Perhitungan Rasio Profitabilitas Pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia

(1)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang D3

Program Studi Keuangan dan Perbankan

Oleh :

NAMA : Rica Nurhaeni

NIM : 21508035

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

ii

melimpahkan rahmat dan karunia- Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

Kerja praktek ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di program studi keuangan dan perbankan Universitas Komputer Indonesia. Dan laporan kerja praktek ini disusun sebagai pelengkap kerja praktek yang kurang lebih dilaksanakan selama satu bulan.

Dengan selesainya laporan kerja praktek yang berjudul “Perhitungan

Rasio Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia”, tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang benar- benar memberikan masukan- masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia sekaligus Dosen Pembimbing Kerja Praktek.

4. Ibu Elvira Azis, SE., M.T selaku Koordinator Kerja Praktek.


(3)

iii kerja praktek.

7. Seluruh dosen dan staf Universitas Komputer Indonesia, yang memberikan petunjuk maupun arahan kepada seluruh mahasiswa.

8. Kepada Ibu dan Ayah tercinta serta keluarga yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan baik materil maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek.

9. Rekan- rekan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia angkatan 2008, yang juga memberikan masukan- masukan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.

Kesempurnaan hanyalah firman- Nya, sedangkan ketidaksempurnaan ada pada makhluk- Nya. Begitu pula laporan kerja praktek ini yang sarat akan kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna melengkapi ketidaksempurnaan laporan kerja praktek ini.

Akhir kata penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak.

Bandung, November 2010 Penulis


(4)

1

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Dalam kehidupan sehari- hari kita sering melakukan penilaian terhadap sesuatu dengan menggunakan berbagai metode atau standardisasi. Begitu juga untuk penilaian suatu perusahaan, kita dapat melakukan penilaian dengan berbagai metode, salah satu metode yang dikenal adalah analisis rasio (financial ratio).

Analisis ini sudah melibatkan pemasok modal, jadi analisis dilakukan dipandang dari luar perusahaan. Namun, pandangan manajemen dari dalam perusahaan juga menggunakan analisis rasio keuangan untuk menyiapkan dengan baik modal yang akan digunakan dalam kaitannya dengan kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Dari sudut pengendalian internal, manajemen juga ingin melakuakan analisis keuangan dalam rangka merencanakan dan mengendalikan keuangan secara efektif. Dengan cara perhitungan rasio akan didapatkan suatu perbandingan yang mungkin membuktikan suatu yang lebih berguna daripada hanya melihat jumlahnya.

Dari segi manajemen keuangan, perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang baik atau tidak dapat diukur dengan :

1. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban (utang) yang akan jatuh tempo (liquidity).


(5)

perbandingan antara utang dan modal (leverage).

3. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profitability). 4. Kemampuan perusahaan untuk berkembang (growth).

5. Kemampuan perusahaan untuk mengelola aset secara maksimal (activity). Dalam sebuah perusahaan, maksimasi laba seringkali merupakan tujuan yang tepat untuk dicapai. Bagaimana pun dengan tujuan itu seorang manajer secara kontinyu memperlihatkan kenaikan laba.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan kerja praktek dan menuangkannya dalam laporan kerja praktek dengan judul

“Perhitungan Rasio Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia”.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan penulis melaksanakan kerja praktek pada Departemen Umum dan Akuntansi Unit Usaha Direktorat Aircraft Integration di PT. Dirgantara Indonesia, antara lain :

1. Untuk mengetahui perhitungan nilai rasio profitabilitas Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.

2. Untuk mengetahui urutan proses akuntansi yang terjadi di Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.

3. Untuk mengetahui hal – hal yang menjadi hambatan dalam perhitungan rasio profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.


(6)

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Kerja Praktek bukan hanya dilakukan sebagai kewajiban bagi mahasiswa untuk memenuhi kewajiban sebagai salah satu syarat kelulusan. Tetapi memiliki kegunaan juga bagi berbagai pihak, yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat mengetahui, mendalami, dan menerapkan ilmu yang diterima dibangku kuliah terhadap aplikasi dunia kerja.

b. Mampu mengenal dan beradaptasi di dunia kerja yang sesungguhnya dimana akan ditempuh setelah menyelesaikan pendidikan.

c. Mendapatkan ilmu tambahan dan pengalaman selama kerja praktek yang tidak didapatkan selama perkuliahan.

d. Dapat mengembangkan diri dan meningkatkan keterampilan pada bidangnya.

e. Meningkatkan kemampuan mahasiswa akan pentingnya profesionalisme dalam dunia kerja.

f. Menjadikan kepribadian yang disiplin, mandiri dan bertanggung jawab terhadap kewajibannya dalam menyelesaikan tugas.

2. Bagi Universitas

a. Terjalinnya hubungan kerjasama antara universitas dengan perusahaan tempat kerja praktek.

b. Sebagai bahan evaluasi universitas dibidang akademik untuk perbaikan kurikulum kedepannya.


(7)

di bangku kuliah dengan kondisi nyata dunia kerja. 3. Bagi Perusahaan

a. Terjalinnya kerjasama antara perusahaan dengan dunia pendidikan. b. Dapat membantu perusahaan dalam menyiapkan sumber daya manusia

yang potensial.

c. Tidak menutup kemungkinan adanya saran yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan sistem yang sudah ada, dari mahasiswa pelaksana kerja praktek.

4. Bagi pihak lain pada umumnya

a. Dapat menambah wawasan mengenai suatu perusahaan dari hasil kerja praktek yang ditulis dalam laporan kerja praktek.

b. Dapat mengetahui hambatan dalam perhitungan keuangan yang terjadi pada perusahaan.

1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Pelaksanaan kerja praktek dilakukan di Unit Usaha Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia Jalan Pajajaran No. 154 Bandung. Waktu pelaksanaan kerja praktek dimulai pada tanggal 5 Juli 2010 sampai dengan tanggal 5 Agustus 2010.


(8)

5

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Melalui PP No. 12 tanggal 5 April 1976 pemerintah memberikan kepercayaan kepada Prof. Dr. Ing. BJ Habibie untuk menghimpun segala potensi dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia pada waktu itu guna mengelola dan mengembangkan industri pesawat terbang di Indonesia, dengan dasar PP itulah maka lahirlah PT. IPTN.

Pada tanggal 23 Agustus 1976 didasari kebutuhan untuk melayani sendiri sarana transportasi udara yang mampu menghubungkan pulau yang satu dengan pulau yang lain, karena Indonesia terbentuk atas pulau- pulau yang membentuk negara Indonesia dan untuk menguasai teknologi.

Pada tahun 1979 PT. IPTN sudah beranjak memasuki tahap dua yaitu

“Integrasi Teknologi”. Tahap ini merupakan penggabungan kemampuan

rancangan dan produksi antara PT. IPTN dengan mitra kerja dari CASA Spanyol. Melengkapi pesatnya industri pesawat terbang, PT. IPTN mendirikan divisi sistem persenjataan.

PT. IPTN dan Boeing Company menandatangani kerjasama teknik yang dibukukan pada tahun1982. Melalui landasan ini landasan baru telah dibuat untuk menempatkan PT. IPTN sebagai salah satu mitra kerja Boeing. Hal ini dibuktikan


(9)

ketika pada tahun 1987 PT. IPTN mulai memproduksi sebagian komponen pesawat Boeing 737, 747, 757, 787, dan Boeing 777.

Secara bertahap dan berkesinambungan suatu pusat perawatan mesin yakni

Universal Maintenance Centre (UMC) didirikan pada tahun 1983. Pendirian dan pengembangan UMC ini adalah dalam rangka melengkapi suatu agenda “Alih

Teknologi”. Unit ini juga berfungsi merawat, memperbaiki mesin- mesin pesawat

terbang dan helikopter maupun mesin- mesin turbin gas untuk industry dan untuk keperluan maritime.

Pada usianya yang ke- 10, pemerintah republik Indonesia menyelenggarakan Indonesia Air Show (IAS) I, yakni pada tahun 1986. Pameran kedirgantaraan ini menarik perhatian masyarakat luas baik dari dalam maupun dari luar negeri. Peristiwa ini adalah pertanggungjawaban pemerintah khususnya PT. IPTN terhadap rakyat tentang apa yang telah dicapai selama 10 tahun pertama.

Pada tahun 1987 PT. IPTN mulai memproduksi sebagian komponen pesawat Boeing 737 dan 767. Kerjasama imbal produksi (off-set) dicapai dengan General Dynamic untuk membuat komponen pesawat F-16 sehubungan dengan pembelian pesawat tempur tersebut oleh pemerintah RI.

Dalam rangka meningkatkan peluang- peluang alih teknologi serta bisnis, PT. IPTN bersama dengan New Media Development Organization, Jepang mendirikan perusahaan patungan yang diberi nama Nusantara Sistem Internasional (NSI). Perusahaan yang bergerak dalam perangkat lunak computer


(10)

ini didirikan pada tahun 1988 dan langsung beroperasi.

Untuk lebih memperluas produk- produk dan jasa yang dihasilkan khususnya di wilayah benua Amerika, sejak tahun 1922 yang lalu PT. IPTN memiliki branch office yang berkedudukan di Seattle Amerika Serikat dan diberi nama IPTN-NA (IPTN North America). Itu semua sekaligus sebagai dasar unruk melangkah lebih lanjut.

Memasuki dasawarsa kedua, PT. IPTN tidak hanya memelihara dan meningkatkan penguasaan teknologi yakni mengembangkan teknologi dirgantara sendiri untuk menghasilkan produk yang sama sekali baru.

Sejak tahun 1989, PT. IPTN mulai merancang bangun pesawat N-250. Ini ditandai dengan peluncurannya pada tanggal 10 November 1994 yang bertepatan dengan hari Pahlawan, dan beberapa bulan kemudian tepatnya pada tanggal 10 Agustus 1995, N-250 Gatotkaca diterbangkan untuk pertama kalinya. Peristiwa ini selain dipersembahkan untuk hadiah ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke- 50, dan tanggal tersebut dikukuhkan sebagai hari Kebangkitan Teknologi Nasional.

Sebagai pertanggungjawaban kepada rakyat, pada bulan Juni 1996 pemerintah kembali menyelenggarakan Indonesia Air Show (IAS) II. Pada kesempatan ini N-250 tampil sebagai primadona dan menunjukkan kebolehannya selama pameran berlangsung. Memasuki dasawarsa ketiga, PT. IPTN siap untuk merealisasi era jetsasi, yaitu dengan dirancangnya pesawat N2130. Pesawat ini dilengkapi dengan dua buah mesin jet dan akan mengangkut penumpang antara


(11)

100-130 orang.

Pada awal abad mendatang pesawat ini akan siap diluncurkan dan melakukan penerbangan perdananya. Dibidang pemasaran langkah PT. IPTN semakin progresif menembus pasaran internasional. Hal ini ditandai dengan dibukanya AMRAI dan EURAI.

Ketika tahun 1997 krisis ekonomi dan moneter melanda kawasan Asia Tenggara dan Indonesia yang berdampak pada berkurangnya potensi pasar PT. IPTN. Terkait dengan itu, sejak Oktober 1998 industri ini mempersiapkan paradigma baru.

Program restrukturisasi perusahaan yang mencakup : reorientasi bisnis, penataan ulang postur SDM, serta restrukturisasi permodalan dan keuangan digulirkan. Melalui restrukturisasi ini postur karayawan menyusut dari 15.000 menjadi 10.000 orang. Puncaknya adalah perubahan nama PT. IPTN menjadi PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI), yang dilanjutkan dengan pengukuhan direksi baru. Nama baru diharapkan melahirkan citra baru yang lebih baik.

Orientasi PT. DI 70% pada bisnis inti pesawat terbang, sementara 30% nya pada bisnis plasma. Dengan paradigma baru ini PT. DI melahirkan 6 profil center, dan 7 strategic bisnis unit, serta 5 usaha pendukung. PT. Dirgantara Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) sejak tahun 1997. Dan merupakan perusahaan satu – satunya di Indonesia yang menangani masalah pembuatan pesawat terbang.


(12)

2.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam sebuah organisasi, karena berperan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pengertian struktur organisasi menurut Handoko adalah organisasi dengan segala aktifitasnya, terdapat hubungan di antara orang-orang yang menjalankan aktivitas tersebut. Makin banyak kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi, makin kompleks pula hubungan-hubungan yang ada. Untuk itu perlu dibuat suatu bagan yang menggambarkan tentang hubungan tersebut termasuk hubungan antara masing-masing kegiatan atau fungsi. Bagan yang dimaksud dinamakan bagan organisasi atau struktur organisasi.

Untuk keterangan lebih jelas, maka struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :


(13)

DEPARTEMEN PROD FIXEDWING DEPARTEMEN PROD.SUPPORT DEPARTEMEN PROD. HELIKOPTER DEPARTEMEN PROD. CONTROL DIVISI OPS. AIRCRAFT

DEPARTEMEN PROD.ENGINEERING DEPARTEMEN CUSTOMER SUPPORT DEPARTEMEN TECHNICAL SUPORT DEPARTEMEN PLANN DAN INVENTORY DEPARTEMEN PROC. DAN RECEIVING DIVISI LOGISTIK DAN

DUK.PELANGGAN

DEPARTEMEN DUKUNGAN USAHA DEPARTEMEN PEMASARAN DIVISI PEMASARAN DAN

PENJUALAN DEPARTEMEN PENJUALAN PRODUK MILITER DEPARTEMEN PENJUALAN DIRECTORAT AIRCRAFT INTEGRATION DEPARTEMEN JAMINAN MUTU DEPARTEMEN REKAYASA DEPARTEMEN UR.UMUM DAN AKUTANSI

Sumber : PT. Dirgantara Indonesia

Gambar 2.1

Sturktur Organisasi Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia


(14)

2.3 Deskripsi Jabatan

Bidang Financial Accounting

a. Tugas Pokok :

Memelihara akurasi data general ledger dan subsidiary ledger untuk seluruh akun- akun financial aaccounting dalam laporan keuangan yang ada di Direktorat Aircraft Integration dan membuat lampiran pendukungnya secara lengkap, serta melakukan konfirmasi atas hutang/ piutang dengan pihak terkait dan dengan korporasi untuk keperluan kompilasi laporan keuangan induk/ konsolidasi.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab :

1. Menganalisis dan melakukan pengawasan dari setiap transaksi keuangan, untuk menyajikan laporan keuangan berupa neraca, laba/rugi, beserta penjelasannya.

2. Melaksanakan rekonsliasi dan validasi atas seluruh data pendukung laporan keuangan dengan pihak terkait.

3. Melakukan konfirmasi atas akun- akun keuangan dengan pihak intern maupun ekstern perusahaan.

4. Menjamin pelaksanaan TQI (Total Quality Improvement) dan K3LH untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja accounting. c. Hubungan Organisasi

1. Kedudukan


(15)

akuntansi.

b) Membawahi posisi jabatan/ pekerjaan :

- General ledger financial accounting, posting/ jurnal

- Subsidiary ledger financial accounting

- Rekonsiliasi, konfirmasi 2. Di Dalam Perusahaan

Berkoordinasi baik di lingkungan Direktorat Aircraft Integration dan korporat dalam hal koordinasi, rekonsiliasi, validitas, konfirmasi terhadap data- data pendukung pembuat laporan keuangan.

3. Dengan Instansi/ Lembaga/ Perusahaan di Luar PT DI Auditor dan Lembaga Perpajakan

Bidang Cost Accounting

a. Tugas Pokok :

Menganalisis, mengevaluasi akurasi data general ledger dan subsidiary ledger untuk seluruh akun- akun Cost Accounting dalam laporan keuangan yang ada di Direktorat Aircraft Integration. Serta mengevaluasi transaksi terhadap akun- akun inventory, properti, dan kalkulasi harga pokok produksi secara tepat dan akurat dalam mendukung penyajian laporan keuangan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab :

1. Menganalisis dan melakukan pengawasan setiap akun- akun properti, inventory, dan kalkulasi biaya produksi untuk mendukung laporan keuangan beserta penjelasannya.


(16)

2. Melakukan koordinasi dan konfirmasi atas data- data properti dan inventory dengan pihak terkait dalam rangka menentukan status kekayaan/ asset.

3. Melakukan monitoring dan jurnal/ posting transaksi Cost Accounting di Direktorat Aircraft Integration.

4. Melakukan koordinasi dengan koporasi dan unit lain dalam ragka mendukung korporasi melakukan konpilasi jurnal transaksi ke general ledger dan subsidiary ledger.

5. Mengajukan adjustment yang diperlukan dalam kesalahan posting pada saat jurnal di Direktorat Aircraft Iintegration.

6. Membuat rekapitulasi data subsidiary ledger sebagai lampiran neraca dan laba/ rugi Direktorat Aircraft Integration.

7. Menjamin pelaksanaan TQI (Total Quality Improvement) dan K3LH untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas accounting.

c. Hubungan Organisasi 1. Kedudukan

a) Bertanggung jawab langsung kepada manajer urusan umum dan akuntansi.

b) Membawahi posisi jabatan/ pekerjaan :

- General ledger, posting/ jurnal cost accounting

- Subsidiary ledger cost accounting


(17)

2. Di Dalam Perusahaan

Melakukan koordinasi dengan fungsi terkait baik di dalam Direktorat Aircraft Integration dan direktorat lainnya maupun dengan korporasi dalam pelaporan keuangan perusahaan.

3. Dengan Instansi/ Lembaga/ Perusahaan di Luar PT DI

a) Auditor, dalam hal audit laporan keuangan khusus terhadap akun- akun cost accounting Direktorat Aircraft Integration.

b) Institusi lain, dalam hal inventarisasi dan rekonsiliasi data pendukung laporan keuangan.

2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan

Disamping membuat pesawat terbang, PT. Dirgantara Indonesia juga membuat komponen- komponen yang masih berhubungan dengan pesawat terbang.

Mengenai kegiatan- kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan, PT. Dirgantara Indonesia terbagi kedalam beberapa satuan usaha, yaitu :

1. Aircraft

Memproduksi beragam pesawat untuk memenuhi berbagai misi sipil, militer, dan juga misi khusus.

NC–212

Pesawat berkapasitas 19 – 24 penumpang, dengan beragam versi, dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek serta mampu beroperasi pada


(18)

landasan rumput/ tanah/ dll (unpaved runway).

CN–235

Pesawat angkut komuter serba guna dengan kapasitas 35 – 40 penumpang, dapat digunakan dalam berbagai misi, dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek dan mampu beroperasi pada landasan rumput/ tanah/ es/ dll (anpaved runway).

NBO–105

Helikopter multiguna ini mampu membawa 4 penumpang, sangat baik untuk berbagai macam misi, mempunyai kemampuan hovering dan manuver dalam situasi penerbangan apapun.

SUPER PUMA NAS–332

Helikopter modern in mampu membawa 17 penumpang, dilengkapi dengan aplikasi multi misi yang aman dan nyaman.

NBELL–412

Helikopter yang mampu membawa 13 penumpang, memiliki prioritas rancangan yang rendah resiko, keamanan yang tinggi, biaya perawatan, dan operasional yang rendah.

2. Aerostucture

Didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam manufaktur pesawat, dilengkapi pula dengan


(19)

fasilitas manufaktur dengan ketepatan tinggi (high precision), seperti : mesin- mesin canggih, bengkel sheet metal dan welding/ pengelasan, composite, dan bonding center, jig and tool shop, calibration, testing equipment and quality insoection (paralatan tes dan uji kualitas), pemeliharaan, dsb. Bisnis Satuan Usaha Aerostructure meliputi :

a) Pembuatan komponen aerostucture (machined parts, sub assembly, assembly).

b) Pengembangan rekayasa (engineering package), pengembangan komponen aerostucture yang baru.

c) Perancangan dan pembuatan alat- alat (tooling design and manufacturing).

Memberikan program- program kontrak tambahan (subcontract programs) dan offset, untuk Boeing, Airbus Industries, BAe System, Korean Airlines Aerospace Division, Mitsubishi Heavy Industries, AC CTRM Malaysia.

3. Aircraft Services

Dengan keahlian bertahun- tahun, Unit Usaha Aircraft Services menyediakan pemeliharaan pesawat dan helikopter berbagai jenis, yang meliputi : penyediaan suku cadang, pembaharuan dan modifikasi struktur pesawat, pembaharuan interior, maintenance, dan overhaul.


(20)

4. Engineering Services

Dilengkapi dengan peralatan perancangan dan analisis yang canggih, fasilitas uji berteknologi tinggi, serta tenaga ahli yang berlisensi dan berpengalaman Standar Internasional, Satuan Usaha Engineering Services siap memenuhi kebutuhan produk dan jasa bidang engineering.

5. Defence

Bisnis utama Satuan Usaha Defence, terdiri dari : produk- produk militer, perawatan, perbaikan, pengujian, dan kalibrasi, baik secara mekanik maupun elektrik dengan tingkat akurasi yang tinggi, integrasi alat- alat perang, produksi beragam sistem senjata, antara lain : FFAR 2,75” rocket, SUT Torpedo, dll.

Dalam perjalanannya, PT. Dirgantara Indonesia juga melakukan beberapa kerjasama internasional, seperti :

PTDI <> CASA/ Spanyol : NC-212, CN-235 PTDI <> Eurocopter/ Jerman : NBO-105

PTDI <> BHT/ Amerika : NBELL-412 PTDI <> Eurocopter/ Perancis : NAS-332

PTDI <> FZ/ Belgia : FFAR 2,75” rocket PTDI <> AEG Telefunken/ Jerman : SUT Torpedo


(21)

PTDI <> GE/ Amerika : UMC, Engine Overhaul CT7 PTDI <> Garret/ Amerika : Engine Overhaul TPE331

PTDI <> Turbomeca/ Perancis : Engine Overhaul Turmo IVC Makila 1A PTDI <> Pratt & Whitney/ Kanada : Engine Overhaul PT6

PTDI <> Roll Royce/ Inggris : Engine Overhaul Dart PTDI <> MHB/ Perancis : L/G CN-235 Overhaul PTDI <> Collins/ Amerika : Avionics Shop

PTDI <> Bae System/ Inggris : IOFLE

PTDI <> AC CTRM Malaysia : Metalic Parts of A380 FLELP Component PTDI <> Korean Air Aerospace : B777 Stringer Chord Component


(22)

19 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

PT. Dirgantara Indonesia memiliki lima satuan usaha, yaitu Aircraft, Aerostructure, Aircraft Services, Engineering Services, dan Defence. Berdasarkan bidang kajian yang diperlukan pada surat permohonan kuliah kerja praktek, penulis ditempatkan di Direktorat Aircraft Integration pada Departemen Umum dan Akuntansi. Dari kesesuaian bidang kajian yang diperlukan dan penempatan kerja praktek, maka penulis menyusun laporan kerja praktek dengan judul

“Perhitungan Rasio Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia”.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Pelaksanaan kerja praktek dilakukan di Direktorat Aircraft integration PT. Dirgantara Indonesia bidang Cost Accounting. Selama kerja praktek penulis melaksanakan kegiatan dan tugas sebagai berikut :

1. Membantu menginput data dari sistem produksi yang ada ke sistem keuangan.

2. Melakukan pengarsipan dokumen- dokumen fisik berdasarkan per nomor bukti, per bulan, dan per tahun.

3. Membantu mengambil data dari suatu sistem yang disebut dengan sistem ERP.


(23)

laporan keuangan.

3.3 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Perhitungan Rasio Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia

Rasio keuntungan atau profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

Efektivitas manajemen tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal.

Untuk mengukur efisiensi aktivitas dan kemampuannya dalam memperoleh keuntungan, Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia menganalisis melalui perhitungan rasio profitabilitas.

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil- hasil produksi.

Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia menggunakan perhitungan rasio profitabilitas yang lazim digunakan. Berikut ini perhitungan rasio profitabilitas yang digunakan, yaitu :

1. Gross Profit Margin


(24)

kotor yang diperoleh dari penjualan produk pada Direktorat Aircraft Integration.

Gross Profit Margin = Laba kotor Penjualan 2. Profit Margin On Sales

Profit Margin On sales atau margin laba atas penjualan dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan.

Profit Margin On Sales =

Laba bersih Penjualan

Perhitungan ini digunakan untuk menunjukkan laba per nilai penjualan.

3. BEP (Basic Earning Power)

Basic Earning Power atau kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva.

BEP =

EBIT Total aktiva

BEP menunjukkan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dari aktiva- aktiva perusahaan sebelum ada pengaruh dari pajak. Angka ini bermanfaat dalam membandingkan perusahaan, terutama Direktorat Aircraft Integration dengan berbagai situasi pajak dan tingkat keuangan yang berbeda- beda.

4. Cash Flow Margin


(25)

terhadap penjualannya. Cash Flow Margin digunakan untuk mengukur kemampuan Direktorat Aircraft Integration dalam mengubah penjualan menjadi aliran kas.

Cash Flow Margin = Arus kas hasil operasi Penjualan Bersih 5. ROA (Return On Asset)

Return On Asset atau tingkat pengembalian total aktiva yang merupakan persentase perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva, yaitu mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah bunga dan pajak.

Return On Asset = Laba bersih Total aktiva

Terkadang tingkat pengembalian total aktiva pada Direktorat Aircraft Integration, rendah. Tingkat pengembalian yang rendah merupakan akibat dari biaya bunga yang tinggi dikarenakan oleh penggunaan utang yang di atas rata- rata, dimana telah menyebabkan laba bersihnya relatif rendah.

6. ROE (Return On Equity)

Return On Equity = Laba bersih Ekuitas

Pada akhirnya, ROE atau tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada merupakan rasio akuntansi yang paling penting. Karena merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani.


(26)

Di bawah ini contoh perhitungan rasio profitabilitas, yaitu perhitungan rasio profitabilitas tahun 2009.

Tabel 3.1

Data Terhitung untuk Profitabilitas Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia

(dalam jutaan rupiah)

NO KETERANGAN 2009

1. Laba Kotor 1.785 2. Penjualan 192.985 3. Laba Bersih 55.480 4. Laba Usaha (EBIT) 35.691 5. Total Aktiva 767.903 6. Ekuitas 178.882 7. Arus Kas Hasil Operasi (0,4)

Sumber : Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia

1. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin = Laba Kotor x 100% Penjualan

Gross Profit Margin = 1.785 x 100% 192.985

= 0,92%

Dari penjualan sebesar Rp 1 Direktorat Aircraft Integration memperoleh laba kotor sebesar Rp 0,0092.


(27)

2. Profit Margin On Sales

Profit Margin On Sales = Laba Bersih x 100% Penjualan

Profit Margin On Sales = 55.480 x 100% 192.985

= 28,75%

Dari penjualan sebesar Rp 1 Direktorat Aircraft Integration memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,287.

3. BEP (Basic Earning Power)

BEP = EBIT x 100% Total Aktiva

BEP = 35.691 x 100% 767.903

= 4,65%

Tingkat keuntungan yang diperoleh sebelum pajak 4,65% dari aktiva yang digunakan.

4. Cash Flow Margin

Cash Flow Margin = Arus Kas Hasil Operasi x 100% Penjualan Bersih


(28)

Cash Flow Margin = (0,4) x 100% 192.985

= (0,0002)%

Mengubah penjualan menjadi aliran kas untuk aktivitas produksi sebesar 0,0002%.

5. ROA (Return On Asset)

ROA = Laba Bersih x 100% Total Aktiva

ROA = 55.480 x 100% 767.903

= 7,22%

Perusahaan mampu meghasilkan tingkat keuntungan (ROA) sebesar 7,22% dari aktiva yang digunakan.

6. ROE (Return On Equity)

ROE= Laba Bersih x 100% Ekuitas

ROE = 55.480 x 100% 178.882

= 31,01%


(29)

menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,3 atau 31,01%.

3.3.2 Urutan Proses Akuntansi Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia

Sebelum melakukan perhitungan rasio profitabilitas terjadi proses akuntansi. Berikut ini adalah urutan proses akuntansi yang terjadi di Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Transaksi

Fakta atau peristiwa yang terjadi dengan adanya interaksi bisnis dengan pihak lain.

2. Data/ Informasi

Proses pengolahan transaksi menjadi data atau informasi dengan menggunakan teori, metode, dan konsep akuntansi yang lazim.

3. Siklus Akuntansi

Pengolahan data atau informasi menjadi informasi akuntansi dengan menggunakan standar- standar akuntansi.

4. Informasi Akuntansi

Penyajian informasi akuntansi sesuai kebutuhan manajemen atau sesuai standar akuntansi ketentuan pemerintah.

Proses- proses akuntansi tersebut telah diatur oleh sistem informasi yang ada di Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.

3.3.3 Hambatan dalam Perhitungan Rasio Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia


(30)

sistem informasi. Namun walaupun sudah menggunakan sistem dalam proses akuntansi, memungkinkan terjadinya kesalahan dalam sistem tersebut yaitu kesalahan pada pengguna. Kesalahan tersebut adalah salah satu faktor yang dapat menghambat perhitungan rasio profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.

Selain itu, terdapat keterbatasan dalam analisis rasio. Meskipun analisis rasio dapat memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan kondisi keuangan perusahaan, analisis ini masih memiliki berbagai keterbatasan yang menuntut kehati- hatian dan pertimbangan. Beberapa potensi masalah yang dapat terjadi di Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia adalah :

1. Perusahaan besar seperti PT. Dirgantara Indonesia mengoperasikan beberapa divisi atau satuan usaha dalam industri yang berbeda- beda, hal ini akan sulit untuk menghubungkan sekumpulan angka rata- rata industri yang bermakna.

2. Perusahaan ingin mendapat rasio yang lebih tinggi daripada rata- rata industri. Seperti misalnya Profit Margin On Sales rata- rata industri sebesar 15%, BEP rata- rata industri sebesar 17,2%, ROA rata- rata industri sebesar 9%, ROE rata- rata industri 15%. Sehingga, hanya mencapai kinerja rata- rata saja.

Dan hal- hal yang menjadi potensi masalah tersebut tidak menyebabkan hambatan yang berarti pada analisis rasio profitabilitas


(31)

Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia. Karena Direktorat Aircraft Integration merupakan bagian dari satuan usaha perusahaan.


(32)

29 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kerja praktek pada Bab III, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perhitungan rasio profitabilitas yang digunakan pada Direktorat Aircraft Integration adalah Gross Profit Margin, Profit margin On Sales atau margin laba atas penjualan, BEP (Basic Earning Power) atau kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, Cash Flow Margin atau persentase aliran kas dari hasil operasi terhadap penjualannya, ROA (Return On Asset) atau tingkat pengembalian total aktiva, dan ROE (Return On Equity) atau tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada.

2. Terjadi proses akuntansi yang diatur suatu sistem informasi sebelum melakukan perhitungan rasio profitabilitas, yaitu transaksi, proses pengolahan transaksi menjadi data, data menjadi informasi,dan penyajian sesuai kebutuhan manajemen.

3. Dalam perhitungan rasio profitabilitas terdapat suatu faktor yang dapat menghambat, yaitu kesalahan pengguna dalam menggunakan sistem informasi pada proses akuntansi. Selain itu terdapat potensi masalah yaitu, sulitnya menghubungkan sekumpulan angka rata- rata industri yang bermakna dan perusahaan yang hanya mencapai kinerja rata- rata karena keinginan mendapat rasio yang lebih tinggi daripada rata- rata industri.


(33)

4.2 Saran

Berdasarkan pelaksanaan kerja praktek, maka sebagai masukan penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pihak perusahaan diharapkan dapat lebih berhati- hati dalam menghitung rasio profitabilitas perusahaan.

2. Perusahaan dapat lebih meningkatkan lagi kualitas pengaturan sistem yang mengatur proses akuntansi agar penyajian informasi sesuai kebutuhan manajemen.

3. Perusahaan diharapkan lebih teliti lagi dalam menganalisis agar lebih baik lagi mengatur dan mengelola asset yang dimilliki dan lebih efisien dalam mengelola modal.


(34)

Nama : Rica Nurhaeni

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung/ 01 Februari 1990 Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Status : Mahasiswa

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Jl. Cijerah Gg. Pelita No. 18 RT 06 RW 02 Bandung 40213

No. Telepon : 081321118096

II. Pendidikan Formal

1. Tamatan SD Negeri Tunas Harapan II Tahun 2002 2. Tamatan SMP Negeri 25 Bandung Tahun 2005 3. Tamatan SMA Negeri 4 Bandung Tahun 2008

4. Terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Keuangan dan Perbankan UNIKOM Tahun 2008 – sekarang


(1)

26

menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,3 atau 31,01%.

3.3.2 Urutan Proses Akuntansi Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia

Sebelum melakukan perhitungan rasio profitabilitas terjadi proses akuntansi. Berikut ini adalah urutan proses akuntansi yang terjadi di Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Transaksi

Fakta atau peristiwa yang terjadi dengan adanya interaksi bisnis dengan pihak lain.

2. Data/ Informasi

Proses pengolahan transaksi menjadi data atau informasi dengan menggunakan teori, metode, dan konsep akuntansi yang lazim.

3. Siklus Akuntansi

Pengolahan data atau informasi menjadi informasi akuntansi dengan menggunakan standar- standar akuntansi.

4. Informasi Akuntansi

Penyajian informasi akuntansi sesuai kebutuhan manajemen atau sesuai standar akuntansi ketentuan pemerintah.

Proses- proses akuntansi tersebut telah diatur oleh sistem informasi yang ada di Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.

3.3.3 Hambatan dalam Perhitungan Rasio Profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia


(2)

sistem informasi. Namun walaupun sudah menggunakan sistem dalam proses akuntansi, memungkinkan terjadinya kesalahan dalam sistem tersebut yaitu kesalahan pada pengguna. Kesalahan tersebut adalah salah satu faktor yang dapat menghambat perhitungan rasio profitabilitas pada Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia.

Selain itu, terdapat keterbatasan dalam analisis rasio. Meskipun analisis rasio dapat memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan kondisi keuangan perusahaan, analisis ini masih memiliki berbagai keterbatasan yang menuntut kehati- hatian dan pertimbangan. Beberapa potensi masalah yang dapat terjadi di Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia adalah :

1. Perusahaan besar seperti PT. Dirgantara Indonesia mengoperasikan beberapa divisi atau satuan usaha dalam industri yang berbeda- beda, hal ini akan sulit untuk menghubungkan sekumpulan angka rata- rata industri yang bermakna.

2. Perusahaan ingin mendapat rasio yang lebih tinggi daripada rata- rata industri. Seperti misalnya Profit Margin On Sales rata- rata industri sebesar 15%, BEP rata- rata industri sebesar 17,2%, ROA rata- rata industri sebesar 9%, ROE rata- rata industri 15%. Sehingga, hanya mencapai kinerja rata- rata saja.

Dan hal- hal yang menjadi potensi masalah tersebut tidak menyebabkan hambatan yang berarti pada analisis rasio profitabilitas


(3)

28

Direktorat Aircraft Integration PT. Dirgantara Indonesia. Karena Direktorat Aircraft Integration merupakan bagian dari satuan usaha perusahaan.


(4)

29

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kerja praktek pada Bab III, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perhitungan rasio profitabilitas yang digunakan pada Direktorat Aircraft Integration adalah Gross Profit Margin, Profit margin On Sales atau margin laba atas penjualan, BEP (Basic Earning Power) atau kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, Cash Flow Margin atau persentase aliran kas dari hasil operasi terhadap penjualannya, ROA (Return On Asset) atau tingkat pengembalian total aktiva, dan ROE (Return On Equity) atau tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada.

2. Terjadi proses akuntansi yang diatur suatu sistem informasi sebelum melakukan perhitungan rasio profitabilitas, yaitu transaksi, proses pengolahan transaksi menjadi data, data menjadi informasi,dan penyajian sesuai kebutuhan manajemen.

3. Dalam perhitungan rasio profitabilitas terdapat suatu faktor yang dapat menghambat, yaitu kesalahan pengguna dalam menggunakan sistem informasi pada proses akuntansi. Selain itu terdapat potensi masalah yaitu, sulitnya menghubungkan sekumpulan angka rata- rata industri yang bermakna dan perusahaan yang hanya mencapai kinerja rata- rata karena keinginan mendapat rasio yang lebih tinggi daripada rata- rata industri.


(5)

30

4.2 Saran

Berdasarkan pelaksanaan kerja praktek, maka sebagai masukan penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pihak perusahaan diharapkan dapat lebih berhati- hati dalam menghitung rasio profitabilitas perusahaan.

2. Perusahaan dapat lebih meningkatkan lagi kualitas pengaturan sistem yang mengatur proses akuntansi agar penyajian informasi sesuai kebutuhan manajemen.

3. Perusahaan diharapkan lebih teliti lagi dalam menganalisis agar lebih baik lagi mengatur dan mengelola asset yang dimilliki dan lebih efisien dalam mengelola modal.


(6)

Nama : Rica Nurhaeni

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung/ 01 Februari 1990

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswa

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Jl. Cijerah Gg. Pelita No. 18 RT 06 RW 02 Bandung 40213

No. Telepon : 081321118096

II. Pendidikan Formal

1. Tamatan SD Negeri Tunas Harapan II Tahun 2002 2. Tamatan SMP Negeri 25 Bandung Tahun 2005 3. Tamatan SMA Negeri 4 Bandung Tahun 2008

4. Terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Keuangan dan Perbankan UNIKOM Tahun 2008 – sekarang