisasi. Pembentukan modal memberikan mesin, alat dan
(21)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian yang membahas masalah tersebut diatas dengan judul : “ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK, PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP PDRB SUMATERA UTARA”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini penulis terlebih dahulu merumuskan pokok permasalahannya dengan jelas sebagai arah terhadap penelitian yang dilakukan.
Dalam kesempatan ini, penulis hanya membatasi masalah dan menganalisa:
1. Apakah ada pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap PDRB Sumatera Utara.
2. Apakah ada pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PDRB Sumatera Utara.
3. Apakah ada pengaruh investasi terhadap PDRB Sumatera Utara.
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada yang perlu dikaji kebenarannya melalui data-data yang terkumpul. Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
(22)
1. Pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap PDRB Sumatera Utara, ceteris paribus.
2. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara, ceteris paribus.
3. Investasi berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara, ceteris paribus.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap PDRB Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PDRB Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap PDRB Sumatera Utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menambah wawasan bagi penulis dan ilmu pengetahuan dibidang penelitian.
2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.
3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang akan membahas PDRB Sumatera Utara.
(23)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1. Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 1994:10). Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya (Suryana, 2000:5). Menurut Zaris, (1987:82) pertumbuhan ekonomi adalah sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya pertumbuhan domestik regional bruto per kapita (PDRB per kapita). Samuelson (1995:436) mendefenisikan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari Gross Domestic Product potensial/output dari suatu negara. Ada 4 faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yaitu :
a. Sumber daya manusia.
Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua faktor produksi yang lainnya, yakni barang modal, bahan mentah serta tekhnologi, bisa dibeli atau dipinjam dari negara lain. Tetapi penerapan teknik-teknik
(24)
produktivitas tinggi atas kondisi-kondisi lokal hampir selalu menuntut tersedianya manajemen, keterampilan produksi, dan keahlian yang hanya bisa diperoleh melalui angkatan kerja terampil yang terdidik.
b. Sumber daya alam
Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor yang paling berharga. Selain tanah, sumber daya alam yang penting antara lain minyak-minyak, gas, hutan, air dan bahan-bahan mineral lainnya.
c. Pembentukan modal.
Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi, yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi ini sebenarnya sangat dibutuhkan untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi.
d. Perubahan teknologi dan inovasi.
Salah satu tugas kunci pembangunan ekonomi adalah memacu semangat kewiraswastaan. Perekonomian akan sulit untuk maju apabila tidak memiliki para wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko usaha dengan mendirikan berbagai pabrik atau fasilitas produksi, menerapkan teknologi baru, menghadapi berbagai hambatan usaha, hingga mengimpor berbagai cara dan teknik usaha yang lebih maju (samuelson, 1995:436-439).
Menurut Sukirno, bahwa istilah pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan dari suatu perekonomian, sedangkan dalam analisis makro ekonomi tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara
(25)
diukur dari perkembangan pendapatan nasioanal riil yang dicapai suatu negara. Menurut Boediono, (1992:9) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi 3 aspek yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis) suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu.
2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita, dalam hal ini ada dua aspek penting yaitu output total dibagi jumlah penduduk.
3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang waktu yang cukup lama (5 tahun) mengalami kenaikan output.
2.1.2 Teori- teori Pertumbuhan Ekonomi 2.1.2.1. Teori Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar dibangun berdasarkan pengalaman negara maju. Harrod-Domar tertarik untuk mencari tingkat pertumbuhan pendapatan yang diperlukan bagi kehidupan perekonomian yang berjalan mulus. Harrod-Domar memberikan peranan kunci pada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Dimana investasi menciptakan pendapatan disebut dengan dampak permintaan dan investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal disebut dengan dampak penawaran. Sumber dana
(26)
domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang ditabung.
2.1.2.2. Aliran Klasik
Aliran Klasik dipelopori oleh Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan karena faktor kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Kemajuan tekhnologi tergantung kepada pembentukan modal. Dengan adanya akumulasi modal akan mumungkinkan dilaksanakannya spesialisasi atau pembagian kerja sehingga produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan. Dampaknya akan mendorong penambahan investasi (pembentukan modal) dan persediaan modal (capital stok), yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan kemajuan tekhnologi dan menambah pendapatan. Bertambahnya pendapatan berarti meningkatkan kemakmuran (kesejahteraan penduduk). Peningkatan kemakmuran mendorong bertambahnya jumlah penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returns), yang selanjutnya menurunkan akumulasi modal.
Menurut Adam Smith untuk berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktifitas tenaga kerja meningkat. Spesialisasi dalam proses produksi akan meningkatkan keterampilan kerja, yang selanjutnya akan mendorong ditemukannya alat-alat atau mesin-mesin baru, dan pada akhirnya akan mempercepat dan meningkatkan produksi, yang berarti meningkatkan kemakmuran (kesejahteraan) penduduk. Pembangunan dan pertumbuhan ini bersifat kumulatif, artinya akan berlangsung
(27)
terus dan semakin meningkat. Bila ada pasar yang cukup besar dan akumulasi modal akan mendorong pembagian kerja dan meningkatkan pendapatan nasional dan memperbesar jumlah penduduk. Penduduk selain merupakan pasar karena pendapatannya meningkat, merupakan pula sumber tabungan yang digunakan untuk akumulasi modal, dan selanjutnya akan mendorong pertumbuhan semakin meningkat.
2.2 Produk Domestik Regional Bruto 2.2.1 Pengertian PDRB
Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Pada prinsipnya PDRB adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi atau jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam kurun waktu tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai barang dan jasa akhir yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Data tersebut digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan nilai barang dan jasa akhir yang dihitung dengan menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
(28)
2.2.2 Metode Perhitungan Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB) Ada tiga cara perhitungan pendapatan nasional yaitu :
1. Metode Produksi
Dari segi produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh uni-tunit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
2. Metode Pendapatan (income approach)
Menurut pendekatan pendapatan, PDRB adalah merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu region/wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Dalam definisi ini PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sector (lapangan usaha).
3. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah semua komponen pengeluaran akhir seperti : pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintahan, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu daerah / wilayah dalam jangka waktu tertentu. Ekspor yang dimaksud adalah jumlah nilai ekspor dikurangi dengan jumlah nilai impor.
(29)
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk factor-faktor produksinya. Selanjutnya PDRB atas dasar harga pasar mencakup komponen pajak tidak langsung neto. Selain itu dari PDRB dapat diturunkan ukuranukuran penting lainnya, yaitu :
1. Produk Regional Bruto, merupakan produk domestik regional bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar kabupaten. Pendapatan netto ini sendiri merupakan pendapatan atas factor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk suatu kabupaten yang diterima dari luar kabupaten dikurangi pendapatan kabupaten lain/asing yang diperoleh di kabupaten tersebut.
2. Produk Domestik Regional Netto, merupakan produk regional bruto dikurangi dengan seluruh nilai penyusutan atas dasar barang-barang modal tetap yang digunakan selama setahun.
3. Produk Domestik Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi (Pendapatan Regional), adalah produk regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung netto. Pajak tak langsung netto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah dikurangi subsidi, keduanya berhubungan kuat dengan barang dan jasa yang diproduksi ataupun dijual, perbedaannya apabila pajak tak langsung seolaholah menaikkan harga, sedangkan subsidi sebaliknya.
4. Angka-Angka Perkapita, adalah ukuran-ukuran indicator ekonomi sepertipada butir-butir di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
(30)
Adapun manfaat penghitungan nilai PDRB adalah :
1. Mengetahui dan menelaah struktur atau susunan daerah termasuk daerah industri, pertanian atau jasa dan berapakah besar sumbangan masing-masing sektornya.
2. Membandingkan perekonomian dari waktu ke waktu. Oleh karena nilai PDRB dicatat tiap tahun, maka akan didapat catatan angka dari tahun ke tahun. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh keterangan kenaikan ataupun penurunan apakah ada perubahan atau pengurangan kemakmuran material atau tidak.
3. Batas wilayah perhitungan PDRB adalah negara (domestik). Hal ini memungkinkan kita mengukur sejauh mana kebijaksanaan ekonomi diterapkan pemerintah mampu mendorong aktifitas perekonomian domestik.
2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pendekatan Produksi Menurut metode ini, PDRB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara perhitungannya adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah produksi masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Dalam metode ini yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) masing-masing sektor. Yang dimaksud nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan nilai input antara.
Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu region/wilayah dalam angka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit
(31)
produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 kelompok lapangan usaha, yaitu :
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
(32)
2.3 Pertumbuhan Penduduk
2.3.1 Faktor Yang Mempercepat Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk dunia yang besar jumlahnya tersebut disebabkan oleh dua faktor. Yang pertama adalah jumlah penduduk yang sudah terlalu banyak dewasa ini. Semenjak permulaan abad lalu, yaitu dalam satu abad, penduduk dunia telah berkembang dari 1,6 Milyar menjadi lebih 6 Milyar. Pertambahan penduduk yang demikian besar dalam waktu singkat tersebut belum pernah terjadi dalam sejarah.
Faktor kedua dan yang lebih penting, yang menyebabkan perkembangan penduduk yang sangat pesat dewasa ini adalah tingkat pertambahan penduduk yang relatif sangat cepat dalam beberapa dasawarsa belakangan ini. Bahwa pada masa ini cepatnya tingkat pertambahan penduduk adalah lebih besar daripada masa-masa sebelumnya sudah dapat disimpulkan dari gambaran mengenai keadaan perkembangan penduduk yang baru saja dijelaskan. Banyak usaha telah dibuat untuk memperkirakan lajunya tingkat perkembangan penduduk pada masa-masa lalu. Salah satunya adalah Batelson dan menurut perhitungannya, diantara tahun 1650-1750 laju rata-rata pertambahan penduduk adalah sebesar 0,3 persen. Tingkat ini jauh lebih cepat dari yang dicapai pada masa sebelumnya.
Ledakan penduduk yang terjadi dalam beberapa dasawarsa belakangan lebih mengubah corak permasalahan penduduk yang harus diatasi negara berkembang. Secara umum boleh dikatakan bahwa masalah penduduk yang sedang dihadapi sekarang ini jauh lebih rumit dari masalah sebelum perang dunia II, sebelum penduduknya mencapai jumlah dan tingkat perubahan seperti sekarang ini. Tingkat pertambahan yang terlalu tinggi, secara langsung telah
(33)
menimbulkan kesulitan kepada negara berkembang unutk mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Telah ditunjukkan bahwa diantara negara-negara tersebut ada yang mengalami perkembangan Produk Domestik Bruto yang cukup tinggi. Disamping data kenaikan Produk Domestik Bruto yang tinggi ini, didapat pula data yang menggambarkan bahwa tingkat pendapatan perkapita tidak menunjukkan gambaran yang terlalu menggembirakan. Perbedaan yang besar antara tingkat pertumbuhan Produksi Domestik Bruto dan tingkat pertambahan pendapatan perkapita disebabkan oleh tingkat perkembangan penduduk yang sangat tinggi.
2.3.2 Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
Jumlah penduduk biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan ‘income per capita’ negara tersebut. Yang secara kasar menerminkan perekonomian negara tersebut. Ada yang berpendapat bahwa jumlah penduduk yang besar adalah sangat menguntungkan bagi pembangunan ekonomi. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa penduduk yang sedikit yang dapat mempercepat pembangunan ekonomi kearah yang lebih baik. Disamping itu ada pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk suatu negara harus seimbang dengan jumlah sumber-sumber ekonominya, baru dapat diperoleh kenaikan pendapatan nasional. Inilah yang dikemukakan dengan teori penduduk optimum.
Pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama peningkatan standar hidup penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Pada akhir abad 18 telah berkembang suatu pandangan yang mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk (popultion growth) akan sangat dibatasi oleh kemampuan
(34)
alami untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs) dari penduduk yang jumlahnya terus meningkat itu. Jika penduduk bertambah lebih cepat daripada kemampuan ekonomi maka pertumbuhan penduduk harus dikendalikan atau dikontrol, sebab kalau tidak akan menyebabkan penderitaan umat manusia yang semakin berat.
2.3.3 Dinamika Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur. Sementara itu Migrasi berperan yaitu “imigran” (pendatang) akan menambah dan “emigran” akan mengurangi jumlah penduduk.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh empat komponen yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), in-migration (migarasi masuk) dan out-migration (migrasi keluar). Selisih antara kelahiran dan kematian disebut “reproductive change” (perubahan reproduktif) atau “natural increase” (pertumbuhan alamiah). Selisih antara in-imigration dan out-migration disebut :net-migaration” atau migrasi neto. Jadi perubahan penduduk hanya dipengaruhi oleh dua cara yaitu melalui perubahan reproduksi dan migrasi neto.
(35)
Pertumbuhan penduduk tersebut dapat dinyatakan dengan formulasi sebagai berikut :
Pt = P0 + (B – D) + (Mi – Mo) Dimana :
P0 : Jumlah penduduk tahun dasar Pt : Jumlah penduduk tahun tertentu B : Angka kelahiran
D : Jumlah kematian Mo : Migrasi keluar Mi : Migrasi masuk
2.3.4 Teori-teori Kependudukan 2.3.4.1. Teori Malthus
Malthus merupakan orang pertama yang berhasil mengembangkan suatu teori kependudukan yang komprehensif dan konsisten dalam kaitannya dengan kondisi ekonomi. Thomas Robert Malthus, menyatakan apabila penduduk tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari muka bumi ini. Tingginya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh tingginya tingkat perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Malthus bependapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibanding dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk selalu mengikuti deret ukur sedangkan kemampuan untuk meningkatkan sarana-sarana jauh lebih lambat atau mengikuti deret hitung. Apabila tidak ada pembatasan pada laju pertumbuhan
(36)
penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber kemelaratan dan kemiskinan manusia (Ida Bagoes, 2003).
Menurut Malthus pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Preventive checks, dan positip checks. Preventive checks adalah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Positip checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila di suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan makanan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah penyakit dan sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan.
2.3.4.2. Arseno Dumont.
Arseno melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan Teori Kapilaritas Sosoial (Theori of Sosial Capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Untuk mencapai itu keluarga yang besar merupakan beban berat dan perintang.
2.4 Pengeluaran Pemerintah
Kunarjo (1993) mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah berperan untuk mempertemukan permintaan masyarakat dengan penyediaan sarana dan prasarana yang tidak dapat dipenuhi oleh swasta. Dikatakan pula bahwa pengeluaran pemerintah yang dinyatakan dalam belanja pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam proyek-proyek yang mengacu pada
(37)
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, dan program yang menyentuh langsung kawasan yang terbelakang. Pemerintah daerah dituntut dapat berperan aktif dalam mengelola dan mengembangkan sektor publik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Pendekatan pada upaya peningkatan pertumbuhan tidak semata-mata menentukan pertumbuhan sebagai satu-satunya tujuan pembangunan daerah, namun pertumbuhan merupakan salah satu ciri pokok terjadinya proses pembangunan. Terdapat berbagai instrumen yang digunakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian. Salah satu diantaranya adalah pembelanjaan atau pengeluaran pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Menurut Budiono (1981), pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. Pertama, pembelian faktor-faktor produksi (input) dan pembelian produk (output). Kedua, untuk pengeluaran konsumsi pemerintah (belanja rutin) serta untuk investasi pemerintah (belanja pembangunan/barang-barang modal). Pengeluaran pemerintah yang diukur dari pengeluaran rutin dan pembangunan mempunyai peranan dan fungsi cukup besar mendukung sasaran pembangunan dalam menunjang kegiatan pemerintah serta peningkatan jangkauan dan misi pelayanan yang secara langsung berkaitan dengan pembentukan modal untuk tujuan peningkatan produksi.
Layaknya pengeluaran masyarakat, maka pengeluaran pemerintah akan memperbesar permintaan agregat melalui multiplier effect dan selanjutnya akan meningkatkan produksi atau penawaran agregat, sehingga PDRB akan meningkat.
(38)
Meningkatnya PDRB merupakan indikasi timbulnya suatu perekonomian yang akan menambah penerimaan. Menurut Susanti (2000), pengeluaran pemerintah akan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian suatu negara. Kaidah ini dikenal dengan hukum Wagner, yaitu adanya korelasi positif antara pengeluaran pemerintah dengan tingkat pendapatan nasional. Walaupun demikian, peningkatan pengeluaran pemerintah belum tentu berakibat baik terhadap aktivitas perekonomian. Oleh karena itu, perlu juga dilihat efisiensi penggunaan pengeluaran pemerintah tersebut.
2.4.1. Teori Pengeluaran Pemerintah 1. Teori Keynes
Keynes berpendapat tingkat kegiatan dalam perekonomian ditentukan oleh perbelanjaan agregat. Pada umumnya perbelanjaan agregat dalam suatu periode tertentu adalah kurang dari perbelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat full employment. Keadaan ini disebabkan karena investasi yang dilakukan para pengusaha biasanya lebih rendah dari tabungan yang akan dilakukan dalam perekonomian full employment. Keynes berpendapat sistem pasar bebas tidak akan dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang akan menciptakan full employment. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan kebijakan pemerintah.
Tiga bentuk kebijakan pemerintah yaitu kebijakan fiskal, moneter dan pengawasan langsung. Kebijakan fiskal melalui pengaturan anggaran pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Dalam masa inflasi biasanya kebijakan fiskal akan berbentuk mengurangi pengeluaran pemerintah dan meningkatkan pajak. Sebaliknya apabila pengangguran serius maka pemerintah berusaha menambah
(39)
pengeluaran dan berusaha mengurangi pajak. Kebijakan moneter dilakukan dengan mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Pengawasan langsung dilakukan dengan membuat peraturan-peraturan.
2. Teori Peacock dan Wiseman
Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman (1961) adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi (PDB) menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat.
Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya PDB menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar. Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga meningkat dan pemerintah meningkatkan penerimaannya tersebut dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang.
Kondisi di atas disebut efek pengalihan (displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Perang tidak hanya dibiayai dengan pajak, akan tetapi pemerintah juga melakukan pinjaman ke negara lain. Akibatnya setelah perang sebetulnya pemerintah dapat kembali menurunkan tarif pajak, namun tidak dilakukan karena
(40)
pemerintah masih mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut.
Sehingga pengeluaran pemerintah meningkat karena PDB yang mulai meningkat , pengembalian pinjaman dan aktivitas baru setelah perang. Ini yang disebut efek inspeksi (inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah dimana kegiatan ekonomi tersebut semula dilaksanakan untuk swasta. Ini disebut efek konsentrasi (concentration effect). Adanya ketiga efek tersebut menyebabkan aktivitas pemerintah bertambah. Setelah perang selesai dan keadaan kembali normal maka tingkat pajak akan turun kembali.
2.4.2. Peranan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ari Perdana (2005), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dengan total pengeluaran pemerintah. Hasil estimasi dengan metode Granger causality menunjukkan bahwa secara signifikan pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto) berpengaruh positif terhadap pengeluaran pemerintah dan total pengeluaran pemerintah tidak signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Bila produk domestik bruto meningkat maka akan berdampak kepada peningkatan kegiatan ekonomi utamanya sektor riil dan dunia usaha pada umumnya. Peningkatan kegiatan ekonomi akan membawa pengaruh peningkatan penerimaan pemerintah melalui perpajakan, karena bergairahnya perekonomian sehingga aktivitas dunia usaha meningkat dan pada akhirnya keuntungan perusahaan meningkat pula. Hasil penelitian juga menunjukkan
(41)
bahwa apabila terjadi shock terhadap produk domestik bruto maka pengeluaran pemerintah akan merespon setelah tahun pertama dan setelah tahun ketujuh akan mengarah menuju konvergen kembali.
2.4.3. Pengeluaran Rutin Pemerintah
Pengeluaran rutin pemerintah yaitu pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Yang termasuk dalam pengeluaran rutin adalah belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, bunga dan cicilan hutang dan lain-lain.
Anggaran belanja rutin memegang peranan penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya peningkatan efisiensi dan produktifitas, yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain dapat diupayakan melalui pinjaman, alokasi pengeluaran rutin, dan pengendalian koordinasi pelaksanaan pembelian barang-barang dan jasa kebutuhan departemen/lembaga negara non departemen. Dan pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap.
2.4.4. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran untuk pembangunan, baik fisik, seperti jalan, jembatan, gedung-gedung dan pembelian kendaraan, maupun pembangunan non fisik spiritual seperti training, penataran, dan sebagainya.
(42)
Pengeluaran pembagunan merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk membiayai program-program pembangunan, sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang berhasil dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang direncanakan dalam Repelita. Misalnya, dalam Pelita I pembangunan dititik beratkan pada sektor pertanian dan industri yang mendukung pertanian, dan Pelita II menitik beratkan pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku dan seterusnya.
Selain membiayai pengeluaran sektoral melalui departemen/lembaga pengeluaran pembangunan juga membiayai proyek-proyek khusus daerah yang dikenal sebagai proyek inpres (instruksi presiden), pusat maupun masing-masing daerah.
2.5 Investasi
2.5.1. Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno,1994:107). Investasi tidak hanya untuk memaksimalkan output, tetapi untuk menentukan distribusi tenaga kerja dan distribusi pendapatan, pertumbuhan dan kualitas penduduk serta teknologi.
Berdasarkan dari sumber kepemilikan modal, maka investasi swasta dapat dibagi menjadi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri.
(43)
Investasi atau pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan mengganti dan untuk menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Investasi atau pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi dibedakan menjadi investasi perusahaan swasta, perubahan inventaris perusahaan dan investasi yang dilakukan oleh pemerintah. Investasi perusahaan merupakan komponen yang terbesar dari investasi dalam suatu negara. Pengeluaran investasi tersebut terutama meliputi mendirikan bangunan industri, membeli mesin-mesin dan peralatan produksi lain dan pengeluaran untuk menyediakan bahan mentah. Investasi yang dilakukan di masa kini sangat erat hubungannya dengan prospek memperoleh keuntungan di masa depan.
Harrod dan Dommar memberikan peranan kunci kepada investasi terhadap peranannya dalam proses pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, investasi memiliki peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan, dan kedua, investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Jhingan, 1999:291).
Investasi dibedakan ke dalam dua jenis utama yaitu investasi tetap (fixed investment), dan investasi persediaan (inventory investment). Joseph Alois Scumputer membedakan investasi menjadi dua yaitu investasi terpengaruh (induced investment) adalah investasi yang besar kecilnya sangat tergantung atau dipengaruhi oleh perubahan di dalam pendapatan nasional, volume penjualan, keuntungan perusahaan. Serta investasi otonom (autonomous investment) yaitu
(44)
investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang bersifat jangka panjang seperti adanya penemuan baru, perkembangan teknologi dan sebagainya.
2.5.2. Teori Investasi
2.5.2.1. Teori Investasi dari Keynes
Jhon Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi atas konsep efesiensi marjinal kapital (Marginal Efficiency of Capital/MEC). MEC dapat didefenisikan sebagai perolehan bersih yang diharapkan atau pengeluaran kapital tambahan. Tepatnya MEC adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan.
2.5.2.2. Aliran Neoklasik
Teori klasik tentang investasi merupakan teori tentang akumulasi kapital optimal. Menurut teori ini kapital yang diinginkan ditentukan oleh ooutput harga dari jasa kapital relatif terhadap harga barang-barang modal, tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan. Jadi menurut teori ini perubahan didalam output atau harga dari jasa kapital relatif terhadap harga output akan mengubah atau mempengaruhi stok kapital yang diinginkan dan juga investasi.
Seperti halnya teori akseleator, output ditentukan oleh stok kapital yang diinginkan. Jadi, kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah atau penurunan didalam pajak pendapatan perusahaan akan mendorong investasi melalui dampaknya atas permintaan agregat, dan selanjutnya output. Seperti dalam teori
(45)
dana internal, perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan adalah merupakan hal yang penting. Namun menurut aliran Neo klasik, pajak perusahaan penting dikarenakan pengaruhnya tas ketersediaan dana internal.
Berbeda dengan teori akselator dan teori dana internal, teori Neo Klasik mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan faktor penentu dari stok kapital yang diinginkan. Jadi, kebijakan moneter melalui pengaruhnya atau mengubah stok kapital yang diinginkan dan investasi.
2.5.3. Jenis-jenis Investasi
Adapun jenis-jenis investasi adalah :
1. Investasi terdororng (induced investment) dan investasi otonom (autonomous investment).
Investasi yang terdorong yakni investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Baik pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat atau nasional. Investasi otonom adalah investasi yang dilakukan pemerintah karena disamping biayanya yang sangat besar juga investasi ini kurang memberikan keuntungan, dimana besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan baik itu pendapatan daerah maupun pendapatan nasional. Tetapi dapat berubah karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor diluar pendapatan, seperti tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya.
2. Public Invesment dan Private Investment
Public investment adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah, yang dimaksud pemerintah disini adalah pemerintah pusat atau daerah. Sedangkan
(46)
Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh swasta, dimana keuntungan menjadi prioritas utama. Berbeda dengan public investment yang diarahkan untuk melayani dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat banyak.
3. Domestic Investment dan Foreign Investment
Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri, sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing.
4. Gross Investment atau Net Investment
Gross investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu waktu. Net investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Misalnya investasi tahun ini adalah 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu sebesar 10 juta. Maka investasii netto adalah 15 juta.
2.6. Peneliti Terdahulu
1. Nasara, 1997 mengadakan penelitian dengan judul Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia dengan menggunakan model persamaan :
Ln Y = Ln α + β0 Ln X0+ β1 Ln X1+ β2 Ln X2+ β3 LnX3 + µ Dimana :
Y : PDRB
α : Konstanta X0 : Tenaga kerja
X1 : Pembentukan modal
(47)
X3 : Aglomerasi
Hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh penggunaan variabel demografi dalam model pertumbuhan ekonomi daerah pada 25 propinsi di Indonesia adalah bahwa variabel pembentukan modal, tenaga kerja, mutu modal manusia dan aglomerasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB masing-masing daerah penelitian tersebut.
2. Arif Yunarko, 2007 mengadakan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Pendapatan Asli Daerah dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Jawa Tengah dengan menggunakan model persamaan :
Ln Y = Ln α + β1 Ln X1+ β2 Ln X2+ β3 LnX3 + µ Dimana :
Y : PDRB
α : Kontanta X1 : Investasi
X2 : Pendapatan Asli Daerah X3 : Tenaga Kerja
Hasil daripada penelitian yang dilakukan adalah bahwa variabel tingkat investasi, pendapatan asli daerah, dan tenaga kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Berdasarkan uji t dengan tingkat signifikansi 5 persen diketahui
bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk dalam jangka panjang akan menurunkan kembali tingkat pembangunan ke tahap yang lebih rendah. Ini terjadi
(48)
karena hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang, karena dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai keadaan stationary state Dengan rendahnya tingkat investasi maka lapangan pekerjaan yang tersedia juga semakin sedikit sehingga produktivitas yang dihasilkan juga semakin menurun. Untuk dapat meningkatkan produktivitas maka yang diperlukan adalah peningkatan akumulasi modal. Jumlah penduduk yang banyak tetapi efisien dan produktifitas sangat tinggi ini akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
3. Hotma Marida, 2006 mengadakan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Investasi Terhadap PDRB Sumatera Utara dengan menggunakan model persamaan :
Y = α + β1 X1+ β2 X2 + µ
Hasil daripada penelitian yang dilakukan adalah bahwa variabel pertumbuhan penduduk dan tingkat investasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB Sumateara Utara. Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap PDRB Sumatera Utara.Sedangkan tingkat investasi berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara.
(49)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian.
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh diantara variabel X1 (Pertumbuhan Penduduk), X2 (Pengeluaran Pemerintah), dan X3 (investasi) terhadap Y (PDRB). Periode kajian yang dipergunakan adalah 21 tahun yakni dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2007.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa instansi yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu melalui Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumtera Utara. Disamping itu data-data lain yang mendukung penelitian ini dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah, dan laporan yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Data yang digunakan adalah PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku, pertumbuhan penduduk Sumatera Utara, tingkat konsumsi, dan investasi Sumatera Utara baik PMDN maupun PMA.
(50)
3.3 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program eviews 5.
3.4 Model dan Analisis Data
Model analisa data yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis, yaitu suatu pernyataan hubungan matematis yang digunakan dalam menentukan hubungan yang berlaku diantara laju pertumbuhan penduduk, tingkat konsumsi dan investasi terhadap PDRB Sumatera Utara.
Dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini menggunakan alat analisa ekonometrika, yaitu meregresikan variabel-variabel yang ada dengan Ordinary Least Square (OLS). Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisa statistik yaitu persamaan regresi linier berganda (multiple regression).
Fungsi persamaannyan adalah sebagai berikut : Y = f (X1,X2,X3)...(1)
Dengan spesifikasi model adalah sebagai berikut :
LogY = α + β1 LogX1+ β2 LogX2+ β3 LogX3 + µ ...(2) Dimana :
Y = Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (Juta Rupiah)
α = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien Regresi
X1 = Pertumbuhan Penduduk (persen)
X2 = Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rupiah) X3 = Investasi (PMDN dan PMA) dalam Juta Rupiah
(51)
Secara matematika, bentuk hipotesanya menjadi : • 0 1 < X Y δδ
Jika terjadi peningkatan pada X1 (pertumbuhan penduduk), maka Y (PDRB) akan mengalami penurunan, ceteris paribus.
• 0 2 > X Y δδ
Jika terjadi peningakatan pada X2 (pengeluaran pemerintah), maka Y (PDRB) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.
• 0 3 > X Y δδ
Jika terjadi peningkatan pada X3 (investasi), maka Y (PDRB) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.
3.4.1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data terbebas dari masalah multikolinieritas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah.
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas merupakan salah satu asumsi regresi linier klasik adalah tidak adanya multikolinieritas sempurna (no perfect multicollinearity). Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Ragnar Frisch tahun 1934. Menurut Frisch, suatu model regresi dikatakan terkena multikolinieritas bila terjadi hubungan linier yang
(52)
perfect datau exact di antara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan kesulitan untuk dapat melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan.
Cara medeteksi masalah multikolinieritas :
a. Nilai R2 yang dihasilkan dari hasil estimasi model empiris sangat tinggi, tetapi tingkat signifikan variabel bebas berdasarkan uji t-statistik sangat kecil atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan.
b. Menggunakan Korelasi Parsial (Examination of Partial Correlations) Langkah-Langkah yang digunakan yaitu :
1) Melakukan estimasi atau regresi dengan model awal y = (x1,x2). Dari hasil estimasi model ini, nilai R2 yang ditemukan disebut dengan
2 , , ,x1x2x3
y
R
2) Lakukan regresi dengan menggunakan model x1 = f(x2) ; x2 = f(x1). Nilai R2 yang ditemukan, kemudian masing-masing disebut dengan 2, ,
3 2 1x x
x
R ;
2 , ,1 3 2x x
x
R dan 2, ,
1 2 3x x
x
R
3) Rule of Thumb yang digunakan sebagai pedoman adalah bila nilai 2
, , ,x1x2x3 y
R lebih tinggi dibandingkan dengan 2, ,
3 2 1x x
x
R ; 2, ,
3 1 2x x
x
R dan
2 , , 2 1 3x x
x
R maka dalam model empiris tidak ditemukan adanya multikolinieritas. (Dasar-Dasar Ekonometrika : Kerjasama Bank Indonesia Dengan Program Studi MEP dan M.Si Universitas Sumatera Utara Tahun 2000).
(53)
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila error term (µ) dari waktu yang berbeda atau mengalami korelasi serial apabila :Var (ei, ej) ≠ 0 untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi antaralain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan log pada model dan tidak memasukkan variabel yang penting. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variansnya tidak minimum, sehingga tidak efisien
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (D-Wtest) sebagai berikut :
(
)
(
)
∑
∑
− − = − t e et et hit D 2 2 1Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut : Ho : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi H0 : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk
berbagai nilai α, hipotesis yang digunakan adalah :
1. Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif, bila nilai D-W statistik terletak antara 0 < d < d1
2. Tolak Ho yang mengatakan tidak adal autokorelasi negatif, bila nilai D-W statistik terletak antara 4-d1 < d < 4.
3. Terima Ho yang tidak ada autokorelasi negatif maupun autokorelasi positif, bila nilai D-W statistik terletak antara du < d < 4-du.
(54)
4. Ragu-Ragu (inconclusive) tidak ada autokorelasi positif bila d1≤ d ≤ 4-d1. 5. Ragu-ragu (inconclusive) tidak ada autokorelasi negatif bila du≤ d ≤ 4-d1.
Autokorelasi (+) Ho diterima Autokorelasi (-) Conclusive (No serial Correlation) Conclusive
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
Gambar 3.1 : Durbin Watson Test
3.4.2. Test of Goodnes Of Fit (Uji Kesesuaian) 1. Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien Determinasi yang dinotasikan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang diestimasi. Nilai koefisien determinasi mencermikan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebasnya. Bila R2 = 0 artinya, variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebasnya.
2. Uji t-Statistik
Uji t merupakan suatu pengujian untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan
(55)
mneganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : β1 = 0 H1: β2≠ 0
Dengan kriteria sebagai berikut : a. Ho diterima jika thitung < ttabel
Artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat b. Ho ditolak jika thitung > ttabel
Artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. 3. Uji F Statistik
Uji F statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk pengujian ini digunakan hipotesia sebagai berikut :
Ho : β1 = 0 H1: β1≠ 0
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Ho diterima jika Fhitung < Ftabel
Artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat b. Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel
Artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :
(
n k)
R k R F − − )/− 1 ( 1 / 2 2 *(56)
Dimana :
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan
n = jumlah sampel
Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan (1-α) 100% sebagai berikut : a. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) maka Ho diterima.
b. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 (α) maka Ho ditolak.
3.5 Defenisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup yang ada, maka akan dijelaskan defenisi operasional variabel dependen dan variabel independen sebagai berikut:
1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi atau jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam kurun waktu tertentu berdasarkan harga konstan yang diukur dalam satuan Juta Rupiah.
2. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan jumlah penduduk pada suatu daerah pada jangka waktu tertentu yang diukur dalam satuan persen.
3. Pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran rutin dan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam satu tahun dari Tahun 1987-2007, yang diukur dengan satuan Milyar Rupiah.
4. Investasi adalah PMDN dan PMA Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau nilai tambah produksi yang diukur dalam satuan Juta Rupiah.
(57)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografis Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, sebelah Timur dengan Malaysia di selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat dan si sebelah barat dengan Samudera Hindia.
Luas daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagain besar barada di daratan pulau Sumatera, dan sebagain kecil berada di pulau Nias, pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagin barat maupun di bagian Timur Pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam tiga kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.
a. Iklim
Karena letak dekat Khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya daratan, hanya beberapa meter di atas permukaan air laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,00C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 14,60C.
(58)
Sebagaimana Propinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi musim pancaroba.
b. Kondisi Demografi
Sumatera Utara didiami oleh berbagai suku seperti: Batak, Melayu, Nias, Minangkabau, dan Jawa ini merupakan propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Menurut hasil sensus penduduk yang dilakukan pada Tahun 2000 tepatnya tanggal 30 Juni 2000, penduduk Sumatera Utara berjumlah 11,506 Juta Jiwa.
Jumlah penduduk yang tinggal di daerah pedesaan sekitar 6,6 juta jiwa atau sekitar 75,36% dari jumlah penduduk di Sumatera Utara. Sedangkan sisanya yaitu sekitar 4,906 juta jiwa tinggal di daerah perkotaan atau sekitar 42,64% dari jumlah penduduk Sumatera Utara.
4.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara
Pertumbuhan ekonomi daerah mencerminkan keadaan perekonomian di suatu daerah. Keadaan perekonomian ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan kondisi perusahaan yang beroperasi di daerah yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan di suatu daerah maka semakin besar pula kesempatan berkembang bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di daerah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat pertumbuhan perekonomian
(59)
daerah secara tidak langsung merupakan gambaran kemakmuran suatu daerah. Perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan atas dasar angka PDRB.
4.1.2.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi terbesar di pulau Sumatera baik ditinjau dari jumlah penduduk maupun nilai PDRB. Nilai PDRB Sumatera Utara tahun 2005 atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 136,90 triliun, dimana nilai ini merupakan 5,01 persen dari total PDB Indonesia, yang sebesar Rp. 2.729,70 triliun. Sementara berdasarkan harga konstan 2000, PDRB Sumatera Utara tahun 2005 bernilai Rp. 87,89 triliun. Nilai ini sekitar 5,02 persen dari nilai PDB Indonesia yang sebesar Rp. 1.749,57 trilliun.
Karena pengaruh tingginya tingkat inflasi tahun 2005 sebesar 22,41 persen di provinsi Sumatera Utara, mengakibatkan perekonomian Sumatera Utara tahun 2005 mengalami sedikit kelambanan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi. Jika pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,74 persen, maka tahun 2005 mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar 5,48 persen (Tabel 4.1). Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara sedikit lebih kecil dari angka nasional yang mencapai sebesar 5,60 persen. Lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara dibandingkan dengan Nasional mengindikasikan bahwa perekonomian Sumatera Utara masih sedikit melambat pertumbuhannya jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia.
(60)
Tabel 4.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Tahun 2001-2005 (Persen)
No. Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005
1 Pertanian 3,8 2,53 2,51 3,75 3,38
2 Pertambangan -12,36 -0,5 -1,35 -10,68 6,42 3 Industri Pengolahan 4,09 5,03 4,29 5,38 4,76 4 Listrik, gas, & air minum 10,69 7,03 5,42 3,09 5,15 5 Konstruksi/bangunan 2,39 4,64 6,01 7,65 12,96 6 Perdagangan, hotel &
restoran 4,16 4,95 2,88 6,11 4,95
7 Angkutan & komunikasi 8,35 12,14 10,45 13,49 10,11 8 Bank & Lembaga Keuangan 4,66 5,59 6,84 6,9 7,15
9 Jasa-jasa 4,28 3,04 11,55 6,16 4,36
PDRB Sumatera Utara 3,98 4,56 4,81 5,74 5,48 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
Jika diamati pertumbuhan ekonomi persektor, maka setiap sektor mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi pada sektor Konstruksi/Bangunan yang tumbuh sebesar 12,96 persen, di susul oleh sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 10,11 persen dan sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yang tumbuh sebesar 7,15 persen.
Meskipun seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif, namun karena distribusi sektor Industri Pengolahan dan Pertanian yang merupakan penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara, maka pelambatan pertumbuhan kedua sektor ini menyebabkan angka PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun 2005 juga mengalami kelambatan pertumbuhan jika dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2004 kedua sektor ini mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 3,75 persen dan 5,38 persen, maka tahun 2005 sektor pertanian tercatat sebesar 3,38 persen dan sektor industri tumbuh
(61)
sebesar 4,76 persen, jika dibanding tahun sebelumnya, maka kedua sektor itu mengalami sedikit penurunan.
Apabila dilihat dari peranan sektor ekonomi (Tabel 4.2), sektor pertanian, sektor industri, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masih memegang peranan dalam pembentukan PDRB Sumatera Utara. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 68,31 persen terhadap perekonomian Sumatera Utara. Peranan ini sedikit manurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 68,34 persen. Gambaran ini memberikan petunjuk bahwa Provinsi Sumatera Utara masih sangat tergantung pada ketiga sektor ini. Lumpuhnya sektor-sektor ini juga akan melumpuhkan perekonomian Sumatera Utara.
Menurunya jumlah sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB terjadi karena beberapa faktor, misalnya: permintaan pasar, produksi barang, fan penawaran barang. Perubahan perekonomian ini menyebabkan dan disebabkan oleh diversifikasi usaha, perubahan teknologi, relokasi usaha, dan penyaringan jenis inestasi pada wilayah/daerah tertentu maupun alih fungsi lahan pertanian.
(62)
Tabel 4.2
Struktur Perekonomian Sumatera Utara Tahun 2001-2005
(Persen)
No. Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 1 Pertanian 26,95 26,94 24,94 24,47 23,44
2 Pertambangan 1,5 1,25 1,18 1,17 1,25
3 Industri Pengolahan 24,62 23,7 25,27 25,36 25,97 4 Listrik, gas, & air minum 0,89 1,15 1,29 1,26 1,26 5 Konstruksi/bangunan 5,76 5,75 5,48 5,7 5,94 6 Perdagangan, hotel &
restoran 18,64 18,49 18,48 18,51 18,09
7 Angkutan & komunikasi 6,79 7,56 7,83 8,03 8,61 8 Bank & Lembaga
Keuangan 5,82 6,02 5,99 6,09 6,1
9 Jasa-jasa 9,04 9,14 9,54 9,42 9,33
PDRB Sumatera Utara 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
4.1.2.2 PDRB Menurut Penggunaan
Jika dilihat dari penggunaan nilai tambah yang diperoleh, sebagian besar (54,37 persen) digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga pada tahun 2005. Persentase tersebut yang tercatat lebih besar daripada tahun sebelumnya. Besarnya nilai tambah yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga karena masyarakat lebih mendahulukan kebutuhan primernya daripada kebutuhan yang lain.
Semakin meningkatnya nilai konsumsi rumah tangga mencerminkan kondisi perekonomian sedikit melemah, karena jika sabagian besar perekonomian terus dihabiskan untuk konsumsi rumahtangga maka dikhawatirkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah/daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang semu.
(63)
Tabel 4.3
Distribusi Persentase PDRB Sumatera Utara Menurut Penggunaan Tahun 2001-2005
(Persen)
No. Komponen Penggunaan 2001 2002 2003 2004 2005 1 Konsumsi Rumahtangga 57,72 58,44 56,05 53,72 54,37 2 Konsumsi Nirlaba 0,46 0,44 0,48 0,47 0,50 3 Konsumsi Pemerintah 6,25 6,63 8,13 8,34 8,63 4 Pembentukan modal 14,09 14,36 14,79 16,24 16,50 5 Perubahan Stok 4,32 2,35 3,85 3,76 2,27 6 Ekspor Netto 17,16 17,78 16,69 17,47 17,72
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
Walaupun persentase konsumsi rumahtangga terhadap total PDRB sangat besar, namun masyarakat Sumatera Utara juga cukup perhatian dalam sarana dan prasarana lingkungannya. Pernyataaan tersebut didukung dari data yang ada, dimana pembentukan modal tetap bruto (PDRB atas dasar harga konstan 2000) selama tahun 2005 sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, besarnya nilai tambah yang digunakan untuk pembentukan barang modal sebesar Rp. 22,59 triliun atau 16,50 persen dari nilai PDRB Sumatera Utara.
Selain digunakan oleh masyarakat untuk konsumsi dan pembentukan modal, PDRB Sumatera Utara juga digunakan untuk konsumsi pemerintah, lembaga nirlaba, dan ekspor. Jika dikumulatifkan, nilai PDRB yang digunakan untuk ketiga kebutuhan tersebut mencapai 26,85 persen dari total PDRB.
4.1.3. Jumlah Penduduk
Sumatera Utara merupakan propinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
(64)
Menurut pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan dari SP 2000 jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,53 juta jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2004 diperkirakan sebesar 12.123.360 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara selama kurun 2000-2003 menjadi 1,14 per tahun. Penduduk perempuan Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari laki-laki. Pada tahun 2004 penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar 6.064.084 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.059.276 jiwa. Dengan demikian sex retio penduduk Sumatera Utara sebesar 99,92 persen. Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak lagi yang tinggal di pedesaan daripada di daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,88 juta jiwa (56,70%) dan yang tinggal di daerah perkotaan adalah 5,24 juta jiwa (43,30%). Sampai dengan tahun 1996 jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara masih terlihat menurun. Hal ini menggambarkan bahwa pembangunan Sumatera Utara secara keseluruhan. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta orang atau sebesar 12,31 persen dari total seluruh penduduk Sumatera Utara yang tergolong miskin 1,23 juta jiwa dengan persentase sebesar 10,92 persen. Namun karena penduduk miskin di Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi 16,74 persen dari total jumlah penduduk Sumatera Utara yaitu 1,97 juta jiwa. Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin baik secara absolut maupun secara persentase, yaitu menjadi 1,89 juta jiwa atau sekitar 15,89 persen, sedangkan tahun 2004 jumlah dan persentase menjadi turun sebanyak 1,80 juta jiwa atau sekitar 14,93 persen.
(65)
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk Sumatera Utara yang menganut agama Islam sebesar 65,45 persen, Kristen Katolik sebesar 4,78 persen, Kristen lainnya sebesar 26,62 persen, Hindu sebesar 0,19 persen, Budha sebesar 2,82 persen dan agama lainnya sebesar 0,14 persen. Pada tahun 2001 Warga Negara Asing (WNA) yang bertempat tinggal di Sumatera Utara sebanyak 232 orang. WNA ini berasal dari berbagai negara, tetapi menyebar di seluruh daerah tingkat II Sumatera Utara. Sedangkan WNA lainnya yang cukup dominan di Sumatera Utara adalah berasal dari Cina yaitu sebesar 43 orang.
(66)
Tabel 4.4
Perkembangan Jumlah Penduduk di Sumatera Utara Tahun 1987-2007 (Juta Jiwa)
Tahun Jumlah Penduduk
1987 9901862
1988 10115860 1989 10330091 1990 10256027 1991 10454686 1992 10685200 1993 10813400 1994 10981100 1995 11145300 1996 11306300 1997 11551600 1998 11754100 1999 11955400 2000 11476272 2001 11722548 2002 11847075 2003 11890399 2004 12123360 2005 12326678 2006 12643494 2007 12834371
Sumber : BPS Medan
4.1.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran daerah terdiri dari dua jenis yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja lain-lain, angsuran pinjaman hutang dan bunga, subsidi/sumbangan kepada daerah. Sementara pengelompokan pengeluaran pembangunan dialokasikan ke berbagai sektoral
(1)
1987 6439863.59 9901862 205260 15078510.75 1988 7907195.88 10115860 290480 70854309.26 1989 9039390.68 10330091 267220 12498349.55 1990 10470476.29 10256027 313900 982161016.6 1991 11806439.43 10454686 336910 31736788.01 1992 14316661.21 10685200 383130 184437153.6 1993 18215463.34 10813400 458580 35396558.89 1994 21701000.00 10981100 515620 132234439.6 1995 21753805.68 11145300 584000 205382339.3 1996 28173100.02 11306300 660900 147010059.2 1997 34006271.04 11551600 771030 220078486 1998 50705971.25 11754100 342560 653427924.1 1999 61957563.32 11955400 449550 417604751.9 2000 68260770.27 11476272 416770 739624340.7 2001 78501351.04 11722548 916210 414948327.5 2002 25925361.49 11847075 1021300 97837381.48 2003 96233391.34 11890399 1351982 821474869.2 2004 118647290.5 12123360 1501540 595179482.7 2005 139618314.3 12326678 1830610 359935330 2006 160033719.8 12643494 2184710 1745384883 2007 194736518.7 12834371 2717950 3098101433
(2)
Lampiran 2
Hasil Regresi Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Terhadap PDRB Sumatera Utara
Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 01/28/10 Time: 15:55 Sample: 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -161.8539 31.53891 -5.131880 0.0001 X1 10.79604 2.097043 5.148223 0.0001 X2 0.106205 0.184643 0.575190 0.5727 X3 0.126885 0.064921 1.954453 0.0673
R-squared 0.937546 Mean dependent var 17.34208 Adjusted R-squared 0.926525 S.D. dependent var 1.062907 S.E. of regression 0.288114 Akaike info criterion 0.518721 Sum squared resid 1.411163 Schwarz criterion 0.717678 Log likelihood -1.446574 F-statistic 85.06744 Durbin-Watson stat 2.157915 Prob(F-statistic) 0.000000
(3)
Lampiran 3
MULTIKOLINIERITAS Uji Variabel X1 terhadap X2 dan X3
Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 01/28/10 Time: 15:59 Sample: 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 15.02952 0.130450 115.2128 0.0000 X2 0.069175 0.012840 5.387643 0.0000 X3 0.014980 0.006386 2.345767 0.0306
R-squared 0.831812 Mean dependent var 16.24108 Adjusted R-squared 0.813125 S.D. dependent var 0.074911 S.E. of regression 0.032383 Akaike info criterion -3.890786 Sum squared resid 0.018876 Schwarz criterion -3.741569 Log likelihood 43.85326 F-statistic 44.51160 Durbin-Watson stat 1.332410 Prob(F-statistic) 0.000000
(4)
Uji Variabel X2 terhadap X1 dan X3
Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 01/28/10 Time: 16:00 Sample: 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -131.3844 25.72761 -5.106747 0.0001 X1 8.922813 1.656163 5.387643 0.0000 X3 -0.009313 0.082845 -0.112415 0.9117
R-squared 0.780551 Mean dependent var 13.35276 Adjusted R-squared 0.756168 S.D. dependent var 0.744818 S.E. of regression 0.367787 Akaike info criterion 0.968936 Sum squared resid 2.434805 Schwarz criterion 1.118153 Log likelihood -7.173825 F-statistic 32.01181 Durbin-Watson stat 0.682124 Prob(F-statistic) 0.000001
(5)
Uji Variabel X3 terhadap X1 dan X2
Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 01/28/10 Time: 16:00 Sample: 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -233.6183 100.3960 -2.326970 0.0318 X1 15.62963 6.662907 2.345767 0.0306 X2 -0.075332 0.670128 -0.112415 0.9117
R-squared 0.560902 Mean dependent var 19.21780 Adjusted R-squared 0.512113 S.D. dependent var 1.497555 S.E. of regression 1.046026 Akaike info criterion 3.059437 Sum squared resid 19.69507 Schwarz criterion 3.208655 Log likelihood -29.12409 F-statistic 11.49655 Durbin-Watson stat 3.017037 Prob(F-statistic) 0.000607
(6)
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : TUTI CHAIRANI BINTANG
NIM : 070523002
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi
Adalah benar telah membuat skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dengan membuat judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Terhadap PDRB Sumatera Utara”
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan seperlunya.
Medan, Maret 2010