Pendapatan Rumah Tangga TINJAUAN PUSTAKA

b. Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Mosher 1985, tolok ukur yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja. Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental Soekartawi, 1994. Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan. Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani. Hernanto 1994, menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah, air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu tersedianya Universitas Sumatera Utara sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan. Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani cenderung lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal. Menurut Soekirno 1985, terdapat empat ukuran pendapatan: 1 Pendapatan Kerja Petani Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga. 2 Penghasilan Kerja Petani Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah dikurangi dengan bunga modal. 3 Pendapatan Kerja Keluarga Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah penghasilan rumah tangga. 4 Pendapatan Keluarga Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya. Universitas Sumatera Utara Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya Sajogyo, 1990. Menurut Soeratno 1996, ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah. Menurut Hernanto 1994, pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan: 1 Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usahataninya, 2 Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan pajak, 3 Pemeliharaan investasi, dan 4 Investasi dan tabungan. Lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga Universitas Sumatera Utara perantara keuangan financial intermediaries sebagai prasarana yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian. Lembaga keuangan pada dasarnya mempunyai fungsi mentransfer dana loanable funds dari penabung atau unit surplus lenders kepada peminjam borrowers atau unit defisit Triandaru dan Budi Santoso, 2007. Menurut asal katanya, kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Kredit adalah pemberian yang kontra prestasinya akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kredit adalah penyediaan yang ditulis antara lain disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman antara pihak bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban hutang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan Thomas, 2005. Prinsip – prinsip Kredit Untuk mendapatkan kredit harus melalui prosedur yang telah ditentukan oleh bank lembaga keuangan. Agar kegiatan pelaksanaan perkreditan dapat berjalan dengan sehat dan layak, dikenal dengan 6 C yaitu : a. Kepribadian Watak Character Kepribadian watak adalah tabiat serta kemauan dari pemohon untuk memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan. Yang diteliti adalah sifat – sifat, kebiasaan, kepribadian, gaya hidup dan keadaan keluarga. Universitas Sumatera Utara b. Kemampuan Capacity Kemampuan adalah kesanggupan pemohon untuk melunasi kewajiban dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan yang ditinjau dengan kredit dari bank. Jadi maksud dari penilaian kredit terhadap capacity ini untuk menilai sampai dimana hasil usaha yang diperolehnya akan mampu untuk melunasinya pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati. c. Modal Capital Modal adalah modal yang dimiliki calon debitur pada saat mereka mengajukan permohonan kredit pada bank. d. Jaminan Collateral Jaminan adalah barang – barang yang diserahkan pada bank oleh peminjan atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. Barang jaminan diperlukan agar kredit tidak mengandung resiko. e. kondisi ekonomi Condition of Economic Kondisi ekonomi adalah situasi dan kondisi, sosial, ekonomi, budaya dan lainnya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk satu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. f. Batasan Hambatan Constrain Dalam penilaian debitur dipengaruhi oleh hambatan yang tidak memungkinkan sesorang melakukan usaha di suatu tempat. Disamping formula 6 C di atas, masih ada prinsip kredit yang disebut 4 P, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Kepribadian Personality Personality yaitu penilaian bank tentang kepribadian peminjam seperti riwayat hidup, hobinya, keadaan keluarga istrianak, social standing pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana masyarakat tentang diri si peminjam dan sebagainya. b. Tujuan Purpose Bank dalam menilai si peminjam mencari dara tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit, dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit bak bersangkutan. c. Pembayaran Payment Untuk mengetahui kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentan prospek kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu jumlahnya. d. Proyeksi Masa Depan Prospect Proyeksi masa depan yaitu harapan usaha di masa yang akan datang dari calon debitur. Ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama beberapa bulan atau tahun, perkembangan – perkembangan keadaan ekonomi atau usaha perdagangan sektor usaha debitor, kekuatan keuangan perusahaan yang dilihat dari earning power kekuatan pendapatankeuntungan di masa lalu dan perkiraan masa akan datang. Universitas Sumatera Utara Macam – macam Kredit Untuk membedakan kredit menurut faktor – faktor dan unsur – unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka perbedaan kredit dapat dibedakan atas dasar : a. Sifat penggunaan kredit 1. Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi atau uang akan habis terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, baik usaha – usaha produksi, perdagangan maupun investasi. b. Keperluan kredit 1 Kredit produksi ekploitasi Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualitatif yaitu peningkatan kuantitas atau mutu hasil produksi. 2 Kredit Perdagangan Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangan pada umumnya yang berarti peningkatan utility of place suatu barang, barang – barang yang diperdagangkan ini juga diperlukan bagi industri. 3 Kredit Investasi Kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk investasi, berarti untuk penambahan modal dan kredit bukan untuk keperluan perbaikan ataupun penambahan barang modal atau fasilitas – fasilitas yang erat hubungannya dengan itu. Misalnya untuk membangun pabrik, membeli mengganti mesin – mesin dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara Kredit Menurut Cara Pemakaian 1 Kredit rekening Koran bebas Debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran kepadanya diberikan blangko cheque dan rekening koran pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang diberikan, debitur bebas melakukan penarikan selama kredit berjalan. 2 Kredit Rekening Koran terbatas Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi nasabah dalam melakukan penarikan uang rekeningya, seperti pemberian kredit dengan uang giral dan perubahannya menjadi uang chartal dilakukan berangsur – angsur. 3 Kredit Rekening Koran aflopend Penarikan kredit dilakukan dalam arti maksimum kredit pada waktu penarikan pertamalah sepeuhnya dipergunakan oleh nasabah. 4 Revolving Credit Sistem penarikan kredit sama dengan cara rekening Koran bebas dengan masa penggunaan satu tahun, akan tetapi cara pemakaiannya berbeda. 5 Term Loans Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian kredit sangat fleksibel artinya nasabah bebas menggunakan uang kredit untuk keperluan apa saja dan bank tidak mau tentang hal itu. a. Kredit menurut Jaminan Kredit ini pada umumnya ada dua yaitu : 1. Unsecured Loans kredit tanpa jaminan sering juga disebut kredit blangko. 2. Secured Loans Universitas Sumatera Utara Jenis inilah yang digunakan oleh kebanyakan bank di Indonesia yaitu memberikan kredit jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik dan atau mesin – mesin pabrik, perusahaan serta surat berharga. Jangka Waktu Kredit Perbedaan jangka waktu kredit menurut peraturan Bank Indonesia adalah sebagai berikut : • Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selama – lamanya satu tahun. Jadi pemakaiannya tidak melebihi satu tahun. • Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun. • Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. 5. Tujuan dan Fungsi Kredit Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Fungsi pokok yang saling berkaitan dari kredit adalah sebagai berikut : • Profitability : bertujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga. • Safety : keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin sehingga profitability dapat benar – benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, yang selanjutnya disebut UMKM adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, yang selanjutnya disebut UMKM Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut : a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini. b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau Universitas Sumatera Utara menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang ini. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadibagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini. Adapun kriteria dari masing - masing usaha adalah : 1. Kriteria Usaha Mikro • Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau • Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. 2. Kriteria Usaha Kecil • Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau • Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah. Universitas Sumatera Utara 3. Kriteria Usaha Menengah • Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau • Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah. Menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Hal tersebut berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman pinjaman antara bank dengan pihak lain. Kondisi tersebut mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Penyaluran terhadap kredit merupakan segala bentuk fasilitas pinjaman dana melalui pasar rupiah dan valuta asing yang ditetapkan dalam peraturan bank Indonesia. Namun dalam penyaluran kredit tersebut terdapat resiko kredit baik itusecara langsung maupun tidak langsung. Resiko kredit merupakan resiko akibat adanya ketidakpastian dalam pengembalian pinjaman Suyatno, 2003. Penelitian mendalam mengenai soal perkreditan pertanian daam usaha intensifikasi pertanian padi sawah telah diadakan Sudjanadi sebelumnya dengan kesimpulan kesimpulan antara lain : 1. Pemberian kredit usahatani dengan bunga ringan perlu untuk memungkinkan petani melakukan inovasi-inovasi dalam usahataninya. Universitas Sumatera Utara 2. Kredit itu harus bersifat kredit dinamis yaitu mendorong petani untuk menggunakan secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti. 3. Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan perangsng untuk menerima petunjuk petunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan produksi. 4. Kredit pertaian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada kredit usahatani saja yang diberikan bagi produksi pertanian tapi harus mencakup kredit kredit untuk kebutuhan rumah tangga kredit konsumsi. Salah satu hal yang menyulitkan lembaga lembaga perkreditan dalam rangka membantu petani adalah sifat dan hakekat dari pertanian yang subsisten atau setengah subsisten yang masih merupakan sebagian besar terbesar usahatani Indonesia. Hasil hasil pertanian daripertanian dibagi untuk konsumsi dan untuk pasar. Tidak jarang bagian produksi yang dijual ke pasar merupaka proporsi yang kecil saja. Kalau kproduk produk pertanian sebagian besar hanya untuk konsumsu maka tentunga secara logis sukar untuk memenuhi kreiteria kredit dari lembaga- lemabag kredi, bahwa kredit yang diberikan harus dipergunakan untuk tujuan produktif. Petani yang memperoleh kredit untuk membeli pupuk dan obat obatan serta pengolahan tanah, terkadang menggunakan sebagian dananya untuk biaya hidup cost of livingCOL. Petani yang menerima kredit berupa uang kontan COL terkadang menggunakannya untuk keperluan lain yang dianggap lebih mendesak, misalnya untuk kebutuhan mebayar uang sekolah anak anaknya, membantu tetangga yang sedang kematian atau kadang kadang melunasi hutang Universitas Sumatera Utara hutang lain. Hal demikian yang terjadi tidak dapat diawasi oleh pihak Bank Mubyarto, 1995. Penawaran komoditas barang dan jasa adalah jumlah dari komoditas yang ditawarkan produsen kepada konsumen dalam pasar dengan tingkat harga dan jangka waktu tertentu. Sumber penawaran meliputi produksi pada waktu tertentu dengan persediaan pada waktu sebelumnya. Penawaran atau harga dan jumlah yang ditawarkan semakin meningkat. Begitu juga dengan penawaran kredit, jika modal yang dimiliki oleh suatu bank semakin meningkat, maka jumlah kredit yang ditawarkan akan semakin meningkat juga. Pada kondisi ini menggunakan teori penawaran yang cateris paribus, yaitu variabel lain dianggap konstan atau tetap, maka faktor lain selain komoditas tersebut tidak mengalami perubahan. Menurut Agung et al. 2001 faktor-faktor penyaluran L atau penawaran kredit dipengaruhi oleh resiko kredit R, modal bank K, jumlah agunan A, kondisi keuangan debitur CF, kebijakan moneter MP dan adverse selection. Permintaan kredit secara agregat akan ditentukan oleh suku bunga kredit dan faktor-faktor lain seperti aktivitas perekonomian, kondisi internal debitur perusahaan, dan faktor non-ekonomi lainnya. Secara teori, suku bunga kredit ber pengaruh negatif terhadap permintaan kredit, ceteris paribus. Artinya kenaikan suku bunga akan menurunkan jumlah kredit yang diminta sedangkan penurunan suku bunga akan menaikkan jumlah kredit yang diminta. Sedangkan kondisi perekonomian yang baik dan kondisi internal debitur yang sehat akan menaikkan permintaan kredit. Nuryakin dan Warjiyo, 2006. Selain itu, permintaan kredit perbankan juga dipengaruhi oleh inflasi dan nilai tukar. Secara teori, tingginya inflasi dan terdepresiasinya nilai tukar mata Universitas Sumatera Utara uang domestik menyebabkan penurunan permintaan kredit perbankan. Sedangkan dari sisi penawaran, Nuryakin dan Warjiyo 2006 juga berpendapat bahwa besarnya jumlah kredit ditentukan oleh suku bunga kredit dan faktor-faktor lain seperti karakteristik internal kreditur bank, yang meliputi kapasitas kredit Dana Pihak Ketiga, efisiensi operasional BOPO, kualitas aset perbankan, permodalan, dan Non Performing Loans NPL. Secara teori, suku bunga kredit berhubungan positif dengan jumlah kredit yang ditawarkan, ceteris paribus. Sementara itu, rendahnya efisiensi dan kualitas aset perbankan, tingginya NPL, rendahnya modal dan kapasitas kredit akan menurunkan penawaran kredit.

2.2. Penelitian Terdahulu