Analisis Siklus Konversi Kas Terhadap Profitabilitas Pada Direktorat Aircraft Integration Pt. Dirgantara Indonesia
Analysis The Cash Conversion Cycle to
Profitability at Directorat Aircraft Integration
PT. Dirgantara Indonesia
Tugas Akhir
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang Guna memperoleh gelar Ahli Madya Program Studi Keuangan dan Perbankan
Oleh :
Rica Nurhaeni 21508035
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
Rica Nurhaeni “Analisis Siklus Konversi Kas terhadap Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia”. Dibawah bimbingan Ibu Isniar Budiarti, SE., M.Si
Penelitian ini dilakukan pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia. Fenomena yang terjadi adalah bertambahnya profitabilitas tidak selalu sejalan dengan berkurangnya waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle). Padahal seharusnya profitabilitas bertambah saat waktu Siklus Konversi Kas berkurang. Karena perusahaan yang memiliki waktu Siklus Konversi Kas yang pendek mampu mengumpulkan kas yang diperlukan untuk operasional sehari- hari perusahaan, sehingga tidak perlu memakai sumber dana dari luar yang berarti tidak ada biaya untuk pinjaman dana. Selanjutnya keuntungan perusahaan akan meningkat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perkembangan Siklus Konversi Kas dan untuk mengetahui perkembangan profitabilitas serta untuk mengetahui analisis Siklus Konversi Kas terhadap profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan sifat variabel kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah perkembangan Siklus Konversi Kas dan profitabilitas yang diambil pada periode 2005 – 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin pendek waktu Siklus Konversi Kas, profitabilitas tidak selalu meningkat. Pengaruh bertambah atau berkurangnya panjang waktu Siklus Konversi Kas terhadap profitabilitas tergantung pada lamanya penagihan piutang (DSO), lamanya penjualan persediaan (DSI), dan lamanya pembayaran hutang (DPO). Serta jumlah modal sendiri, total aktiva , dan laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan.
(3)
i
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia- Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini yang berjudul “Analisis Siklus Konversi Kas terhadap Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia”, yang disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar akademik Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi UNIKOM.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini, sehingga selesai
tepat waktu.
Kepada Bapak, Ibu, Kakak- kakakku, dan adikku yang telah banyak
memberikan bantuan moril dan materil, motivasi, dukungan, dan doa yang tidak
ternilai harganya.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan Tugas Akhir ini,
diantaranya :
1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si selaku Dekan Fakultas
(4)
ii
meluangkan waktu serta memberikan berbagai masukan dan dorongan
semangat.
5. Ibu Windi Novianti, SE., M.M selaku dosen wali.
6. Pimpinan dan seluruh staf pegawai PT. Dirgantara Indonesia, yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
7. Seluruh dosen dan staf Universitas Komputer Indonesia, yang memberikan
petunjuk maupun arahan kepada seluruh mahasiswa.
8. Abang (Hendri), terima kasih atas motivasi, perhatian, dan kasih
sayangnya.
9. Sahabat- sahabat terdekat dan semua teman- teman Keuangan Perbankan
(KP- 1) angkatan 2008 makasih atas bantuan dan dorongan semangatnya.
10.Rekan- rekan mahasiswa di Universitas Komputer Indonesia, yang juga
memberikan masukan- masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
Tugas Akhir ini mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun teknik penulisannya. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis yang tidak lepas dari segala
(5)
iii
khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya. Serta dapat dimanfaatkan
sebaik- baiknya bagi kemajuan ilmu pengetahuan di Program Studi Keuangan dan
Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia atau bahkan
dikehidupan masyarakat.
Bandung, Juli 2011
Penulis
(6)
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di era globalisasi saat ini persaingan dunia usaha semakin kuat. Hal ini
dapat berpengaruh dalam perkembangan perekonomian secara nasional maupun
internasional. Dalam daur kehidupan suatu perusahaan banyak terjadi perubahan-
perubahan organisatoris dengan bertambah dewasanya perusahaan. Perusahaan
juga berkembang untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berubah- ubah dan
bersaing untuk memperoleh manajemen berkemampuan terbaik. Kondisi finansial
dan perkembangan perusahaan menjadi tuntutan utama untuk dapat bersaing
dengan perusahaan lainnya.
Perkembangan teknologi dan semakin meningkatnya spesialisasi dalam
perusahaan serta semakin banyak perusahaan- perusahaan yang menjadi besar,
dimana faktor produksi modal mempunyai arti penting. Perusahaan selalu
membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari- hari, misalkan
untuk memberi persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, dan
gaji pegawai. Dimana dana yang dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi
masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan
produksinya. Uang masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut akan
(7)
Sebuah perusahaan akan berkembang dan maju tergantung pada
manajemen perusahaan terutama dalam pengelolaan manajemen keuangan.
Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan
pengendalian kegiatan keuangan. Manajemen keuangan menyentuh segala aspek
di dalam perusahaan, dimana semua keputusan dalam bidang usaha atau setiap
fungsi perusahaan mempunyai hubungan yang erat dari segi- segi keuangan dan
sebuah keputusan seringkali akan mempunyai dampak terhadap keuangan. Fungsi
manajemen yang paling penting adalah adanya hubungan dari setiap keputusan
yang diambil dalam suatu perusahaan, sehingga keputusan- keputusan itu saling
menunjang satu sama lain dengan memperhatikan tujuan- tujuan dari perbelanjaan
beserta hambatan- hambatannya.
Pengelolaan modal kerja sangat penting karena menyangkut penetapan
kebijakan modal kerja maupun pelaksanaan kebijakan modal kerja tersebut dalam
operasi sehari- hari. Manajemen modal kerja berkepentingan terhadap keputusan
investasi yang akan mempengaruhi resiko dimana keputusan ini sering digunakan
perusahaan untuk memantau aliran dananya pada jangka pendek (kurang dari satu
tahun). Umumnya keputusan jangka pendek yang diterapkan pada perusahaan
dapat terlihat pada kebijakan modal kerja. (Keown, et al., 2001), menyatakan
bahwa sebaiknya investasi pada modal kerja ini dilakukan dengan hedging
principle.
Perusahaan akan dihadapkan dengan berbagai pilihan kebijakan untuk
mengatur keuangannya agar memperoleh keuntungan yang besar dengan
(8)
pilihan kebijakan apakah perusahaan mengejar laba yang tinggi dengan
menggunakan kredit jangka pendek dengan berbagai resiko termasuk kosongnya
kas. Atau lebih ketat dan konservatif, yaitu lebih baik tetap menghasilkan laba
yang kecil dengan kredit jangka panjang tapi kas selalu tersedia.
Kebanyakan perusahaan menitikberatkan pada pengelolaan likuiditas yang
diwakili oleh rasio likuiditas yaitu current ratio dan quick ratio. Rasio ini
mewakili pandangan statis (Hutchison, 2002) tentang manajemen likuiditas
dimana perubahan pada rasio ini akan mempunyai akibat terhadap profitabilitas
dan risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Pandangan yang lain adalah pola pikir
dinamis (Hutchison, 2002) yang menggunakan pengukuran tingkat likuiditas
perusahaan berdasarkan hasil operasi perusahaan, dalam hal ini adalah bagaimana
perusahaan mampu mengumpulkan cash dari hasil operasi perusahaan.
Cash merupakan bagian dari aktiva lancar (current assets), bersama
dengan piutang (account receivable) dan persediaan (inventory). Ketiga akun
tersebut merupakan bagian dari modal kerja perusahaan dan besarnya jumlah
modal kerja tidak terlepas dari motif transaksi, motif pencegahan, dan motif
spekulasi. Komponen- komponen modal kerja tersebut menjamin kontinuitas dan
likuiditas perusahaan, sehingga operasi perusahaan akan berjalan dengan
ekonomis dan efisien. Dari hasil penjualan yang tinggi, perusahaan akan
mendapatkan keuntungan yang semakin meningkat. Jumlah keuntungan yang
diperoleh secara teratur merupakan salah satu faktor yang penting untuk menilai
(9)
Kegiatan bisnis yang paling penting untuk kelangsungan operasional
perusahaan adalah menjaga ketersediaan modal kerja dan Siklus Konversi Kas
(Cash Conversion Cycle) agar tetap memberikan keuntungan demi menjaga
produksi yang berkesinambungan. Siklus Konversi Kas (CCC) dapat dikatakan
sudah cukup untuk memperkuat keputusan pendanaan jangka pendek terutama
untuk mengetahui bagaimana kebijakan yang dilakukan perusahaan dalam rangka
memenuhi kesenjangan kas, apakah dengan menahan pembayaran utangnya
ataukah dengan mempercepat periode penagihan piutangnya.
Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) digunakan untuk mengukur
berapa lama perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal dari hasil operasi
perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan
untuk disimpan pada current assets (aktiva lancar). Hal ini tentunya akan
mempengaruhi manajemen asset dan liabilitas yang dilakukan pada perusahaan
tersebut.
Pendekatan Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) bertitik tolak
pada konversi bahan baku dan tenaga kerja menjadi uang tunai, dan oleh sebab itu
disebut sebagai model Siklus Konversi Kas atau Cash Conversion Cycle (CCC).
Padachi (2006) dalam Ita Prihantining W. dan Moch. Edman Syarief
(2009) menyatakan bahwa profitabilitas berkurang sejalan dengan bertambahnya
waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) yang berarti bahwa
perusahaan dapat menaikkan profitabilitasnya dengan cara memperpendek jangka
(10)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
2005 2006 2007 2008 2009
CCC ROI ROE Di bawah ini adalah tabel dinamika siklus konversi kas (CCC) dan
profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.
Tabel 1.1
Dinamika Siklus Konversi Kas (CCC) dan Profitabilitas Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Periode CCC (Hari) Profitabilitas
ROI (%) ROE (%)
2005 385,56 7,97 14,14
2006 516,86 20,47 27,03
2007 882,60 6,19 7,42
2008 591,28 4,12 10,73
2009 261,89 7,22 31,01
Sumber : Laporan Keuangan Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Gambar 1.1
(11)
Dilihat dari tabel 1.1 dan gambar 1.1, Siklus Konversi Kas (CCC) dan
profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia dari
tahun ke tahunnya mengalami kenaikkan dan penurunan. Dengan bertambahnya
waktu Siklus Konversi Kas (CCC), profitabilitas tidak selalu menurun. Meskipun
ada periode dimana profitabilitasnya bertambah saat Siklus Konversi Kas (CCC)
berkurang, tetapi antara profitabilitas ekonomi (Return On Investment/ ROI) dan
profitabilitas modal sendiri (Return On Equity/ ROE) tidak selalu sejalan.
Terkadang Return On Investment (ROI) turun tetapi Return On Equity (ROE) naik
saat Siklus Konversi Kas (CCC) mengalami penurunan.
Hal tersebut di atas dapat terjadi, disebabkan oleh laba setelah pajak relatif
tetap tetapi pada total aktiva terjadi kenaikkan yang begitu tinggi dari total aktiva
tahun sebelumnya. Adapun saat Siklus Konversi Kas (CCC) mengalami
kenaikkan, profitabilitas pun mengalami kenaikkan. Hal itu terjadi karena waktu
pembayaran hutang lebih cepat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Siklus Konversi Kas terhadap Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Dari uraian dalam latar belakang penelitian, maka penulis
(12)
yakni perkembangan Siklus Konversi Kas (CCC), perkembangan profitabilitas,
serta mengetahui bagaimana Siklus Konversi Kas (CCC) terhadap profitabilitas.
1.2.2 Rumusan Masalah
Identifikasi masalah tersebut dituangkan dalam rumusan masalah sebagai
berikut :
1) Bagaimana perkembangan Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.
2) Bagaimana perkembangan profitabilitas pada Direktorat Aircraft
Integration PT. Dirgantara Indonesia.
3) Bagaimana analisis Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
terhadap profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara
Indonesia.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Adapun maksud dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
mengumpulkan data dan mencari informasi yang berhubungan dengan Siklus
Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) terhadap profitabilitas pada Direktorat
Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia. Sehingga dapat dijadikan sebagai
(13)
1.3.2 Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui perkembangan Siklus Konversi Kas (Cash Conversion
Cycle) pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.
2) Untuk mengetahui perkembangan profitabilitas pada Direktorat Aircraft
Integration PT. Dirgantara Indonesia.
3) Untuk mengetahui analisis Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
terhadap profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara
Indonesia.
1.4 Kegunaan penelitian
Dengan penelitian ini, penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan dan memberikan kegunaan.
Baik kegunaan praktis maupun akademis yang dapat menghasilkan informasi
ataupun sebagai pengetahuan. Kegunaan tersebut diantaranya adalah :
1.4.1 Kegunaan Praktis
1) Bagi Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Memberikan informasi tentang Siklus Konversi Kas atau CCC (Cash
Conversion Cycle) terhadap profitabilitas. Sehingga dapat digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan cepat terkait dengan pengelolaan modal
(14)
2) Bagi Karyawan Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Bagi karyawan bagian divisi keuangan, diharapkan dapat memberikan
informasi tentang pengelolaan Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
agar memperoleh profitabilitas yang sesuai dengan harapan, sehingga dapat
dijadikan usaha perbaikan dan penyempurnaan kinerja keuangan.
1.4.2 Kegunaan Akademis
1) Bagi Peneliti
Sebagai uji kemampuan dalam menerapkan teori- teori yang diperoleh
selama duduk di bangku perkuliahan, terutama yang terkait dengan modal
kerja dan profitabilitas.
2) Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji bidang
yang sama.
3) Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Memberikan referensi bagi pengembangan ilmu manajemen keuangan,
yaitu mengenai jangka waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
dan hubungannya dengan profitabilitas perusahaan.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian di Unit Usaha Direktorat Aircraft
(15)
Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai dengan
bulan Juni 2011, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel waktu pelaksanaan
kegiatan penelitian sebagai berikut :
Tabel 1.2
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
No Jadwal Kegiatan Waktu
Maret April Mei Juni Juli
1 Pelaksanaan Penelitian
2 Pengumpulan Data
3 Persiapan Laporan
(16)
11
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Modal Kerja
Konsep modal kerja muncul dari para pedagang keliling Amerika dizaman
dulu, yang meminjam uang untuk membeli persediaan, menjual persediaan
tersebut dan memperoleh uang tunai, melunasi pinjaman bank dan begitu
seterusnya. Konsep ini diikuti oleh banyak perusahaan saat ini.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja (working capital)
untuk membelanjai operasi sehari- harinya, misalakan untuk membayar gaji
pegawai, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat
kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil
penjualan produknya. Uang yang masuk yang berasal dari penjualan produk
tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya.
Dengan demikian, uang atau dana tersebut akan terus- menerus berputar setiap
periodenya selama hidup perusahaan.
2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja
Terdapat beberapa pendapat mengenai modal kerja, antara lain sebagai
berikut :
(17)
“Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja juga bisa
dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva tidak
lancar atau untuk membayar utang tidak lancar”.
2) Menurut Dwi Praswoto dan Rifka Julianty (2002 : 107) modal kerja adalah :
“Modal kerja dipengertikan sebagai selisih antara total aktiva lancar dan utang
lancar, maka jumlah modal kerja akan naik atau turun hanya karena transaksi-
transaksi yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar
sekaligus.”
3) Menurut Munawir (2002 : 114), menyatakan bahwa terdapat tiga konsep
mengenai modal kerja, yaitu :
a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kuantum yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang
bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk
tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa
modal keja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
b. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini
modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek
(net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari
pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.
(18)
Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari dana yang dimiliki dalam
rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.
Pada dasarnya dana- dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya
akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok
perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba
periode ini (current income) ada sebagian dana yang digunakan untuk
memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya
bangunan, mesin- mesin, pabrik, alat- alat kantor, dan aktiva tetap lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan modal kerja
adalah jumlah keseluruhan dari aktiva lancar yang dipergunakan untuk membiayai
atau menutupi kewajiban- kewajiban yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan.
Modal kerja yang cukup akan memungkinkan suatu perusahaan untuk
beroperasi dengan seekonomis mungkin, akan tetapi modal kerja yang berlebihan
menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan, dan sebaliknya adanya ketidakcukupan modal kerja
merupakan indikator utama kegagalan suatu perusahaan.
2.1.1.2 Fungsi dan Manfaat Modal Kerja
Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut :
1) Modal kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan
karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang
(19)
2) Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua
utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan
tunai; dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan
digunakan untuk pembelian barang menjadi berkurang.
3) Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Selain itu
memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti :
pemogokan, banjir.
4) Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para
pembeli. Kadang- kadang perusahaan harus memberikan kepada para
pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para
pembeli yang baik untuk membiayai operasinya.
5) Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu
jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan
lancar.
6) Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan
lebih efisien dengan jalan menghindari kelambatan dalam memperoleh bahan,
jasa, dan alat- alat yang disebabkan karena kesulitan kredit.
7) Modal kerja yang mencukupi memungkinkan pula perusahaan untuk
menghadapi masa resesi dan depresi dengan baik.
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
(20)
harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-
pengeluaran atau operasi perusahaan sehari- hari, karena dengan modal kerja yang
cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping itu memungkinkan
perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak
mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan atau
manfaat, antara lain:
1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari
aktiva lancar.
2) Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-
kewajiban tepat pada waktunya.
3) Menjamin dimillikinya credit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya- bahaya tau
kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani para konsumennya.
5) Memungkinkan pada perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para pelanggannya.
6) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan.
2.1.1.3 Jenis- jenis Modal Kerja
Mengenai jenis- jenis modal kerja, Bambang Riyanto (2001 : 61)
(21)
1) Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada
perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal
kerja yang secara terus- menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal
kerja permanen ini dapat dibedakan kedalam :
a. Modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada
pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
b. Modal kerja normal yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian “normal” di sini
adalah dalam artian yang dinamis.
2) Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah- ubah sesuai
dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara lain :
a. Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah- ubah
disebabkan karena fluktuasi musim.
b. Modal kerja silis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah- ubah
disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah- ubah
karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya
adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan deadaan ekonomi yang
mendadak.
2.1.1.4 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja dilakukan
untuk mengetahui bagaimana modal kerja tersebut digunakan dan dibelanjakan
(22)
“Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau
karena kenaikan dalam utang jangka panjang dan modal. Sedangkan penurunan
dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang
jangka panjang dan modal naik”.
Sumber- sumber modal kerja menurut Munawir (2002 : 120) adalah
sebagai berikut :
1) Hasil operasi perusahan
Yaitu jumlah laba bersih yang nampak dalam laporan laba – rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja
yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau
laba dari perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik
perusahaan, maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang
bersangkutan.
2) Keuntungan dari penjualan surat- surat berharga
Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya
perubahan dalam unsure modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah
menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga
ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja.
3) Penjualan aktiva tidak lancar
Modal kerja dapat bertambah dari hasil aktiva tetap, investasi jangka panjang
dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.
Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan
(23)
4) Penjualan saham atau obligasi
Untuk menambah dana tau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat
pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada pemilik perusahaan
untuk menambah modalnya. Disamping itu perusahaan dapat pula
mengeluarkan obligasi atau utang jangka panjang lainnya guna memenuhi
kebutuhan moda kerjanya.
Sumber- sumber modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001 :353)
adalah sebagai berikut :
1) Berkurangnya aktiva tetap
2) Bertabahnya utang jangka panjang
3) Bertambahnya modal
4) Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Dari uraian tentang sumber- sumber modal kerja tersebut maka Munawir
(2003 : 123) menyimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila :
1) Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari pengeluaran modal
saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
2) Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan
bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun
melalui proses depresiasi.
3) Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek
atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya
(24)
Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun
penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan
aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal
kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
Penggunaan modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001 : 353) sebagai
berikut :
1) Bertambahnya aktiva tetap
2) Berkurangnya utang jangka panjang
3) Berkurangnya modal
4) Pembayaran cash dividend
5) Adanya kerugian dalam operasinya perusahaan
Menurut Munawir (2002 : 125) penggunaan- penggunaan aktiva lancar
yang menyebabkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut :
1) Pembayaran biaya atau ongkos- ongkos operasi perusahaan, meliputi
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies
kantor dan pembayaran biaya- biaya lainnya.
2) Kerugian- kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan
surat berharga atau efek maupun kerugian yang diisidentil lainnya.
3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan- tujuan
(25)
4) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang
atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva
lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
5) Pembayaran hutang- hutang jangka panjang yang meliputi hipotik, hutang
obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya.
6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan
oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya
pembayaran deviden dalam perseroan terbatas.
2.1.1.5 Kebutuhan Modal Kerja
Besar kecilnya kebutuhan modal kerja menurut Bambang Riyanto
(2001:64) tergantung kepada dua faktor, yaitu :
1) Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode- periode yang meliputi
jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di
gudang, dan jangka waktu penerimaan piutang.
2) Pengeluaran kas rata- rata setiap harinya
Merupakan rata- rata pengeluaran kas setiap harinya untuk pembelian
kebutuhan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah, dan biaya-
biaya lainnya.
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
(26)
modal kerja yang dibutuhkan perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
1) Sifat atau tipe perusahaan
2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang
akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut
3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
4) Syarat penjualan
5) Tingkat perputaran persediaan
6) Musiman
7) Volume penjualan
8) Tingkat perputaran piutang
9) Jumlah rata- rata pengeluaran uang setiap harinya
2.1.2 Manajemen Kas 2.1.2.1Definisi Kas
Kas dan surat berharga jangka pendek adalah aktiva lancar yang paling
likuid. Adanya trade off likuiditas & profitabilitas mendorong perusahaan untuk
mengelola kasnya secara efisien.
Manajemen kas mencakup:
- Penyusunan anggaran kas
- Penghitungan siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle)
- Teknik mengatasi float
(27)
- Pemanfaatan surat berharga untuk investasi jangka pendek Motif Memegang Kas :
1) Transaksi
2) Berjaga-jaga
3) Spekulasi (investasi surat berharga jangka panjang (obligasi))
2.1.2.2Anggaran Kas (Cash Budgeting)
Anggaran kas bermanfaat untuk memantau kondisi likuiditas perusahaan
selama periode tertentu (biasanya bulanan). Adapun bagian utama dari kas itu
sendiri, yaitu :
1) Penerimaan kas (cash receipt)
Sumber penerimaan kas terdiri dari sumber utama dan sumber lainnya.
Sumber utama yaitu penjualan tunai dan piutang usaha. Sedangkan sumber
lainnya yaitu pendapatan sewa, penerimaan komisi penjualan, dan pendapatan
bunga serta dividen. Pada umumnya kas dari penjualan diterima secara berangsur
dalam beberapa bulan.
2) Pengeluaran kas (cash disbursement)
Pengeluaran kas terdiri dari pengeluaran kas utama dan pengeluaran kas
lainnya. Pengeluaran kas yaitu pembayaran upah dan gaji serta bahan baku.
Sedangkan pengeluaran kas lainnya yaitu pembayaran sewa, pelunasan pajak
terutang, pembayaran bunga dan dividen, pengeluaran untuk beban utilitas dan
rupa-rupa, pembelian aktiva tetap.
3) Saldo kas (cash balance)
(28)
Kas bersih akan positif apabila penerimaan kas lebih dari pengeluaran kas.
Sedangkan kas bersih akan negatif apabila penerimaan kas kurang dari
pengeluaran kas.
Meskipun pada bulan tertentu perusahaan mempunyai kas bersih yang
positif, mungkin saja jumlahnya belum mencapai saldo minimum. Saldo kas
minimum ditetapkan perusahaan. Jika kas bersih lebih dari saldo minimum, maka
kelebihan kas bersih digunakan untuk investasi surat berharga.
2.1.3 Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
Pada umumnya perusahaan menjual barang secara kredit. Karena itu
perusahaan harus menyediakan sejumlah kas untuk mendanai siklus operasinya
sejak barang dagangan diterima di gudang, dijual secara kredit, dan piutang usaha
tertagih.
Tahapan yang terkait dengan besarnya kas yang dibutuhkan perusahaan
apabila perusahaan menjual barang dagangannya secara kredit:
Tahap 1
Lamanya rata-rata persediaan, yaitu rentang waktu sejak barang dagangan
diterima di gudang sampai barang dagangan tersebut terjual secara kredit.
Makin panjang rentang waktunya makin besar kas yang dibutuhkan.
Tahap 2
Periode penagihan rata-rata piutang usaha (average collection period), yaitu
rentang waktu dari terjualnya barang dagangan hingga piutang usaha tertagih.
(29)
Perusahaan juga membeli barang dagangan secara kredit dari perusahaan
lain sehingga menimbulkan utang usaha. Lamanya waktu membayar utang usaha
disebut periode pembayaran rata-rata (average payment period). Makin cepat
perusahaan harus membayar utang usahanya, makin besar jumlah kas yang
dibutuhkan.
Siklus Konversi Kas (CCC) digunakan untuk mengukur berapa lama
perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal dari hasil operasi perusahaan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan untuk
disimpan pada current assets (aktiva lancar). Hal ini tentunya akan mempengaruhi
manajemen asset dan liabilitas yang dilakukan pada perusahaan tersebut.
Siklus Konversi Kas (CCC) adalah waktu dalam satuan hari yang
diperlukan untuk mendapatkan kas dari hasil operasi perusahaan yang berasal dari
penagihan piutang ditambah penjualan inventori dikurangi dengan pembayaran
hutang. Persamaan yang digunakan untuk menghitung CCC adalah sebagaimana
yang dituliskan Keown, et al. (2001:492).
CCC = DSO + DSI – DPO Dimana :
DSO = Days of sales outstanding
DSI = Days of sales inventory
DPO = Days of payables outstanding
(30)
DSO =
Account Receivable
Sales/365
DSI =
Inventories
Cost of goods sold/365
DPO =
Account Payable
Cost of goods sold/365
2.1.4 Profitabilitas
2.1.4.1Pengertian Profitabilitas
Salah satu tujuan perusahaan pada umumnya yaitu memperoleh laba
sesuai dengan yang telah direncanakan. Tetapi mengukur efisiensi perusahaan
berdasarkan jumlah keutungan semata kurang tepat, sebab keuntungan yang tinggi
belum tentu disertai tingkat profitabilitas yang tinggi pula. Untuk itu diperlukan
penjelasan yang lebih efektif dan efisien atas sumber daya yang ada. Mengukur
tingkat profitabilitas yang ada pada perusahaan dapat dilakukan dengan
bermacam- macam cara, tergantung pada laba atau modal mana yang akan
diperbandingkan. Faktor- faktor yang mempengaruhi profitabilitas lebih penting
dibandingkan laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa
(31)
membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan modal yang menghasilkan
laba tersebut atau dengan kata lain menghitung profitabilitasnya.
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 35) :
“Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut”.
Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Secara umum profitabilitas menurut
Bambang Riyanto (2001 : 35) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Priofitabilitas = L
x 100% M
Dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M
adalah modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
Cara untuk memiliki profitabilitas perusahaan bermacam- macam dan
tergantung pada laba dan aktiva, atau pada modal mana yang akan
diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Yang penting adalah profitabilitas
mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal
dalam perusahaan. Terdapat dua macam profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efisiensi atau tidaknya suatu perusahaan dalam menggunakan modal,
(32)
2.1.4.2Penggolongan Profitabilitas
Menurut Susan Irawati (2006 : 58), rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur efisiensi menggunakan aktiva dalam perusahaan atau merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu,
untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien. Dalam
rasio ini, profitabilitas dinilai dengan dua cara yaitu :
1) Profitabilitas Ekonomi (Return On Investment)
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2003 : 159)
mengemukakan bahwa :
“Profitabilitas ekonomi adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dengan menggunakan asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah
disesuaikan dengan biaya- biaya untuk mendanai asset tersebut”.
Analisis yang digunakan didalam perhitungan profitabilitas ekonomi (Return On
Investment) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Return On Investment = Laba setelah pajak x 100 % Total aktiva
ROI merupakan teknik analisis yang digunakan untuk dapat mengukur
kemampuan efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan dengan keseluruhan
atau salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang tertanam dalam
(33)
2) Profitabilitas Modal Sendiri (Return On Equity)
Untuk mengetahui sejauh mana (income) yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham preferen) atas modal
yang mereka investasikan didalam perusahaan dapat mengetahuinya, dengan
menggunakan rasio profitabilitas modal sendirinya.
Menurut Agnes Sawir (2003 : 3) mengemukakan bahwa :
Profitabilitas modal sendiri (Return On Equity) adalah untuk mengetahui
kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva yang dikuasainya
untuk menghasilkan berbagai income.”
Analisis yang digunakan didalam perhitungan profitabilitas modal sendiri (Return
On Equity) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Return On Equity = Laba setelah pajak x 100 % Modal sendiri
ROE mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan asset yang dimilikinya. Investor yang akan membeli saham akan
tertarik dengan ukuran profitabilitas ini atau bagian dari total profitabilitas yang
bisa dialokasikan ke pemegang saham.
Laba yang diperoleh perusahaan pertama dipakai untuk membayar bunga
hutang, kemudian saham preferens, baru kemudian (kalau ada sisa) diberikan ke
(34)
2.1.5 Hubungan antara Siklus Konversi Kas (CCC) dan Profitabilitas
Untuk mengetahui hubungan antara CCC dan profitabilitas, digunakan
variabel Return On Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE). Variabel yang
digunakan berbeda dengan variabel yang digunakan oleh Uyar (2009) yang
memakai Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE).
Padachi (2006) dalam Ita Prihantining W. dan Moch. Edman Syarief
(2009) menyatakan bahwa profitabilitas berkurang sejalan dengan bertambahnya
waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) yang berarti bahwa
perusahaan dapat menaikkan profitabilitasnya dengan cara memperpendek jangka
waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle).
Perusahaan dengan waktu CCC yang lebih pendek tampaknya akan
menuai keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki jangka waktu CCC yang lebih panjang. Menurut Brigham (2002 :
843-844) periode CCC dapat diperpendek dengan cara :
Mengurangi periode konversi persediaan dengan mempercepat proses produksi dan penjualan barang.
Mengurangi periode pengumpulan piutang dengan mempercepat penagihan.
Memperpanjang periode pembayaran utang dengan cara memperlambat pembayaran utang perusahaan.
(35)
Perusahaan yang memiliki waktu CCC yang pendek mampu
mengumpulkan cash yang diperlukan untuk operasional sehari- hari perusahaan,
sehingga tidak perlu memakai sumber dana dari luar yang berarti tidak ada biaya
untuk pinjaman dana, selanjutnya keuntungan perusahaan akan meningkat.
Berikut ini adalah tabel studi empiris pada penelitian terdahulu :
Tabel 2.1
Study Empiris dengan Penelitian Terdahulu
Penulis / Judul Metode Objek
Penelitian
Kesimpulan
Moch. Edman Syarief dan Ita Prihantining Wilujeng/ Cash Conversion Cycle dan Hubungannya dengan Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Manajemen Modal Kerja
Riset bertujuan untuk
mempelajari hubungan antara jangka waktu CCC dengan ukuran perusahaan dan strategi manajemen asset dan liabilitas. Data yang digunakan adalah data dari Indonesian Capital Market Directory yang berisi ringkasan laporan keuangan untuk periode tahun 2006. Industri yang dianalisis adalah industri manufaktur yang terdiri dari 19 kelompok industri dengan
jumlah perusahaan sebanyak 141 perusahaan.
Untuk tujuan riset, ukuran perusahaan yang digunakan adalah total assets dan sales revenue, profitabilitas diukur dengan ROE dan ROI,
sementara strategi manajemen asset dan liabilitas menggunakan rasio CA/ TA untuk agresifitas manajemen asset, serta rasio CL/ TA untuk mengukur agresifitas manajemen liabilitas.
Perusahaan di BEI
Semakin pendek waktu CCC yang dimiliki perusahaan, semakin agresif manajemen asset yang dilakukan oleh perusahaan.
(36)
2.2 Kerangka Pemikiran
Pihak manajemen perusahaan harus memperhatikan pengelolaan modal
kerjanya, terutama yang berkaitan dengan kebijaksanaan modal kerja yang efisien.
Pihak manajemen perusahaan akan dihadapkan pada keputusan yang
mengakibatkan adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan
profitabilitas. Hal tersebut merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan
usaha dapat dipertahankan.
Cash merupakan bagian dari current assets, bersama dengan account
receivable, dan inventory. Ketiga account tersebut merupakan bagian dari modal
kerja perusahaan dan besarnya jumlah modal kerja tidak lepas dari motif
transaksi, motif pencegahan, dan motif spekulasi.
Oleh karena itu pengelolaan elemen- elemen aktiva lancar, yang meliputi
kas, piutang dan persediaan merupakan hal penting yang harus diperhatikan juga
oleh pihak manajemen perusahaan. Efisiensi pengelolaan kas, piutang dan
persediaan akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk mendapatkan
keuntungan.
Siklus Konversi Kas (CCC) digunakan untuk mengukur berapa lama
perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal dari hasil operasi perusahaan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan untuk
(37)
Siklus Konversi Kas (CCC) adalah waktu dalam satuan hari yang
diperlukan untuk mendapatkan kas dari hasil operasi perusahaan yang berasal dari
penagihan piutang ditambah penjualan inventori dikurangi dengan pembayaran
hutang. Persamaan yang digunakan untuk menghitung CCC adalah sebagaimana
yang dituliskan Keown, et al. (2001:492).
Uyar (2009) menyatakan adanya korelasi negatif yang signifikan antara
lamanya CCC dan ukuran perusahaan, dimana perusahaan yang lebih besar
mempunyai waktu CCC yang lebih pendek. Temuan lainnya yaitu adanya
hubungan negatif yang signifikan antara lamanya CCC dan profitabilitas
perusahaan.
Berdasarkan semua uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa lamanya
waktu Siklus Konversi Kas (CCC) atau waktu dalam satuan hari yang diperlukan
untuk mendapatkan kas dari hasil operasi perusahaan akan berpengaruh terhadap
profitabilitas.
Pendekatan Siklus Konversi Kas (CCC) atau Cash Conversion Cycle
bertitik tolak pada konversi bahan baku dan tenaga kerja menjadi uang tunai, dan
oleh sebab itu disebut sebagai model siklus konversi kas atau Cash Conversion
Cycle (CCC).
Hubungan beberapa variabel di atas tersebut secara skematis sebagai
(38)
Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
- Days of Sales Outstanding
(DSO)
- Days of Sales in Inventory
(DSI)
- Days of Payables
Outstanding (DPO)
Keown et al. (2001:492)
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Penjelasan lebih lanjut dari variabel- variabel yang terdapat pada skema
kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :
Siklus Konversi Kas (CCC) adalah waktu dalam satuan hari yang
diperlukan untuk mendapatkan kas dari hasil operasi perusahaan yang berasal dari
penagihan piutang (DSO) ditambah penjualan inventori (DSI) dikurangi dengan
pembayaran hutang (DPO). Keown, et al. (2001:492).
Menurut Susan Irawati (2006 : 58), rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur efisiensi menggunakan aktiva dalam perusahaan atau merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu,
untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien. Dalam
Profitabilitas
- Return On Investment
(ROI)
- Return On Equity
(ROE)
Susan Irawati (2006:58) Padachi
(39)
rasio ini, profitabilitas dinilai dengan dua cara yaitu profitabilitas ekonomi
(Return On Investment) dan profitabilitas modal sendiri (Return On Equity).
Padachi (2006) dalam Ita Prihantining W. dan Moch. Edman Syarief
(2009) menyatakan bahwa profitabilitas berkurang sejalan dengan bertambahnya
waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) yang berarti bahwa
perusahaan dapat menaikkan profitabilitasnya dengan cara memperpendek jangka
(40)
35
3.1 Objek penelitian
Objek penelitian adalah menjelaskan tentang apa dan siapa yang menjadi
objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan (Husein Umar,
2007:303).
Objek penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah analisis
Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) terhadap profitabillitas pada
Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia. Dalam penelitian ini,
penulis mengumpulkan data berupa neraca dan laporan laba rugi. Untuk
mengetahui bagaimana perkembangan Siklus Konversi Kas (Cash Conversion
Cycle) terhadap perkembangan profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration
PT. Dirgantara Indonesia.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk membuat deskripsi atau memaparkan secara
sistematis mengenai Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) terhadap
profitabilitas yang terjadi di Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara
(41)
metode deskriptif dengan sifat variabel kuantitatif. Yaitu menggambarkan suatu
model yang diteliti atau menggambarkan keadaan perusahaan berdasarkan data-
data dan informasi yang diperoleh, kemudian dianalisis kebenarannya.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel- variabel yang akan diukur dan diuji dalam penelitian ini
merupakan variabel- variabel operasional dimana terdapat dua variabel yang
menggambarkan sebab akibat. Menurut Sugiyono (2002:20) variabel penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang akan
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulan.
Berdasarkan metode penyusunan Tugas Akhir yang digunakan penulis
serta dari pengertian variabel penelitian di atas, maka inti dari permasalahan yang
diteliti adalah Siklus Konversi Kas (CCC) terhadap profitabilitas. Dimana
diidentifikasikan menjadi variabel bebas (variabel independen) dan variabel
terikat (variabel dependen).
Agar dapat memperlancar dalam pengumpulan data dan pengukuranya,
variabel dalam penelitian ini akan didefinisikan secara rinci untuk kemudian
dijabarkan kedalam indikator, ukuran dan skala pengukurannya sehingga dapat
memperlancar dalam pengumpulan data dan pengukurannya.
Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut ini :
(42)
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Indikator Skala Sumber
Data
Siklus
Konversi Kas/ Cash
Conversion Cycle (X)
“Waktu dalam
satuan hari yang berasal dari jumlah penagihan piutang dan penjualan inventori dikurangi pembayaran hutang”
Keown et al., (2001:492)
Days of Sales Outstanding
(DSO)
- Account Receivable
- Sales
DSO= Account Receivable Sales/365 Rasio Laporan Keuangan Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Days of Sales in Inventory (DSI) - Inventories
- Cost of Goods Sold
DSI=
Inventories Cost of Goods Sold/365
Days of Payables Outstanding
(DPO)
- Account Payable
- Cost of Goods Sold
DPO=
Account Payable Cost of Goods Sold /365
Profitabilitas (Y) “Merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien“ Susan Irawati (2006:58)
Return On Investment (ROI) - Laba Setelah Pajak - Total Aktiva
ROI= Laba Setelah Pajak x 100% Total Aktiva
Return On Equity (ROE) - Laba Setelah Pajak - Total Modal Sendiri
ROE=
Laba Setelah Pajak x
100% Total Modal
(43)
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1Sumber Data
Diperlukan sumber data yang nantinya akan dianalisis dan diambil
kesimpulannya untuk menunjang penelitian. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah primer dan sekunder.
1) Data Primer
Data primer yaitu data atau segala informasi yang diperoleh dan didapat
oleh penulis langsung dari sumber pertama baik individu atau sekelompok bagian
dari objek penelitian, seperti hasil wawancara dan observasi langsung pada objek
yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini adalah informasi dari karyawan
bagian keuangan mengenai keuangan Direktorat Aircraft Integration PT.
Dirgantara Indonesia dan hasil pengamatan penulis dari kegiatan perusahaan yang
berkaitan dengan variabel penelitian.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain. Data sekunder
disajikan antara lain dalam bentuktabel-tabel atau diagram atau segala informasi
yang berasal dari literatur yang ada hubungannya dengan teori-teori mengenai
topik penelitian. Menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan
(44)
Integration PT. Dirgantara Indonesia dan yang berasal dari literatur, artikel, dan
berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3.2.3.2Teknik Penentuan Data
Untuk mempermudah proses pengolahan data, harus dilakukan penentuan
data yang akan dianalisis. Sebelum menentukan data yang akan dijadikan sampel,
terlebih dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel.
1) Populasi
Menurut Sugiyono, “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
(2002:57)
Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini
adalah laporan keuangan pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara
Indonesia dari tahun 1977 sampai tahun 2010.
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sugiyono (2002:57)
Mengingat begitu banyaknya populasi dalam penelitian ini, maka
dilakukan penarikan sampel. Hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan tenaga,
(45)
perkembangan Siklus Konversi Kas (CCC) dan profitabilitas yang diambil pada
periode 2005 – 2009.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah penelitian lapangan (Field Research),
dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang
menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang diperoleh langsung dari
Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia) dan data sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Teknik Pengumpulan Data Primer
Data primer didapatkan melalui teknik- teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung di lokasi, yaitu pada unit usaha
Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia untuk
memperoleh data yang diperlukan dengan mengamati kegiatan perusahaan
yang berkaitan dengan variabel penelitian.
b. Wawancara
Mengumpulkan data dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas kepada pihak- pihak yang dianggap dapat
memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam teknik
(46)
dapat memberikan data atau informasi. Informasi tersebut berkaitan
dengan Siklus Konversi Kas (CCC) dan profitabilitas.
2) Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder penelitian ini didapatkan melalui teknik dokumentasi. Yaitu
mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan berupa neraca, laporan
laba rugi, serta dokumen- dokumen yang menggambarkan sejarah, struktur
organisasi, dan job description perusahaan. Selain itu, penulis juga
mengumpulkan data dari literatur, buku- buku, dan artikel.
3.2.5 Rancangan Analisis
Penulis menggunakan analisis deskriptif dalam penyusunan Tugas Akhir
ini. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan dasar teori yang ada, sehingga
memberikan gambaran yang cukup jelas. Dalam penelitian ini penulis mencoba
menganalisis Siklus Konversi Kas (CCC) terhadap profitabilitas.
Hal tersebut selanjutnya diteliti kemudian diambil suatu kesimpulan dari
hasil analisis tersebut dan atas kesimpulan tersebut dianjurkan saran untuk
perbaikan yang diharapkan dapat menjadi bahan dan pertimbangan bagi
perusahaan. Adapun rumus yang dipakai dalam menghitung jumlah Siklus
Konversi Kas (CCC) dan profitabilitas adalah sebagai berikut :
CCC = DSO + DSI – DPO Dimana :
(47)
DSI = Days of sales inventory
DPO = Days of payables outstanding
Dicari dengan menggunakan formula sebagai berikut :
DSO = Account Receivable Sales/365
DSI = Inventories
Cost of goods sold/365
DPO = Account Payable
Cost of goods sold/365
Profitabilitas dihitung dengan menggunakan rumus rasio profitabilitas sebagai
berikut :
Return On Investment = Laba setelah pajak x 100% Total aktiva
Return On Equity = Laba setelah pajak x 100% Modal sendiri
(48)
43
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan
Melalui PP No. 12 tanggal 5 April 1976 pemerintah memberikan
kepercayaan kepada Prof. Dr. Ing. BJ Habibie untuk menghimpun segala potensi
dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia pada waktu itu guna mengelola
dan mengembangkan industri pesawat terbang di Indonesia, dengan dasar PP
itulah maka lahirlah PT. IPTN.
Pada tanggal 23 Agustus 1976 didasari kebutuhan untuk melayani sendiri
sarana transportasi udara yang mampu menghubungkan pulau yang satu dengan
pulau yang lain, karena Indonesia terbentuk atas pulau- pulau yang membentuk
negara Indonesia dan untuk menguasai teknologi.
Pada tahun 1979 PT. IPTN sudah beranjak memasuki tahap dua yaitu
“Integrasi Teknologi”. Tahap ini merupakan penggabungan kemampuan
rancangan dan produksi antara PT. IPTN dengan mitra kerja dari CASA Spanyol.
Melengkapi pesatnya industri pesawat terbang, PT. IPTN mendirikan divisi sistem
persenjataan.
PT. IPTN dan Boeing Company menandatangani kerjasama teknik yang
(49)
menempatkan PT. IPTN sebagai salah satu mitra kerja Boeing. Hal ini dibuktikan
ketika pada tahun 1987 PT. IPTN mulai memproduksi sebagian komponen
pesawat Boeing 737, 747, 757, 787, dan Boeing 777.
Secara bertahap dan berkesinambungan suatu pusat perawatan mesin yakni
Universal Maintenance Centre (UMC) didirikan pada tahun 1983. Pendirian dan
pengembangan UMC ini adalah dalam rangka melengkapi suatu agenda “Alih
Teknologi”. Unit ini juga berfungsi merawat, memperbaiki mesin- mesin pesawat terbang dan helikopter maupun mesin- mesin turbin gas untuk industry dan untuk
keperluan maritime.
Pada usianya yang ke- 10, pemerintah republik Indonesia
menyelenggarakan Indonesia Air Show (IAS) I, yakni pada tahun 1986. Pameran
kedirgantaraan ini menarik perhatian masyarakat luas baik dari dalam maupun
dari luar negeri. Peristiwa ini adalah pertanggungjawaban pemerintah khususnya
PT. IPTN terhadap rakyat tentang apa yang telah dicapai selama 10 tahun
pertama.
Pada tahun 1987 PT. IPTN mulai memproduksi sebagian komponen
pesawat Boeing 737 dan 767. Kerjasama imbal produksi (off-set) dicapai dengan
General Dynamic untuk membuat komponen pesawat F-16 sehubungan dengan
pembelian pesawat tempur tersebut oleh pemerintah RI.
Dalam rangka meningkatkan peluang- peluang alih teknologi serta bisnis,
PT. IPTN bersama dengan New Media Development Organization, Jepang
(50)
Internasional (NSI). Perusahaan yang bergerak dalam perangkat lunak komputer
ini didirikan pada tahun 1988 dan langsung beroperasi.
Untuk lebih memperluas produk- produk dan jasa yang dihasilkan
khususnya di wilayah benua Amerika, sejak tahun 1922 yang lalu PT. IPTN
memiliki branch office yang berkedudukan di Seattle Amerika Serikat dan diberi
nama IPTN-NA (IPTN North America). Itu semua sekaligus sebagai dasar unruk
melangkah lebih lanjut.
Memasuki dasawarsa kedua, PT. IPTN tidak hanya memelihara dan
meningkatkan penguasaan teknologi yakni mengembangkan teknologi dirgantara
sendiri untuk menghasilkan produk yang sama sekali baru.
Sejak tahun 1989, PT. IPTN mulai merancang bangun pesawat N-250. Ini
ditandai dengan peluncurannya pada tanggal 10 November 1994 yang bertepatan
dengan hari Pahlawan, dan beberapa bulan kemudian tepatnya pada tanggal 10
Agustus 1995, N-250 Gatotkaca diterbangkan untuk pertama kalinya. Peristiwa
ini selain dipersembahkan untuk hadiah ulang tahun kemerdekaan Republik
Indonesia yang ke- 50, dan tanggal tersebut dikukuhkan sebagai hari Kebangkitan
Teknologi Nasional.
Sebagai pertanggungjawaban kepada rakyat, pada bulan Juni 1996
pemerintah kembali menyelenggarakan Indonesia Air Show (IAS) II. Pada
kesempatan ini N-250 tampil sebagai primadona dan menunjukkan kebolehannya
selama pameran berlangsung. Memasuki dasawarsa ketiga, PT. IPTN siap untuk
(51)
dilengkapi dengan dua buah mesin jet dan akan mengangkut penumpang antara
100-130 orang.
Pada awal abad mendatang pesawat ini akan siap diluncurkan dan
melakukan penerbangan perdananya. Dibidang pemasaran langkah PT. IPTN
semakin progresif menembus pasaran internasional. Hal ini ditandai dengan
dibukanya AMRAI dan EURAI.
Ketika tahun 1997 krisis ekonomi dan moneter melanda kawasan Asia
Tenggara dan Indonesia yang berdampak pada berkurangnya potensi pasar PT.
IPTN. Terkait dengan itu, sejak Oktober 1998 industri ini mempersiapkan
paradigma baru.
Program restrukturisasi perusahaan yang mencakup : reorientasi bisnis,
penataan ulang postur SDM, serta restrukturisasi permodalan dan keuangan
digulirkan. Melalui restrukturisasi ini postur karayawan menyusut dari 15.000
menjadi 10.000 orang. Puncaknya adalah perubahan nama PT. IPTN menjadi PT.
Dirgantara Indonesia (PT. DI), yang dilanjutkan dengan pengukuhan direksi baru.
Nama baru diharapkan melahirkan citra baru yang lebih baik.
Orientasi PT. DI 70% pada bisnis inti pesawat terbang, sementara 30%
nya pada bisnis plasma. Dengan paradigma baru ini PT. DI melahirkan 6 profil
center, dan 7 strategic bisnis unit, serta 5 usaha pendukung. PT. Dirgantara
Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) sejak tahun 1997. Dan
merupakan perusahaan satu – satunya di Indonesia yang menangani masalah pembuatan pesawat terbang.
(52)
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting untuk
dipertimbangkan dalam sebuah organisasi, karena berperan dalam pencapaian
tujuan perusahaan. Pengertian struktur organisasi menurut Handoko adalah
organisasi dengan segala aktifitasnya, terdapat hubungan di antara orang-orang
yang menjalankan aktivitas tersebut. Makin banyak kegiatan yang dilakukan
dalam suatu organisasi, makin kompleks pula hubungan-hubungan yang ada.
Untuk itu perlu dibuat suatu bagan yang menggambarkan tentang hubungan
tersebut termasuk hubungan antara masing-masing kegiatan atau fungsi. Bagan
yang dimaksud dinamakan bagan organisasi atau struktur organisasi.
Untuk keterangan lebih jelas, maka struktur organisasi perusahaan dapat
(53)
DEPARTEMEN PROD FIXEDWING DEPARTEMEN PROD.SUPPORT DEPARTEMEN PROD. HELIKOPTER DEPARTEMEN PROD. CONTROL DIVISI OPS. AIRCRAFT
DEPARTEMEN PROD.ENGINEERING DEPARTEMEN CUSTOMER SUPPORT DEPARTEMEN TECHNICAL SUPORT DEPARTEMEN PLANN DAN INVENTORY DEPARTEMEN PROC. DAN RECEIVING DIVISI LOGISTIK DAN
DUK.PELANGGAN
DEPARTEMEN DUKUNGAN USAHA DEPARTEMEN
PEMASARAN DIVISI PEMASARAN DAN
PENJUALAN DEPARTEMEN PENJUALAN PRODUK MILITER DEPARTEMEN PENJUALAN DIRECTORAT AIRCRAFT INTEGRATION DEPARTEMEN JAMINAN MUTU DEPARTEMEN REKAYASA DEPARTEMEN UR.UMUM DAN AKUTANSI
Sumber : PT. Dirgantara Indonesia
Gambar 4.1
Sturktur Organisasi Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
(54)
4.1.3 Job Description
Bidang Financial Accounting
a. Tugas Pokok :
Memelihara akurasi data general ledger dan subsidiary ledger untuk
seluruh akun- akun financial aaccounting dalam laporan keuangan yang ada di
Direktorat Aircraft Integration dan membuat lampiran pendukungnya secara
lengkap, serta melakukan konfirmasi atas hutang/ piutang dengan pihak terkait
dan dengan korporasi untuk keperluan kompilasi laporan keuangan induk/
konsolidasi.
b. Wewenang dan Tanggung Jawab :
1. Menganalisis dan melakukan pengawasan dari setiap transaksi
keuangan, untuk menyajikan laporan keuangan berupa neraca,
laba/rugi, beserta penjelasannya.
2. Melaksanakan rekonsliasi dan validasi atas seluruh data pendukung
laporan keuangan dengan pihak terkait.
3. Melakukan konfirmasi atas akun- akun keuangan dengan pihak intern
maupun ekstern perusahaan.
4. Menjamin pelaksanaan TQI (Total Quality Improvement) dan K3LH
untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja accounting.
c. Hubungan Organisasi
1. Kedudukan
(55)
akuntansi.
b) Membawahi posisi jabatan/ pekerjaan :
- General ledger financial accounting, posting/ jurnal
- Subsidiary ledger financial accounting
- Rekonsiliasi, konfirmasi 2. Di Dalam Perusahaan
Berkoordinasi baik di lingkungan Direktorat Aircraft Integration
dan korporat dalam hal koordinasi, rekonsiliasi, validitas, konfirmasi
terhadap data- data pendukung pembuat laporan keuangan.
3. Dengan Instansi/ Lembaga/ Perusahaan di Luar PT DI
Auditor dan Lembaga Perpajakan
Bidang Cost Accounting
a. Tugas Pokok :
Menganalisis, mengevaluasi akurasi data general ledger dan subsidiary
ledger untuk seluruh akun- akun Cost Accounting dalam laporan keuangan yang
ada di Direktorat Aircraft Integration. Serta mengevaluasi transaksi terhadap
akun- akun inventory, properti, dan kalkulasi harga pokok produksi secara tepat
dan akurat dalam mendukung penyajian laporan keuangan.
b. Wewenang dan Tanggung Jawab :
1. Menganalisis dan melakukan pengawasan setiap akun- akun properti,
inventory, dan kalkulasi biaya produksi untuk mendukung laporan
(56)
2. Melakukan koordinasi dan konfirmasi atas data- data properti dan
inventory dengan pihak terkait dalam rangka menentukan status
kekayaan/ asset.
3. Melakukan monitoring dan jurnal/ posting transaksi Cost Accounting
di Direktorat Aircraft Integration.
4. Melakukan koordinasi dengan koporasi dan unit lain dalam ragka
mendukung korporasi melakukan konpilasi jurnal transaksi ke general
ledger dan subsidiary ledger.
5. Mengajukan adjustment yang diperlukan dalam kesalahan posting
pada saat jurnal di Direktorat Aircraft Iintegration.
6. Membuat rekapitulasi data subsidiary ledger sebagai lampiran neraca
dan laba/ rugi Direktorat Aircraft Integration.
7. Menjamin pelaksanaan TQI (Total Quality Improvement) dan K3LH
untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas accounting.
c. Hubungan Organisasi
1. Kedudukan
a) Bertanggung jawab langsung kepada manajer urusan umum dan
akuntansi.
b) Membawahi posisi jabatan/ pekerjaan :
- General ledger, posting/ jurnal cost accounting
- Subsidiary ledger cost accounting
(57)
2. Di Dalam Perusahaan
Melakukan koordinasi dengan fungsi terkait baik di dalam
Direktorat Aircraft Integration dan direktorat lainnya maupun dengan
korporasi dalam pelaporan keuangan perusahaan.
3. Dengan Instansi/ Lembaga/ Perusahaan di Luar PT DI
a) Auditor, dalam hal audit laporan keuangan khusus terhadap akun-
akun cost accounting Direktorat Aircraft Integration.
b) Institusi lain, dalam hal inventarisasi dan rekonsiliasi data
pendukung laporan keuangan.
4.2 Pembahasan Penelitian
4.2.1 Perkembangan Siklus Konversi Kas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) digunakan untuk mengukur
berapa lama perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal dari hasil operasi
perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan
untuk disimpan pada current assets (aktiva lancar).
Perkembangan Siklus Konversi Kas periode tahun 2005-2009 yang terjadi
pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia dapat dilihat pada
tabel 4.1. Sebelum lihat perkembangan pada tabel, berikut ini adalah perhitungan
(58)
Tabel 4.1
Perkembangan Siklus Konversi Kas (CCC)
Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Periode CCC (Hari) Perkembangan Naik/ Turun
2005 385,56 -
2006 516,86 131,30
2007 882,60 365,74
2008 591,28 -291,32
2009 261,89 -329,39
Sumber : Laporan Keuangan Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Perhitungan Siklus Konversi Kas (CCC) :
CCC = DSO + DSI – DPO DSO =
Account Receivable (Piutang)
Sales (Penjualan)/365
DSI =
Inventories (Persediaan)
Cost of goods sold (HPP)/365
DPO =
Account Payable (Hutang)
(59)
Periode 2005
DSO = 22.133 = 18,39
439.053/365
DSI = 749.385 = 689,65 396.611/365
DPO = 350.413 = 322,48 396.611/365
CCC = 18,39 + 689,65 - 322,48
= 385,56 Hari
Periode 2006
DSO = 9.819 = 7
511.753/365
DSI = 670.105 = 684,24 357.458/365
DPO = 170.777 = 174,38 357.458/365
CCC = 7 + 684,24 - 174,38
= 516,86 Hari
Periode 2007
DSO = 11.869 = 20,74
208.831/365
DSI = 548.368 = 977,82 204.683/365
DPO = 93.094 = 116,01
204.683/365
CCC = 20,74 + 977,82- 116,01
= 822,60 Hari
Periode 2008
DSO = 250.685 = 487,56 187.669/365
DSI = 548.721 = 1515,36 132.168/365
DPO = 511.161 = 1411,64 132.168/365
CCC = 487,56 + 1515,36 - 1411,64
= 591,28 Hari
Periode 2009
DSO = 127.078 = 240,35 192.985/365
DSI = 670.105 = 1145,98 191.200/365
DPO = 589.021 = 1124,44 191.200/365
CCC = 240,35 + 1145,98 - 1124,44
(60)
Berdasarkan tabel 4.1 :
1) Pada tahun 2005 waktu Siklus Konversi Kas (CCC) adalah 385,56 hari
sedangkan tahun 2006 adalah 516,86 hari. Maka waktu CCC 131,30 hari lebih
lama dari tahun 2005 ke 2006. Disebabkan karena pembayaran hutang (DPO)
lebih cepat.
2) Pada tahun 2006 waktu Siklus Konversi Kas (CCC) adalah 516,86 hari
sedangkan tahun 2007 adalah 882,60 hari. Maka waktu CCC 365,74 hari lebih
lama dari tahun 2006 ke 2007. Disebabkan karena penagihan piutang (DSO)
dan penjualan persediaan (DSI) lebih lama, tetapi pembayaran hutang (DPO)
lebih cepat.
3) Pada tahun 2007 waktu Siklus Konversi Kas (CCC) adalah 882,60 hari
sedangkan tahun 2008 adalah 591,28 hari. Maka waktu CCC 291,32 hari lebih
cepat dari tahun 2007 ke 2008. Disebabkan karena pembayaran hutang (DPO)
lebih lama.
4) Pada tahun 2008 waktu Siklus Konversi Kas (CCC) adalah 591,28 hari
sedangkan tahun 2009 adalah 261,89 hari. Maka waktu CCC 329,39 hari lebih
cepat dari tahun 2008 ke 2009. Disebabkan karena penagihan piutang (DSO)
dan penjualan persediaan (DSI) lebih cepat.
Untuk lebih jelasnya perkembangan waktu Siklus Konversi Kas (CCC),
(61)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
2005 2006 2007 2008 2009
Siklus Konversi Kas (CCC)
Siklus Konversi Kas (CCC)
Gambar 4.2
Grafik Perkembangan Siklus Konversi Kas (CCC) Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Dari grafik di atas, dapat dilihat panjang waktu Siklus Konversi Kas
(CCC) dari tahun ketahun mengalami kenaikan dan penurunan. Dari tahun 2005
ke 2006 waktu CCC lebih lama 131,30 hari. Tahun 2006 ke 2007 waktu CCC
lebih lama 365,74 hari. Tahun 2007 ke 2008 waktu CCC lebih cepat 291,32 hari.
Tahun 2008 ke 2009 waktu CCC lebih cepat 329,39 hari. Panjang waktu CCC
terlama adalah tahun 2007, yaitu 882,60 hari. Sedangkan panjang waktu CCC
terpendek adalah tahun 2009, yaitu 261,89 hari.
Padachi (2006) dalam Ita Prihantining W. dan Moch. Edman Syarief
(2009) menyatakan bahwa profitabilitas berkurang sejalan dengan bertambahnya
waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) yang berarti bahwa
(62)
waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle). Dari teori tersebut dapat
disimpulkan seharusnya panjang waktu Siklus Konversi Kas dari tahun ketahun
lebih cepat atau menurun. Agar profitabilitas perusahaan meningkat. Namun, pada
kenyataannya dalam penelitian ini Siklus Konversi Kas dari tahun ketahun
mengalami kenaikan dan penurunan.
Berdasarkan hasil analisis penulis, kenaikan dan penurunan panjang waktu
Siklus Konversi Kas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara
Indonesia dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang (DSO), penjualan
inventori (DSI), dan pembayaran hutang (DPO) dari tahun ketahun. Hal ini sesuai
dengan pendapat Padachi (2006) dalam Ita Prihantining W. dan Moch. Edman
Syarief (2009).
4.2.2 Perkembangan Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Tabel 4.2
Perkembangan Profitabilitas
Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia
Periode ROI (%) Perkembangan
Naik/ Turun ROE (%)
Perkembangan Naik/ Turun
2005 7,97 - 14,14 -
2006 20,47 12,5 27,03 12,89
2007 6,19 -14,28 7,42 -19,61
2008 4,12 -2,07 10,73 3,31
2009 7,22 3,10 31,01 20,28
(63)
Perhitungan Rasio Profitabilitas :
Return On Investment =
Laba setelah pajak
x 100 % Total aktiva
Return On Equity =
Laba setelah pajak
x 100 % Modal sendiri
Periode 2005
ROI = 64.017 x 100 % = 7,97 % 803.116
Periode 2006
ROI = 144.017 x 100 % = 20,47 % 703.778
Periode 2007
ROI = 34.865 x 100 % = 6,19 % 563.155
ROE = 34.865 x 100 % = 7,42 % 470.061
Periode 2008
ROI = 34.259 x 100 % = 4,12 % 830.530
ROE = 34. 259 x 100 % = 10,73% 319.369
ROE = 64.017 x 100 % = 14,14 % 452.703
ROE = 144.017 x 100 % = 27,03% 533.001
(64)
Periode 2009
ROI = 55.480 x 100 % = 7,22 % 767.903
Berdasarkan tabel 4.2 :
1) Pada tahun 2005 rasio ROI adalah 7,97% dan ROE 14,14% sedangkan tahun
2006 rasio ROI adalah 20,47% dan ROE 27,03%. Maka ROI mengalami
kenaikan sebesar 12,5% dan ROE juga mengalami kenaikan sebesar 12,89%.
Kenaikan pada ROI disebabkan oleh laba setelah pajak bertambah dan total
aktiva berkurang, sedangkan kenaikan ROE disebabkan oleh laba setelah
pajak dan modal sendiri meningkat.
2) Pada tahun 2006 rasio ROI adalah 20,47% dan ROE 27,03% sedangkan tahun
2007 rasio ROI adalah 6,19% dan ROE 7,42%. Maka ROI mengalami
penurunan sebesar 14,28% dan ROE juga mengalami penurunan sebesar
19,61%. Penurunan pada ROI disebabkan oleh laba setelah pajak dan total
aktiva menurun, ROE juga mengalami penurunan disebabkan laba setelah
pajak dan modal sendiri menurun.
3) Pada tahun 2007 rasio ROI adalah 6,19% dan ROE 7,42% sedangkan tahun
2008 rasio ROI adalah 4,12% dan ROE 10,73%. Maka ROI mengalami
penurunan sebesar 2,07% sedangkan ROE mengalami kenaikan sebesar ROE = 55.480 x 100 % = 31,01%
(1)
memakai sumber dana dari luar yang berarti tidak ada biaya untuk pinjaman dana, selanjutnya keuntungan perusahaan meningkat.
Hal tersebut sesuai dengan riset Padachi (2006) dalam Ita Prihantining W. dan Moch. Edman Syarief (2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas berkurang sejalan dengan bertambahnya waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) yang berarti bahwa perusahaan dapat menaikkan profitabilitasnya dengan cara memperpendek jangka waktu Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle).
Periode dengan jangka waktu Siklus Konversi Kas (CCC) yang lebih pendek tampaknya akan menuai keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan periode dengan jangka waktu CCC yang lebih panjang.
Pada kenyataannya, yang terdapat di Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia semakin pendeknya waktu Siklus Konversi Kas (CCC) profitabilitas tidak selalu meningkat. Misalnya saja tahun 2005 ke tahun 2006 panjang waktu Siklus Konversi Kas (CCC) bertambah, namun profitabilitas ikut bertambah. Hal tersebut terjadi karena laba setelah pajaknya meningkat, walaupun periode pembayaran hutangnya lebih cepat. Sehingga profitabilitasnya tetap bertambah saat panjang waktu CCC bertambah.
Dan tahun 2007 ke 2008 panjang waktu Siklus Konversi Kas (CCC) berkurang tetapi hanya profitabilitas modal sendiri (ROE) saja yang meningkat sedangkan profitabilitas ekonomi (ROI) nya menurun. Hal tersebut terjadi karena terjadi pertambahan pada total aktiva yang menyebabkan ROI menurun.
(2)
64
Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis, pengaruh bertambah atau berkurangnya panjang waktu Siklus Konversi Kas (CCC) terhadap profitabilitas tergantung pada lamanya penagihan piutang (DSO), lamanya penjualan persediaan (DSI), dan lamanya pembayaran hutang (DPO). Serta berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mengelola penggunaan asset dan modal sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Padachi (2006).
(3)
65 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis Siklus Konversi Kas terhadap profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Terjadinya kenaikan dan penurunan panjang waktu Siklus Konversi Kas (CCC) pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia dari tiap periode dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang (DSO), penjualan inventori (DSI), dan pembayaran hutang (DPO).
2) Kenaikan dan penurunan rasio profitabilitas ekonomi (ROI) dan profitabilitas modal sendiri (ROE) yang terjadi pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia dari tiap periode dipengaruhi laba setelah pajak, total aktiva, dan modal sendiri.
3) Periode dengan jangka waktu Siklus Konversi Kas (CCC) yang lebih pendek tampaknya akan menuai keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan periode dengan jangka waktu CCC yang lebih panjang. Walaupun pada periode 2005 – 2009 jangka waktu CCC pada tahun 2006 mengalami pertambahan dan profitabilitasnya pun ikut bertambah. Hal tersebut karena pengaruh jumlah penjualan, jumlah piutang, jumlah hutang, dan harga pokok
(4)
66
penjualan. Serta berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mengelola penggunaan asset dan modal sendiri.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian analisis Siklus Konversi Kas terhadap profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia, maka sebagai masukan penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1) Perusahaan harus dapat mengurangi periode pengumpulan piutang dengan mempercepat penagihan, mengurangi periode konversi persediaan dengan mempercepat proses produksi dan penjualan barang, serta memperpanjang periode pembayaran hutang dengan cara memperlambat pembayaran hutang perusahaan. Agar jangka waktu Siklus Konversi Kas (CCC) lebih cepat. 2) Sebaiknya perusahaan dapat terus meningkatkan laba bersih untuk
meningkatkan profitabilitasnya. Karena apabila laba bersih mengalami penurunan, maka profitabilitas pun akan mengalami penurunan. Begitu pula pada total aktiva dan modal sendiri harus tetap stabil atau lebih ditingkatkan lagi, supaya laba yang diperoleh perusahaan lebih baik dari tahun ke tahun. 3) Perusahaan diharapkan dapat lebih baik lagi dalam mengatur jangka waktu
penagihan piutang ,penjualan persediaan, dan pembayaran hutang. Selain itu, perusahaan juga harus dapat lebih baik lagi dalam mengelola asset yang dimiliki dan lebih efisien lagi dalam mengelola modal sendiri.
(5)
Brigham, E.F., and Ehrhardt, M.C. 2002. Financial Management, Theory and Practice, (10th ed). New York : Thomson Learning, Inc.
Hanafi, M.M., dan Halim, A. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : PT. BPFE.
Harahap, S.S. 2001. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung : Pustaka
Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan Ketigabelas. Yogyakarta : Liberty.
Narimawati, U., Anggadini, S.D., dan Ismawati, L. 2010. Penulisan Karya Ilmiah : Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi : Genesis.
Praswoto, D., dan Julianti, R. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar- dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.
Rosid, Abdul. Analisa Laporan Laba Rugi. http://pksm.mercubuana.ac.id/new/ elearning/files_modul/99007-8-807732375866.doc. Diakses tanggal 21 Juli 2011.
Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Syarif, M.E., dan Wilujeng, I.P. (2009). Cash Conversion Cycle dan Hubungannya dengan Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Manajemen Modal Kerja. Jurnal Ekonomi Bisnis. Tahun 14/ Nomor 1 : 61 – 69.
Umar, Husein. 2007. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Baru 7. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Uyar, A. 2009. The Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size and Profitability : An Empirical Investigation in Turkey. International Research Journal of Finance and Economics. 24:186 – 193.
(6)