Kecelakaan Kerja 1.Pengertian Kecelakaan Kerja

14. Mengemankan dan memelihara segala jenis bangunan. 15. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan menyimpan barang. 16. Mencegah terkena aliran listrik. 17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya bertambah tinggi. Pelaksanaan umum terhadap undang – undang keselamtan kerja dilakukan oleh Direktur, yaitu pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transkop, sedangkan pengawasan langsung terhadap undang – undang tersebut dijalankan oleh pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja. II.4. Kecelakaan Kerja II.4.1.Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang tidak direncanakan dan dapat menimbulkan kerugian yang berupa jiwa atau raga manusia, waktu yang hilangdan harta benda. Adapun teori kecelakaan adalah teori Domino Heinrich menyatakan behwa kecelakaan yang terjadi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu bahaya mekanis atau sumber energi dan tindakan yang tidak aman. Menurut Suma’mur 1992, menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah kejadian tak terduga dan tidak diharapkan. Pengertian kecelakaan kerja, Suma’mur memberikan batasan sebagai berikut : “ kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. II.4.2.Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena itu kecelakaan dapat dicegah, asal kita cukup kemauan untuk mencegah. Maka dari itu faktor – faktor yang mempengaruhi kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, untuk selanjutnya dengan usaha – usaha koreksi yang ditunjukkan kepada sebab kecelakaan kerja dapat dicegah dan tidak terulang kembali. Akibat kerugian dari kecelakaan sangat besar, maka perlu adanya usaha pencegahan kecelakaan kerja. Untuk melaksanakan pencegahan terhadap kecelakaan, perlu sekali kita mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja itu. 1. Tindak perbuatan masyarakat yang tidak memenuhi keselamatan Unsafe human acts. 2. Keadaan – keadaan lingkungan yang tidak aman Unsafe Condition Suma’mur,1989. II.4.3.Kerugian Kecelakaan Kerja Tiap kecelakaan pasti ada kerugian, kerugian ini dilihat dari adanya dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya kecelakaan dapat dibagi menjadi : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Biaya langsung Ialah biaya atas pertolongan pertama pada kecelakaan, pengobatan dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upaya selama pekerja tak mampu bekerja, cacat dan biaya atas kerusakan bahan, alat dan mesin. 2. Biaya tersembunyi Yang meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan. Biaya ini meliputi berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja – pekerja lainnya menolong tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya untuk membantu orang – orang yang sedang menderita karena kecelakaan dengan orang baru yang belum bias bekerja di tempat itu dan lain – lainnya Suma’mur 1994. II.4.4.Klasifikasi Kecelakaan Kerja Menurut organisasi perburuhan internasional pada tahun 1962 klasifikasi kecelakaan kerja akibat kerja adalah sebagai berikut : 1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan - Terjatuh - Tertimpa benda jatuh - Tertimbun kena benda – benda terkecuali benda jatuh - Terjepit oleh benda - Gerakan – gerakan melebihi kemampuan - Pengeruh suhu tinggi - Terkena arus listrik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. - Kontak dengan bahan – bahan berbahaya radiasi - Jenis – jenis lain termasuk kecelakaan yang datangnya tidak cukup atau kecelakaan – kecelakaan yang belum masuk klasifikasi. 2. Klasifikasi menurut sebab - Mesin - Alat angkut dan alat angkat - Peralatan - Bahan – bahan, zat – zat radiasi - Lingkungan kerja, dll 3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan - Patah tulang - Dislokasi keseleo - Regang otot - Memar dan luka dalam lain - Amputasi - Luka – luka lain - Luka di permukaan - Gegar dan remuk - Luka baker - Keracunan – keracunan mendadak - Akibat cuaca - Mati lemas - Pengaruh arus listrik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. - Pengaruh radiasi - Luka – luka yang banyak berlainan sifatnya, dll 4. Klasifikasi menurut kelainan luka di tubuh - Kepala - Leher - Badan - Anggota atas - Anggota bawah - Letak lain yang tidak dapat dimasukkan dalam klasifikasi tersebut Suma’mur, 1989 II.4.5.Dampak Kecelakaan Kerja Ada beberapa macam potensi bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada karyawan, diantaranya : 1. Potensi bahaya fisik mesin perkakas peralatan tanpa pengaman Bahaya pada mesin antara laian : Titik Operasi Bagian Penyalur Tenaga Bagian yang Bergerak Berputar Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 2.3. Prilaku yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja Gambar 2.4. Potensi bahaya akibat terjepit gear Gambar 2.5. Potensi bahaya kecelakaan akibat kerusakan perkakas Perkakas Rusak Belt and pulley Chain and sprocket Rack and pinion Nip Pinch Point Operation Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Potensi bahaya fisik dari listrik Ada beberapa macam potensi bahaya yang terjadi akibat listrik, diantaranya : Kontak dengan arus aliran listrik Instalasi yang tidak memenuhi syarat Isolasi dan sambungan tidak memadai Pembebanan berlebihan pada instalasi listrik Kerusakan pada instalasi listrik dan peralatan Kesalahan dalam penggunaan APD dan peralatan Bahaya lingkungan kerja basah, flammable dsb Dampak yang ditimbulkan dapat berupa : - Langsung : Kematian akibat sengatan listrik Luka bakar - Tidak Langsung : Jatuh dari ketinggian II.4.6.Pencegahan Kecelakaan Kerja Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilaksanakan berdasarkan sebab – sebab kecelakaan. Sebab – sebab kecelakaan di perusahaan dapat diketahui dengan mengadakan analisa kecelakaan. Oleh karena itu, kecelakaan dan cara analisisnya harus betul – betul diketahui. Kecelakaan – kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Perturan perundangan, yaitu ketentuan – ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi – kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas – tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervise medis, pertolongan pertama pada kecelakaan dan pemeriksaan kesehatan. 2. Standarisasi, yaitu penerapan standar resmi, setengah resmi tak resmi mengenai konstruksi yang memenuhi syarat – syarat kesehatan, jenis – jenis peralatan industri tertentu, praktek – praktek keselamatan hygiene umum alat – alat perlindungan dini. 3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan – ketentuan perundang – undanagn yang diwajibkan. 4. Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri – cirri bahan – bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat – alat pelindung diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu penelaah tentang bahan – bahan dan desain yang paling tepat untuk tambang – tambang pengangkutan dan peralatan pengangkut lainnya. 5. Riset medis, yaitu meliputi penelitian efek – efek fisiologi dan patologi faktor – faktor lingkungan tehnologis dan keadaan – keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan. 6. Penelitian Psikologis, yaitu penelitian tentang pola – pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. 7. Penelitian secara statistic untuk menetapkan jenis – jenis kecelakaan yang terjadi, mengenai siapa saja dalam pekerjaan dan apa sebab – sebabnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 8. Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dan kurikulum teknik, sekolah – sekolah perniagaan kursus – kursus pertukangan. 9. Latihan – latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja. 10. Pengarahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat. 11. Asuransi, yaitu insentif financial untuk menciptakan pencegahan kecelakaan kerja, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan jika tindakan – tindakan keselamatan sangat baik. 12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya pola penerapan keselamatan kerja pada perusahaan. Sedangka pola – pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung pada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan. Jelaslah bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti ahli – ahli teknis, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistic, guru – guru dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh Suma’mur, 1989. Pencegahan ditunjukkan pada lingkungan, mesin – mesin, alat – alat kerja, perkakas kerja dan manusia. Lingkungan harus memenuhi syarat lingkungan kerja yang baik, keadaan gedung yang selamat dan perencanaan yang baik. Syarat – syarat lingkungan kerja meliputi ventilasi, penerangan cahaya, sanitasi, dan suhu udara. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. II.4.7.Pencegahan Kebakaran Untuk memulai kebakaran, harus ada tiga unsur yaitu oksigen dari udara , bahan yang dapat menyala bahan bakar , dan panas ini penting untuk menyalakan api, tetapi bila api telah timbul, dengan sendirinya menimbulkan panas untuk tetap menyala . Bila salah satu unsur ini disingkirkan, api tidak dapat menyala, dan bila sudah sedang berlangsung, akan terpadamkan. Jadi, metode pencegahan kebakaran pada dasarnya meliputi pengurangan atau penghapusan salah satu unsur ini. Dalam hampir semua situasi dalam industri, dua dari tiga unsur ini telah ada, yaitu oksigen dan bahan bakar. Dari kasus kebakaran yang terjadi, sebanyak 23 kasus disebabkan oleh gangguan listrik, 18 karena rokok, gesekan karena mesin 10 , 8 karena bahan kelewat – panas overhead materials , dan sebab – sebab lain sebanyak 41 . Anonim, 1989 . Bila kebakaran telah sedang berlangsung, maka perlu adanya sarana dan pra sarana yang berfungsi untuk melindungi pekerja dan upaya pencegahan kebakaran agar tidak semakin membesar. Antara lain : 1. Struktur bangunan dan pintu penyelamat Garis pertama dari pencegahan kebakaran adalah dari konstruksi gedung itu sendiri. Konstruksi tahan api harus dapat menjamin bahwa api tidak akan dapat menjalar baik secara vertikal maupun horisontal. Pintu keluar pun harus memenuhi aturan : a. Tidak boleh ada bagian bangunan terlalu jauh dari pintu ke luar, jarak tergantung pada tingkat bahayanya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Setiap lantai harus sekurang – kurangnya mempunyai dua pintu keluar, cukup lebar, aman terhadap api dan asap serta terpisah cukup jauh antara satu dengan lainnya. c. Tangga kayu, tangga putar, lift dan tangga jenjang tak dapat dihitung sebagai pintu keluar. d. Pintu keluar harus diberi rambu dan cukup terang. e. Pintu keluar harus selalu dijaga tetap bebas hambatan f. Tangga keluar dan lubang penyelamat tak boleh menuju halaman dalam atau lorong pintu. 2. Peralatan pemadam api Peralatan pemadam api dapat dimulai dari ember air atau pasir sampai sistem penyemprot lengkap. Jenis dan banyaknya peralatan yang dibutuhkan tergantung pada ukuran dan konstruksi bangunan yang dilindungi oleh proses di dalamnya. Beberapa jenis alat pemadam kebakaran dapat dilihat pada gambar di bawah Gambar 2.6. CO 2 Gambar 2.7. Fire Indicator Panel Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 2.8. Smoke Thermal Detector Gambar 2.9. Sprinkler 3. Tanda Bahaya Kebakaran Alarm Setiap tempat kerja harus memiliki system alarm untuk memperingatkan orang – orang bila kebakaran timbul. Sistem alarm dapat otomatis, atau lonceng alarm, peluit atau sirine, di pasang di beberapa tempat di pabrik, dan menggunakan tombol atau tangkai untuk mengoperasikan alarm bila diperlukan. Alarm harus terdengar di semua tempat di pabrik, termasuk ruang kerja, gudang, ruang ganti, kamar kecil dan kamar mandi. Gambar 2.10. Fire Break Glass Alarm Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. II.4.8.Alat Pelindung Diri APD Dalam usaha dalam pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan menurunnya tingkat kesehatan karyawan maka salah satu upaya terakhir yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan Alat Pelindung Diri APD oleh karyawan. Ada dua criteria penting dari criteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis peralatan pelindung, yaitu : 1. Apapun sifat bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup perlindungan terhadap bahaya tersebut. 2. Peralatan atau pakaian tersebut harus ringan dipakai dan awet, dan membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi bila memungkinkan mobilitas, penglihatan dan sebagainya yang maksimum. Anonim, 1989 . Dengan memperhatikan kedua criteria tersebut, maka terdapat beberapa Alat Pelindung Diri APD yang wajib dikenakan oleh karyawan sesuai dengan bahaya pekerjaan yang ditimbulkan, antara lain : 1. Pelindung Mata Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata. Jumlah kecelakaan demikian besar. Sebagai contoh, para pekerja yang terbiasa memakai kacamata akan menolak berbagai jenis peralatan pelindung mata karena akan mengganggu dan tidak nyaman. Karena itu sebaiknya manajemen mengatur agar para pekerja diperiksa sehingga akan didapatkan saran jenis Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kacamata pengaman yang paling cocok untuk mereka. Bila perlu, saran dapat pila diberikan untuk gagang kacamata sekalian. Gambar 2.11. Safety Google 2. Sepatu Pengaman Sepatu pengaman harus melindungi pekerja terhadap kecelakaan yang disebabkan oleh barang berat yang jatuh ke atas kaki, paku yang menonjol, logam cair, asam, dan sebagainya. Sepatu kulit biasa dalam keadaan baik memberi sedikit perlindungan terhadap kejatuhan atau tertusuk, tetapi untuk benar – benar aman, sepatu harus dilengkapi dengan ujung berlapis baja dan harus memakai alas baja di dalam lapisan kulitnya. Namunkadang diperlukan jenis alas kaki khusus. Misalnya tukang listrik harus memakai Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sepatu yang tidak menghantarkan listrik, dan para pekerja di pabrik bahan peledak harus memakai sepatu yang tidak mencetus bunga api. Gambar 2.12. Safety Boots 3. Sarung Tangan Sarung tangan bukan hanya melindungi pekerja dari bahaya tetapi juga harus memungkinkan jari dan tangan bergerak secara bebas. Jenis sarung tangan yang dibutuhkan akan berbeda tergantung pada luka yang akan dicegah tusuk, potong, bakar panas, bakar kimia,kejutan listrik, radiasi dan sebagainya . Harus diingat bahwa ada bahaya memakai sarung tangan bila seseorang jatuh di mesin bor, mesin kempa dan mesin – mesin lain, yaitu sarung tangan dapat tertangkap oleh putaran mesin. 4. Topi Pelindung Para pekerja yang mungkin tertimpa berang jatuh atau terbang, atau mungkin menghadapi bahaya luka kepala, harus memakai topi pengaman atau helm yang cukup aman untuk melindunginya, tetapi tidak terlalu berat. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Topi pengaman plastic terbukti sangat efektif. Umum menamakan semua daerah dimana ada kemungkinan bahay tersebut sebagai “daerah topi pengaman”. Ini berarti bahwa siapa saja yang masuk daerah itu harus mengenakan topi pengaman. Gambar 2.13. Safety Helmet 5. Sekor Sekor sangat baik untuk perlindungan terhadap bahan kimia., kemungkinan terkena panas, keadaan basah atau berminyak, tetapi tidak boleh dipakai dipakai di dekat mesin. 6. Perlindungan Telinga Jika perlu, telinga harus dilindungi terhadap loncatan api, percikan logam pijar, atau partikel – partikel yang melayang. Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga. Gambar 2.14. Safety Ear Ear Plug Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 7. Perlindungan Paru – paru Paru – paru harus dilindungi manakala udara tercemar atau ada kemungkinan kekurangan oksigen dalam udara. Pencemar – pencemar mungkin berbentuk gas, uap logam, kabut, debu, dan lain – lain. Kekurangan oksigen mungkin terjadi di tempat – tempat yang pengudaraannya buruk seperti tangki atau gudang di bawah tanah. Pencemar – pencemar yang berbahaya mungkin beracun, korosif, atau menjadi sebab rangsangan. Pengaruh lainnya termasuk dalam upaya kesehatan kerja. Gambar 2.15. Safety Mask 8. Alat Perlindungan Diri Lain Masih terdapat alat perlindungan diri lainnya seperti tali pengaman bagi tenaga kerja yang mungkin terjatuh. Selain itu, mungkin pula diadakan tempat kerja khusus bagi tenaga kerja dengan segala proteksinya. Juga pakaian khusus bagi saat terjadinya kecelakaan atau untuk penyelamatan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2.4.9.Peringatan dan Tanda - tanda Peringatan dan tanda – tanda juga dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan. Peringatan dan tanda – tanda dapat membawakan suatu pesan instruksi, pesan peringatan atau pemberian keterangan secara umum. Peringatan dan tanda – tanda tidak dapat dianggap sebagai pengganti bagi tindakan – tindakan keselamatan melainkan menunjang tindakan tersebut. “Dilarang merokok” adalah suatu peringatan yang merupakan perintah. Peringatan – peringatan lain misalnya “Awas tegangan tinggi”, “Hati – hati berbahay”, juga tanda – tanda lau lintas. Keterangan – keterangan misalnya berupa tanda – tanda bagi tempat pintu jalan keluar, pertolongan pertama, dan lain – lain. Peringatan dan tanda – tanda tidak boleh terlalu banyak, oleh karena orang tidak memperhatikannya lagi. II.4.10.Label Bahan berbahaya dan kemasannya, harus diberi label dengan benar. Banyak kecelakaan terjadi karena bahan beracun, korosif, mudah menyala dan bahan berbahaya lainnya disimpan dalam kemasan yang tidak memperlihatkan bahwa isinya berbahaya, atau bahkan lebih buruk lagi, dalam kemasan minuman biasa. Kecelakaan terjadi bila pekerja minum racun yang tersimpan dalam botol susu atau bir. Sebagai bantuan untuk pencegahan kecelakaan semacam itu, harus dipakai label yang benar, seperti tampak pada beberapa gambar di bawah. Gambar – Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. gambar itu pada mulanya dirancang oleh sekelompok ahli dari bahan – bahan berbahaya, digunakan oleh ILO pada tahun 1956 untuk menarik perhatian atas resikonya terhadap bahan – bahan berbahaya. Penggunaan lambing untuk tujuan ini mempunyai kelebihan bahwa label dapat ipahami oleh orang buta huruf. Tetapi perlu ditambahkan pada lambing tersebut tulisan yang menunjukkan berikut ini : 1. Nama bahan ; 2. Keterangan bahaya utama, atau bahaya – bahaya ; 3. Penjelasan langkah pencegahan pokok yang harus diambil ; dan apabila diperlukan 4. Petunjuk pertolongan pertama atau langkah sederhana lain yang harus diambil pada kasus seseorang terluka atau dalam keadaan gawat. Gambar 2.16. Macam penandaan bahan beracun dan berbahaya Gambar 2.17. Contoh pelabelan Bahan Kimia Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II.5. Landasan Teori