Karbon Tetraklorida TINJAUAN PUSTAKA

biasanya terjadi pada wanita hamil dan anak-anak pada masa pertumbuhan. Peningkatan tidak normal dapat terjadi karena obstruksi biliaris, tumor tulang osteoblastik, osteomalasia, gangguan hati atau hepatitis, hiperparatiroid, leukimia, atau limfoma Dudgale, 2013. Meningkatnya aktivitas ALP serum dari hati biasanya berkaitan dengan kolestasis, tetapi tidak sepenuhnya spesifik untuk kolestasis. Peningkatan kurang dari tiga kali lipat dapat dijumpai pada hampir semua jenis penyakit hati Longo dan Fauci, 2013. Peningkatan aktivitas ALP 3-10x dari nilai normal menunjukkan adanya obstruksi biliaris ekstrahepatik oleh batu, oklusi inkomplit, duktus intrahepatik atau ekstrahepatik, sedangkan peningkatan lebih dari 10x nilai normal menunjukkan adanya sirosis biliaris primer,obstruksi duktus biliaris ekstrahepatik oleh tumor, infiltrasi granulomatosa atau neoplastik daerah porta, serta atresia kongenital duktus biliaris intrahepatik Sacher and McPherson, 2002. Aktivitas enzim ALP digunakan sebagai indikator adanya gangguan sistem sekresi hati Ernawati, 2006.

B. Karbon Tetraklorida

Karbon tetraklorida merupakan cairan jernih yang mudah menguap, tidak berwarna, dengan aroma yang manis, berbau menyengat agak menyerupai kloroform, memiliki titik didih 76,8°C. Cairan yang mempunyai titik lebur -23°C ini dapat larut dalam etanol, aseton, naphtha; dapat dicampur dengan alkohol, benzen, kloroform, eter, karbon disulfida, petroleum eter, minyak; tetapi sangat sukar larut dalam air. Karbon tetraklorida yang memiliki berat molekul 153,8227 gmol dapat mengalami dekomposisi menjadi bentuk klorin dan phosgene Phillips, 2014. Karbon tetraklorida diproduksi dalam jumlah besar untuk cairan lemari pendingin dan propellants untuk kaleng aerosol, sebagai pelarut minyak, lemak, pernis, wax, karet dan resin, dan bahan pembersih. Sejak tahun 2002, penggunaan karbon tetraklorida sudah dilarang di masyarakat karena akan mempengaruhi organ hati, ginjal, dan sistem saraf pusat, baik paparan melalui inhalasi maupun oral, bila terpapar pada manusia. Namun penggunaan cairan ini masih dapat dijumpai di kawasan industri McCarthy, 2000. Gambar 2. Metabolisme karbon tetraklorida di hati Timbrell, 2009. Hati adalah target utama akibat toksisitas karbon tetraklorida, karena karbon tetraklorida CCl 4 dimetabolisme oleh enzim CYP2E1 yang banyak terdapat di hati. Metabolisme karbon tetraklorida menghasilkan radikal triklorometil ●CCl 3 Gambar 2. Senyawa radikal ini akan mengalami beberapa reaksi. Radikal triklorometil akan mengikat lemak mikrosomal dan protein, kemudian bereaksi langsung dengan membran fosfolipid dan kolesterol yang akan menimbulkan efek toksik; dengan atom hidrogen akan membentuk klorofom; dengan oksigen akan membentuk peroksidasi lipid yang toksik; dan dengan oksigen akan membentuk radikal peroksi triklorometil Timbrell, 2009. Pembentukan peroksidasi lipid di retikulum endoplasma RE akan menyebabkan membran mengalami autokatalitis. Kurang dari 30 menit setelah pemaparan, terjadi pemecahan lemak tak jenuh yang memberikan senyawa karbonil, seperti 4- hydroxynenal dan hydroxyalkenal yang dapat menghambat sintesis enzim dan protein plasma. Selama 2 jam setelah pemaparan CCl 4 terjadi pembengkakan RE halus serta pemisahan ribosom dari RE halus Kumar, Abbas, Fausto, and Mitchell, 2007. Pemejanan karbon tetraklorida dapat mengakibatkan trigliserida menumpuk di hepatosit dan tampak sebagai droplet lipid. Lipid dalam hepatosit ini menghambat sintesis protein, dan mengakibatkan berkurangnya produksi lipoprotein kompleks. Lipoprotein kompleks bertanggung jawab terhadap transport lipid keluar dari hepatosit. Gangguan ini mengakibatkan lipid terakumulasi dalam hepatosit dan terjadi steatosis Timbrell, 2009. Selain itu, terjadi pula kerusakan pada mitokondria, penurunan jumlah ATP sebagai hasil kegagalan transport ion dan pembengkakan sel yang progresif; kerusakan membran plasma akibat produksi aldehid lemak dari peroksidasi lipid di RE. Pada akhirnya, toksisitas CCl 4 akan menyebabkan terjadinya influks kalsium dan kematian sel Kumar, et al., 2007. Peningkatan aktivitas ALP di darah dapat terjadi akibat adanya kebocoran membran plasma sel Sacher and McPherson, 2002 serta pembengkakan sel hepatosit akibat paparan CCl 4 yang menyebabkan kanalikuli biliaris terdesak dan mengalami penyempitan sehingga terjadi kolestasis Gupta, 2012.

C. Persea americana Mill.

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian jangka panjang dekokta kulit Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 8

Pengaruh pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit persea americana Mill. terhadap konsentrasi alkalin fosfatase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

2 13 94

Pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah persea americana Mill. terhadap aktivitas enzim alkali fosfatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

1 5 96

Pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 3 84

Pengaruh pemberian jangka pendek dekokta kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alkali fosfatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 8

Pengaruh pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada hati tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 91

Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT-AST tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Pengaruh pemberian jangka panjang dekok kulit persea americana Mill. terhadap kadar alkalin fosfatase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 8

Pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alkali fosfatase pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida

0 6 79

Pengaruh pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada hati tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 1 89