Human Service Organisation di Kota Bandung

32

BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN

4.1 Human Service Organisation di Kota Bandung

Human Service Organization HSO dalam dua puluh tahun terakhir merupakan fenomena menarik, menjamur dan bahkan menjadi bagian sehari-hari dari kehidupan bangsa Indonesia. Keberadaan HSO di Indonesia membawa warna tersendiri bagi perjalanan perubahan bangsa Indonesia. HSO mulai popular di Indonesia pada tahun 1970-an dan mengalami puncak perkembangannya pada awal tahun 1990-an dengan jumlah HSO seluruh Indonesia berjumlah 13.500 ST. Sularto, 2004. Jaringan internasional berfungsi dengan optimal. Pada saat bersamaan para jurnalis muda Indonesia yang awalnya adalah aktivitas kampus atau aktivis HSO, bangkit, berkembang biak dengan cepat, dan mulai meraung, serta bahu membahu dengan seluruh aktivis HSO. Gabungan dua kekuatan ini mengantarkan HSO pada puncak kekuatannya sebagai penekan dominasi Negara, serta dominasi kekuatan kapitalisme ekonomi Ichsan Malik: 2004. Perkembangan HSO yang cepat di Indonesia juga harus didukung dengan kapabilitas HSO itu sendiri. Dalam kehidupan berlembaga, terdapat beberapa faktor yang diperlukan untuk mendukung keberlangsungan lembaga tersebut. Seperti dalam sebuah organisasi, diperlukan bagian-bagaian yang bertujuan membangun kapasitas lembaga, baik eksternal maupun internal. Keberadaan HSO di Indonesia makin menjamur seiring berjalannnya waktu dan masalah sosial yang terjadi. Perkembangan jaman yang semakin cepat mebuat lembaga tersebut harus semakin dinamis dalam upaya mencapai usaha kesejahteraan sosial. Perubahan lingkungan yang begitu cepat menuntut kemampuan mereka dalam menangkap fenomena perubahan tersebut, menganalisa dampaknya terhadap organisasi dan menyiapkan langkah-langkah guna menghadapi kondisi tersebut. Kenyataan di Indonesia secara umum menunjukkan bahwa lembaga-lembaga pelayanan sosial yang ada tidak mampu menjawab tantangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan sosial, serta mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks. Salah satu penyebab utamanya adalah sangat lemahnya pengorganisasian 33 khususnya manajemen lembaga pelayanan sosial tersebut, yang masih berlandaskan aktifitas karitas. Maka jika berbicara organisasi harus pula berbicara komponen-komponen yang membangun organisasi ketika melakukan perencanaan dan implementasi dalam suatu harmoni antar sistem dan sub-sistem, yang dapat berkontribusi bagi prodkutifitas lembaga. Kemudian sistem-sistem di dalam lembaga dibangun berdasarkan konsistensi dan kompatibel. Jika organisasi didesain sesuai dengan misi dan filosofi organisasi dan jika pegawai didorong untuk memiliki performa pada level tertinggi dan mendukung serta memberikan penghargaan terhadap performa mereka, kemudian organisasi akan meraih keunggulan dan perkembangan yang konsisten sesuai yang direncanakan dalam strategi jangka pendek, menengah, panjang, tujuan program dan objektif. Dalam proses pemberian pelayanan kepada manusia, HSO merupakan bagian dari sistem yang paling besar, yaitu menjadi bagian dari sistem pelayanan yang sifatnya makro, seperti dalam pelayanan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan atau pendidikan, HSO tidak melakukan sendiri namun dengan HSO yang lainnya membentuk pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat atau sesuai dengan kebijakan sosial yang telah dikeluarkan oleh pemegang kebijakan. Maka kolaborasi antar HSO harus dilakukan untuk mendapatkan pelayanan yang prima. Dalam penelitian ini akan mengambil beberapa HSO dikategorikan berdasarkan sepsifikiasi pelayanan yang diberikan dan bentuk koordinasi yang dilakukan oleh HSO dalam memberikan pelayanan yaitu: 4.1.1 Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil PUPUK Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil atau disingkat PUPUK adalah organisasi non profit, independen dan bersifat non politis yang memposisikan diri sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang pengembangan UK. PUPUK lahir melalui sebuah proyek: Peningkatan Industri Kecil, PIK-KADIN Jawa Barat, yang dimulai tahun 1979. Proyek ini merupakan kerjasama dengan sebuah lembaga donor dari Jerman yaitu Friedrich-Naumann-Stiftung FNSt, pada tahun 1988 program PIK- KADIN Jawa Barat dilepas dari KADIN Jawa Barat dan dilembagakan menjadi PUPUK, dengan badan hukum PERKUMPULAN. Lembaga Perkumpulan Untuk 34 Peningkatan Usaha Kecil disahkan Departemen Kehakiman Republik Indonesia melalui SK No. C2-765.HT01.03.TH88. Dasar pemilihan badan hukum perkumpulan adalah dengan harapan PUPUK dapat mengembangkan mekanisme demokratis dalam tubuh organisasinya. Anggota perkumpulan adalah perorangan yang terdiri dari praktisi bisnis, aktivis LSM dan perguruan tinggi serta individu yang menaruh perhatian pada UK. Dalam menjalankan program-programnyam PUPUK Bandung didukung oleh jaringan tenaga ahli yang berpengalaman di bidang UKM. Jaringan yang terbentuk ini merupakan hasil akumulasi dari kegiatan yang sudah dilakukan PUPUK selama hampir 17 tahun, tersebar sebagai individu maupun tenaga di perusahaan, perguruan tinggi, lembaga pembina swasta mupun pemerintah. Pelayanan yang diberikan oleh PUPUK Bandung lebih memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat, dengan meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah, hingga dapat memberikan kemudahan bagi mereka untuk melakukan pemenuhan kebutuhannya. Berdasarkan Renstra yang ada di PUPUK Bandung ini didasarkan pada Misi dari PUPUK Bandung, yakni melaksanakan program-program penguatan Usaha Kecil dengan basis potensi yang dimiliki oleh Usaha Kecil dan kebutuhan Usaha Kecil dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki Indonesia, melalui pendekatan di tingkat mikro, meso, dan makro. Berikut Rinciannya :

1. Pendekatan Tingkat Mikro; PUPUK melakukan kegiatan yang berlangsung

dengan Usaha Kecil melalui berbagai kegiatan di lapangan dalam bentuk layanan pengembangan bisnis, seperti pelatihan teknis, manajemen, asistensi, konsultasi, layanan informasi, dan aktivitas lain sesuai dengan kebutuhan Usaha Kecil dan kemampuan PUPUK. 2. Pendekatan Tingkat Meso; PUPUK berupaya untuk mendukung terciptanya infrastruktur dan sistem pendukung yang kondusif bagi pengembangan Usaha Kecil. PUPUK bersama-sama dengan lembaga lain menciptakan wadah aspirasi dan koordinasi yang intensif oleh perorangan maupun lembaga 35 pengembang Usaha Kecil sehingga berkembang program-program yang bersifat kemitraan baik secara vertikal maupun horizontal. Kegiatan pada tingkat meso antara lain; workshop dan pelatihan bagi tenaga pembina konsultan Usaha Kecil, jaringan informasi dan forum komunikasi tenaga ahli konsultan Usaha Kecil, pembentukan jaringan lembaga pendamping Usaha Kecil, dan lain-lain.

3. Pendekatan Tingkat Makro; PUPUK berupaya untuk memberikan

kontribusi terhadap upaya penyempurnaan kebijakan pemerintah baik itu di tingkat regional maupun nasiona agar tercipta iklim usaha yang kondusif bagi perkembnagan Usaha Kecil. Kontribusi PUPUK diwujudkan dalam bentuk studi dan dialog kebijakan yang mengajak seluruh stakeholder, serta bentuk- bentuk kegiatan advokasi, seminar maupun kampanye baik ke lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif. Adapun kegiatan-kegiatan dan program-program yang dilakukan PUPUK dalam mengimplementasikan misi dari PUPUK itu sendiri, yakni : 1. Kerjasama Pengembangan UKM Program kerjasama pengembangan UKM yang dilaksanakan oleh PUPUKberlandaskan pada upaya perkuatan kaasitas UKM. UKM partisipan program ditempatkan sebagai mitra sejajar. Capaian dari program kerjasama pengembangan UKM ini adalah menguatnya usaha UKM peserta program ditinjau dari indikator usaha. Serta terbentuknya iklim usaha yang sehat dan positif. 2. Implementasi Program CSR Corporate Social Responsibillity Dalam konteks yang sama yaitu pengembangan daya saing daerah dan Pengembangan UKM melalui program CSR yang ada di perusahaan. 3. Studi, Riset dan Survey Studi, riset dan survey adalah program yang dilakukan sebelum dan sesuadah program Kerjasama Pengembangan UKM. Beberapa program studi, riset dan 36 survey dilakukan secara terpisah. Program ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan memetakan UKM dan persoalan serta peluangnya. Dan untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat capaian program kerjasama pengembangan ekonomi. Rekomendasi yang aplikatif adalah capaian program ini. 4. Advokasi Program advokasi diarahkan pada upaya untuk memperkuat posisi UKM dalam persaingan bisnis. Disamping itu juga untuk memperbaiki iklim usaha di suatu daerah. Capaian program ini adalah semakin berkurangnya regulasi yang merugikan atau menghambat UKM. 5. Pelatihan, Workshop, dan In-House Training Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknis UKM adalah salah satu prasyarat yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya saing UKM. Capaian program ini adalah meningkatnya kemampuan teknis UKM yang ditunjukan. Kemudian bentuk kerjasama lainnya dengan HSO lainnya adalah melalui pengumpulan dana fundraising , PUPUK Bandung melakukan kerja sama dengan lembaga internasional seperti Friedrich-Naumann-Stiftung FNSt, World Bank Group, Japan International Corporation Agency JICA, UNDP, European Commission, SEEP Network dll. Adapula dari perusahaan seperti PT. Kaltim Prima Coal, PT. Berau Coal, PT. Pertamina mayoritas dari biaya program CSR perusahaan dan masih banyal lagi perusahaan lainnya. Selain itu, tentunya PUPUK juga bekerja sama dengan pemerintah kabupaten kota dan juga provinsi, serta dinas terkait. Karena pupuk merupakan lembaga independen, maka pupuk tidak berafiliasi dengan lembaga manapun maupun partai politik. Jadi lembaga-lembaga pendonor yang disebutkan diatas tersebut bukan merupakan pendonor tetap.

4.1.2 Dompet Dhuafa DD

Dompet Dhuafa DD Bandung merupakan lembaga nirlaba milik ummat, berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa yang bertumpu pada sumber daya lokal dengan dana zakat, infak, shodaqoh, dan waqaf ZISWAF, serta 37 dana sosial kemanusiaan lainnya. Organisasi ini lahir dari empati kolektif komunitas jurnalis yang sering berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang berkepedulian kepada kaum dhuafa. Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar Bagir, S. Sinansari Ecip dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga independen DOMPET DHUAFA REPUBLIKA Sejak kelahiran Dompet Dhuafa DD Republika pada tahun 1993 Sejak saat itu wartawan media ini memotori segenap kerabat kerja untuk menyalurkan zakat sebesar 2,5 dari penghasilan. Dana tersebut dikumpulkan kemudian didayagunakan langsung kepada dhuafa yang berhak. Karena dilakukan pada waktu-waktu sisa, tentu saja dana yang terkumpul maupun pendayagunaannya tidak dapat maksimal. Dalam sebuah kegiatan di Gunung Kidul Yogyakarta, para wartawan menyaksikan aktivitas pemberdayaan kaum miskin yang didanai mahasiswa. Dengan menyisihkan uang saku, mahasiswa membantu masyarakat miskin. Aktivitas sosial yang telah dilakukan sambilan di lingkungan REPUBLIKA kemudian terdorong untuk dikembangkan. Apalagi kala itu, masyarakat luas pun telah terlibat menyalurkan ZISnya melalui DD, mulailah digagas manajemen pengelolaan zakat dalam bentuk program-program pemberdayaan. Kian berkembangnya organisasi dan padatnya aktifitas, tahun 1998 DD Republika membuka konter di Bandung yang selanjutnya berkembang menjadi lembaga perwakilan pada tahun 2000 dengan nama Dompet Dhuafa Republika Perwakilan Jawa Barat. Inti aktifitasnya adalah mengoptimalkan pemanfaatan dana ZIS melalui program-program pemberdayaan untuk menanggulangi berbagai problem sosial di wilayah Jawa Barat. Tahun 2002, penerapan konsep Jejaring Multikoridor JMK oleh Dompet Dhuafa Republika mendapat respon positif, termasuk dari Dompet Dhuafa Perwakilan Jawa Barat. Tahun 2002, penerapan konsep Jejaring Multikoridor JMK oleh Dompet Dhuafa Republika mendapat respon positif, termasuk dari Dompet Dhuafa Perwakilan Jawa Barat. Luasnya program yang harus ditangani di satu sisi dan kondisi ekonomi yang sulit mengembangkan yayasan beserta program yang didanainya. Karena itu, strategi penggalangan dana yang Iebih baik menjadi salah satu tuntutan bagi DD untuk survive dan bersaing dengan lembaga penggalang dana lainnya. Pada awal 1998, Eri Sudewo 38 mengubah divisi penggalangan dana menjadi divisi pemasaran yang ditugasi menggalang dana sekaligus melakukan promosi program. Tujuannya agar lebih aktif dalam merangkul penyumbang dan mengurusnva dengan cara yang Iebih sistematis. “Cara ini akan membuat DD berbeda dengan organisasi serupa yang mengumpulkan donasi ataupun ZIS secara tradisional dan pasif. Selain menyusun strategi penggalangan dana lebih terencana, kami juga merancang panduan internal sebagai mekanisme kerja termasuk sistem insentif pada bagian penjualan sehingga penggalang dana akan bekenrja secara profesional. Eri percaya meskipun sumbangan secara sukarela telah menjadi hagian dan budaya dan ajaran agama, hal itu perlu dimotivasi lewat pendekatan yang sistematis. Rencana komunikasi dan kampanye menjadi salah satu perangkat DD. Namun penyediaan produk yang nyata nilai tambahnya dan pelayanan lebih baik merupakan pendekatan yang lebih baik. Diluar itu, mereka juga melakukan berbagai pendekatan yang profesional untuk memelihara dan merawat donatur sehingga menjadi penyumbang yang loyal. Upaya itu dilakukan DD lewat pendekatan pribadi. Untuk menangani program penggalangan dana ini, Eri Sudewo merekrut dan mempromosikan beberapa staf yang berlatar belakang pendidikan atau memiliki pengalaman di bidang pemasaran. Divisi mi dirancang dalam sebuah struktur yang ramping, namun bisa bekerja secana efektif dan efisien. Saat itu divisi mi memiliki lima tenaga yang dipilih dan direkrut secara ketat dan peserta program pelatihan penggalangan dana yang pernah dilaksanakan oleh DD. Mereka adalah peserta terbaik dalam pelatihan. Sebelum melaksanakan tugas mereka diberikan wawasan mengenai yayasan, produknya, dan terutama strategi pemasaran kehumasan. Kunci sukses DD dalam menerapkan strategi pemasarannya adalah perkiraan pengeluaran dan pendapatan yang cermat. Pada awal tahun pembukuan, manajemen merancang perkiraan pendapatan berdasarkan pendapatan tahun lalu. Mereka menelusuri informasi dalam basis data sebelum menyusun kecenderungan untuk tahun berikutnya dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti kebijakan pemerintah, situasi ekonomi, dll. Manajer divisi pemasaran bertanggung jawab dalam menyusun target tahunan, yang diterjemahkan dalam angka bulanan. Mulai awal 2000, divisi pemasaran ditingkatkan statusnya menjadi direktorat penghimpunan yang dipimpin oleh Serorang direktur. Direktorat mi membawahi 39 divisi pemasaran perusahaan dan pemasaran nitel yang masing-masing dipimpin oleh seorang manajer. Perubahan mi berkaitan dengan upaya restrukturisasi yang dilakukan DD terhadap struktur organisasinya. ‘Terubahan ini juga dilakukan untuk memaksimalkan upaya pemasaran kita lakukan. Dengan struktur baru ini, peran masing-masing divisi lebih fokus dan Iebih maksimal. Divisi perusahaan menangani penggalangan dana dan kerja sama dengan perusahaan atau lembaga, sementara retail pemasaran lebih banyak mencari dan menangani dana yang masuk dan individu atau perorangan,” kata Juwaini. Pada awal tahun 2003 DD mengembangkan organisasinya menjadi Jejaring Multi Koridor JMK. JMK merupakan struktur organisasi sejenis konsorsium di mana masing-masing lembaga atau divisi yang tergabung di dalamnya diberi kesempatan luas untuk mandiri dan mengembangkan lembaganya sesuai dengan core activity atau aktivitas utarnanya. Struktur baru mi dipilih agar berbagai lembaga, divisi atau unit usaha bentukan DD tidak menjadi beban bagi DD dan tumbuh menjadi lembaga mandiri. Konsep tersebut diwujudkan dalam tiga tahapan yang disebut IOM Indepen¬den, Otonom, dan Mandiri. Pada tahapan independen DD akan membantu membangun manajemen lembaganya, membantu sebagian biaya operasionalnya, dan mengarahkan berbagai kebijakan yang dijalankan lembaga tersebut. Berbagai bantuan dan bimbingan itu mulai dikurangi dalam tahapan otonom dan DD hanya mensubsidi kekurangan dana dan membantu mengatasi persoalan yang belum bisa dipecahkan oleh lembaga. Akhirnya, DD sama sekali akan melepaskan lembaga tersebut dengan memberi kewenangan sepenuhnya untuk menyusun rencana strategis lembaga, mencari sumber pendanaan, dan membuat kebijakan strategis pengem¬bangan lembaga. Konsep JMK dipilih untuk menjawab kebutuhan pengembangan organisasi dan SDM agar bisa mengembangkan din secara maksimal. Dengan sistem baru tersebut, masing-masing divisi, Lembaga atau unit usaha yang dikembangkan DD bergabung dalarn 4 jejaring: 1 Lembaga Amil Zakat, 2 Jejaring Asset Reform, 3 Jejaring Asset Sosial, dan 4 Business Development atau Jejaring Komersial. Masing¬masing badan tersebut menghidupkan lembaga-lembaga otonom yang bekerja secara fokus dan desentralisasi. lihat struktur Jaringan yang secara khusus diberi tugas untuk mengem¬bangkan kegiatan bisnis dan pengembangan ekonomi masyanakat adalah Jejaring Asset Reform JAR dan Jejaning Komensial. 40 JAR menupakan salah satu bagian dan JMK yang bertugas melakukan program atau kegiatan peningkatan perekonomian dan penguatan modal sosial di tengah-tengah masyarakat. JAR merupakan penpaduan antara social investment dengan visionary investment. Jejaring mi menjadi tempat berkiprahnya lembaga- lembaga berbasis ekonomi kerakyatan, dimodali oleh masyarakat lewat dana ZIS, kepemilikannya bensifat umum atau publik, berorientasi pada pengembangan potensi kaum dhuafa, dan menerapkan sistem bagi hash untuk pengembangan kualitas dan kuantitas masing-masing usahanya. Kalau dan dana ZIS yang dikembangkan lewat benbagai program dan unit usaha tensebut berkembang, maka keuntungan yang didapat tidak diambil oleh DD, tapi dikembalikan lagi ke masyarakat dalam bentuk program atau memperbesar modal usaha. Proses pengalihan aset atau modal tersebut diiakukan secara bertahap dalam bentuk usaha atau bisnis yang dijalankan secara profesional, seperti layaknya bisnis komersial. Beberapa unit usaha yang dikembangkan dalam usaha ini adalah: Unit Ternak Domba Sehat, Unit Agribisnis, Unit Perdagangan, Lembaga Keuangan Mikro, dan Unit Masyarakat Mandini. Sementara Jejaring bisnis atau komersial terdiri dan lembaga-lembaga yang berorientasi bisnis, benbasis syaniah, bermodal dan dana non- ZIS, profesional profit-oriented, kepemilikan oleh lembaga pemilik modal, dan bagi hasil dan pemodal dibenikan kepada kaum dhuafa. Modalnya benasal dan dana operasional DD atau dana pinjaman komersial. Sebagai amil atau lembaga pengelola ZIS, DD benhak mendapatkan 18 dan jumlah dana yang digalang. Dana tersebut biasanya digunakan untuk operasional lembaga. Namun, jika ada kelebihan dan dana tersebut, sisanya digunakan untuk pengembangan usaha-usaha komersial. Karena pengembangan usaha itu menggunakan dana yang menjadi hak pengelola DD, maka keuntungan yang diperoleh tidak dikembalikan ke masyarakat sebagai mustahik, tapi digunakan untuk mengembangkan organisasi. Misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan atau melengkapi sarana dan prasarana. Yang tengabung dalam jejaning ini adalah Raudha Rahma Abadi perusahaan travel dan ibadah hajiumroh, Institut Manajemen Zakat lembaga pendidikan dan pelatihan pengelolaan ZIS, Subkanal Citra Selaras PR dan Event Organizer , Community Development Circle pengembangan corporate social responsibility dan Tebar Hewan Kurban Penyediaan dan Penyaluran Daging Kurban. 41 Pada tanggal 14 Oktober 2002 didirikanlah lembaga afiliasi DD Republika dengan nama Yayasan Dompet Dhuafa Bandung dengan nomor akte 42, di depan notaris Evy Hybridawati Wargahadibrata, SH. Untuk memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, DD mendaftarkan diri ke Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk Yayasan. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H Abu Yusuf SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163A.YAY.HKM1996PN JAKSEL. Lokasi tempat dompet dhuafa bandung terletak di Jl. Pasirkaliki No. 143 Lt.II Bandung 40173 Jawa Barat, Indonesia 40173 Tlp. 022- 6032281,6120218 Fax. 022-6120130. Adapun visi dari Dompet Dhuafa Bandung, yaitu: Menjadi lokomotif pemberdaya, bagi tumbuh kembangnya jiwa dan kemandirian masyarakat, yang bertumpu pada sumber daya lokal, menuju sistem ekonomi berkeadilan. Sedangkan Misi Dompet Dhuafa Bandung, yaitu:  Membangun diri menjadi lokomotif gerakan pemberdayaan masyarakat berbasis pengelolaan ZISWaf zakat, infak, sedekah dan wakaf  Menumbuhkembangkan jaringan lembaga pemberdayaan masyarakat  Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan aset masyarakat yang berbasis kekuatan sendiri  Mengadvokasi paradigma ekonomi berkeadilan

4.1.3 Yayasan B_Trust

B_Trust adalah perkumpulan nir-laba NGO yang didirikan oleh sekelompok aktivis dan professional yang berpengalaman dalam bidang penelitian dan advisory , pengorganisasian masyarakat, penguatan lembaga non profit maupun institusi publik yang memiliki perhatian pada peningkatan peran masyarakat dalam proses kepemerintahan. Pembentukan Yayasan B_Trust dikukuhkan di depan Notaris Dr. Wiratni Ahmadi, S.H. pada tanggal 14 Juni 2001 dengan akta pendirian No. 27 dan dilengkapi dengan pendaftaran di Sospol dengan No. 340Yayasan2003. Di samping itu, B_Trust terdaftar juga sebagai anggota ISBN No. 979-96768. 42 B_Trust akan terus menerus menganalisis situasi terkini, melakukan kampanye untuk perubahan dan mengambil langkah-langkah praktis untuk mendorong proses pengembangan ekonomi lokal dan terwujudnya good governance di tingkat lokal dengan dasar kepercayaan. Di era perubahan manusia akan melewati berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat adalah erosi kepercayaan trust antar individual, antar pemerintah, maupun dalam kelompok, antar pemerintah, maupun dalam kelompok, antar masyarakat itu sendiri. Tingkat kepercayaan yang rendah mengikis kapasitas masyarakat untuk terlibat dalam urusan publik dan mendorong praktek-praktek penyalahgunaan kewenangan yang diberikan kepada institusi publik. Salah satu penyebab kurangnya kepercayaan adalah mis-informasi. Berbagai strategi perlu dikembangkan untuk membangun mekanisme komunikasi dan pertukaran informasi antar berbagai kelompok, dan juga masyarakat dengan pemerintah, antara lain dengan proses pelibatan masyarakat, termasuk sektor bisnis dalam berbagai urusan publik. Ekonomi dan demokrasi yang inklusif dan pluralistik akan tergantung pada tingkat kepercayaan yang terbangun antar institusi politik dan antar individu maupun kelompok kepentingan dalam masyarakat. Untuk menjawab tantangan inilah B_Trust didirikan. B_Trust terus menerus menganalisis situasi terkini, melakukan kampanye untuk perubahan dan mengambil langkah-langkah praktis untuk mendorong proses pengembangan ekonomi lokal dan terwujudnya good governance di tingkat lokal dengan berbasis kepada trust. B_Trust merupakan lembaga swadaya masyarakat yang berbeda dengan tipikal lembaga swadaya masyarakat lainnya. Jika LSM biasanya mendampingi atau melakukan pemberdayaan kepada masyarakat, maka B_Trust memberikan pendampingan kepada pemerintah daerah. Selama ini lsm memilih peran sebagai oposisi terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Namun B_Trust memilih peran sebagai mitra pemerintah, dengan harapan kebijakan yang disusun bersama antara B_Trust dan pemerintah akan memberikan nilai lebih bagi masyarakat. Program-program pemberdayaan yang ada selama ini kerap kali berbenturan dengan aturan yang ada. Disisi lain kegiatan pendampingan kerap kali tidak berkesinambungan karena tidak adanya aturan hukum yang menaungi. Program- 43 program reform yang digagas oleh masyarakat sering kali mentok karena pemerintah tidak mau menerima masukan dari bawah. Karena itulah B_Trust memandang pendekatan yang harus dilakukan tidak hanya ke masyarakat tetapi juga ke pembuat keputusan. Pendekatan yang dipilih oleh B_Trust sering membuat B_Trust mendapatkan stereotype sebagai LSM yang elitis. Namun jika dipandang lebih jauh, berbagai program reform yang dijalankan B_Trust bersama pemerintah daerah merupakan program-program yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik. Pendekatan pada penyusunan kebijakan dirasakan lebih efektif dan membawa dampak yang cukup signifikan pada proses pelayanan publik. Satu dari 4 fokus B_Trust adalah jaringan untuk perubahan. Dalam mendorong berbagai proses reform di pemerintah khususnya daerah, B_Trust menyadari hal ini tidak mungkin dilakukan sendirian. Karena itu jaringan perlu dibentuk dan diperkuat. B_Trust akan terus mendiseminasikan setiap kebijakan yang dianggap reform kepada masyarakat. Proses ini dilakukan dengan harapan masyarakat dapat memberikan kontribusi melalui monitoring kebijakan yang sudah atau akan berjalan. Jaringan untuk perubahan berfungsi sebagai wahana dialog dan komunikasi antar berbagai stakeholders . Dengan adanya dialog yang intensif antar LSM maupun kelompok yang didampingi, B_Trust dapat berbagi berbagai ide dan informasi. Berbagai forum-forum diskusi yang diselenggarakan kerap kali menghasilkan ide-ide segar yang inovatif. Ada 4 empat hal utama yang menjadi fokus perhatian B-Trust, yaitu:

1. Inovasi dan Partisipasi dalam Lokal Governance

Mengembangkan konsep dan strategi pengembangan inovasi dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan public service delivery melalui kajian atas pengalaman best practices and bad practices di Indonesia dan negara-negara lain. B_Trust juga menyediakan fasilitator dan pengorganisasi terampil untuk menyelenggarakan berbagai forum partisipasitoris serta menyediakan pilihan 44 metodologis dan teknik untuk mendorong inovasi partisipasi yang efektif dalam penyelenggaraan urusan publik

2. Jaringan untuk Perubahan

Mendorong dialog, aktivitas bersama dan interaksi antar berbagai komponen untuk mendorong proses reformasi di daerah. B_Trust menyediakan layanan dokumentasi berbagai informasi dan literatur yang terkait dengan reformasi dan manajemen perubahan, serta menerbitkan publikasi yang relevan.

3. Pengembangan Ekonomi Daerah

Mendampingi CSO’s dan institusi pemerintah dalam merumuskan strategi pembangunan daerah terutama di daerah miskin. B_Trust akan mengembangkan skema-skema untuk meningkatkan akses usaha kecil pada sumber daya dan pelayanan publik, antara lain dengan mendorong keterlibatan mereka dalam perumusan agenda kebijakan ekonomi daerah. B_Trust juga menyediakan asistensi teknis untuk penguatan usaha kecil termasuk manajemen keuangan, skema keuangan mikro dan pengembangan teknologi informasi.

4. Perencanaan Partisipatif

Paradigma baru dalam perencanaan yang muncul saat ini adalah perencanaan dilakukan dengan pola bottom-up . Paradigma ini didukung terbitnya beberapa kebijakan pemerintah antara lain adalah SE Mendagri dan Bapenas No. 1354M.PPN032004050744SJ tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah. Pada dasarnya perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang melibatkan seluruh stakeholder pembangunan mulai dari tahap penyusunan rencana sampai pada tahap pengambilan keputusan. B_Trust menyediakan tenaga ahli perencanaan dan pengembangan masyarakat untuk mewujudkan suatu perencanaan partisipatif di daerah dalam rangka mewujudkan good governance . Namun demikian, dalam rangka menambah wacana dan meningkatkan kapasitas, B_Trust selama ini mengerjakan juga di luar empat fokus tersebut yang diasumsikan menunjang fokus kegiatan. 45 Kegiatan yang dilakukan oleh B_Trust selama ini mengacu pada empat fokus kegiatan, yaitu inovasi dan partisipasi dalam lokal governance, jaringan untuk perubahan, dan pengembangan ekonomi daerah. Namun demikian, dalam rangka menambah wacana dan meningkatkan kapasitas, B_Trust selama ini mengerjakan juga di luar empat fokus tersebut yang diasumsikan menunjang fokus kegiatan. Beberapa pengalaman dalam satu tahun terakhir diantaranya adalah: a Penyusunan Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Maret – April 2006, The Asia Foundation – Departement Dalam Negeri. Program ini dilakukan selama dua setengah bulan dengan output Naskah Akademik, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Proses penyusunan dilaksanakan secara partisipatif dengan mengembangkan metode participatory writing dalam berbagai seri workshop yang melibatkan berbagai pihak dari sector pemerintah, akademik, LSM, maupun praktisi di tingat KabupatenKota. Proses penyusunan juga diikuti dengan berbagai rangkaian konsultasi publik terhadap rancangan peraturan yang diikuti sebagaian besar perwakilan pemerintah Kabupaten Kota se-Jawa dan Sulawesi. b Penyusunan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Provinsi Jawa Barat, Agustus 2006 - Januari 2007, The Asia Foundation_Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Program yang dilakukan selama 5 bulan ini dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mendorong pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Kota di Jawa Barat. Output dari kegiatan ini adalah Tersusunnya Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Satu Pintu di Provinsi Jawa Barat yang di tuangkan dalam Peraturan Gubernur. Sebagai mana dalam penyusunan Permendagri No. 24 tahun 2006, proses penyusunan Pedoman Teknis ini dilaksanakan dengan metode participatory writing dan melibatkan berbagai pihak dari kalangan pemerintah Kab. Indramayu, Kab. Kuningan, Kab. Majalengka, Kab. Purwakarta, Kab. Sukabumi, Kota Bandung, 46 dan Kota Cimahi, akademisi, dan LSM. Sedangkan proses konsultasi publik dilakukan dengan seluruh perwakilan dari Pemerintah KabupatenKota 25 KabupatenKota. c Bantuan Teknis Peningkatan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Cimahi dan Kabupaten Indramayu, Agustus 2006 – November 2007, The Asia Foundation. Program ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan perizinan melalui perbaikan sistem, mekanisme, dan kelembagaan pelayanan perizinan, penyederhanaan regulasi dan persyaratan, serta peningkatan transparansi, akuntabilitas biaya dan waktu pemrosesan perizinan melalui pembentukan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu. Pendampingan dilakukan dalam serangkaian kegiatan yang diarahkan kepada penyamaan persepsi, pembentukan komitmen, penyusunan kebijakan yang di butuhkan, penyusunan Standar Pelayanan Perizinan, penyusunan Standar Operating Procedure SOP, penyiapan sarana dan prasarana, dan penyiapan SDM. Sedangkan hasil kegiatan adalah beroperasinya Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Cimahi, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang. d Penyusunan Pedoman Standar Pelayanan Perizinan di Provinsi Jawa Barat, Desember 2006, Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Program ini dilakukan untuk menentukan standar pelayanan perizinan yang harus disediakan oleh lembaga Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Jawa Barat. Penyusunan dilakukan dengan mengacu kepada peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 20 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik. Dalam prosesnya penyusunan dilakukan secara partisipatif bersama perwakilan dari 15 KabupatenKota untuk membentuk konsensus awal. Proses dilanjutkan dengan rangkaian workshop penyepakatanan dengan Seluruh Kabupaten Kota se Jawa Barat. e Penyusunan Panduan Nasional Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Maret – Mei 2007, The Asia Foundation – Departemen Dalam Negeri. Program ini dilakukan selama tiga bulan dengan output Panduan Nasional pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Seperti dalam proses 47 Permendagri Nomor 24 Tahun 2006, Panduan Nasional ini disusun secara secara partisipatif dengan melibatkan perwakilan pemerintah pusat dan daerah, akademisi, LSM, maupun praktisi di tingkat KabupatenKota. Dilibatkan dalam konsultasi publik untuk memberi masukan terhadap Panduan Nasional ini. Disamping itu pengalaman-pengalaman lainnya yang terkait dengan empat fokus kegiatan yang menjadi perhatian B-Trust adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Fokus 1 : Inovasi dan Partisipasi dalam Lokal Governance Kegiatan Tahun PartnerDonor Maping donor “Pro Poor dan Partisipasi Governance” 2005 Yayasan Akatiga Survey Mekanisme Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Lingkungan Daerah Kabupaten dan Kota 2003 UNDP-IDEN-KLH Studi Partispasi Perempuan dalam Politik 2003 Yayasan Akatiga Pemetaan dan Penilaian Best Practices dan Teknik Partisipasi di Indonesia 2001 Ford Foundation Pilot Project, Perencanan Partisipatif dan Pengembangan Institusi Lokal di Kabupaten Bandung 2001 Yayasan Akatiga Workshop Panduan Alternatif untuk Partisipasi Publik dalam Perencanaan Spasial 2001 Dept. Kimpraswil- JICA Japan Tabel 4.2 Fokus 2 : Jaringan untuk perubahan Kegiatan Tahun PartnerDonor Diseminasi Pemilu Legislatif dan Presiden dan Pendidikan Pemilih pada kelompok Lansia dan Kelompok Difabel di Provinsi Jawa Barat. 2009 UNDP Pendampingan Forum DPRD untuk Lingkungan 2004 IDEN-UNDP 48 Pendampingan Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam rangka Menyusun Dokumen Strategi Program 2004 Perform Project- Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang Pemantauan Pelaksanaan Pemilu Legislatif 2004 2004 Forum Rektor Indonesia-UNDP Penguatan Pemerintahan Lokal di Kabupaten Sumedang untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik melalui Tempat Pelayanan Satu Atap 2001- 2002 Asia Foundation Tabel 4.3 Fokus 3 : Pengembangan Ekonomi Daerah Kegiatan Tahun PartnerDonor Kajian Lembaga Sekunder untuk Dana Bergulir PUK tahun 2000 2001 Dept. Koperasi dan Usaha Kecil-PT. Tesaputra Adiguna Kajian Lembaga Sekunder Dana Bergulir ex Subsidi BBM tahun 2000 2001 Dept. Koperasi dan Usaha Kecil-PT. Tesaputra Adiguna Lokakarya Nasional Pengembangan dan Perkuatan Lembaga Keuangan Mikro 2001 Dept. Koperasi dan Usaha Kecil-Asia Foundation Tabel 4.4 Fokus 4 : Perencanaan Pembangunan yang Partisipatif Kegiatan Tahun PartnerDonor Bantuan Teknis Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan dan Perumusan Anggaran Pemerintah Daerah di Kabupaten Sumedang 2006 Asia Foundation Studi Kebijakan tentang Innovative Practices of Civic Engagement in Local Governance 2006 LGSP-USAID Pelatihan tentang Perencanaan dan Penganggaran bagi CSO dan DPRD 2006 Asia Foundation Penyusunan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang 2003 PT. Tesaputra Adiguna 49 Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Jombang, Kota Cilegon 2003 PT. Tesaputra Adiguna Penyusunan Rencana Strategis Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh 2002 Dept. Kimpraswil- PT. Virama Karya Penyusunan Perencanaan Teknis Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kawasan Perbatasan 2002 Dept. Kipraswil Mekanisme kerja lembaga B_Trust dalam setiap program pertama berdasarkan Lembaga donor yang kemudian memberikan proyek. Selanjutnya lembaga B_Trust mengembangkan kegiatan tersebut melalui perluasan konsep yang akan dilakukan. Susunan struktur kerja kegiatan diawali dari executive director kemudian diberikan tanggung jawab setiap kegiatan kepada 1 orang baik itu peneliti maupun fasilitator. Struktur kerja kegiatan tersebut baru terbentuk jika adanya program yang akan dilaksanakan. Tahap pertama yang dilakukan yaitu penanggung jawab akan membentuk tim yang terdiri dari peneliti dan fasilitator staff B_Trust. Selanjutnya peneliti melakukan observasi lapangan sekaligus melakukan pendekatan. Kemudian tim pelaksana program membuat suatu perencanaan kegiatan untuk melaksanakan program, selanjutnya dilakukan proses pelaksanaan kegiatan dan diakhiri dengan adanya launching produk yang dihasilkan dari kegiatan seperti BPT di Majalengka. Akan tetapi B_Trust tetap melakukan monitoring dalam jangka waktu 1 tahun untuk aktivitas program. Mekanisme kerja lembaga dapat dilihat dari proses serta teknik evaluasi yang dilaksanakan oleh B_Trust. Proses dan tehnik evaluasi yang dilakukan berdasarkan program yang diselenggarakan. Ada 2 tehnik evaluasi yang dilakukan yaitu internal dan eksternal. Proses evaluasi internal dilakukan dengan pertemuan rutin perbulan membicarakan perkembangan program termasuk keberhasilan dan kendala yang dihadapi. Evaluasi internal dilakukan dengan metode diskusi yang menhadirkan seluruh personil B_Trust. Dalam diskusi ini seluruh personil diberikan kesempatan untuk menceritakan perkembangan program yang menjadi tanggung jawabnya. Kemudian personil lain menanggapi dan memberikan berbagai masukan. 50 Evaluasi eksternal merupakan evaluasi yang disampaikan B_Trust kepada lembaga penyokong. Evaluasi dalam bentuk dokumen monitoring dan evaluasi yang dilakukan sebulan sekali dan diskusi tiap 3 bulan sekali. Evaluasi eksternal dilakukan dalam rangka melihat sejauh mana pencapaian program sesuai benchmark yang sudah ditentukan. Setiap program memiliki batasan waktu dan target. Karena itu evaluasi pelaksanaan dilakukan secara intensif, agar target dapat dicapai tepat waktu.

4.1.4 Yayasan Suryakanti

Yayasan Surya Kanti didirikan tahun 1984 oleh sekelompok profesional, orang tua, relawan yang peduli terhadap perkembangan anak dibawah lima tahun yang dikoordinir oleh Prof. Dr. Anna Alisjahbana, dr. Sp. AK. Yayasan Surya Kanti merupakan Yayasan Swadaya Masyarakat non profit yang bergerak dalam bidang deteksi dini dan intervensi dini bagi anak-anak berkelainan dengan usia 0-8 tahun dan bertempat di Jl. Terusan Cimuncang No.9 Bandung 40125 Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Yayasan Surya Kanti menerapkan upaya promotif yaitu meningkatkan fungsi sosial pasien, preventif yaitu pencegahan supaya tidak rusak fungsi sosial pasien, kuratif yaitu penyembuhan agar dapat berfungsi sosial dan rehabilitatif yaitu pemeliharaan supaya tetap dapat menjalankan peran sosial. Tujuan utama adalah untuk memberikan bantuan dan pelayanan bagi anak dibawah delapan tahun dengan kebutuhan khusus untuk mengembangkan potensinya. Dalam upaya ini Yayasan Surya Kanti tidak hanya memfokuskan diri pada kelainan yang diderita anak, tetapi melihat seorang anak sebagai individu yang utuh artinya suryakanti melihat seorang anak atau pasien yang datang dengan segala kelebihan dan kekurangannya, yang bila diberikan bantuan dan kesempatan dapat mengatasi kekurangan dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal Selain itu bantuan dan dukungan kepada anak-anak ini juga difokuskan kepada orang tua sebagai pengasuh utama. Tim Yayasan Surya Kanti terdiri dari kelompok tenaga ahli multidisiplin yang bekerja sama dengan sekelompok tenaga terapis. Tenaga ahli ini terdiri dari dokter anak, dokter ahli penyakit syaraf, dokter ahli THT, dokter spesialis penyakit kulit, dokter ahli endokrin, dokter psikiatris dan dokter mata didampingi psikolog perkembangan dan tenaga pendidikan luar biasa. Semua ahli 51 bekerja erat dalam satu kelompok dari berbagai macam tenaga terapis fisio terapi, occupational terapi, tenaga stimulasi dasarbayi, terapi wicara dan tenaga sosial yang bekerja bahu membahu untuk kepentingan anak dengan kebutuhan khusus. Cara pendekatan seperti ini masih merupakan cara pendekatan yang relatif baru di Indonesia. Tujuan Yayasan Suryakanti : o Memberikan pelayanan bermutu o Melibatkan orang tuapengasuh untuk berpartisipasi aktif dalam mengelola pasien. o Memberikan pendidikan berkelanjutan kepada tenagakaryawan agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi tata laksana pengelolaan anak- anak dengan kebutuhan khusus sambil mempertahankan mutu pelayanan. o Meningkatkan kesejahteraan karyawan dilingkungan Yayasan Surya Kanti. Falsafah dan Nilai Yayasan Suryakanti :  Menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan berkeluarga dan hak seorang anak untuk mendapatkan pelayanan dan perawatan yang paling optimal dan sesuai kebutuhannya.  Mempertahankan nilai-nilai dan mutu pelayanan untuk kepentingan tiap anak. Visi Yayasan S urya Kanti adalah : “Tiap anak tanpa melihat suku bangsa, tingkat sosial dan agama mempunyai hak yang sama dalam mendapat pengasuhan dan pelayanan yang menyeluruh dan berkualitas agar mencapai tingkat kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang paling opt imal bagi dirinya.” Sedangkan misi dari Yayasan Surya Kanti adalah :  Memberikan Pelayanan menyeluruh holistik bagi tiap anak dan terutama bagi anak dengan kebutuhan khusus agar anak bisa berkembang menjadi seorang individu yang produktif, percaya diri dan disegani masyarakat dimana ia tumbuh, tanpa melihat kelainan fisik dan mental yang mungkin dideritanya.  Pelayanan PUSPPA Surya Kanti tidak difokuskan pada kelainan yang diderita anak, tetapi lebih melihat seorang anak sebagai individu utuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang bila diberikan bantuan dan kesempatan dapat mengatasi kekurangan dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak. 52  Melibatkan orang tua sebagai pengasuh dan mitra utama dan pelayanan disesuaikan secara individual dan dikembangkan atas dasar kekuatan- kekuatan pada anak dan keluarga dan tidak didasarkan pada kekurangannya. Program dan Kegiatan Yayasan Surya Kanti PUSPPA Yayasan Surya Kanti saat ini telah memberikan pelayanan klinik rawat jalan selama lebih dari 10 tahun dan pada tahun 1997 telah memberikan pelayanan kepada kurang lebih 5500 kunjungan anak per tahun. pasien datang dari seluruh daerah di Indonesia seperti Ambon, Kalimantan dan lain-lain dengan berbagai macam permasalahan dan keterlambatan perkembangan dan berbagai macam terapi telah diberikan kepada anak berkelainan ini, keluarga dan pengasuh anak caregivers dilibatkan secara aktif untuk kepentingan perawatan dan sosialisasi dini anak. Selain itu juga telah diupayakan untuk mengintegrasikan anak-anak ini sedini mungkin kedalam system sekolah biasa bila dimungkinkan. Berbagai program telah dilaksanakan dibawah payung kegiatan “PUSAT PENGEMBANGAN POTENSI ANAK PUSPPA YSK. Program-program yang saat ini berjalan adalah antara lain : 1 Pelayanan  Klinik Rawat Jalan Pusat Pengembangan Potensi Anak PUSPPA YSK memberikan pelayanan diagnosa dan intervensi dini kepada lebih dari 2000 anak yang diregistrasi dari 17.922 file yang terdaftar mulai klinik dibuka pada tahun 1984 sampai tahun 2008. Kunjungan pasien sebanyak 14.822 per tahun dalam tahun 2008. Anak-anak ini datang dari berbagai tempat dan pulau diseluruh Indonesia. Pelayanan yang diberikan antara lain Test Perkembangan yaitu suatu test untuk mengetahui perkembangan seorang anak dan untuk mengetahui kesesuaian antara usia mental dengan usia sebenarnya, Test Psikologi yaitu test yang dilakukan oleh seorang psikolog kepada anak untuk mengetahui seberapa besar kemampuan seorang anak, Konsultasi Psikologi yaitu suatu pelayanan dimana orang tua dapat mengkonsultasikan perkembangan anak, Pemerikasaan Dokter Spesialis, EEG yaitu test untuk mengetahui apakah memiliki gangguan pada syaraf-syaraf motorik di otak, 53 Berbagai terapi sesuai kebutuhan anak, Pedagogi, Okupasi Terapi, Terapi Komunikasi, dan Fisioterapi. 2 Pendidikan  Taman Kanak-kanak Luar Biasa untuk anak prasekolah dengan kelainan antara lain untuk kelas Gangguan Pemusatan PerhatianHyperaktivitas ADHD, Down Syndrom, Retardasi Mental, Palsy Serebralis, Autisme.  Sekolah Dasar 3 Pelatihan Program penjaringan dan pelatihan Tenaga Intervensi Dini untuk perawat di Puskesmas-puskesmas untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus di masyarakat, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, yaitu orang tua dilibatkan secara aktif dalam kegiatan deteksi dan intervensi dini oleh ibu dirumah dan kader posyandu. 4 Penelitian  Penelitian-penelitian untuk menguji coba metode penilaian yang dapat diterapkan pada anak-anak dengan kebutuhan khusus di Indonesia.  Program orang tua asuh, untuk membantu biaya pengobatan anak-anak dari lingkungan sosio-ekonomi rendah agar bisa mendapat perawatan di klinik PUSPPA YSK dan tercatat + 30 dari seluruh pasien. Selain dari kegitan tersebut diatas Yayasan Suryakanti memiliki kegiatan lain seperti menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai LSM didalam dan diluar negeri. Dari berbagai instansi diluar negeri Yayasan Surya Kanti telah mendapat bantuan berupa: 1. Kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota dengan izin memperkerjakan dokter umu PTT. 2. Kerja sama dengan NGO Internasional seperti UNICEF dan Plan International. 3. Bekerja sama dengan instansilembaga pemerintah dan non pemerintah untuk mendapatkan tenaga ahli paruh waktu Universitas Padjajaran. 4. Kerja sama dengan Puskesmas disekitar PUSPPA mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan Kota. 54 5. Perjanjian kerjasama MOU dengan Akademi Fisioterapi RS. Dustira, Akademi Terapi Wicara RS Al Islamdan Yayasan F2H bergerak dibidang penelitian komunitas dan Yayasan Mitra Tanaya menangani pelayanan anak dan remaja 6. Kerjasama dengan IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam bidang pengembangan pengetahuan dengan menyelenggarakan seminar dengan mendatangkan ahli dari luar negeri Lampiran: Diklat Rencana Yayasan Surya Kanti untuk 5 tahun ke depan 2009-2014 adalah menjadi Pusat Rujukan untuk anak usia dini 0-8 tahun dengan gangguan perkembangan, perhatian khusus ditujukan pada deteksi dan intervensi dini anak dengan ; 1. Masalah perilaku dan gangguan emosional. 2. Meningkatkan pelayanan rawat jalan bagi paling sedikit 80 pasienhari. 3. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarganya melalui peningkatan kualitas pelayanan. 4. Mengembanfgkan SDM yang kompeten dan dedikasi tinggi. 5. Mendirikan sekolah “Terapis dan tenaga ahli perkembangan” untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan anak dengan gangguan perkembangan sebagai Pusat rujukan II dan III. 6. Mengembangkan “Sekolah Luar Biasa” sebagai Pusat Penilaian dan Sumber Informasi anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan Pemahaman bentuk kerjasamahubungan HSO oleh O’connor, yang terbagi menjadi 4 bentuk yaitu: 1 Asosiasi, 2 Hubungan Keagamaan, 3 Hubungan dalam bentuk Waralaba, dan 4 Hubungan dalam bentuk Host. Jika melihat kegiatanprogram yang dialakukan oleh keempat lemabaga, maka hubunga yang dilakukan oleh

4.2 Kolaborasi HSO di Kota Bandung dalam Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat

Dokumen yang terkait

Program Informasi Televisi dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat (Studi Korelasional Mengenai Program “Metro Kini” di Metro TV dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat Kelurahan Parhorasan Nauli Kota Pematangsiantar)

1 45 122

Evaluasi Dampak Kebijakan Pemerintah dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok (Studi Tentang Program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung)

0 74 161

Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU (Studi Korelasional antara Motif Penggunaan Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2011

12 104 186

Penggunaan Internet Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Fasilitas Internet Di Perpustakaan USU Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan.

5 39 129

Manfaat Akun Twitter @infobdg Dalam Pemenuhan Kebutuhan Informasi Bagi Para Followersnya Di Kota Bandung

0 5 11

Efektivitas AkunTwitter @UtdndonesiaBDG dalam Pemenuhan Kebutuhan informasi Penggemar Manchester United di Kota Bandung(Studi Deskriptif Efektivitas Akun Twitter @UtdndonesiaBDG dalam Pemenuhan kebutuhan Informasi penggemar Manchester United di Kota Bandu

0 7 2

hubungan antara Penyajian Informasi dalam Majalah Visitbogor untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat Kota Bogor.

0 0 9

EkoFeminisme III.ismi dwi

1 1 27

Program Informasi Televisi dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat (Studi Korelasional Mengenai Program “Metro Kini” di Metro TV dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat Kelurahan Parhorasan Nauli Kota Pematangsiantar)

0 0 12

PROGRAM INFORMASI TELEVISI DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT (STUDI KORELASIONAL MENGENAI PROGRAM “METRO KINI” DI METRO TV DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT KELURAHAN PARHORASAN NAULI KOTA PEMATANGSIANTAR) SKRIPSI

0 0 16