Tinjauan Umum Keselamatan Kerja 1.Definisi Keselamatan Kerja

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tinjauan Umum

Dalam pertumbuhan ekonomi dan industri yang pesat di Indonesia terdapat masalah yang juga semakin kompleks, yaitu tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Masalah tersebut menimbulkan kerugian yang besar, tercatat dalam data pada tahun 2000 oleh Green Cross and Safety dalam seminar Pelatihan Ohsas 18001 : 1999 2007 , kecelakaan kerja yang terjadi dalam 196.000 perusahaan terjadi 66.367 kasus kecelakaan kerja dengan 4.142 orang meninggal dunia, 20.970 orang luka berat cacat, 87.390 orang SMTB Sementara Tidak Mampu Bekerja dan 71.160.780 hari kerja hilang. Hal ini merupakan salah satu pekerjaan besar dalam dunia kerja mengingat bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan sebagian kecil disebabkan oleh faktor teknis Muljono, 1997 . Dalam sub bab selanjutnya akan dibahas masalah kesehatan kerja, keselamatan kerja, dan cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

II.2. Kesehatan Kerja

II.2.1. Pengertian dan Tujuan Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja mayarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi – tingginya, baik fisik mental, maupun social dengan usaha – usaha prefentif dan kuratif, terhadap penyakit – penyakit atau gangguan – Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor – faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit – penyakit umum Suma’mur, 1991. The Join ILO WHO committee on occupation health pada tahun 1950, menetapkan tujuan kesehatan kerja adalah : 1. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkat yang setinggi – tingginya, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan social masyarakat pekerja di semua lapangan kerja. 2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya. 3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang diakibatkan oleh faktor – faktor yang membahayakan kesehatan. 4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan yang sesuai dengan kemempuan fisik dan psikis pekerjanya Trianingsih, 1991. II.2.2.Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja karyawan, diantaranya : 1. Faktor fisik, meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, radiasi, dan tekanan udara. 2. Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, asap, dan cairan benda padat. 3. Faktor biologis, baik dari golongan tumbuhan atau hewan. 4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 5. Faktor mental – psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan antara pekerja dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dal lain – lain. II.2.3.Dampak – dampak kesehatan kerja Dalam suasana kerja yang berhubungan dengan kontak tehadap sumber energi atau bahan berbahaya diatas ambang kemampuan akan menyebabkan dampak – dampak yang mungkin terjadi terhadap tubuh karyawan, diantaranya : 1. Potensi bahaya kebisingan Gambar 2.1. Potensi bahaya kebisingan Manusia memiliki indra pendengar yang sensitive dan mempunyai batas – batas ketinggian decibel yang dapat diterima, bila melebihi kemampuan indra pendengaran maka akan menyebabkan dampak pada indra pendengar. Tabel di bawah menunjukkan ambang batas suara yang dapat diterima oleh indra pendengar manusia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 2.1. Tabel potensi bahaya kebisingan Noise Exposure Dampak yang terjadi 0 – 49 decibel Limit bunyi Normal 50 – 59 decibel Efek Psikologis Gangguan individual 60 – 89 decibel Efek Fisio - Psikologis Gangguan Grup 90 – 139 decibel Efek Fisiologis TTS PTS 140 decibel Penyakit Penyakit Keterangan : TTS = Temporary Threshold Shift PTS = Permanent Thresold Shift 2. Potensi bahaya vibrasi getaran pada fisiologi Terjadinya getaran vibrasi yang diterima karyawan saat bekerja juga memiliki dampak terhadap tubuh. Diantaranya : • 3 – 9 Hz : Dada Perut • 4 Hz : Mata • 10 Hz : Leher, Kepala, Pinggul, Perineum, Otot, Dan Kerangka • 13 - 15 : Tekak Pharynx • 6–10 Hz : Tekanan Darah, Detak Jantung Semua itu akan menyebabkan tubuh menjadi shock absorber sehingga akan menyebabkan dampak pada : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. - Kelelahan - Syaraf - Sendi 3. Potensi bahaya temperature extreme Suhu panas yang berasal dari faktor lingkungan yaitu : - Beban sinar matahari solar load, angin, kelembaban - Temperatur tinggi pada proses kerja - Beban kerja - Pakaian dan alat pelindung diri. Akan menyebabkan dampak heat rash, heat crams, heat exhaustion, heat stroke. Gambar 2.2. Temperature Extreme pada tempat kerja 4. Potensi bahaya gelombang electromagnet Potensi bahaya radiasi gelombang electromagnetic pada tempat kerja ada dua macam, yaitu : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Ionizing Berasal dari dua sumber yaitu sinar X dan radiasi Gamma. Keduanya akan menyebabkan pengaruh pada sel – sel tubuh, yaitu : - sel darah atau limfosit - Testis - Ginjal - Syaraf - Otak b. Non ionizing Umumnya berasal dari cahaya tampak, sinar ultraviolet, dan infra red. Menyebabkan pengaruh pada : - Mata : konjungtivitis, katarak - Kulit : perubahan pigmen kulit, luka bakar, kanker kulit. 5. Potensi paparan bahan kimia partikel yang melayang di udara Ditentukan oleh Beberapa Parameter Termasuk: • Komposisi Bahan Kimia • Konsentrasi • Karakteristik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 2.2. Potensi paparan bahan kimia partikel yang melayang di udara PARTIKEL PENYAKIT ¿ Fume Pengelasan Seng, Mangan Demam Fume Metal Krom Kanker Nikel Kanker ¿ Lead Banyak Organ ¿ Silica Silicosis ¿ Asbes Kanker II.2.4.Pencegahan Terhadap Gangguan – gangguan Kesehatan Gangguan – gangguan pada kesehatan kerja akibat beberapa faktor dalam pekerjaan bias dihindari, asal saja pekerja dan pimpinan perusahaan ada kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu perundang – undangan tidak akan ada faedahnya, apabila pimpinan perusahaan tidak melaksanakan ketetapan – ketetapan perundang – undangan itu, juga apabila para pekerja tidak mengambil peranan penting dalam menghindari gangguan – gangguan tersebut. Cara – cara mencegah gangguan tersebut adalah : 1. Subtitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Ventilasi umum, yaitu mengalirka udara sebanyak menurut perhitungan ke dalam ruang kerja, agar kadar dari bahan – bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini lebih rendah daripada kadar yang membahayakan. 3. Ventilasi keluar setempat, yaitu alat yang biasanya menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu, agar bahan – bahan dari tempat tertentu yang membahayakan dapat dihisap dan dialirkan keluar. 4. Isolasi, yaitu mngisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang membahayakan. 5. Pakaian pelindung, yaitu alat yang digunakan untuk melindungi tubuh dalam bekerja. 6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, yaitu pemeriksaan kesehatan kepada calon pekerja untuk mengetahui apakah calon tersebut sesuai dengan pekerja yang akan diberikan kepadanya, baik fisik maupun mental. 7. Pemeriksaan kesehatan berkala ulangan, untuk evaluasi, apakah faktor – faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan – gangguan kelainan – kelainan pada tubuh pekerja tau tidak. 8. Penerapan sebelum kerja, agar para pekerja mengetahui dan menaati peraturan, dan agar mereka lebih berhati – hati. 9. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan pada para pekerja secara continue, agar para pekerja wapada dalam menjalankan pekerjaannya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. II.2.5.Program Pelayanan Kesehatan Kerja Program pelayanan kerja yang dianjurkan adalah program pelayanan paripurna terdiri dari pelayanan preventif, promotif, koratif dan rehabilitatif yang kesemuanya dilaksanakan bersama – sama komprehensif dalam suatu system yang terpadu masing – masing pelayanan tersebut adalah : 1. Pelayanan preventif kesehatan kerja Pelayanan ini diberikan sebagai perlindungan kepada tenaga kerja sebelum adanya proses gangguan akibat kerja. 2. Pelayanan promotif kesehatan kerja Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja. 3. Pelayanan kuratif Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan kerja atau gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah komplikasi penularan terhadap keluarganya maupun teman kerjanya. 4. Pelayanan rehabilitatif Pelayanan ini diberikan kepada para pekerja yang tekena penyakit parah kecelakaan parah yang telah mengakibatkan cacat sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanent. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. II.3. Keselamatan Kerja II.3.1.Definisi Keselamatan Kerja Menurut Pamudji 1990, keselamatan kerja adalah bagaimana suatu pekerjaan diselesaikan dengan benar dimana pekerja harus sudah mempunyai ketrampilan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga akan tercapai produktifitas dan keselamatan kerja. Namun bisa juga berarti keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempet kerja dan lingkungannya serta cara – cara melakukan pekerjaan Suma’mur 1989. Keselamatan kerja bersasaran di segala tempat kerja baik di darat, dalam tanah, udara dan wahana tempat kerja yang lain. Aspek penting dalam keselamatan adalah sasaran kecelakaan kerja. II.3..2.Tujuan Keselamatan Kerja Keselamatan kerja mempunyai tujuan yaitu : 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. 2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien Suma’mur, 1989. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. II.3.3.Syarat – syarat Keselamatan Kerja Sesuai dengan Undang – undang No. 1 Tahun 1970 tentang kesehatan kerja BAB III Pasal 3 menyatakan bahwa dengan perundang – undangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja meliputi : 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian – kejadian lain yang berbahaya. 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan. 6. Memberi alat – alat perlindungan pada para pekerja. 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran. 8. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. 9. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan. 10. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. 11. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. 12. Memeproleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja. 13. Mengemankan dan memperlancar pengengkutan orang, binatang, tanaman, dan barang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 14. Mengemankan dan memelihara segala jenis bangunan. 15. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan menyimpan barang. 16. Mencegah terkena aliran listrik. 17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya bertambah tinggi. Pelaksanaan umum terhadap undang – undang keselamtan kerja dilakukan oleh Direktur, yaitu pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transkop, sedangkan pengawasan langsung terhadap undang – undang tersebut dijalankan oleh pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja. II.4. Kecelakaan Kerja II.4.1.Pengertian Kecelakaan Kerja