Pencucukan Drawing In, Reaching

418 Gambar 7.93 Peralatan Penggulungan Benang Keterangan : M . Motor 12 . Puli 3.4 . Roda gigi bebas 5.6 . Roda gigi biasa 7.8 . Roda gigi bebas 9 . Rol Penggulung delivery roller 10-13 . Roda gigi bebas 14-15 . Cakra puli 16-17 . Puli 18-19 . Roda gigi bebas 20 . Lalatan lusi M 1 . Motor pengatur putaran lalatan lusi 21-22 . Puli 23-24 . Roda gigi bebas

7.6 Pencucukan Drawing In, Reaching

In Sebelum benang lusi pada bum tenun dapat ditenun, maka diperlukan proses pencucukan. Pada proses pencucukan dipengaruhi oleh anyaman kain yang akan dibuat, alat pembentuk mulut lusi pada mesin tenun dan macam mesin tenun yang akan digunakan. Proses pencucukan meliputi : - memasukan mencucuk benang lusi pada Dropper - memasukan mencucuk benang lusi pada Dropper - memasukan mencucuk benang lusi pada Dropper Bila mesin tenun yang digunakan tidak diperlengkapi peralatan otomatis benang lusi putus, maka pencucukan hanya dilakukan proses pendudukan pada mata gun dan pada sisir tenun. Tetapi bila mesin tenun yang digunakan diperlengkapi dengan peralatan otomatis benang lusi putus maka proses pencucukan yang dilakukan adalah pencucukan pada Di unduh dari : Bukupaket.com 419 Dropper, mata gun gan sisir tenun. Pada perusahaan pertenunan yang memproduksi hanya satubeberapa macam kain tertentu saja, proses pencucukan kadang-kadang tidak dilakukan. Hal ini dilakukan untuk dapat menghemat tenaga kerja serta mempercepat proses pemasangan lusi pada mesin tenun. Proses yang dilakukan ialah dengan menyambung benang lusi baru dengan benang lusi yang masih berada pada mesin tenun. Kelemahan dari cara ini ialah dapat menyebabkan makin bertambahnya lusi-lusi yang akan saling menyilang dibagian belakang mesin tenun. Oleh karena itu sampai sekarang proses pencucukan masih merupakan proses yang perlu dilakukan agar memperoleh mutu kain yang baik. Berdasarkan cara mencucuk, maka proses mencucuk dapat dilakukan dengan :

7.6.1 Mencucuk dengan

tangan Mencucuk dengan tangan merupakan cara pencucukan yang terbaik untuk mempertahankan kwalitas kain yang dihasilkan. Pencucukan dilakukan oleh 2 orang operator dimana seorang bertindak sebagai tukang menyuapkan benang sedang yang seorang sebagai pencucukpenerima benang. Pencucukan pada sisir dilakukan sesudah mencucuk pada dropper dan gun selesai. Peralatan yang diperlukan dalam pencucukan cara ini adalah : - Kerangka tempat bum tenun dan penggantung tempat gun dan dropper. - Kawat pencucuk Dropper dan gun Kawat pencucuk ini ada 2 macam yaitu kawat cucuk ganda dan kawat cucuk tunggal. - Pisau pencucuk Sisir Untuk lebih jelasnya jalan benang pada proses pencucukan adalah sebagai berikut : Di unduh dari : Bukupaket.com 420 Gambar 7.94 Skema Urutan Proses Pencucukan Keterangan gambar : 1. Beam Tenun 2. Benang lusi 3. Frame 4. Penjepit 5. Dropper 6. Gun 7. Sisir 8. Kawat cucuk 9. Pisau cucuk

7.6.2 Mencucuk dengan

Mesin Proses mencucuk dengan mesin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi tenaga operator. Hal ini dilakukan biasanya karena upah buruh yang tinggi. Proses pencucukan dengan mesin dilayani oleh satu operator, sedang mesinnya itu sendiri hanya sebagai pengganti operator penyuap benang, bahkan pada saat pencucukan pada sisir, mesin tersebut tidak berfungsi. Di unduh dari : Bukupaket.com 421

7.6.2.1 Bagian peralatan Mesin Cucuk

Gambar 7.95 Peralatan Pencucukan Keterangan : 1. Rangka Frame 2. Handle penegang 3. Dudukan klem clamp bracket 4. Pemegang Bum Beam Holder 5. Rel Rail 6. Pipa Penggantung hanger pipe 7. Poros Pengantar Guide shaft 8. Kem bawah A Lower clamp A 9. Klem bawah B Loner clamp B 10. Repository racket 11. Dudukan penggantung hanger bracket 12. Klem atas upper clamp 13. Batang T T bar 14. Kain penggaruk carding cloth 15. Squill vice 16. Baut kupu Butterfly bolt 17. Pemegang penggantung hanger holder 18. Poros penggantung hanger shaft 19. Pipa pengantar guide pipe 20. Pipa penyilang leasing pipe A 21. Pipa penyilang leasing pipe B 22. Pemegang pipa penyilang leasing pipe holder 23. Tipping holder 24. Penggantung Dropper dropper hanger 25. Headle hanger Di unduh dari : Bukupaket.com 422 Carriage penyuap benang Peralatan ini berfungsi untuk menyuapkan benang yang akan dicucuk dan bekerja secara otomatis, dilakukan oleh peralatan Selector 1 dan worm magazine 2, lihat gambar 7.97. Gambar 7.96 Carriage Keterangan : 1. Selector 2. Worm magazine 3. Conduction stop feeler 4. Running stop feeler 5. Set screw for No.8 6. Chain cover 7. Running Stop feeler cover 8. Cover 9. Roller 10. Location roller 11. Pinion for feeding 12. Ratchet for feeding 13. Lever for feeding 14. Metal fluq 15. Push Butten Snitch 16. Handle

7.6.2.2 Alat Perlengkapan

Proses Pencucukan 1. Kawat cucuk Drafing hook Kawat cucuk berfungsi untuk mengait dan menarik benang- benang lusi untuk ilewatkan ke lubang droper dan gun. Ada 2 macam kawat cucuk : - kawat cucuk tunggal lihat gambar 7.98 - kawat cucuk ganda lihat gambar 7.99 Di unduh dari : Bukupaket.com 423 Gambar 7.97 Kawat Cucuk Tunggal Gambar 7.98 : Kawat Cucuk Ganda 2. Pisau cucuk Denting Hook Pisau cucuk berfungsi untuk mengait dan menarik benang- benang lusi ke lubang sisir setelah dilewatkan droper dan gun. Penggunaan pisau cucuk tergantung dari kehalusan benang yang dicucuk lihat table7.12. Gambar 7.99 Pisau Cucuk Tabel 7.12 Penggunaan Pisau Cucuk No Nomor Pisau cucuk Untuk benang Nomor 1. 2. 3. 40 30 30 Ne 1 40 Ne 1 30 Ne 1 20 3. Sisir Tenun Reed Pada sisir tenun 2 macam pernyataan yaitu : a. Nomor sisir Reed count : R Nomor sisir menyatakan jumlah kawat sisir yang disusun dalam panjang setiap 2 inch atau Di unduh dari : Bukupaket.com 424 jumlah lubang sisir setiap panjang 2 inch. b. Nomor Kawat Sisir Reed Wire Count : W Nomor kawat sisir menyatakan jumlah kawat sisir yang mungkin disusun berderet dalam jarak 0,5 inch. Bila tebal kawat sisir dinyatakan t inch, maka nomor kawat sisir adalah : W = t 2 1 Ketebalan kawat sisir Reed wire Thickness adalah penting, karena mempunyai pengaruh dalam proses tenun dengan kemungkinan putus benang. c. Hubungan Nomor Sisir R dengan Nomor kawat sisir W Telah kita ketahui bahwa benang-benang lusi dalam proses tenunnya bergeser naik dan turun dalam celah sisir. Kalau celah sisir ini cukup besar, benang lusi longgar dan bebas bergeser didalamnya sehingga kemungkinan putus kurang. Tetapi untuk memperoleh celah yang besar harus dipergunakan kawat yang tipis. Kawat sisir yang terlalu tipis berarti kekuatannya kurang atau mudah rusak akibat tegangan lusi untuk menggosok pada kawat sisir. Untuk mengetahui hubungan nomor sisir dan nomor kawat sisir yang paling baik dalam penggunaannya agar tidak terjadi hal-hal seperti dijelaskan diatas, disarankan menggunakan rumus hubungan sebagai berikut : W = 2 2 R , untuk cucukan 2 helai tiap celah W = 2 2 R 15 – 20 untuk cucukan 4 helai setiap celah sisir d. Macam-macam sisir tenun Gambar 7.100 Di unduh dari : Bukupaket.com Sisir Mesin Tenun Konvensional H E 1 E 2 F 1 – F 2 W 111.5 - 122 m m 12 - 16 m m 18 m m 8 m m 4.0 m m Gambar 7.101 Sisir Mesin Tenun Airjet Loom H E 1 E 2 F 1 – F 2 W 125 - 128 m m 12 - 20 m m 20 m m 5.5 -8 m m 2.8 4.0 m m Gambar 7.102 Sisir Mesin Tenun Rapier, Water Jet, Projectile 4. Gun Wire Heald Gun terbuat dari kawat dari bahan carbon Hard Steel 60 dan cara penomoran gun diperkenalkan oleh Imperial Standard Wire Gauge. Nomor gun berkisar No. 18 s.d. No. 36. Pemakaian nomor gun disesuaikan dengan kehalusan nomor benang dan kerapatan tetal benang lusi yang akan digunakan. Di unduh dari : Bukupaket.com 426 - Gun No. 24 D=0,559 mm digunakan untuk benang Ne 1 8 S - Ne 1 12 S - Gun No. 27 D=0,4166 mm digunakan untuk benang Ne 1 20 S - Ne 1 40 S - Gun No. 30 D=0,3150 mm digunakan untuk benang Ne 1 40 S - Ne 1 60 S Gambar 7.103 Gun Wire Heald 5. Droper Pemakain Droper disesuaikan dengan kehalusan benang lusi dan kerapan tetal benang lusi yang digunakan. Droper diklasifikasikan - Droper tebal digunakan untuk benang lusi kasar dengan tetal benang lusi rendah. - Droper tipis digunakan untuk benang lusi halus dengan tetal benang lusi tinggi. Gambar 7.104 Droper Di unduh dari : Bukupaket.com 427

7.6.2.3 Persiapan sebelum

proses pencucukan I. Persiapan sebelum pemasangan benang lusi. 1. Pindahkan T. Bar 13 pada klem atas 12. 2. Buka klem bawah A, B 8,9 3. Pisahkan poros penggantung 18 ke bagian pingir mesin 4. Setel klem bawah A, B 8,9 pada posisi vertical 5. pindahkan pipa penyilang A, B 20,21 6. Tempatkan kereta carriage disebelah kiri rel 5. II. Persiapan sebelum pemasangan benang lusi. 1. Rekatkan pita perekat yang lebarnya 2 – 3 cm pada benang-benang lusi di seluruh lebar kain. 2. rekatkan pita perekat kedua dengan jarak 9,5 cm dari pita pertama. Gambar 7.105 Gulungan Benang Lusi Bum Tenun Pemasangan benang lusi 1. Letakkan Bum pada pemegang bum 4 2. Jepitkan ujung lusi pada bagian pita perekat dengan penjepit benang 3. lewatkan benang lusi diatas klem atas 2 4. dan turunkan diantara klem bawah A, B 8,9 dan tarik kebawah ± 83,5 cm 5. Letakkan Bar T 13 diatas klem atas 12 dan jepit dengan kunci pas. 6. Tempatkan kembali tali silangan dengan pipa silangan A,B 20,21 7. Sikat setiap seksi benang secara merata dengan sikat khusus untuk memisahkan benang-benang dan tempatkan benang-benang secara merata pada kain 14 8. Lepaskan bar pemisah kedalam dudukan pada bagian bawah pipa pemisah B. 9. Tutup klem bawah A,B 8,9 dan mantapkan pada posisinya. Di unduh dari : Bukupaket.com 428 10. atur tegangan lusi dengan mengontrol handel peregang 2 11. Kemudian potong ujung benang pada lembaran lusi pada bagian atas kain garuk 14. Apabila menggunakan benang spun, filament, potong ujung benang pada bagian bawah kain garuk 14 untuk mencegah lusi kendor. Waktu memotong lusi sebaiknya memotong secara terpisah sesudah pekerjaan mencucuk dilaksanakan agar dapat menyetel tegangan lusi. Gambar 7.106 pemasangan benang lusi Di unduh dari : Bukupaket.com 429 Gambar 7.107 Bagian-bagian Peralatan Kerangka Mesin Cucuk

7.6.2.4 Proses pencucukan 1. Pencucukan pada benang

Gun Urutan pencucukan pada gun disesuaikan dengan anyaman kain yang dibuat dan system pembukaan mulut lusi pada mesin tenun yang digunakan. Urutan pencucukan pada gun dibedakan : a. cucukan lurus misalnya 1-2- 3-4, 1-2-3-4, dan seterusya berulang-ulang. b. cucukan loncat misalnya 1- 3-2-4, 1-3-2-4, dan seterusya. c. cucukan runcing misalnya 1- 2-3-4-5-6-7-6-5-4-3-2-1 dan seterusya. 2. Pencucukan benang lusi pada sisir tenun Jumlah benang lusi yang dicucukkan setiap celah lubang sisir secara umum adalah 2 helai benang. Sebelum mencucuk benang pada sisir terlebih dahulu menentukan lebar cucukan pada sisir tenun yaitu dengan perhitungan : Lebar cucukan = inch ang tiap lusi jml x sisir no pinggir lusi jml lusi jml lub 2 . Contoh : - jumlah lusi 3648 helai - jumlah lusi pinggir 48 helai - no. sisir = 60 - jumlah benang tiap lubang = 2 helai - lebar cucukan = 3648 – 48 = 60 inch 60 x 2 2 Di unduh dari : Bukupaket.com 430 Gambar 7.108 Lebar Cucuk pada Sisir Tenun Keterangan A. sisa lebar sisir tidak tercucuk B. lebar cucukan Di unduh dari : Bukupaket.com Di unduh dari : Bukupaket.com 431

BAB VIII PROSES PEMBUATAN

KAIN TENUN

8.1 Perkembangan Alat

Tenun

8.1.1 Alat Tenun Tangan Suatu kain tenun dibentuk

dengan cara menyilangkan dua kelompok benang dengan sudut 90 . Alat tenun yang pertama diketahui 4000 tahun sebelum masehi. Benang pakan yang searah dengan lebar kain disilangkan dengan kelompok benang lusi yang membentuk panjang kain. Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut “shuttle” atau “teropong” untuk membentuk “mulut lusi” benang lusi dipisahkan menjadi dua kelompok sehingga teropong bisa dilewatkan melalui mulut tersebut. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan tongkat atau tangki pemisah. Di Asia Timur alat tenun kuno dirancang dengan posisi benang lusi horisontal, namun kapan alat itu mulai digunakan masih belum diketahui kurang lebih abad ke 3 Masehi, suatu mekanisme “shedding” atau “pembukaan mulut lusi” telah diperkenalkan di Cina dan disebarluaskan ke benua Eropa. Benang lusi secara individu dimasukkan ke lubang mata gun yang tersusun pada suatu bingkai atau rangka gun. Kemudian rangka gun ini diikat dengan tali yang dililitkan pada rol. Naik turun “rangka gun” atau “kamran” dikendalikan oleh injakan yang ada dibawah rangka gun dan dioperasikan oleh operator tenun dengan kakinya. semacam sisir berayun atau “sisir tenun” digunakan untuk merapatkan benang pakan ke ujung kain anyaman awal Pembentukan mulut lusi dan pengetekan benang pakan ke arah lebar kain sangat menentukan kualitas kain tenun. Penyisipan benang pakan, yang merupakan bagian penting proses pembuatan kain tenun. Membutuhkan tenaga dan keterampilan yang tinggi, masih dilakukan secara manual. Lebar kain yang dapat dihasilkan sangat terbatas tergantung pada rentang tangan penenun sehingga untuk menghasilkan kain yang lebih lebar diperlukan untuk menyisihkan benang pakan teropong dari satu sisi ke sisi yang lain. Teropong Melayang Pengembangan alat tenun tangan selanjutnya baru di mulai pada abad ke 18. Pada tahun Di unduh dari : Bukupaket.com