PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN ASIMETRI INFORMASI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris Pada SKPD Kabupaten Sleman)

(1)

BUDGETARY PARTICIPATION, ORGANIZATION COMMITMENT, AND INFORMATION ASYMMETRY AND ITS INFLUENCE ON BUDGETARY

SLACK

(Empirical Study On Region SKPD Sleman)

Oleh

HEFI LISTRIANI 20120420316

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

BUDGETARY PARTICIPATION, ORGANIZATION COMMITMENT, AND INFORMATION ASYMMETRY AND ITS INFLUENCE FOR BUDGETARY

SLACK

(Empirical Study On Region SKPD Sleman)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

OLEH HEFI LISTRIANI

20120420316

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

v

kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri”.

(Q.S. Ar-

Ra’d:11)

“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan

mengatasi dari suatu kegagalan ke kegagalan berikutnya

tanpa kehilangan semangat” (Winston Chuchill)

“Sebelum menulis belajarlah berpikir dahulu” (Boileau)


(5)

vi

Sang Khalik ALLAH SWT, yang telah menjabah sebagian dari do’a yang saya haturkan serta keberkatan dan kesehatan yang telah Engkau berikan.

Orang tua terhebat sepanjang masa, Saidi (Inspiratorku yang tak pernah kenal lelah, selalu menjadi super hero ku), Rukaenah (Motivatorku yang selalu mendorongku untuk mewujudkan segala impian, dan selalu mendoakanku dalam setiap sujudnya), serta ketiga saudara dan saudariku mbak anti, mbak ema dan abiel yang senantiasa mendukung apapun hal yang saya kerjakan.

Bapak Dr. Bambang Jatmiko, SE., M.Si., yang selalu sabar dan perhatian dalam membimbing serta membangun karakter sebagai dosen.

Seluruh dosen Akuntansi FE UMY yang telah membuka mata kami akan cakrawala dunia lewat jendela ilmu yang tak berambang batas.

Untuk Lalu Muhammad Iqbal sosok laki-laki yang tidak mudah menyerah, yang selalu mengingatkan tanggung jawabku, yang mendampingku menemaniku saat sedih maupun senang.

 Sahabat seperjuangan dan saudara diperantauan, heny, dian, sinta, desy, kak jawek, kunto, agil, zyahwan, dan masih banyak lagi yang telah memberikan banyak motivasi dan inspirasi disetiap langkahku, berbagai karakter yang mengajarkanku arti persahabatan, mendengarkan keluh kesah dalam setiap cerita. We’re partner in crime, terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

 Teman-teman SMA N 11, yang selalu kompak dan tidak putus dalam hal silaturahmi dan dalam hal mendo’akan keberhasilan saya.

 Teman-teman AKUNTANSI 2012 yang selalu bahu membahu melewati ‘duka’ dan saling berbagi dalam suka.

 Dan semua pihak yang ikut membantu, yang tidak dapat saya sebut satu persatu, terimakasih atas dukungan kalian.

Keluarga dan teman-teman yang turut hadir memberi support dalam hidupku, serta ALMAMATERKU.


(6)

vii

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: “PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN

ASIMETRI INFORMASI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

SENJANGAN ANGGARANPADA SKPD KABUPATEN SLEMAN”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi masyarakat sehingga dapat digunakan dalam menentukan kebijakan. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam proses pertimbangan dan pengambilan keputusan terkait investasi dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Hj. Dr. Ietje nazaruddin, S.E., M.Si., Ak., CA kepala Program Studi Akuntansi.


(7)

viii

telah penuh kesabaran dan atensi yang tinggi telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang membimbing penulis selama ini.

6. Bapak dan Ibu Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang membantu dalam penulisan ini.

7. Orangtua dan saudara yang senantiasa memberikan doa, dorongan dan perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi tepat waktu.

8. Sahabat dan teman-teman serta semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam skripsi ini, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 16 Desember 2016


(8)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vError! Bookmark not defined. ABSTRACT ... vError! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiiiv

DAFTAR GAMBAR ... xivvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat Penelitian... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Agency Theory ... 14

2. Anggaran Sektor Publik ... 15

3. Senjangan Anggaran ... 20

4. Partisipasi Anggaran ... 24


(9)

x

Anggaran...39

2. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Senjangan Anggaran... 42

3. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Senjangan Anggaran... 44

D. Model Penelitian ... 46

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 47

A. Obyek dan Subyek Penelitian ... 47

B. Jenis Data ... 47

C. Populasi ... 47

D. Teknik Sampling ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Skala Pengukuran Variabel ... 50

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 51

1. Senjangan Anggaran ... 51

2. Partisipasi Anggaran ... 52

3. Komitmen Organisasi... 53

4. Asimetri Informasi ... 53

H. Analisis Data ... 56

I. Analisis Statistik Deskriptif ... 57

J. Pengujian Kualitas Data ... 57

1. Uji Validitas ... 57

2. Uji Reliabilitas ... 58

K. Uji Asumsi Klasik ... 58


(10)

xi

M. Uji t (Parsial) ... 62

N. Uji Koefisien Determinan (R²) ... 62

O. Uji Statistik f (simultan) ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian... 64

B. Pengembalian Kuesioner ... 66

C. Karakteristik Responden ... 68

D. Analisis Deskriptif Variabel ... 72

E. Hasil Uji Kualitas Data ... 77

1. Hasil Uji Validitas ... 77

2. Hasil Uji Reliabilitas ... 79

F. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 80

1. Hasil Uji Normalitas ... 80

2. Hasil Uji Multikolonieritas ... 81

3. Hasil Uji Autokorelasi... 82

4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 84

G. Hasil Uji Hipotesis ... 85

H. Koefisien Determinasi (R2) ... 91

I. Hasil Uji F (Simultan) ... 92

BAB V PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan... 93

B. Keterbatasan Penelitian ... 94

C. Saran ... 94


(11)

(12)

xiii

Tahun 2011-2014 SKPD Kabupaten Sleman ... 5

Tabel 2.1 Daftar Nama Peneliti Terdahulu dan Hasil Penelitian ... 35

Tabel 3.1 Daftar Nama SKPD ... 49

Tabel 3.2 Skala Pengukuran ... 51

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel ... 54

Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 67

Tabel 4.2 Karakteristik Responden ... 68

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 76

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Senjangan Anggaran (Y) ... 77

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Partisipasi Anggaran (X1)... 78

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Komitmen Organisasi(X2) ... 78

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Asimetri Informasi (X3) ... 79

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 80

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolineritas... 82

Tabel 4.10 Nilai Durbin Watson ... 83

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis ... 85

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ... 91


(13)

xiv

Gambar 4.1 Pie Chart Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 68

Gambar 4.2 Pie Chart Karakteristik Responden Jenis Kelamin ... 69

Gambar 4.3 Pie Chart Karakteristik Responden Umur ... 69

Gambar 4.4 Pie Chart Karakteristik Responden Jenjang Pendidikan ... 70

Gambar 4.5 Pie Chart Karakteristik Responden Jabatan Fungsional ... 71

Gambar 4.6 Pie Chart Karakteristik Responden Pengalaman Kerja ... 72

Gambar 4.7 Pie Chart Analisis Deskriptif Variabel Senjangan Anggaran ... 73

Gambar 4.8 Pie Chart Analisis Deskriptif Variabel Partisipasi Anggaran ... 73

Gambar 4.9 Pie Chart Analisis Deskriptif Variabel Komitmen Organisasi ... 74

Gambar4.10 Pie Chart Analisis Deskriptif Variabel Asimetri Informasi... 75

Gambar4.11 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 81


(14)

xv

Lampiran 2. Daftar Jawaban Responden ... 107 Lampiran 3. Hasil Uji Coba Kuesioner ... 123 Lampiran 4. Hasil Uji Analisis Data ... 127


(15)

(16)

(17)

viii

used in this study of primary data. Collecting data using a survey method by spreading questionnaire distributed to each SKPD. The population in this study is srtucktural official SKPD Sleman with respondents echelon III and IV. The sample selection using purposive sampling method, a total of 102 questionnaires that can be analyzed using multiple regression analysis.The results of multiple regression analysis showed that: 1) Participation budget positive influence on budgetary slack, 2)Organization commitment not adversely affect budgetary slack, 3) information asymmetry positive influence on budgetary slack this can be seen from the results of hypothesis testing. However, the participation of the budget, organization commitment and asymmetry of information on budgetary slack is low at 24.8% while the remaining 75.2% is influenced by other variables that are not addressed in this study. In this study suggested: 1) For further researchers are interested in examining the same title researchers suggest that could add other variables, such variables budgeng, group cohesiveness, the uncertainty of the environment and locus of control, 2) For further research, preferably using interviews directly to the respondents, so respondents better reflect the actual answer, 3) for further research are suggested to expand the research object.

Keywords: Budgetary Slack, Budget Participation, Organization Commitment, Information Asymmetry.


(18)

1

A. Latar Belakang Penelitian

Pada sektor pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah dalam menjalankan pemerintahan memiliki rencana-rencana dalam bentuk anggaran yang disusun dan akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan berbagai urusan pemerintahan. Berdasarkan UU 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintah Daerah, peraturan tersebut mengarahkan seluruh daerah yang ada di Indonesia untuk mampu mengelola segala hal yang berkaitan dengan daerah secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan wewenang dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Serta UU No 33 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah yang diperinci dalam PP No.58 Tahun 2005 Pasal 14 yang menjelaskan dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran yang dibuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai pejabat penatausahaan SKPD.

Anggaran menjadi salah satu elemen penting bagi pihak pemerintah daerah (Pemda) dalam mewujudkan kebutuhan dan harapan warga Indonesia. Anggaran merupakan suatu alat kordinasi, komunikasi, pengendalian serta


(19)

evaluasi bagi pemerintah daerah selama menjalankan kewajibannya pada periode tertentu dalam bentuk finansial. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2009: 61).

Penyusunan anggaran sebaiknya berdasarkan prioritas kebutuhan masyarakat yang tentunya didasarkan pada prinsip ekonomis, efektif dan efisien. Biasanya pihak Pemda menyusun anggaran ini dengan dua cara, yakni Bottom-up dan penganggaran Top-bottom. Penganggaran Bottom-up

merupakan anggaran yang disiapkan oleh pihak pelaksana anggaran tersebut yang kemudian diteruskan kepada tingkat yang lebih tinggi untuk mendapatkan persetujuan. Sedangkan penganggaran Top-bottom dimana

anggaran disusun oleh manajer tingkat atas dengan sedikit atau bahkan sama sekali tidak bekerjasama dengan manajer tingkat bawah atau dapat dikatakan tidak ada keterlibatan manajer tingkat bawah (Anthony dan Govindarajan, 2007).

Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini sering kali pemerintah daerah belum mengalokasikan anggaran sesuai dengan matriks kebutuhan masyarakat. Terkadang penggunaan anggaran ini dikuasai oleh pihak-pihak tertentu, sehingga belum dapat dioptimalkan untuk kebutuhan rakyat. Hal ini tentu harus dicermati oleh beberapa pihak sehingga dalam penyusunan anggaran hingga pengalokasian anggaran dapat tepat sasaran sehingga suatu organisasi dapat mencapai visi dan misi yang telah ditentukan.


(20)

Dalam islam sendiri telah diajarkan bahwa harta negara/daerah diprioritaskan untuk orang-orang miskin agar harta tidak berputar-putar saja pada orang-orang kaya dan Alah menjanjikan hukuman bagi orang yang tidak mentaatinya, pada konteks ini eksistensi fiqh anggaran sangat diperlukan karena bukan hanya demi kepentingan pribadi tetapi juga masyarakat, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hasr ayat 7 disebutkan bahwa:

Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang-orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya


(21)

bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.

Seorang manusia yang yakin bahwa Alah SWT pasti mengawasi hambanya, maka ia akan bertindak hati-hati dalam kehidupannya. Keyakinan tersebut akan menumbuhkan komitmen terkait dengan pengelolaan anggaran. Dengan demikian, perilaku korupsi akan dihindari. Dengan pengawasan internal dan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui mekanisme kepemimpinan yang adil, transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab. Sebelum teknik pengawasan eksternal dapat dipergunakan atau disusun sistemnya pengawasan harus didasarkan kepada perencanaan yang jelas, lengkap dan terpadu untuk meningkatkan efektivitas pengawasan dalam suatu organisasi. Hal tersebut dilakukan karena pengawsan membutuhkan struktur organisasi yang jelas, oleh karena itu harus didasari prinsip pertanggungjawaban dan amal makruf nahi munkar.

Dampak dari proses penyusunan anggaran dapat mempengaruhi perilaku manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Perilaku positif tentu perilaku individu yang selaras dengan tujuan organisasinya, sedangkan sebaliknya perilaku negatif dapat menciptakan tindakan yang dapat merugikan organisasi seperti senjangan anggaran (budgetary slack). Suatu tindakan dapat

dikatan sebagai budgetary slack apabila seseorang meningkatkan biaya atau

menurunkan pendapatan dari yang sesungguhnya pada saat proses penyusunan anggaran. Tindakan yang mengkhawatirkan seperti budgetary


(22)

slack atau senjangan anggaran ini menjadi faktor penting yang harus

diperhatikan dalam menjalankan pemerintahan.

Berdasarkan akumulasi anggaran dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Sleman menunjukkan perbandingan total APBD tahun 2011-2014 ditunjukkan pada table dibawah ini :

Tabel 1.1 Kabupaten Sleman

Satuan Kerja Perangkat Daerah

Anggaran dan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja dan Daerah Tahun 2011-2014 (dalam jutaan)

Sumber : Kantor BAPEDDA Kabupaten Sleman

Berdasarkan tabel diatas antara anggaran pendapatan daerah dengan realisasinya, maka realisasinya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan anggaran pendapatan daerah yang ditetapkan. Sedangkan anggaran belanja daerah dan realisasinya, terbukti realisasinya selalu lebih rendah daripada anggaran belanja yang ditetapkan. Data tersebut menunjukkan bahwa kinerja SKPD yang kurang optimal terbukti dalam penetapan anggaran pendapatan belanja daerah tahun 2011-2014. Berdasarkan uraian tersebut dikatakan bahwa terdapat senjangan anggaran. Senjangan anggaran terjadi karena

Tahun Anggaran Pendapatan Daerah (Rp)

Realisasi Pendapatan Daerah (Rp)

% Anggaran Belanja Daerah (Rp)

Realisasi Belanja Daerah (Rp)

%

2011 1.272.583 1.311.473 103 1.376.859 1.278.055 92,82

2012 1.475.128 1.589.722 107 1.595.739 1.421.401 89,07

2013 1.768.438 1.899.525 107 1.946.380 1.693.528 87,01


(23)

buruknya perencanaan anggaran dan kinerja aparatur di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman. Semakin besar SiLPA pada dasarnya menunjukkan semakin besar dana publik yang belum atau tidak digunakan dalam belanja atau pengeluaran pembiayaan lain, sehingga mengendap di kas daerah sebagai dana idle. Selain menimbulkan dampak SiLPA yang besar,

anggarannya cenderung dianggarkan besar (mark up) juga akan berdampak

pada besarnya ruang korupsi di satuan kerja terkait.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya senjangan anggaran diantaranya adalah dalam proses penyusunan yang melibatkan manajer tingkat bawah/menengah terdapat perilaku-perilaku manusia yang akan timbul sebagai akibat dari anggaran. Perilaku positif akan timbul jika tujuan pribadi masing-masing manajer selaras, serasi, dan seimbang dengan tujuan perusahaan begitu juga sebaliknya. Faktor lain seperti rendahnya komitmen organisasi. Dengan mementingkan dirinya sendiri atau kelompoknya. Individu tersebut tidak memiliki keinginan untuk menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik. Serta seringnya bawahan dalam memberikan informasi yang bias.

Menurut Young (dalam Apriyandi, 2011) berpendapat bahwa

budgetary slack sebagi suatu tindakan dimana melebihkan kemampuan

produktif dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi ketika diberi kesempatan untuk memilih standar kerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Hal ini dapat berdampak buruk pada organisasi sektor publik yaitu alokasi sumber daya kurang optimal dan ketidakadilan


(24)

sumber daya di seluruh unit bisnis. Unit bisnis dengan budgetary slack tinggi

menerima sumber daya lebih banyak dari yang seharusnya. Alokasi yang kurang optimal dapat menurunkan efisiensi perusahaan sehingga merugikan para pemangku kepentingan, sedangkan ketidakadilan dapat menggagalkan manajer unit bisnis yang menerima sumber daya relatif kecil.

Menurut Suartana (2010) budgetary slack terjadi karena penentuan

pendapatan yang terlalu rendah (understated) dan biaya yang terlalu tinggi

(overstated). Hal ini dapat berdampak buruk pada organisasi sektor publik

yaitu terjadi kesalahan alokasi sumber daya dan bias dalam evaluasi kinerja agen terhadap unit pertanggungjawabannya.

Untuk meminimalisir adanya tindakan negatif seperti budgetary slack,

pemerintah daerah dapat menerapkan sistem partisipasi anggaran (budgetary

participation), yakni atasan terlibat secara langsung dalam proses kaji ulang

anggaran, pengesahan anggaran, serta memantau pelaksanaan anggaran sehingga mewujudkan anggaran yang realistik. Partisipasi bawahan yang tinggi dalam proses penyusunan anggaran akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada bawahan untuk melakukan budgetary slack dan sebaliknya

ketika partisipasi bawahan rendah, harapan bawahan untuk melakukan

budgetary slack juga rendah. Maka diperlukan adanya pembatasan partisipasi,

yaitu bawahan dalam menyusun anggaran sesuai dengan proporsional atau rencana dan strategi yang telah ditentukan sehingga dapat mengurangi timbulnya budgetary slack.


(25)

Selain partisipasi anggaran, pemerintah daerah juga harus memiliki komitmen organisasi yang kuat dalam mewujudkan target kerja atau sasaran kerja yang telah ditentukan. Tingginya komitmen organisasi juga didukung oleh individu-individu yang terlibat dalam pelaksanaan kerja pada Pemda tersebut. Apabila komitmen organisasi suatu pemerintah daerah tersebut baik, maka individu atau pegawai Pemda juga akan bekerja seoptimal mungkin dan selaras dengan target kerja Pemda tersebut. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir adanya tindakan negatif seperti senjangan anggaran. Semua ini tidak terlepas dari transparansi komunikasi antar pihak yang bersangkutan. Terkadang pihak atasan memiliki informasi yang kurang luas terhadap kinerja bawahan ataupun sebaliknya, sehingga terkadang dapat menimbulkan asimetri informasi.

Menurut Anthony dan Govindaradjan (2007:270) menyatakan bahwa asimetri informasi adalah suatu kondisi apabila principal/atasan tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen/bawahan baik itu dalam kinerja aktual, motivasi dan tujuan, sehingga atasan tidak dapat menentukan kontribusi bawahan terhadap hasil aktual perusahaan atau organisasi. Adanya asimetri informasi ini dapat disalahgunakan oleh beberapa pihak sehingga menyimpang dengan tujuan organisasi. Misalnya pihak bawahan akan menggunakan kesempatan pada saat proses penyusunan anggaran. Hal ini dikarenakan pihak bawahan cenderung akan memberikan informasi yang bias kepada atasan dengan cara menyusun anggaran yang


(26)

relatif mudah dicapai dengan melaporkan anggaran di bawah kinerja yang diharapkan, sehingga mengakibatkan terjadinya senjangan anggaran.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahmiati (2013) dengan judul Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kota Padang). Penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh signifikan negatif terhadap senjangan anggaran. Asimetri informasi berpengaruh signifikan positif terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran.

Penelitian-penelitian terdahulu yang telah menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack menyatakan hasil yang tidak

konsisten antara lain Nitiari dan Yadnyana (2015), Mercury dan Putri (2015), Riansah (2013), Dwisariasih (2013), bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Berbeda dengan penelitian tersebut, peneliti

Apriyandi (2011), Ardila (2013) menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap budgetary slack. Semakin tinggi partispasi

anggaran maka akan mengurangi terjadinya senjangan anggaran.

Komitmen organisasi terhadap budgetary slack menurut peneliti

terdahulu Srimuliani dkk. (2014), Nitiari dan Yadnyana (2015), berpengaruh negatif. Mahadewi (2014) menunjukkan bahwa komitmen organisasi terhadap


(27)

hubungan partisipasi anggaran pada senjangan anggaran berpengaruh negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat komitmen organisasi maka dapat mengurangi tingkat kesenjangan anggaran. Berbeda dengan Sujana (2010) menunjukkan bahwa komitmen organsiasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

budgetary slack pada hotel-hotel berbintang di Kota Denpasar. Hal ini

disebabkan oleh komitmen individu yang tumbuh terbatas pada pemenuhan kewajiban yang dibebankan kepadanya saja, dimana individu dalam organisasi akan berbuat sesuatu yang harus menjadi tanggung jawabnya.

Asimetri informasi terhadap budgetary slack menurut peneliti

terdahulu antara lain Savitri dan Sawitri (2014), Ardila (2013), Maharani dan Ardiana (2015) mengakatan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack bahwa senjangan anggaran akan menjadi lebih besar

dalam kondisi informasi asimetris karena informasi asimetris mendorong bawahan/pelaksana anggaran membuat senjangan anggaran.

Melihat dari fenomena, hasil peneliti terdahulu dan data APBD Kabupaten Sleman, maka peneliti tertarik untuk mengkaji ulang penelitian tersebut dengan judul : “Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi dan Informasi Asimetri serta Pengaruhnya Terhadap Senjangan Anggaran (Budgetary Slack) (Studi Empiris pada SKPD Kabupaten Sleman)”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rahmiati (2013). Namun yang membedakan pada penelitian ini adalah sebelumnya komitmen organisasi dan asimetri informasi sebagai variabel pemoderasi sedangkan


(28)

pada penelitian ini komitmen organisasi dan asimetri informasi sebagai variabel bebas. Pada penelitian ini mengubah objek penelitian, dimana penelitian sebelumnya menggunakan objek SKPD Kota Padang tahun 2013 sedangkan pada objek penelitian ini adalah SKPD Kabupaten Sleman tahun 2016. Dalam penelitian sebelumnya menggunakan sampel 45 SKPD yang ada di Kota Padang sedangkan pada penelitian ini adalah menggunakan bagian Badan dan Dinas pada SKPD Kabupaten Sleman.

B. Rumusan Masalah Penelitian

1. Apakah ada pengaruh positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Sleman?

2. Apakah ada pengaruh negatif dan signifikan antara komitmen organisasi dengan senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Sleman?

3. Apakah ada pengaruh positif dan signifikan antara asimetri informasi dengan senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Sleman?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Sleman.


(29)

2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh negatif dan signifikan antara komitmen organisasi dengan senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Sleman.

3. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh positif dan signifikan antara asimetri informasi dengan senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Sleman.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang Akuntansi Sektor Publik.

b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memperluas pengetahuan penganggaran khususnya yang akan meneliti dalam bidang anggaran di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

2. Manfaat praktis

a. Bagi Pihak Satuan Kerja Perangkat Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kepala SKPD Sleman dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi senjangan anggaran di SKPD tersebut dan membantu menentukan langkah-langkah perbaikan, sehingga kinerja SKPD dapat maksimal dan dapat memperlancar dalam penapaian target kerja.


(30)

b. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi dunia pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya dalam bidang anggaran di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi sarana informasi dan edukasi bagi masyarakat. Agar masyarakat dapat paham tentang kesenjangan anggaran dan dapat menjadi sebagai pihak pengawas eksternal terhadap SKPD Kabupaten Sleman.


(31)

14

A. Landasan Teori

1. Agency Theory (Teori Keagenan)

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul

ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk

memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Anthony dan Govindarajan, 2007). Terjadinya

konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.

Adanya konsep Agency theory ini mampu menciptakan dampak yang positif

maupun negatif. Hal ini terjadi bergantung pada kontrol terhadap kedua belah pihak. Dikatakan berdampak positif apabila pihak agent (bawahan) berpartisipasi aktif dalam

proses penyusunan anggaran di Satuan Kerja Perangkat Daerah tersebut mempunyai informasi khusus tentang kondisi lokal, akan memungkinkan pihak bawahan memberikan informasi yang dimilikinya untuk membantu kepentingan organisasi, dan begitu pula sebaliknya.

Menurut Jensen dan Mekling (dalam Muyassaroh, 2008) adanya masalah keagenan memunvulkan biaya agensi yang terdiri dari:

1) The monitoring expenditure by the princiole, yaitu biaya pengawasan yang

dikeluarkan oleh principal untuk mengawasi perilaku dari agen dalam mengelola perusahaan.


(32)

dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak betindak yang merugikan principal.

3) The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas principal maupun agen karena

adanya hubungan agensi.

Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya kondisi yang disebut asimetri informasi. Dengan adanya asimetri informasi antara atasan dengan bawahan akan memberi kesempatan untuk melakukan senjangan anggaran.

2. Anggaran Sektor Publik

a. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik menjadi instrumen kebijakan untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Mardiasmo (2009:62) anggaran sektor publik yaitu sebagai rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dapat pula dikatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas. Hal ini tentu saja menjadikan anggaran sebagai salah satu kekuatan organisasi sektor publik dalam menjalankan amanah yang telah diemban. Adanya anggaran dapat membantu pemerintah daerah untuk menentukan skala prioritas hingga sebagai alat evaluasi guna mewujudkan kebutuhan warga masyarakat daerah setempat.

Menurut Haryanto (2007:86) anggaran sektor publik adalah rencana kegiatan dan keuangan periodik (biasanya dalam periode tahunan) yang berisi


(33)

pendapatan) dan dibutuhkan (pengeluaran atau belanja) dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

b. Fungsi Anggaran Sektor Publik

Menurut Bastian (2013:191) anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1) Anggaran mempunyai hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

2) Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang.

3) Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan bawahan.

4) Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.

5) Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam pencapaian visi organisasi.

6) Anggaran merupakan instrument politik.

7) Anggaran merupakan instrument kebijakan fiskal.

c. Prinsip Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009: 67) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi:

1) Otorisasi oleh legislatif. Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.


(34)

pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

3) Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general fund).

4) Nondiscretionary appropriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif

termanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif.

5) Periodik. Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multitahunan.

6) Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong

pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya

underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.

7) Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat dan tidak membingungkan.

8) Diketahui publik. Anggaran harus diinformasikan masyarakat luas.

d. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Penyusunan anggaran sektor publik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan sektor swasta. Penyusunan anggaran sektor publik terdiri atas empat tahapan (Mardiasmo, 2009:70) yaitu:

1) Tahap Persiapan Anggaran. Pada tahap ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeuaran hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih


(35)

anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran. Dalam persoalan estimasi, yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya faktor “uncertainly” (tingkat ketidakpastian) yang cukup tinggi.

2) Tahap Ratifikasi. Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki

managerial skill namun juga harus mempunyai political skill, salesmanship

dan coalition building yang memadai. Hal tersebut penting karena dalam tahap

ini pimpinan eksekutif harus mempunyai rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif.

3) Tahap Implementasi. Setelah anggaran disetujui oleh legislatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran. Dalam tahap ini hal terpenting yang haru diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajemen keuangan publik dalam hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati dan bahkan dapat dihandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem akuntansi yang baik meliputi pula dibuatnya sistem pengendaian intern yang memadai.

4) Tahap Pelaporan dan Evaluasi. Tahap ini terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting


(36)

a. Pengertian Senjangan Anggaran

Senjangan anggaran didefinisikan sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapasitas produktifnya ketika bawahan diberi kesempatan untuk menentukan standar kinerjanya. Hal ini menyebabkan perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi organisasi (Desmiawati, 2009).

Pendapat lain dikemukakan oleh Arfan (2010:241) senjangan anggaran adalah selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk secara efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumber daya yang lebih besar dan diperuntukkan bagi tugas tersebut. Dapat dikatakan bahwa senjangan anggaran merupakan perbedaan atau selisih antara sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan untuk menjalankan sebuah pekerjaan dengan sumber daya yang diajukan dalam bentuk anggaran.

Senjangan anggaran biasanya dilakukan oleh beberapa pihak dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri atau pun agar mendapat pujian yang baik atas kinerja yang dihasilkan. Hal ini tentu saja menyimpang dari target kerja SKPD atau organisasi tersebut, namun di satu sisi yang lain senjangan anggaran yang dilakukan juga dapat berdampak positif karena dapat memberikan motivasi pada pegawai untuk meningkatkan kinerja.

Menurut Carland (dalam Herman, 2006) menyebutnya bahwa slack dalam

proses penyiapan anggaran, yaiyu :

“There is one danger in preparation of the budget by lower level employess: the risk of incorpotating “slack”into the budget. People can overestimate cost and underestimate revenues to ensure that the budget will be met. Such deliberate misstaments are called slack. This is a particularly problem when budgets are used as control, because people


(37)

Adapun didalam penelitian Falikhatun (2007), menyatakan tiga alasan utama manajer melakukan budgetary slack :

1) Orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat bagus di mata atasan jika mereka dapat mencapai anggarannya.

2) Budgetary slack selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian, jika

tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang terjadi manajer tersebut dapat melampaui/mencapai anggarannya.

3) Rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber daya. Konsep senjangan anggaran juga dapat dijelaskan dengan teori keagenan atau pendekatan agency theory. Dalam hubungan keagenan terdapat dua pihak

yang melakukan kesepakatan yakni yang memberikan kewenangan yang disebut

principal dan yang menerima kewenangan disebut agent. Dalam hubungan

keagenan di pemerintahan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif adalah agent

dan legislatif adalah principal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa senjangan anggaran merupakan perbedaan antara anggaran yang telah direncanakan dengan pelaksanaan sesungguhnya.

b. Indikator Senjangan Anggaran

Menurut Dewi (2008) menyatakan ada tiga indikator dalam senjangan anggaran yaitu:

1) Perbedaan jumlah dengan estimasi terbaik

Dalam keadaan terjadinya senjangan anggaran, bawahan cenderung mengajukan anggaran dengan merekndahkan pendapatan dan meninggikan


(38)

mudah dicapai. 2) Target anggaran

Bawahan menciptakan senjangan anggaran karena dipengaruhi oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan memudahkan pencapaian target anggaran terutama jika penilaian prestasi ditentukan berdasarkan pencapaian anggaran.

3) Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi senjangan anggran diantaranya dengan sengaja melakukan perbuatan tersebut dapat suatu timbal balik seperti gaji, promosi, dan bonus dari organisasi karena anggaran yang dibuat dapat dicapai. Senjangan anggaran dapat dicapai karena dianggap perlu untuk menyelesaikan anggaran dengan melakukan penyesuaian dengan bawahan.

c. Karakteristik Senjangan Anggaran

Menurut Dunk (dalam Karsam, 2013) karakteristik budgetary slack antara

lain:

1) Standar dalam anggaran tidak mendorong peningkatan produktivitas. 2) Anggaran secara mudah untuk diwujudkan.

3) Tidak terdapatnya batasan-batasan yang harus diperhatikan terutama batasan yang ditetapkan untuk biaya.

4) Anggaran tidak menuntut hal khusus.

5) Anggaran tidak mendorong terjadinya efisiensi.


(39)

a. Pengertian Partisipasi Anggaran

Partisipasi merupakan suatu konsep yang melibatkan pihak bawahan ikut serta dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya (Robbins dan Judge, 2007). Biasanya pihak bawahan yang turut berpartisipasi aktif dalam penyusunan anggaran akan mendapatkan penghargaan atas kinerja pegawai. Hal ini dapat memacu motivasi karyawan untuk berkontribusi positif dalam bekerja, khususnya ketika proses penyusunan anggaran hingga pelaksanaan anggaran.

Anggaran daerah disusun oleh eksekutif sebagai agen dan disahkan oleh legislatif sebagai prinsipal. Makna partisipatif di pemerintahan daerah adalah keterlibatan SKPD dalam penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Kepala SKPD memiliki kesempatan untuk mengajukan usulan terkait dengan pelaksanaan Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) sebagai acuan dalam menyusun Rencana Kegiatan Anggaran (RKA-SKPD). RKA-SKPD merupakan dokumen anggaran partisipatif di pemerintah daerah secara internal terkait penentuan alokasi anggaran dan target kinerja dalam RAPBD yang selanjutnya menjadi APBD (Abdullah, 2012).

Kelemahan partisipasi anggaran dalam proses penyusunan anggaran ini dapat memicu munculnya tindakan negatif seperti kesenjangan anggaran atau

budgetary slack. Tindakan tersebut dapat terjadi ketika salah satu pihak

menetapkan standar terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga anggaran yang disusun mudah dicapai. Tanpa adanya partisipasi aktif dalam proses penyusunan dan pengesahan anggaran tentu dapat mengntungkan beberapa pihak bahkan menyimpang dari target organisasi tersebut.


(40)

b. Keunggulan Partisipasi Anggaran

Menurut Anthony dan Govindarajan (2007) menyatakan bahwa penganggaran partisipasi memiliki dua keunggulan yaitu:

1) Tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada di bawah pengawasan manajer.

2) Penganggaran partisipasi menghasilkan pertukaran informasi yang efektif antara pembuat anggaran dan pelaksana anggaran yang dekat dengan produk dan pasar.

c. Kelemahan Partisipasi Anggaran

Menurut Hansen dan Mowen (2009) ada tiga masalah yang timbul yang menjadi kelemahan partisipasi anggaran antara lain:

1) Menetapkan standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Beberapa manajer cenderung menyiapkan anggaran yang terlalu tinggi atau terlalu ketat. Jika tujuan terlalu mudah dicapai, seorang manajer bisa kehilangan minat dan kinerjanya bisa menurun. Persiapan anggaran yang terlalu ketat dapat memastikan kegagalan dalam pencapaian standar. Sebaiknya para manajer dalam partisipasi anggaran menetapkan tujuan yang tinggi, tetapi dapat dicapai.

2) Membuat kelonggaran dalam anggaran

Kelonggaran anggaran atau budgetary slack atau menutup anggaran (padding

the budget) muncul ketika seorang manajer memperkirakan pendapatan rendah

atau meninggikan biaya dengan sengaja untuk menurunkan risiko yang dihadapi manajer.


(41)

Partisipasi anggaran muncul ketika manajer puncak menerapkan pengendalian jumlah atau proses penganggaran sehingga hanya mencari partisipasi palsu dari manajer tingkat bawah (partisipasi semu). Dalam hal ini manajemen puncak hanya mendapatkan persetujuan formal anggaran dari para manajer tingkat bawah, yang berakibat manfaat dari partisipasi anggaran ini tidak akan didapat.

5. Komitmen Organisasi

a. Pengertian Komitmen Organisasi

Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa komitmen organisasi (organization commitment) merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan

memihak terhadap tujuan-tujuan organisasi serta memiliki keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Sopiah (2008) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai derajat tingkat kepercayaan karyawan untuk mau menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya. Tinggi rendahnya komitmen organisasi pada dasarnya dapat diciptakan oleh lingkungan karyawan itu sendiri. Hal tersebut akan berdampak bukan hanya pada organisasi melainkan juga pada karir atau prestasi kinerja karyawan tersebut.

Bagi karyawan yang memiliki tingginya komitmen organisasi maka secara otomatis mampu meningkatkan kinerja organisasi, meningkatnya tingkat loyalitas serta motivasi untuk terus berkarya. Apabila dikaitkan dengan konteks pemerintah daerah khususnya dalam proses penganggaran, maka jelas dengan komitmen


(42)

terjadi pada pemerintah daerah tersebut.

Sopiah (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya:

1) Kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai organisasi. 2) Kemauan untuk mengusahakan terapainya kepentingan organisasi.

3) Keinginan yang kuat untuk mmpertahankan kedudukan sebagai anggota organisasi.

b. Komponen Komitmen Organisasi

Menurut Sopiah (2008) menyatakan ada tiga aspek komitmen antara lain : 1) Affective commitment, yang berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat

pada organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri. Kunci dari komitmen ini adalah want to.

2) Continuance commitment, adalah suatu komitmen yang didasarkan akan

kebutuhan rasional. Dengan kata lain, komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada suatu organisasi. Kunci dari komitmen ini adalah kebutuhan untuk bertahan (need to).

3) Normative Commitment, adalah komitmen yang didasarkan pada norma yang

ada dalam diri karyawan, berisi keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap organisasi. Ia merasa harus bertahan karena loyalitas. Kunci dari komitmen ini adalah kewajiban untuk bertahan dalam organisasi (ought to).


(43)

Komitmen pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Ada tiga faktor yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan (Sopiah, 2008) :

1) Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan

2) Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja dan

3) Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang organisasi.

6. Asimetri Informasi

a. Pengertian Asimetri Informasi

Anthony dan Govindanradjan (2012:270) menyatakan bahwa asimetri informasi adalah suatu kondisi apabila principal/atasan tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen/bawahan baik itu dalam kinerja actual, motivasi dan tujuan, sehingga atasan tidak dapat menentukan kontribusi bawahan terhadap hasil actual perusahaan atau organisasi. Dengan terdapatnya asimetri informasi dan perbedaan tujuan antara atasan dengan bawahan maka bawahan dapat mengambil dari informasi pribadi mereka dengan memuat anggaran yang relatif lebih mudah dicapai, sehingga terjadilah senjangan anggaran, yaitu melaporkan anggaran dibawah kinerja yang diharapkan.

Kondisi asimetri informasi muncul dalam teori keagenan (agency theory),

yakni principal (atasan) memberikan wewenang kepada agen (bawahan) untuk


(44)

dan tujuan yang akan dicapai. Teori keagenan juga menunjukkan bahwa asimetri informasi dapat saja merubah tingkat partisipasi menuju terjadinya senjangan anggaran. Asimetri informasi muncul ketika agent memiliki informasi yang dapat

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan atas nama principal.

b. Jenis Asimetri Infomasi

Menurut Arthaswadaya (2015) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu :

1) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya

biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan prospek perusahaan dibandingkan investor luar.

2) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer

tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang sahan maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenaranya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

c. Indikator Asimetri Informasi

Menurut Arthaswadaya (2015) asimetri informasi diukur dengan beberapa indikator yaitu:

1) Informasi yang dimiliki bawahan dibandingkan dengan atasan

Asimetri informasi ditandai dengan perbedaan informasi yang dimiliki manajer atas dengan manajer bawah. Manajer bawah seringkali memiliki informasi yang lebih banyak mengenai unit tanggung jawabnya daripada


(45)

pengoperasian unit tangung jawab yang di bawahinya. 2) Hubungan input-output yang ada dalam operasi internal

Manajer bawah lebih mengetahui berapa jumlah pendapatan dengan pengeluaran dalam kegiatan operasi unit tanggung jawab yang mereka kelola 3) Kinerja potensial

Karena manajer bawah terlibat langsung dalam proses pengoperasian unit tanggung jawabnya maka manajer bawah dapat memperkirakan kinerja potensian unit tanggung jawabnya leih baik daripada manajer atas yang tidak terlibat langsung.

4) Teknis pekerjaan

Manajer bawah lebih mengetahui bagaimana cara unit tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan daripada manajer atas.

5) Mampu menilai dampak potensial

Manajer bawah terlibat langsung dalam proses pengoperasian unit tanggung jawabnya maka manajer bawah lebih dapat menilai resiko yang mungkin terjadi pada operasional unit tanggung jawabnya.

6) Pencapaian bidang kegiatan

Manajer bawah lebih mengetahui bagaimana unit tanggung jawabnya dapat memenuhi pencapaian atas perencanaan yang sudah diciptakan.

d. Faktor Pendorong Asimetri Informasi

Menurut Ompusunggu dan Bawono (2006), menyatakan bahwa informasi yang tidak disampaikan sepenuhnya kepada atasan (pemegang kuasa anggaran) menjadi nilai lebih bagi bawahan (pelaksana anggaran), dalam artian bahwa


(46)

dalam penyusunan anggaran, namun tidak semua informasi yang dimiliki oleh bawahan disampaikan dalam proses tersebut.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian Riansah (2013) menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan asimetri informasi dan kecukupan anggaran sebagai variabel moderating. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan anggaran, artinya semakin tinggi pastisipasi anggaran maka semakin tinggi pula terjadinya senjangan anggaran. Interaksi antara partisipasi anggaran dan asimetri informasi tidak berpengaruh secara individual terhadap senjangan anggaran, dan variabel asimetri informasi bukan merupakan variabel moderating. Interaksi antara partisipasi anggaran dan kecukupan anggaran tidak berpengaruh secara individual terhadap senjangan anggaran, dan kecukupan anggaran bukan merupakan variabel moderating.

Penelitian Nitiari dan Yadnyana (2015) yang menguji partisipasi penganggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan pada senjangan anggaran menyatakan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh positif pada senjangan anggaran berarti apabila variabel partisipasi penganggaran meningkat maka mengakibatkan peningkatan pada senjangan angaran, dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan berarti apabila variabel komimen organisasi meningkat maka akan mengakibatkan penurunan senjangan anggaran, apabila variabel ketidakpastian lingkungan meningkat maka akan mengakibatkan peningkatan pada senjangan anggaran. Interaksi antara variabel partisipasi penganggaran dengan variabel ketidakpastian


(47)

variabel.

Penelitian yang dilakukan Rahmiati (2013) mengenai partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan asimetri informasi dan komitmen organisasi sebagai pemoderasi menyatakan bahwa partisipasi berpengaruh signifikan negatif terhadap senjangan anggaran. Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap hubungan antara pasrtisipasi angaran dengan senjangan anggaran. Sedangkan komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran.

Penelitian Ardila (2013) menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan menggunakan ambiguitas peran dan asimetri informasi sebagai pemoderasi. Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan negatif terhadap senjangan anggaran disebabkan oleh tingginya tingkat partisipasi pegawai yang positif terhadap penyusunan anggaran sehingga dapat menurunkan senjangan anggaran. Ambiguitas peran tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Asimetri informasi berpengaruh signifikan positif terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran.

Dwisariasih (2013) menguji pengaruh asimetri informasi, budaya organisasi dan kohesivitas kelompok terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kesenjangan anggaran pada SKPD Kota Padang. Pada penelitian tersebut partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran sedangkan asimetri informasi tida mempengaruhi hubungan partisipasi anggaran dengan kesenjangan anggaran begitu juga dengan budaya organisasi yang berorientasi pekerjaan tidak mempengaruhi hubungann partisipasi anggaran dengan kesenjangan anggaran. Sedangkan kohesivitas kelompok berpengaruh signifikn positif terhadap hubungan partisipasi anggaran dengann kesenjangan anggaran.


(48)

No Penelitian/ Tahun

Judul

Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1. Elfi Rahmiati

(2013) Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kota Padang) Variabel independen: -Partisipasi Anggaran Variabel dependen: Senjangan Anggaran Variabel moderator: a. Asimetri Informasi b. Komitmen Organisasi - Berpengaruh signifikan negatif a. Berpengaruh signifikan positif b. Tidak berpengaruh signifikan

2. A.A.I

Maharani dan Putu Agus Ardiana (2015) Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Asimetri Informasi dan Budaya Organisasi pada Senjangan Anggaran Variabel independen: -Partisipasi Anggaran -Asimetri Informasi -Budaya Organisasi Variabel dependen: -Senjangan Anggaran - Berpengaruh positif - Berpengaruh positif - Tidak berpengaruh

3. Ni Luh Nyoman Nitiari dan Ketut Yadnyana (2015) Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Pada Senjangan Anggaran (Hotel Bintang Tiga Kab. Gianyar) Variabel independen: -Partisipasi Anggaran -Komitmen orgaisasi Variabel dependen : Senjangan Anggaran Variabel Moderator: a. Ketidakpastian Lingkungan - Berpengaruh positif - Berpengaruh negatif a. Memoderasi

No Penelitian/ Tahun

Judul

Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 4. Gede Andy

Mercury dan I.G.A.M Asri Dwija Putri (2015) Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan informasi Asimetri pada Senjangan Variabel independen: -Partisipasi Anggaran -Asimetri Informasi Variabel dependen: Senjangan Anggaran - Berpengaruh positif - Berpengaruh positif


(49)

Organisasi sebagai Variabel Moderasi

a. Budaya Organisasi a. Memoderasi

5. Lira

Azhimatinnur Riansah (2013) Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Kecukupan Anggaran sebagai Variabel Moderating (Studi di Instansi Pemerintah Daerah Kota Sukabumi)

Variabel independen: Partisipasi Anggaran Variabel dependen : Senjangan Anggaran

Variabel Moderator: a. Asimetri Informasi b. Kecukupan Anggaran - Berpengaruh positif dan signifikan a. Tidak berpengaru b. Tidak berpengaruh

6. Apriyandi (2011) Pengaruh Informasi Asimetri terhadap Hubungan antara Anggaran Partisipatif dengan Budgetary Slack (Pada Pemerintah Kabupaten Wajo) Variabel independen: -Anggaran Partisipatif Variabel dependen: - Senjangan Anggaran Variabel Moderator: a. Informasi Asimetri

- Berpengaruh signifikan negatif

a. Memoderasi

No Penelitian/ Tahun

Judul

Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 7. Jivi

Dwisariasih (2013) Pengaruh Asimetri Informasi, Budaya Organisasi dan Kohesivitas Kelompok terhadap hubungan Partisipasi Anggaran dan Kesenjangan Anggaran (Studi Empiris pada Variabel independen: - Partisipasi Anggaran Variabel dependen : - Kesenjangan

Anggaran

Variabel Moderator: a. Asimetri Informasi b.Budaya Organisasi c. Kohesivitas Kelompok - Berpengaruh positif a. Tidak berpengaruh b. Tidak berpengaruh c. Berpengaruh signifikan


(50)

8. I Ketut Sujana (2010) Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Penekanan Anggaran, Komitmen Organisasi, Asimetri informasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack Pada Hotel-Hotel Berbintang di Kota Denpasar Variabel independen: -Partisipasi Anggaran -Penekanan Anggaran -Komitmen Organisasi -Asimetri Informasi -Ketidakpastian Lingkungan

Variabel dependen : Senjangan Anggaran - Tidak berpenagaruh - Tidak berpengaruh - Berpengaruh signifikan - Berpengaruh signifikan Tidak berpengaruh

No Penelitian/ Tahun

Judul

Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 9. Lisa Ardila

(2013) Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan menggunakan Ambiguitas Peran dan Asimetri Informasi sebagai Pemoderasi (Studi empiris pada Pemerintah Kota Padang) Variabel independen: - Partisipasi Anggaran

Variabel dependen: - Senjangan Anggaran Variabel Moderator: b.Ambiguitas Peran c. Asimetri Informasi

- Berpengaruh signifikan negatif a. Tidak berpengaruh b. Berpengaruh signifikan positif

10. Ni Luh Srimuliani, dkk (2014) Pengaruh Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi dan Job Relevant information (JRI)

Variabel independen: -Partisipasi Anggaran -Komitmen Organisasi -Job Relevant

Information

Variabel dependen :

- Berpengaruh negatif - Berpengaruh negatif - Berpengaruh negatif


(51)

Anggaran

(Budgetary Slack) (Studi Empiris pada SKPD di Kabupaten Buleleng)

No Penelitian/ Tahun

Judul

Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 11. A.A.Sagung

Sinta Mahadewi (2014) Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi Variabel independen: - Partisipasi Anggaran Variabel dependen : - Senjangan Anggaran Variabel Moderator: a. Asimetri Informasi b.Komitmen Organisasi - Berpengaruh positif a. Berpengaruh positif b.Berpengaruh negatif 12. Enni Savitri

dan Erianti Sawitri (2014) Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan Anggaran dan Informasi Asimetri terhadap Timbulnya Kesenjangan Anggaran (SKPD Kabupaten Kampar) Variabel independen: -Partisipasi Anggaran -Penekanan Anggaran -Komitmen Organisasi -Asimetri Informasi Variabel dependen: -Senjangan Anggaran - Berpengaruh signifikan - Berpengaruh signifikan - Berpengaruh signifikan


(52)

1. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Sleman

Tindakan partisipasi anggaran ini pada dasarnya mampu mempengaruhi masa depan suatu organisasi, khususnya organisasi sektor publik. Semakin banyak pihak yang terlibat dalam proses penganggaran dengan kontribusi kerja yang optimal, maka dapat mempermudah proses penyusunan anggaran hingga anggaran tersebut digunakan. Saat ini organisasi sektor publik mulai menerapkan sistem penganggaran secara partisipasi. Melalui sistem partisipasi ini, bawahan atau pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran sehingga tercapai kesepakatan antara atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi pegawai akan dapat menaikkan senjangan anggaran. Partisipasi pegawai dalam anggaran akan membuat pegawai leluasa dalam menentukan apa yang akan dicapai untuk kepentingan sendiri bukan kepentingan organisasi, mereka cenderung berusaha agar anggaran yang telah disusun mudah dicapai antara lain dengan melonggarkan anggaran.

Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nitiari dan Yadnyana (2015) menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan pada senjangan anggaran. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Mercury dan Putri (2015) menunjukkan bahwa partisipasi anggaaran berpengaruh positif signifikan pada senjangan anggaran di Hotel berbintang Kabupaten Gianyar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi partisipasi yang diberikan kepada bawahan, maka bawahan berusaha agar anggaran yang mereka susun mudah dicapai serta mengurangi


(53)

dengan menciptakan senjangan anggaran.

Riansah (2013) menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan asimetri informasi dan kecukupan anggaran sebagai variabel moderating. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan anggaran, artinya semakin tinggi pastisipasi anggaran maka semakin tinggi pula terjadinya senjangan anggaran.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Apriyandi (2011) menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap senjangan anggaran, maksudya bahw partisipasi anggaran akan menurunkan tingkat kesenjangan anggaran. Ardila (2013) menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan menggunakan ambiguitas peran dan asimetri informasi sebagai pemoderasi. Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan negatif terhadap senjangan anggaran disebabkan oleh tingginya tingkat partisipasi pegawai yang positif terhadap penyusunan anggaran sehingga dapat menurunkan senjangan anggaran.

Rahmiati (2013) menyebutkan juga bahwa partisipasi anggaran dapat menurunkan senjangan anggaran karena partisipasi anggaran dipandang sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawab organisasi secara menyeluruh, sehingga partisipasi dapat meningkatkan kebersamaan, inisiatif menyumbangkan ide dalam perbuatan, ini berarti partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran.


(54)

anggaran di SKPD Kabupaten Sleman.

2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Sleman

Kuatnya komitmen organisasi mampu menciptakan suasana kerja yang nyaman pada organisasi mana pun, begitu halnya di organisasi sektor publik. Adanya komitmen organisasi ini mempermudah pihak pemerintah daerah untuk mencapai tingkat kerja yang optimal. Hal tersebut dikarenakan karena semakin kuat komitmen organisasi yang dimiliki tentu akan mengikat para karyawan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah diemban, sehingga meminimalisir kecurangan yang tidak diharapkan.

Begitu halnya pada proses penganggaran, dengan adanya semangat yang membara pada diri karyawan karena sudah memiliki loyalitas atau berkomitmen terhadap organisasi, maka organisasi tersebut dapat menghasilkan anggaran yang baik guna menjalankan program kerja yang telah ditentukan dan dapat mengurangi tingkat kecurangan dalam bidang senjangan anggaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Srimuliani dkk. (2014) pada SKPD Kabupaten Buleleng menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap senjangan anggaran. Artinya, semakin tinggi tingkat komitmen organisasi maka dapat mengurangi tingkat kesenjangan anggaran. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Nitiari dan Yadnyana (2015) menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran.

Mahadewi (2014) menunjukkan bahwa komitmen organisasi terhadap hubungan partisipasi anggaran pada senjangan anggaran berpengaruh negatif.


(55)

komitmen organsiasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack

pada hotel-hotel berbintang di Kota Denpasar. Hal ini disebabkan oleh komitmen individu yang tumbuh terbatas pada pemenuhan kewajiban yang dibebankan kepadanya saja, dimana individu dalam organisasi akan berbuat sesuatu yang harus menjadi tanggung jawabnya dengan kata lain komitmen hanya di wilayah kerjanya tidak tertarik untuk membantu sesuatu yang berada diluar tanggung jawabnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dinyatakan hipotesis sebagai berikut: H2: Komitmen organisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap senjangan

anggaran di SKPD Kabupaten Sleman.

3. Pengaruh asimetri informasi terhadap senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Sleman

Menurut Suartana (2010:139) bahwa konsep asimetri informasi yaitu atasan anggaran mungkin mempunyai pegetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan, ataupun sebaliknya. Bila kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian target anggaran yang mnurut bawahan terlalu tinggi. Namun apabila kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan akan menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan dan informasi lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal tersebut disebut asimetri informasi.

Asimetri informasi mampu memicu timbulnya tindakan negatif, khususnya dalam proses penganggaran dapat saja beberapa pihak yang tidak bertanggungjawab menggunakan kesempatan tersebut untuk menyusun anggaran yang tidak sesuai


(56)

organisasi atau pemerintah daerah tersebut, sehingga asimetri informasi ini harus lebih diperhatikan.

Ketika asimetri informasi meningkat dalam proses penyusunan anggaran, maka akan memicu meningkatnya budgetary slack pula. Terjadinya asimetri

informasi karena ketidakseimbangan dalam kepemilikan informasi antara manajer atas dengan manajer bawah. Hal tersebut terjadi karena tingkat manajer bawah lebih sering teribat dalam operasional sehari-hari dibandingkan dengan manajer atas.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Rahmiati (2013) asimetri informasi berpengaruh signifikan positif terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Savitri dan Sawitri (2014) menunjukkan bahwa informasi asimetri berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack. Ketika informasi asimetri meningkat dalam proses

penyusunan anggaran, maka akan memicu meningkatnya budgetary slack pula.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Ardiana (2015) menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signiikan pada kesenjangan anggaran. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Ardila (2013) disimpulkan asimetri informasi berpengaruh signifikan positif terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran ha ini berarti semakin tinggi asimetri informasi maka senjangan anggaran juga akan semakin meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dinyatakan hipotesis sebagai berikut: H3: Informasi asimetri pengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan


(57)

- Nitiari & Yadnyana (2015) - Mercury & Putri (2015)

- Riansah (2013)

- Apriyandi (2011)

- Ardila (2013)

- Rahmiati (2013)

- Srimuliani (2014)

- Nitiari & Yadnyana (2015)

- Mahadewi (2014)

- Sujana (2010)

- Rahmiati (2013)

- Savitri dan Sawitri (2014) - Maharani & Ardiana (2015) - Ardila (2013)

Gambar 2.1 Model Penelitian

Partisipasi

Anggaran (X

1

)

Komitmen

Organisasi (X

2

)

Asimetri

Informasi (X

3

)

Senjangan

Angaran di SKPD

Kabupaten

Sleman

(+)

(-)

(+)

H1

H2


(58)

47

A. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek pada penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terdapat di Kabupaten Sleman. Subyek dari penelitian ini adalah aparatur pemerintah daerah atau pegawai yang terlibat dalam penyusunan anggaran, khususnya Kepala dan Kepala Bidang yang ada di SKPD Kabupaten Sleman.

B. Jenis Data

Data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer. Pengumpulan data primer ini menggunakan metode survey, yaitu dengan membagikan instrument kuesioner kepada seluruh responden. Instrument kuesioner mencakup pertanyaan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti. Penelitian ini juga mengunakan data sekunder yang diperoleh dari media masa serta jurnal yang memiliki keterkaitan dengan judul peneliti.

C. Populasi

Populasi (population) yaitu sekelompok atau perkumpulan orang, kejadian atau

segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu organisasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural, terdiri dari pejabat Eselon III dan IV pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sleman. Pejabat ini dipilih karena memiliki wewenang dan peran penting dalam pelaksanaan atau aktivitas manajerial yang menjadi tanggungjawabnya dalam proses penyusunan anggaran.


(59)

Sampel dalam penelitian ini adalah pejabat Eselon III dan IV Badan dan Dinas pada SKPD Kabupaten Sleman. Alasan peneliti hanya memilih Badan dan Dinas saja dikarenakan untuk mempersempit ruang lingkup dan waktu penelitian. Responden dalam penelitian ini yaitu pejabat eselon III dan IV yang terdiri dari kepala bagian/bidang dan kepala subbagian/subbidang/seksi di Badan dan Dinas Kabupaten Sleman. Dalam penelitian ini untuk pertimbangan biaya, waktu dan tenaga peneliti menggunakan metode sampel menggunakan Rumus Slovin sebagai berikut :

Keterangan:

n = Besarnya ukuran sampel N = Jumlah populasi

e = Presisi yang diingin untuk diambil (10%)

Jadi, dimasukkan kedalam rumus Slovin maka didapat jumlah sampel berikut :

,91 maka dibulatkan menjadi 99 orang. Tabel 3.1

Daftar Nama SKPD

No. Nama Instansi Eselon

III

Eselon IV

Total

1. Dinas Kesehatan 718 55 773

2 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

2.503 4.578 7.081 3. Dinas Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan

269 45 314

4. Dinas Tenaga Kerja dan Sosial 75 16 91


(60)

Informatika

8. Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral

35 9 44

9. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

48 7 55

10. Dinas Pasar 31 6 37

11. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 37 8 45

12. Dinas Pendapatan Daerah 33 9 42

13. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

77 9 86

14. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

44 22 66

15. Badan Kepegawaian Daerah 48 9 57

16. Badan KB, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan

87 27 114

17. Badan Lingkungan Hidup 35 8 43

18. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu

44 12 56

Jumlah 9.124

Sumber : bkd.slemankab.go.id

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mengumpulkan data yang bersumber dari data primer dalam penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan kuesioner dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Kuesioner yang digunakan adalah disusun berdasarkan dari faktor-faktor partisipasi anggaran, asimetri informasi, komitmen organisasi dan senjangan anggaran. Penyusunan instrument kuesioner berdasarkan skala Likert, yaitu skala yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Setelah kuesioner diisi oleh responden, peneliti menginput data kemudian mengolah data tersebut. Peneliti juga menggunakan data sekunder berupa studi pustaka terhadap literatur dan sumber informasi yang telah dipublikasi.


(61)

Seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan model skala

likert yaitu dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan

kuesioner.

Tabel 3.2 Skala Pengukuran

No Keterangan Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Netral 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Senjangan Anggaran

Menurut Anthony dan Govindarajan (2007) budgetary slack adalah perbedaan

jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi. Senjangan anggaran merupakan perbedaan antara anggaran yang telah direncanakan dengan pelaksanaan sesungguhnya yang umumya sengaja dilakukan untuk kepentingan pribadi dari pelaksana anggaran tersebut.

Variabel dependen (Y) yaitu senjangan anggaran diukur dengan 6 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan diukur dengan menggunakan skala likert dengan 1

sampai 5.

Variable senjangan anggaran diukur dengan instrument yang digunakan oleh Karsam (2013) yang terdiri dari lima pertanyaan dan satu pertanyaan negatif, dengan indikator :

1. Standar anggaran 2. Perilaku anggaran


(62)

4. Tekanan anggaran 5. Efisiensi anggaran 6. Target anggaran

2. Partisipasi anggaran

Menurut Brownel dan Mc. Innes (dalam Arifin, 2012) partisipasi anggaran yaitu keikutsertaan individu berupa perilaku, pekerjaan, dan aktifitas oleh aparat pemerintah selama proses penyusunan anggaran tersebut berlangsung. Partisipasi anggaran merupakan salah satu tujuan dari sistem pengendalian manajemen yang akan mendorong manajer agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai cita-cita organisasi (Anthony dan Govindarajan 2007).

Variabel bebas (X1) diukur dengan 7 pertanyaan yang masing-masing diukur dengan menggunakan skala likert dengan 1 sampai 5. Variabel partisipasi anggaran

diukur dengan instrumen yang digunakan oleh Miyati (2014) dengan indikator sebagai berikut :

1. Keterlibatan manajer

2. Alasan atasan merevisi anggaran 3. Frekuensi memberikan pendapat/usulan 4. Pengaruh manajer dalam anggaran akhir 5. Kontribusi dalam penyusunan anggaran 6. Frekuensi penyampaian pendapat


(1)

Hasil analisis regresi menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,733 pada probabilitas signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05dengan nilai β3 sebesar

0,322. Hal ini menunjukkan bahwa asimetri informasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan anggaran. Berdasarkan hasil uji regresi hipotesis ketigadisimpulkan bahwa H3 diterima. Asimetri informasi

berpengaruh terhadap senjangan anggaran, semakin tinggi asimetri informasi dalam penyusunan anggaran maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya senjangan anggaran. Artinya bawahan lebih memiliki informasi yang relevan untuk proses pembuatan keputusan sehubungan dengan penganggaran sedangkan atasan tidak, bawahan juga mengetahui dengan pasti kinerja potensial pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya serta mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan dalam proses penyusunan anggaran.Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmiati (2013), Savitri dan Sawitri (2014), Maharani dan Ardiana (2015)dan Ardila (2013) yang menunjukkan aismetri informasiberpengaruh positif terhadap senjangan anggaran.

Tabel

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .518a .268 .246 3.279

a. Predictors: (Constant), Asimetri Informasi, Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi

Sumber : Data primer yang diolah 2016

Koefisien determinasi pada penelitian ini sebesar 0,246 atau 24,6%. Hal ini menjelaskan bahwa 24,6% senjangan anggaran dipengaruhi oleh variabel partisipasi anggaran, asimetri informasi dan komitmen organisasi sisanya sebesar 75,4% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam


(2)

penelitian ini. Dengan melihat nilai koefisien determinasi yang rendah menunjukkan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen juga rendah, hanya sebesar 24,6%. Sehingga terdapat variabel-variabel lain yang juga mempengaruhi timbulnya budgetary slack pada SKPD Kabupaten Sleman yang belum diteliti dalam penelitian ini.

Tabel

Hasil Pengujian Uji F (Signifikan Model Simultan)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 386.258 3 128.753 11.973 .000a

Residual 1053.821 98 10.753

Total 1440.078 101

a. Predictors: (Constant), Asimetri Informasi, Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi b. Dependent Variable: Senjangan Anggaran

Hasil pengujian mendapatkan nilai F sebesar 11,973 dengan signifikan 0,000. Karena signifikan 0,000 < 0,05 berarti bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi budgetary slack. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran, komitmen organisasi dan asimetri informasi secara bersama-sama mempengaruhi budgetary slack.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian tersebut didapat bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran, artinya semakin tinggi pastisipasi dalam penyusunan anggaran maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya senjangan anggaran.Komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap senjangan anggaran, artinya komitmen organisasi tersebut tidak dapat memperlemah hubungan karyawan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk melakukan senjangan anggaran.Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran, artinya semakin


(3)

tinggi asimetri informasi dalam penyusunan anggaran maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya senjangan anggaran.

Dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada, maka disarankan untuk penelitian yang akan datang memperhatikan hal-hal berikut variabel lain yang mungkin untuk diteliti pada penelitian yang akan datang antara lain: kecukupan anggaran, ketidakpastian lingkungan dan locus of control. Untuk masa yang akan datang dalam mengisi kuisioner sebaiknya responden di dampingi langsung oleh peneliti agar informasi yang didapatkan responden lebih tepat.Untuk masa yang akan datang sebaiknya tidak hanya meneliti pada dinas dan badan saja, bisa diperluas dengan menambahkan kantor, inspektorat, sekretariat, biro dan rumah sakit daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2007. Management Control System. Terjemahan Kurniawan Tjakrawala. Jakarta : Salemba Empat.

Apriyandi. 2011. “Pengaruh informasi asimetri terhadap huungan antara anggaran partisipatif dan budgetary slack. Pada pemerintahan kabupaten wejo makasar”. Simposium Nasional Akuntansi VI.

Ardila, Lisa, 2013.“Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan menggunakan Ambiguitas Peran dan Asimetri Informasi sebagai Pemoderasi (Studi empiris pada Pemerintah Kota Padang)”.Jurnal. S-1 UNP. Desmiawati, Nasrizal dan Fitriana. 2009. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran

Perusahaan terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Inodonesia”. Pekbis Jurnal 1(3):180-189.


(4)

Dwisariasih, Jivi. 2013. “Pengaruh Asimetri Informasi, Budaya Organisasi dan Kohesivitas Kelompok terhadap hubungan Partisipasi Anggaran dan Kesenjangan Anggaran (Studi Empiris pada seluruh SKPD di kota Padang)”.

Jurnal. S-1 UNP.

Falikhatun. 2007. “Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness dalam Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Budgetary Slack (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah se Jawa Tengan)”. Simposium Nasional Akuntansi(SNA). Vol.10

Ghozali, Imam. 2011. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan PLS. BPUD. Semarang.

Lestari, Made Pratiwi Puji. 2008. “Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran, Asimetri Informasi, Penekanan Anggaran, dan Komitmen Organisasi terhadap Slack Anggaran (Studi Kasus pada BPR-BPR di Keamatan Kuta”.

Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Udayana, Denpasar.

Mahadewi, A.A. Sagung Sinta. 2014. “Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi”. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Maharani, A.A.I dan Ardiana, Putu Agus. 2012. “Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Asimetri Informasi dan Budaya Organisasi pada Senjangan Anggaran”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Mercury, Gede Andy dan Putri, I.G.A.M. Asri Dwija. 2015. “Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan Informasi Asimetri pada Senjangan Anggaran dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderasi”. E-Jurnal Akuntansi


(5)

Nitiari, Ni Luh Nyoman. 2015. “Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan pada Senjangan Anggaran”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Rahmiati,Elfi. 2013. “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kota Padang)”.Skripsi.Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Riansah, Lira Azhimatinnur. 2013. “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Kecukupan Anggaran sebagai Variabel Moderating”.

Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.

Savitri, Enni dan Sawitri Erianti. 2014. “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan

Anggaran dan Informasi Asimetri terhadap Timbulnya Kesenjangan Anggaran”. Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Riau.

Suartana, I Wayan, 2010.Akuntansi Keprilakuan Teori dan Implementasi, Cetakan Pertama, Andi Offset, Denpasar.

Sujana, I Ketut. 2010. “Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Penekanan Anggaran, Komitmen Organisasi, Asimetri Informasi, dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack Pada Hotel-Hotel Berbintang di Kota Denpasar”.

Skripsi.Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: PT. Andi.

Srimuliani, dkk. 2014. “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi dan


(6)

Slack) Studi Empiris pada Satuan Kerja Peragkat Daerah di Kabupaten Buleleng.” E-Jurnal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, BUDAYA ORGANISASI DAN PENEKANAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris Pada RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo)

0 31 23

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN VARIABEL MODERASI KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN (Studi Empiris Pada SKPD-SKPD Kabupaten Lumajang)

2 33 16

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN VARIABEL MODERASI KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN (Studi Empiris Pada SKPD-SKPD Kabupaten Lumajang)

0 13 16

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN VARIABEL MODERASI KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN (Studi Empiris Pada SKPD-SKPD Kabupaten Lumajang)

0 16 17

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRI, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN (Studi Kasus pada SKPD Kota Semarang)

5 29 141

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP Pengaruh Asimetri Informasi, Partisipasi Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Senjangan Anggaran (Studi Kasus Pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Band

0 2 15

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP Pengaruh Asimetri Informasi, Partisipasi Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Senjangan Anggaran (Studi Kasus Pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Band

0 1 15

Komitmen Organisasi dan Asimetri Informasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran pada Senjangan Anggaran (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung).

0 0 73

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, DAN BUDAYA ORGANISASI PADA SENJANGAN ANGGARAN.

0 0 16

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN)

0 1 17